Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DENGAN

PENDEKATAN PRODUKTIVITAS: STUDI KASUS PETANI


PADI DAERAH JATEN, KARANGANYAR

Makalah ini disusun oleh Kelompok 7


Mata Kuliah Ekonomi Pertanian Kelas E

Disusun oleh:
Orbit Varasta Prakosa F0121184
Puji Sholikhatun F0121187
Robby Irawan F0121209
Zahra Alya N F0121249

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dan melakukan
penelitian ini sebagai syarat tugas mata kuliah Ekonomi Pertanian. Shalawat serta
salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan makalah dengan judul “Analisis Kelayakan Usahatani
Dengan Pendekatan Produktivitas: Studi Kasus Petani Padi Daerah Jaten,
Karanganyar” bertujuan untuk mengetahui pendapatan dan kelayakan usahatani
melalui sisi analisis produktivitas, rentabilitas, dan RC rasio, serta guna
menambahkan pengetahuan dan wawasan kepada pembacanya. Karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalaman yang dimiliki penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan yang ada dalam pembuatan tugas ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun mengenai tugas ini.
Sekian dan terima kasih

Surakarta, 16 Maret 2023

Kelompok 7

2
Daftar Isi
Halaman Judul .......................................................................................................1
Kata Pengantar ......................................................................................................2
Daftar Isi .................................................................................................................3
Bab 1. Pendahuluan ...............................................................................................4
1.1.Latar Belakang................................................................................................4
1.2.Rumusan Masalah ..........................................................................................6
1.3.Tujuan .............................................................................................................6
1.4.Manfaat ...........................................................................................................6
Bab 2. Pembahasan ................................................................................................8
2.1 Profil Usaha Pertanian ....................................................................................8
2.1.1. Profil Usahatani Bapak Herry ..............................................................8
2.1.2. Profil Usahatani Bapak Sutrisno ..........................................................9
2.2 Analisis Kelayakan Usahatani ........................................................................9
2.2.1. Analisis Kelayakan Usahatani Bapak Herry ........................................9
2.2.2. Analisis Kelayakan Usahatani Bapak Sutrisno ..................................12
2.3 Analisis Kurva Isocost ..................................................................................14
2.3.1. Kurva Isocost Usahatani Bapak Herry ...............................................14
2.3.2. Kurva Isocost Usahatani Bapak Sutrisno ...........................................15
Bab 3. Kesimpulan dan Saran ............................................................................17
1.1.Kesimpulan ...................................................................................................17
1.2.Saran .............................................................................................................17
Lampiran: Dokumentasi Penelitian ...................................................................18
Daftar Pustaka ......................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian secara umum yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh
manusia seperti bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan.
Mata pencaharian masyarakat Indonesia sebagian besar sebagai petani,
sehingga sektor pertanian sangat penting dikembangkan di Indonesia.
Kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu
negara menempati posisi yang penting. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor (Totok Mardikanto, 2007:3). Pertama, sektor pertanian
adalah sumber persediaan makanan dan bahan mentah yang dibutuhkan oleh
suatu Negara. Kedua, tekanan-tekanan demografis yang besar di negara-
negara berkembang disertai dengan meningkatnya pendapatan dari sebagian
penduduk mengakibatkan kebutuhan terus meningkat. Ketiga, sektor
pertanian harus dapat menyediakan faktor-faktor yang dibutuhkan untuk
ekspansi sektor lain terutama sektor industri yang biasanya berwujud
modal, tenaga kerja, dan bahan mentah. Keempat, sektor pertanian adalah
sektor yang berbasis dari hubungan-hubungan pasar penting yang
berdampak pada proses pembangunan. Sektor tersebut mampu menciptakan
keterkaitan kedepan dan kebelakang dengan disertai kondisi-kondisi yang
tepat dapat memberi sumbangan yang besar untuk pembangunan. Kelima,
sektor pertanian merupakan sumber pemasukan yang diperlukan untuk
pembangunan dan sumber pekerjaan dan pendapatan dari sebagian besar
penduduk negara-negara berkembang yang ada di pedesaan.
Sektor pertanian sangat menyumbang pada pembangunan ekonomi
di Indonesia, antara lain sebagai berikut ini:
a. Meningkatkan persediaan surplus pangan yang semakin besar kepada
penduduk yang terus meningkat.
b. Meningkatkan permintaan produk industri dan mampu mendorong
perluasan sektor sekunder dan tersier.

