Anda di halaman 1dari 14

Kelas : A

RESUME TUGAS
MATA KULIAH EKONOMI PERTANIAN

DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. H. ROCHANDA WIRADINATA., Drs., MP.

Oleh :
Ahmad faizal pratama 122120014
Tahta aunillah 122120017

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas resume mata
kuliah Ekonomi pertanian dengan judul “Koordinasi dan Rentang Manajemen”.

Tugas penulisan studi kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas mata
kuliah “Ekonomi pertanian”, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Swadaya Gunung Jati Cirebon.

Dalam penyusunan tugas kajian lapangan ini, penulis banyak mendapatkan


bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. H. ROCHANDA WIRADINATA., Drs., MP. sebagai Dosen pem


bimbing Mata Kuliah Ekonomi pertanian Fakultas Pertanian Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon

2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moral maupun materil

3. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan
satu persatu.

Dalam penyusunan resume ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan
penyusunan selanjutnya. Semoga tugas resume ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis pribadi dan umumnya pembaca.

Cirebon, 22 November 2022


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………..1
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………………………….1

1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………………….1

1.3 TUJUAN MASALAH……………………………………………………………………………………………2

1.4 METODE PENELITIAN & SISTEMATIK………………………………………………………………..2

BAB II KAJIAN TEORI…………………………………………………………………………………………………3


2.1 TEORI SEKTOR PERTANIAN………………………………………………………………………………3

2.2 KONTRIBUSI EKONOMI DARI SEKTOR PERTANIAN…………………………………………..4

2.3 SYARAT-SYARAT PEMBANGUNAN PENELITIAN………………………………………………..5

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………………………………………………..6


3.1 REALITA KEADAAN EKONOMI INDONESIA……………………………………………………….

3.2 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MEMBANGUN SEKTOR PERTANIAN…………..

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………………………………………………………..10
4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………10

4.2 REKOMENDASI……………………………………………………………………………………………..10

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembangunan Pertanian adalah suatu proses yang ditujukan untuk selau
menambah produksi pertanian untuk menambah produksi pertanian untuk tiap-tiap
konsumen, yang sekaligus mempertinggi pendapatan dan produktivitas usaha tiap-tiap
petani dengan jalan menambah modal dan skill untuk memperbesar turut campur
tangannya manusia di dalam perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan. Oleh A. T.
Mosher di dalam bukunya Getting Agriculture Moving, bahwa pembangunan pertanian
adalah suatu bagian integral daripada pembangunan ekonomi dan masyarakat secara
umum. Secara luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan
menambah produksi pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan
sosial baik nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang
lebih baik. Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan dan
bahan-bahan industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan
yang dapat dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian
merupakan bagian dari pembangunan ekonomi.
Pertanian merupakan salah kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Pertanian Indonesia memeliki banyak potensi, sejarah pertanian telah membawa 
revolusi yang besar dalam kehidupan manusia. Kebudayaan masyarakat yang
tergantung pada aspek pertanian diistilahkan sebagai kebudayaan agraris.
Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal masa
orde baru pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama.
Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru
berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Dengan
dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan
luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI.

1.2 Rumusan Masalah


      1.            Bagaimana Realita Keadaan Pertanian di Indonesia?

      2.            Apa kebijakan pemerintah dalam membangun sector pertanian?


1.3 Tujuan Penulisan
      1.            Untuk mengetahui Realita Keadaan pertanian Indonesia.

2.            Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam membangun perkembangan


sector pertanian.

1.4 metode penelitian dan sistematik

A.Metode penelitia

a) Pengumpulan Data dan Informasi Data dan informasi yang mendukung penulisan
dikumpulkan dengan melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan
dan pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari skripsi,
media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan yaitu:

1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang menjadi
bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai lingkup kegiatan dan
konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan

2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh, diperlukan
data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut dapat dikembangkan
untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.

b) Pengolahan Data dan Informasi Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap
pengumpulan data, kemudian diolah dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif
berdasarkan data sekunder.

c) Analisis dan Sintesis Aspek-aspek yang akan dianalisis yaitu perkebunan kelapa sawit sebagai
komoditi strategis nasional dengan permasalahan lingkungan akibat dari pengembangan
perkebunan kelapa sawit. Sintesis yang dijelaskan yaitu alternatif solusi untuk mengatasi
permasalah yang dianalisis

B.Sistematik penulisan

Sistematik penulisan dalam tugas sebagai berikut ini;

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang,rumusan masalah , tujuan penelitian ,metode dan sistematik
penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI


Bab ini berisikan tentang kajian teori dalam rumusan masalah

BAB III PEMBAHASAN


Bab ini membahas rumusan masalah

BAB IV KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.

BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Teori sektor Pertanian


Pengertian Pertanian sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan
penting dalam perekonomian nasional dan kelangsungan hidup masyarakat, terutama
dalam sumbangan terhadap PDB, Penyedia lapangan kerja dan penyediaan pangan
dalam negeri.
1. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan
manusia mengahasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi,
serta untuk mengelola lingkungan hidup. Oleh karenanya sektor pertanian adalah
sektor yang paling dasar dalam perekonomian yang merupakan penopang
kehidupan produksi sektor-sektor lainnya seperti subsektor perikanan, subsektor
perkebunan, subsektor perternakan.
2. Pembangunan di bidang pertanian adalah suatu hal yang tidak dapat ditawar-
tawar lagi, karena sebagian besar rakyat indonesia mengkonsumsi beras dan
bekerja di sektor pertanian.
3. Sedangkan peranan penting dari sektor pertanian itu sendiri adalah dalam
membentuk penyediaan kesempatan kerja dan berkontribusi terhadap
pembentukan produk domestik bruto dan ekspor.

Menurut Mosher pertanian adalah suatu bentuk produksi yang khas yang
didasarkan pada proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Petani mengelola dan
merangsang pertumbuhan tanaman dalam suatu usaha tani, dimana kegiatan produksi
merupakan bisnis, sehingga pengeluaran dan pendapatan sangat penting artinya.
Menurut Van Aarsten pertanian adalah digunakan kegiatan manusia untuk
memperoleh hasil yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yang pada mulanya
dicapai dengan jalan sengaja menyempurnakan segala kemungkinan yang telah
diberikan oleh alam guna mengembangkan tumbuhan dan hewan tersebut.
2.2 Kontribusi Ekonomi Dari Sektor Pertanian
Menurut analisis Klasik dari Kuznets adalah pertanian di negara-negara sedang
berkembang merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial, terdapat 4 bentuk
kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yaitu sebagai berikut
a. Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non pertanian sangat tergantung pada produk-
produk dari sektor pertanian, bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai
makanan tetapi juga untuk penyediaan bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di
sektor-sektor non pertanian tersebut.
b. Karena kuatnya bias agraris dari ekonomi selama tahaptahap awal pembangunan,
maka populasi di sektor pertanian daerah pedesaan membentuk suatu bagian yang
sangat besar dari pasar permintaan domestik terhadap produk-produk dari industri dan
sektor-sektor lain di dalam negeri, baik untuk barang-barang produsen maupun barang-
barang konsumen, kuznets menyebutnya kontribusi pasar.
c. Karena relatif pentingnya pertanian bisa dilihat dari sumbangan out-put nya terhadap
pembentukan produk domestik bruto dan andilnya terhadap penyerapan tenaga kerja
tanpa bisa dihindari menurun dengan pertumbuhan atau semakin tingginya tingkat
pembangunan ekonomi.
d. Sektor pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus
neraca perdagangan atau neraca pembayaran, baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian
atau peningkatan produksi komoditi-komiditi pertanian menggantikan impor.
2.3 Syarat-Syarat Pembangunan Pertanian
Pertanian memperoleh energi dari sinar matahari dan prosesnya melalui proses-proses
biologis dari pertumbuhan hewan dan tanaman, petani adalah manusia-manusia dan
anggota-anggota keluarga serta anggota masyarakat setempat. Menurut A.T Mosher
1965 dalam bukunya lincolin Arsyad ekonomi pembangunan, menganalisis syarat-
syarat pembangunan pertanian jika pertanian dikembangkan dengan baik. Mosher
mengelompokan syarat-syarat pembangunan pertanian tersebut menjadi dua yaitu
syarat-syarat mutlak dan syarat-syarat pelancar.
a. Syarat-Syarat Mutlak
1. Adanya pasar untuk hasil-hasil usaha tani
2. Teknologi yang senantiasa berkembang
3. Tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal
4. Adanya perangsang produksi bagi tani
5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu
b. Syarat-Syarat Sarana Pelancar
1. Pendidikan pembangunan
2. Kredit produksi
3. Kegiatan gotong royong petani
4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian
5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Realita Keadaan Pertanian di Indonesia