4
c. Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang-barang
modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian.
d. Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah.
e. Memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara atau
daerah.
Sektor pertanian memiliki peran nyata sebagai tumpuan
pembangunan ekonomi nasional di masa krisis dan selama pemulihan
ekonomi, sehingga sektor pertanian perlu diposisikan sebagai sektor
andalan dan didukung secara konsisten dengan mengembangkan ekonomi
yang bersifat resource based. Atas dasar tersebut, potensi perekonomian di
pedesaan diharapkan akan menjadi determinan dari perekonomian nasional
secara keseluruhan dan dengan demikian perubahan yang terjadi pada
struktur perekonomian pedesaan harus dicermati terutama dampaknya
terhadap struktur kesempatan kerja dan pendapatan di wilayah pedesaan
(Resthiningrum, 2011).
Sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor dengan
produktivitas paling tinggi perlu adanya sebuah evaluasi atau analisis lebih
lanjut untuk tetap menstabilkan dan meningkatkan produktivitas sektor
pertanian. Produktivitas merupakan cara untuk menghasilkan atau
meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan
memanfaatkan sumber daya manusia secara efisien. Oleh karena itu
produktivitas sering diartikan sebagai rasio antara keluaran dan masukan
dalam satuan tertentu (Sedarmayanti, 2001: 57).
Kesibukan bekerja dari pagi sampai sore menyebabkan petani tidak
sempat melakukan analisa usaha tani, sehingga petani tidak mengetahui
apakah hasil usahanya sebanding dengan jerih payahnya dalam bekerja.
Analisis kelayakan usaha adalah penilaian yang menyeluruh untuk menilai
keberhasilan suatu usaha/proyek. Analisa usaha tani bertujuan untuk
mengindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk
kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Jumingan, 2009).
Komponen-komponen biaya atau modal yang diperhitungkan dalam analisa
usaha tani seperti; (1) sewa lahan termasuk pajak, (2) olah tanah, (3) bibit,

5
(4) pupuk, (5) pestisida dan (6) tenaga kerja. Sedangkan komponen produksi
yang diperhitungkan meliputi produk pokok dan produk ikutan yang dapat
dinilai dengan uang.
Hal tersebut yang melatarbelakangi peneliti untuk melakukan
analisis usahatani disalah satu daerah yang berlokasi di Jaten, Karanganyar.
Peneliti melakukan wawancara yang mendalam (in depth) interview kepada
salah satu pelaku usahatani di wilayah tersebut, yaitu Bapak Herry yang
bekerja sebagai petani padi. Hal tersebut akan berdampak positif kepada
pelaku usahatani tersebut karena dapat mengetahui kelayakan dari usaha
yang dijalankannya selama ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapatan usahatani Bapak Herry dan Bapak Sutrisno di
daerah Jaten, Karanganyar?
2. Apakah usahatani Bapak Herry dan Bapak Sutrisno layak dari sisi
analisis produktivitas, rentabilitas, dan RC rasio?
3. Apakah usahatani Bapak Herry dan Bapak Sutrisno memiliki beberapa
kombinasi antara jumlah tenaga kerja dan jumlah modal melalui analisis
isocost ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pendapatan usahatani Bapak Herry dan Bapak
Sutrisno di daerah Jaten, Karangayar.
2. Untuk mengetahui kelayakan usahatani Bapak Herry dan Bapak
Sutrisno melalui sisi analisis produktivitas, rentabilitas, dan RC rasio.
3. Untuk mengetahui pilihan kombinasi antara jumlah tenaga kerja dan
jumlah modal usahatani Bapak Herry dan Bapak Sutrisno melalui
analisis isocost.
1.4 Manfaat
1. Bagi peneliti, penelitian ini mampu membantu mahasiswa untuk
mengetahui kondisi lapangan secara langsung dan mampu melakukan
perhitungan dari usahatani dengan sumber yang diperoleh dari pelaku
usahatani tersebut.

6
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu membantu dan memberikan
dampak positif berupa solusi-solusi dan cara terbaik untuk
keberlangsungan usahatani yang dijalankan oleh Bapak Herry
kedepannya.

7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Profil Usaha Pertanian
2.1.1 Profil Usahatani Bapak Herry
Usaha Tani Bapak Herry beralamat di Jaten, Karanganyar.
Bapak Herry sudah menggeluti usaha ini selama 15 tahun. Usaha tani
milik Bapak Herry merupakan jenis usaha dengan menyewa lahan dari
penyewa. Dalam mengolah sawahnya, Bapak Herry biasanya
mengolah sendiri ataupun dengan bantuan pemborong. Bapak Herry
mengola usaha tani mulai dari pembibitan padi hingga panen.
Ukuran lahan sawah yang dikelola Bapak Herry seluas 2
patok. Bibit yang digunakan Bapak Herry biasanya dibuat sendiri.
Bibit ditanam selama 21 hari. Bapak Herry menggunakan jenis bibit
padi 64. Lalu kemudian lahan sawah ditandur secara manual. Setelah
lima hari kemudian, pupuk ditebar. Pupuk yang ditebar sebanyak 2
kilogram. Kemudian setelah 90 atau 120 hari padi dipanen. Dalam
mengelola sawahnya, Bapak Herry mengairi sawahnya dengan air
sumur ataupun dari sungai. Jika musim hujan, Bapak Herry
memanfaatkan air hujan. Lama waktu panen tergantung dari musim.
Jika musim kemarau, panen dapat terjadi lebih cepat yakni 90 hari.
Sedangkan di musim hujan, padi bisa dipanen setelah 120 hari. Dalam
Bertani, ada beberapa kendala yang dihadapi oleh Bapak Herry,
diantaranya hama, intensitas hujan tinggi dan juga munculnya mari
pada padi.
Rincian biaya Bapak Herry dalam mengelola sawahnya
diantaranya:
Keterangan Harga
Bibit Rp500.000
Pemeliharaan pembibitan Rp300.000
Buruh cangkul (Borongan) Rp.500.000 atau
Rp100.000/hari
Buruh tandur Rp500.000

8
Sewa lahan tahunan 10.000.000/patok

2.1.2 Profil Usahatani Bapak Sutrisno


Usaha Bapak Sutrisno bertempat di Jaten, Karanganyar. Bapak
Sutrisno menjalankan usaha taninya dengan menyewa lahan dari penyewa.
Selain bertani, Bapak Sutrisno juga berprofesi sebagai peternak. Modal
usaha Bapak Sutrisno berasal dari modal sendiri atau tanpa Bank.
Dalam mengolah sawahnya, Bapak Sutrisno biasanya mengolah
lahan sawahnya sendiri ataupun dengan bantuan pemborong. Hal yang
ditakuti Bapak Sutrisno dalam menjalankan usahanya ialah hama.
Berikut ini rincian biaya Bapak Sutrisno dalam mengelola
sawahnya:
Keterangan Harga
Bibit per patok Rp640.000
Buruh cangkul Rp300.000
Buruh traktor Rp300.000
Buruh tandur Rp510.000/10 orang
Daut Rp250.000
Buruh nyorok Rp100.000/hari

2.2 Analisis Kelayakan Usahatani


2.2.1 Analisis Kelayakan Usaha Tani Bapak Herry
Dalam melakukan analisis kelayakan usaha tani, diperlukan
perhitungan dan metode sebagai berikut.
a. Analisis tingkat produktivitas
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 (𝑅𝑝)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

Diketahui bahwa hasil usaha pertanian yang dikelola oleh


Bapak Herry adalah sekitar Rp. 40.000.000.- dalam satu kali panen.
Dengan informasi jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah 20
orang, di mana setiap 10 orang mengelola 1 patok sawah untuk
pembibitan dan pencangkulan, maka didapat perhitungan sebagai
berikut.