Sejarah pembangunan pertanian berawal pada masa orde baru. Pada awal masa
orde baru pemerintahan menerima beban berat dari buruknya perekonomian orde lama.
Tahun 1966-1968 merupakan tahun untuk rehabilitasi ekonomi. Pemerintah orde baru
berusaha keras untuk menurunkan inflasi dan menstabilkan harga. Dengan
dikendalikannya inflasi, stabilitas politik tercapai yang berpengaruh terhadap bantuan
luar negeri yang mulai terjamin dengan adanya IGGI. Maka sejak tahun 1969, Indonesia
dapat memulai membentuk rancangan pembangunan yang disebut Rencana
Pembangunan Lima Tahun (REPELITA). Berikut penjelasan singkat tentang beberapa
REPELITA.
1. REPELITA I (1969-1974)
   Repelita I mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974.
Repelita I ini merupakan landasan awal pembangunan pertanian di orde baru.  Tujuan
yang ingin dicapai adalah pertumbuhan ekonomi 5% per tahun dengan sasaran yang
diutamakan adalah cukup pangan, cukup sandang, perbaikan prasarana terutama untuk
menunjang pertanian. Tentunya akan diikuti oleh adanya perluasan lapangan kerja dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Titik berat Repelita I ini adalah pembangunan
bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi
melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia
masih hidup dari hasil pertanian. Pada repelita I ini muncul peristiwa Marali
(Malapetaka Limabelas Januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari 1947 bertepatan
dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini merupakan
kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak melakukan
dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak beredar di
Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.
2. REPELITA II (1974-1979)
Repelita II mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret
1979. Target pertumbuhan ekonomi adalah sebesar 7,5% per tahun. Prioritas utamanya
adalah sektor pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan
dalam negeri dan merupakan dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku. Selain itu sasaran Repelita II ini juga perluasan lapangan kerja.
Repelita II berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata penduduk 7%
setahun. Perbaikan dalam hal irigasi. Di bidang industri juga terjadi kenaikna produksi.
Lalu banyak jalan dan jembatan yang di rehabilitasi dan di bangun.
3. REPELITA III (1979-1984)
Repelita III mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1979 – 31 Maret 1984.
Repelita III lebih menekankan pada Trilogi Pembangunan yang bertujuan terciptanya
masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan
kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman
pembangunan nasionalnya adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan.
4. REPELITA IV (1984-1989)
Repelita IV mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1984 – 31 Maret 1989.
Repelita IV Adalah peningkatan dari Repelita III. Peningkatan usaha-usaha untuk
memperbaiki kesejahteraan rakyat, mendorong pembagian pendapatan yang lebih adil
dan merata, memperluas kesempatan kerja. Prioritasnya untuk melanjutkan usaha
memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin-mesin industri sendiri. Hasil yang dicapai pada Repelita IV antara lain
swasembada pangan. Pada tahun 1984 Indonesia berhasil memproduksi beras sebanyak
25,8 ton. Hasilnya Indonesia berhasil swasembada beras. Kesuksesan ini mendapatkan
penghargaan dari FAO (Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia) pada tahun 1985. hal
ini merupakan prestasi besar bagi Indonesia. Selain swasembada pangan, pada Pelita IV
juga dilakukan Program KB dan Rumah untuk keluarga.
5. REPELITA V (1989-1994)
            Repelita V mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1989 – 31 Maret
1994. Pada Repelita V ini, lebih menitik beratkan pada sektor pertanian dan industri
untuk memantapakan swasembada pangan dan meningkatkan produksi pertanian
lainnya serta menghasilkan barang ekspor. Pelita V adalah akhir dari pola pembangunan
jangka panjang tahap pertama. Lalu dilanjutkan pembangunan jangka panjang ke dua,
yaitu dengan mengadakan Repelita VI yang di harapkan akan mulai memasuki proses
tinggal landas Indonesia untuk memacu pembangunan dengan kekuatan sendiri demi
menuju terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
6. REPELITA VI (1989-1994)
            Repelita VI mulai dilaksanakan sejak tanggal 1 April 1994 – 31 Maret 1999.
Pada Repelita VI titik beratnya masih pada pembangunan pada sektor ekonomi yang
berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas
sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai
penggerak utama pembangunan. Pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda
negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa
politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru
runtuh.
            Memasuki era globalisasi yang dicirikan oleh persaingan perdagangan
internasional yang sangat ketat dan bebas, pembangunan pertanian semakin dideregulasi
melalui pengurangan subsidi, dukungan harga dan berbagai proteksi lainnya.
Kemampuan bersaing melalui proses produksi yang efisien merupakan pijakan utama
bagi kelangsungan hidup usahatani. Sehubungan dengan hal tersebut, maka partisipasi
dan kemampuan wirausaha petani merupakan faktor kunci keberhasilan pembangunan
pertanian.
            Pemerintahan pada Kabinet Indonesia Bersatu telah menetapkan program
pembangunannya dengan menggunakan strategi tiga jalur (triple track strategy) sebagai