9
𝟒𝟎. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑲𝒆𝒓𝒋𝒂 = = 𝟐. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝟐𝟎
Dalam analisis kelayakan usaha pertanian, produktivitas
kerja akan dibandingkan dengan tingkat upah berlaku. Menurut
keterangan Bapak Herry yang peneliti dapatkan sewaktu melakukan
wawancara pada 9 Maret 2023, pekerja rombongan akan
mendapatkan upah Rp.500.000,- untuk setiap sepuluh orang dalam
satu masa panen. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa perhitungan
upah dalam satu kali masa panen adalah sebagai berikut.
1. Masa Pencangkulan = 2 patok x Rp. 500.000,-/10 Orang
= Rp. 1.000.000,-
2. Masa Pembibitan = 2 patok x Rp. 500.000,-/10 Orang
= Rp. 1.000.000,-
Beban Upah = Rp. 2.000.000,-
Dari kedua perhitungan di atas, dapat dibandingkan antara
produktivitas kerja usaha pertanian dengan beban upah yang
dibayarkan dalam satu kali masa panen. Dari perbandingan tersebut,
didapat hasil bahwa produktivitas kerja sama dengan beban upah
yang dibayar, sehingga dalam pengukuran ini usaha pertanian tidak
efisien.
b. Analisis RC Rasio
Metode kedua yang dapat digunakan untuk menghitung
kelayakan usaha pertanian adalah dengan membandingkan antara
penerimaan uang dengan biaya yang dikeluarkan (Soekartawi,
dalam Abd. Rahim, 2012:40). Dari perbandingan tersebut akan
diketahui apakah sebuah usaha pertanian layak atau tidak dengan
kriteria: jika RC rasio > 1, maka usaha yang dilakukan adalah efisien
dan layak diusahakan, dan berlaku sebaliknya. Adapun RC rasio
dapat diformulasikan dengan rumus sebagai berikut.
𝑅
𝑅𝐶 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 =
𝐶

10
Berdasarkan informasi yang didapatkan, biaya yang
dikeluarkan oleh usaha pertanian padi milik Bapak Herry adalah Rp.
15.080.000,- dengan rincian sebagai berikut.
a. Benih = Rp. 300.000,-
b. Tandur = Rp. 1.000.000,-
c. Pemeliharaan = Rp. 6.000.000,-
d. Solar = Rp. 680.000,-
e. Pencangkulan = Rp. 800.000,-
f. Sewa lahan/satu musim = Rp.6.000.000,-
Dengan pendapatan (R) adalah Rp. 40.000.000,-, maka nilai
RC rasio adalah sebagai berikut.
40.000.000
𝑅𝐶 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = = 2,65
15.080.000
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa nilai RC
Rasio lebih dari 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha
pertanian layak menurut hasil perhitungan RC Rasio.
c. Analisis Rentabilitas
Metode ketiga dalam melakukan analisis kelayakan usaha
pertanian adalah dengan perhitungan rentabilitas. Suratiyah, (dalam
Abd. Rahman, 2012:41) menjelaskan bahwa rentabilitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode
tertentu. Tingkat rentabilitas ini akan dibandingkan dengan tingkat
bunga bank (dalam kasus ini akan digunakan suku bunga KUR
Pertanian 6%) . Jika rentabilitas lebih besar dari tingkat bunga bank,
maka usaha dapat dikatakan layak. Dalam perhitungan rentabilitas,
berlaku rumus sebagai berikut.
𝜋
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝐶
Dengan menggunakan informasi bahwa laba dalam satu kali
panen adalah sepuluh juta rupiah, maka didapat hasil sebagai
berikut.
20.000.000
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100% = 1,3%
15.080.000

11
Berdasarkan hasil yang didapat, maka dapat disimpulkan
bahwa usaha pertanian kurang efisien jika dibandingkan dengan
tingkat bunga 6%.
2.2.2 Analisis Kelayakan Usaha Tani Bapak Sutrisno
Dalam melakukan analisis kelayakan usaha tani, diperlukan
perhitungan dan metode sebagai berikut.
a. Analisis tingkat produktivitas
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑈𝑠𝑎ℎ𝑎 (𝑅𝑝)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎

Diketahui bahwa hasil usaha pertanian yang dikelola oleh


Bapak Sutrisno adalah sekitar Rp. 40.000.000.- dalam satu kali
panen. Dengan informasi jumlah tenaga kerja yang digunakan
adalah 15 orang, maka didapat perhitungan sebagai berikut.

𝟑𝟓. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎


𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒕𝒊𝒗𝒊𝒕𝒂𝒔 𝑲𝒆𝒓𝒋𝒂 = = 𝟐. 𝟑𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝟏𝟓
Dalam analisis kelayakan usaha pertanian, produktivitas
kerja akan dibandingkan dengan tingkat upah berlaku. Menurut
keterangan Bapak Sutrisno yang peneliti dapatkan sewaktu
melakukan wawancara pada 9 Maret 2023, dapat disimpulkan
bahwa perhitungan upah dalam satu kali masa panen adalah sebagai
berikut.
1. Masa Penyorogan = Rp. 100.000 x 3 hari x 3 orang
= Rp. 900.000,-
2. Masa Pembajakan = Rp. 50.000 x 2 Orang
= Rp. 100.000,-
3. Masa Tandur = Rp. 50.000 x 10 Orang
= Rp. 500.000,-
Beban Upah = Rp. 1.500.000,-
Dari kedua perhitungan di atas, dapat dibandingkan antara
produktivitas kerja usaha pertanian dengan beban upah yang
dibayarkan dalam satu kali masa panen. Dari perbandingan tersebut,

12
didapat hasil bahwa produktivitas kerja lebih dari beban upah yang
dibayar, sehingga dalam pengukuran ini usaha pertanian efisien.
b. Analisis RC Rasio
Metode kedua yang dapat digunakan untuk menghitung
kelayakan usaha pertanian adalah dengan membandingkan antara
penerimaan uang dengan biaya yang dikeluarkan (Soekartawi,
dalam Abd. Rahim, 2012:40). Dari perbandingan tersebut akan
diketahui apakah sebuah usaha pertanian layak atau tidak dengan
kriteria: jika RC rasio > 1, maka usaha yang dilakukan adalah efisien
dan layak diusahakan, dan berlaku sebaliknya. Adapun RC rasio
dapat diformulasikan dengan rumus sebagai berikut.
𝑅
𝑅𝐶 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 =
𝐶
Berdasarkan informasi yang didapatkan, biaya yang
dikeluarkan oleh usaha pertanian padi milik Bapak Herry adalah Rp.
5.940.000,- dengan rincian sebagai berikut.
a. Ngluku = Rp. 550.000,-
b. Penyiangan = Rp. 550.000,-
c. Pupuk (6 x 230.000) = Rp. 1.380.000,-
d. Nyorog = Rp. 680.000,-
e. Beban Upah = Rp. 1.500.000,-
f. Bibit = Rp. 1.280.000
Dengan pendapatan (R) adalah Rp. 35.000.000,-, maka nilai
RC rasio adalah sebagai berikut.
35.000.000
𝑅𝐶 𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 = = 5,8
5.940.000
Berdasarkan hasil yang didapat, diketahui bahwa nilai RC
Rasio lebih dari 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha
pertanian layak menurut hasil perhitungan RC Rasio.
c. Analisis Rentabilitas
Metode ketiga dalam melakukan analisis kelayakan usaha
pertanian adalah dengan perhitungan rentabilitas. Suratiyah, (dalam
Abd. Rahman, 2012:41) menjelaskan bahwa rentabilitas adalah

13
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam periode
tertentu. Tingkat rentabilitas ini akan dibandingkan dengan tingkat
bunga bank (dalam kasus ini akan digunakan suku bunga KUR
Pertanian 6%) . Jika rentabilitas lebih besar dari tingkat bunga bank,
maka usaha dapat dikatakan layak. Dalam perhitungan rentabilitas,
berlaku rumus sebagai berikut.
𝜋
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝐶
Dengan menggunakan informasi bahwa laba dalam satu kali
panen adalah sepuluh juta rupiah, maka didapat hasil sebagai
berikut.
7.000.000
𝑅𝑒𝑛𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100% = 1,17%
5.940.000
Berdasarkan hasil yang didapat, maka dapat disimpulkan
bahwa usaha pertanian kurang efisien jika dibandingkan dengan
tingkat bunga 6%.
2.3 Analisis Kurva Isocost
2.3.1 Kurva Isocost Bapak Herry
Selanjutnya, akan dilakukan analisis mengenai kurva isocost
untuk usaha tani milik Bapak Herry. Kurva isocost didefinisikan
sebagai kurva yang memuat semua kombinasi antara modal dan
tenaga kerja dengan jumlah biaya yang sama. Dalam pembentukan
kurva isocost, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Identifikasi fungsi awal dan besaran tiap variabel
Fungsi isocost: 𝑇𝐶 = 𝑃𝐾 × 𝐾 + 𝑃𝐿 × 𝐿
Diketahui bahwa :
TC = Biaya = 15.300.000
𝑃𝐾 = Harga modal = 15.000.000
𝑃𝐿 = Harga labour = 300.000
K = Jumlah modal
L = Jumlah tenaga kerja
b. Menentukan fungsi isocost