manifestasi dari strategi pembangunan yang lebih pro-growth, pro-
employment dan pro-poor. Operasionalisasi konsep strategi tiga jalur tersebut dirancang
melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di atas 6.5 persen per tahun melalui
percepatan investasi dan ekspor.
2. Pembenahan sektor riil untuk mampu menyerap tambahan angkatan kerja
dan menciptakan lapangan kerja baru.
3. Revitalisasi pertanian dan perdesaan untuk berkontribusi pada
pengentasan kemiskinan.
      Revitalisasi pertanian diartikan sebagai kesadaran untuk menempatkan kembali
arti penting sektor pertanian secara proporsional dan kontekstual, melalui 26
peningkatan kinerja sektor pertanian dalam pembangunan nasional dengan tidak
mengabaikan sektor lain. Revitalisasi pertanian dimaksudkan untuk menggalang
komitmen dan kerjasama seluruh stakeholder dan mengubah paradigma pola piker
masyarakat dalam melihat pertanian tidak hanya sekedar penghasil komoditas untuk
dikonsumsi. Pertanian harus dilihat sebagai sektor yang multi-fungsi dan sumber
kehidupan sebagian besar masyarakat Indonesia.
3.2  Kebijakan Pemerintah Dalam Pertanian
Pemerintah Indonesia dinilai belum serius menjalankan kebijakan agribisnis
nasional. Pembiayaan terhadap sektor ini dinilai masih terbatas yang membuat petani
tetap kesulitan mendapatkan pendanaan.
Terdapat beberapa kebijakan pemerintah dalam usaha membangun sektor pertanian dan
agribisnis :
1.      Kredit Usaha Rakyat (KUR)
            Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang gencar dijalankan pemerintah, mayoritas
dinikmati oleh sektor perdagangan dan jasa. Tetapi kebijakan agribisnis belum
dirasakan langsung oleh petani. Salah satu poin yang disorotnya menyangkut
pembiayaan. KUR, dianggapnya, tak bisa dijadikan andalan lantaran 67 persennya
digunakan oleh sektor perdagangan dan jasa. Sementara, fakta di lapangan, produksi
agribisnis masih terkendala.
2.      Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
            Indonesia merupakan produsen produk pertanian kelas dunia. Contohnya,
produksi beras berada di nomor empat di pasar global. Hal ini tak terlepas dari besarnya
jumlah penduduk Indonesia sekitar 230 juta orang. Selain itu, UMKM sektor agribisnis
pun mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah besar yakni 38 juta orang.
3.      Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
            Lembaga Keuangan Mikro (LKM) pedesaan dibentuk untuk membantu modal
petani dalam menggarap lahannya. petani melalui kelompoknya bisa membentuk
lembaga keuangan mikro untuk menyalurkan pinjaman lunak secara bergulir pada
anggotanya. Di Indonesia tercatat sekitar 10 ribu desa. Untuk itu, Deptan akan
membantu atau mengucurkan dana bantuan masing-masing sebesar Rp 100 juta per
desa. Dana itu nantinya dapat digunakan petani melalui pinjaman lunak tanpa agunan
dan syarat yang mudah untuk modal membeli bibit, pupuk dan lainnya. Selanjutnya
pinjaman itu dibayar bila sudah panen, lalu digulirkan pada anggota lainnya, dan petani
juga bisa mengembangkan lembaga keuangan mikro itu menjadi koperasi simpan
pinjam. Pemerintah akan fokus mengembangkan ekonomi kerakyatan di pedesaan,
terutama pada petani lewat bantuan pinjaman dana dari berbagai instansi terkait. Khusus
Deptan dana sebesar Rp 100 juta per desa itu diberi nama program Pengembangan
Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), dan instansi lain juga memiliki tujuan yang sama
namun programnya berbeda.
4.      Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)
Departemen Pertanian membantu para petani dengan cara mengucurkan dana
bantuan masing-masing sebesar Rp 100 juta per desa. Peningkatan usaha ekonomi
kerakyatan itu bertujuan untuk membangun ketahanan pangan di Indonesia. Ini
bertujuan agar Indonesia tidak lagi bergantung pada luar negeri, bila perlu sebagai
negara pengekspor kebutuhan pangan dunia.
5.      Pembangunan STA (Sub Terminal Agribisnis)
            Dalam pengembangan agribisnis hortikultura, permasalahan klasik yang masih
saja muncul adalah pemasaran. Masalah ini timbul karena banyaknya pihak yang
terlibat dalam rantai pemasaran serta struktur pasar yang tidak sempurna. Pemerintah
telah berupaya keras untuk menangani permasalahan tersebut, antara lain dengan
menumbuhkan lembaga-lembaga pemasaran seperti Subterminal Agribisnis (STA).
STA merupakan kelembagaan agribisnis modern karena dirancang dengan kualifikasi
harus dilengkapi dengan fasilitas dan sarana yang memadai. Fungsi STA, selain sebagai
lembaga pemasaran juga berperan sebagai lembaga yang menyediakan sarana produksi
pertanian seperti benih/bibit, pupuk, dan obat-obatan (insektisida/pestisida).
6.      Program revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK).
Secara nasional, fokus pengembangan produk dan bisnis PPK mencakup lingkup
kategori produk yang berfungsi dalam hal :
1)                  Membangun ketahanan pangan, yang terkait dengan aspek pasokan produk, aspek
pendapatan dan keterjangkauan, dan aspek kemandirian.
2)                  Sumber perolehan devisa, terutama yang terkait dengan keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif di pasar internasional.
3)                  Penciptaan lapangan usaha dan pertumbuhan baru, terutama yang terkait dengan
peluang pengembangan kegiatan usaha baru dan pemanfaatan pasar domestik.
4)                  Pengembangan produk-produk baru yang terkait dengan berbagai isu global dan
kecenderungan pasar global.