14
Berdasarkan informasi pada poin (a), maka didapatkan
fungsi isocost untuk usaha tani Bapak Herry adalah
sebagai berikut.
15.300.000 = 15.000.000𝐾 + 300.000𝐿
c. Menentukan titik-titik potong untuk menyusun kurva.
➢ Kurva isocost saat K = 0, maka L = 51
➢ Kurva isocost saat L = 0, maka K = 1,02
d. Menggambar kurva isocost

Berdasarkan kurva di atas, terlihat bahwa terdapat


beberapa kombinasi antara tenaga kerja dan modal yang
dapat digunakan selain dari apa yang telah disebutkan
pada keterangan-keterangan sebelumnya.
2.3.2 Kurva Isocost Bapak Sutrisno
Selanjutnya, akan dilakukan analisis mengenai kurva isocost
untuk usaha tani milik Bapak Herry. Kurva isocost didefinisikan
sebagai kurva yang memuat semua kombinasi antara modal dan
tenaga kerja dengan jumlah biaya yang sama. Dalam pembentukan
kurva isocost, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Identifikasi fungsi awal dan besaran tiap variabel
Fungsi isocost: 𝑇𝐶 = 𝑃𝐾 × 𝐾 + 𝑃𝐿 × 𝐿
Diketahui bahwa :
TC = Biaya = 4.600.000
𝑃𝐾 = Harga modal = 4.400.000

15
𝑃𝐿 = Harga labour = 200.000
K = Jumlah modal
L = Jumlah tenaga kerja
b. Menentukan fungsi isocost
Berdasarkan informasi pada poin (a), maka didapatkan
fungsi isocost untuk usaha tani Bapak Herry adalah
sebagai berikut.
4.600.000 = 4.400.000𝐾 + 200.000𝐿
c. Menentukan titik-titik potong untuk menyusun kurva.
➢ Kurva isocost saat K = 0, maka L = 23
➢ Kurva isocost saat L = 0, maka K = 1,04
d. Menggambar kurva isocost

Berdasarkan kurva di atas, terlihat bahwa terdapat


beberapa kombinasi antara tenaga kerja dan modal yang
dapat digunakan selain dari apa yang telah disebutkan
pada keterangan-keterangan sebelumnya.

16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Pertanian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia seperti
bercocok tanam, peternakan, perikanan, dan juga kehutanan. Usaha
pertanian berperan penting dalam perekonomian Indonesia yang disebabkan
oleh beberapa faktor seperti sebagai sumber persediaan bahan makan utama,
tekanan demografis dari negara-negara berkembang, dan sebagai penyedia
faktor produksi yang dibutuhkan dalam sektor industri. Analisis mengenai
kelayakan usaha tani menjadi penting dilakukan agar usaha pertanian dapat
berjalan dengan optimal dan efisien. Dalam analisis ini, digunakan
pendekatan produktivitas, RC rasio, dan rentabilitas. Sebagai Hasil, usaha
tani milik Bapak Herry layak dari sisi rasio penerimaan dan pengeluaran,
akan tetapi kurang efisien dari sisi produktivitas kerja dan perbandingan
dengan tingkat bunga. Sedangkan usaha Bapak Sutrisno layak dari sisi
produktivitas kerja serta rasio penerimaan dan pengeluaran, akan tetapi
kurang efisien dari sisi perbandingan dengan tingkat bunga. Selain itu
setelah dilakukan analisis menggunakan kurva isocost, dapat diketahui
bahwa terdapat beberapa pilihan kombinasi antara jumlah modal dan jumlah
tenaga kerja pada usahatani milik Bapak Herry dan Bapak Sutrisno.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil yang didapat, dapat dilakukan penurunan biaya
dan penambahan produktivitas dari usaha pertanian Bapak Herry dan Bapak
Sutrisno. Pemerintah juga diharapkan dapat memgoptimalkan program
pupuk bersubsidi dalam rangka menekan biaya produksi dan meningkatkan
pendapatan petani.

17
LAMPIRAN

18
DAFTAR PUSTAKA
Mardikanto, Totok. 2007. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat
Penyuluhan Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.
Resthiningrum, Raras. 2011. Keragaan dan Peranan Sektor Pertanian Dalam
Perekonomian Wilayah di Kabupaten Blora. Skripsi. Fakultas Pertanian
UNS. Surakarta.
Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Jakarta:
Mandar Maju.

19

Anda mungkin juga menyukai