7.      Penerapan GAP (Good Agricultural Practices)


            Maksud dari GAP adalah untuk menjadi panduan umum dalam melaksanakan
budidaya tanaman buah, sayur, biofarmaka, dan tanaman hias secara benar dan tepat,
sehingga diperoleh produktivitas tinggi, mutu produk yang baik, keuntungan optimum,
ramah lingkungan dan memperhatikan aspek keamanan, keselamatan dan kesejahteraan
petani, serta usaha produksi yang berkelanjutan.
            Tujuan dari penerapan GAP diantaranya; (1) Meningkatkan produksi dan
produktivitas, (2) Meningkatkan mutu hasil termasuk keamanan konsumsi, (3)
Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing, (4) Memperbaiki efisiensi penggunaan
sumberdaya alam, (5) Mempertahankan kesuburan lahan, kelestarian lingkungan dan
sistem produksi yang berkelanjutan, (6) Mendorong petani dan kelompok tani untuk
memiliki sikap mental yang bertanggung jawab terhadap kesehatan dan keamanan diri
dan lingkungan, (7) Meningkatkan peluang penerimaan oleh pasar internasional, dan (8)
Memberi jaminan keamanan terhadap konsumen. Sedangkan sasaran yang akan dicapai
adalah terwujudnya keamanan pangan, jaminan mutu, usaha agribisnis hortikultura
berkelanjutan dan peningkatan daya saing.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Secara luas pembangunan pertanian bukan hanya proses atau kegiatan menambah
produksi pertanian melainkan sebuah proses yang menghasilkan perubahan sosial baik
nilai, norma, perilaku, lembaga, sosial dan sebagainya demi mencapai pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat yang lebih baik.
Pertanian merupakan sektor utama penghasil bahan-bahan makanan dan bahan-bahan
industri yang dapat diolah menjadi bahan sandang, pangan, dan papan yang dapat
dikonsumsi maupun diperdagangkan, maka dari itu pembangunan pertanian merupakan
bagian dari pembangunan ekonomi.

4.2 Rekomendasi
      1.            Didalam pembangunan sektor pertanian peran pemerintah daerah perlu ditingkatkan

terutama didalam menganalisa dan meningkatkan komoditi sumber pangan unggulan


dari tiap daerah masing-masing, sehingga masing-masing daerah memiliki ketersediaan
pangan unggulan yang dapat saling memenuhi dengan daerah lainnya.
       2.            Perlu adanya undang-undang peningkatan produksi pertanian serta perlindungan petani
sebagai subjek utama produksi pangan di daerah/ pedesaan.
DAFTAR PUSTAKA

-Anggi Kurniasih 2012 sejarah perkembangan pertanian Indonesia


(www.Anggikurniasih.blogspot.co.id )di akses 12 Oktober 2022
-Anggi FIktiriani honaris 2016 sistem agribisnis peran pemerintah .
(https.anggifikrianihonaris.wordpress.com) di akses 13 Oktober
Arifin, 2015, pengantar Ekonomi Pertanian, Bandung: CV. Mujahid Press

Anda mungkin juga menyukai