Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN IBUQUITOS COPUTING

DIBIDANG PERTANIAN
INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER

Oleh :
Nama : Silvia Astariani
NIM : 2201301077

Dosen Pengampu :
Wiwik kusrini, S.Kom, M.cs

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI


POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memeberikan nikmat serta
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
PENERAPAN IBUQUITOS COPUTING DIBIDANG PERTANIAN
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
KATAPENGANTAR................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................. Ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
5
BAB III. METODA PENULISAN MAKALAH........................................
11
BAB IV. PEMBAHASAN………………....................................................
12
BAB V. PENUTUP.......................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
32

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian merupakan sebuah sektor yang memilki peranan cukup penting


dalamkehidupan manusia. Karena inilah yang menjadi dasar dalam penyediaan
sandang, pangan, dan papan dalam menjalankan kehidupan. Selain itu di
Indonesia sendiri sektor pertanianlah yang menjadi sektor andalan dan menjadi
tumpuan kehidupan masyarakat pada umumnya, karena Indonesia merupakan
negara agraris, akibatnya banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai
petani. Akan tetapi pengelolaan usaha tani di Indonesia itu masih bersifat
tradisional, dan belum menggunakan teknologi yang tinggi. Akibatnya hal itu
berdampak pada rendahnya produktivitas usaha tani yang dihasilkan. apalagi
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, otomatis kebutuhan terhadap
sektor pertanian dan tuntutan terhadap kebutuhan sandang, pangan, papan pun
semakin meningkat, terlebih lagi kebutuhan akan pangan, karena jika tidak ada
pangan, masyarakat tidak akan dapat hidup dan bagus tidaknya ketahanan pangan
suatu negara itu dapat menjadi indikator keberhasilan suatu negara.

Memasuki era perdagangan bebas dan tren desentralisasi, pembangunan


pertanian menghadapi berbagai tantangan, yaitu pemenuhan kecukupan pangan,
peningkatan kesejahteraan petani, serta penyediaan lapangan kerja melalui
pengembangan usaha dan sistem agribisnis berdaya saing. Untuk memenuhi
pertanian yang berkelanjutan khusunya pangan, maka diperlukan adanya upaya
pengembangan di berbagai sisi, termasuk pengembangan teknologi, sistem
manajemen usaha tani, dan lain-lain. pengembangan teknologi sangat berpengaruh
sekali untuk menghasilkan efek-efek yang sinergis dalam menumbuhkan
pertanian.

Salah satu paradigma pembangunan yang akhir-akhir ini cukup populer


adalah konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Paradigma
pembangunan berkelanjutan diterima sebagai sebuah agenda politik pembangunan

ii
untuk semua negara di dunia (Keraf 2002). Demikian halnya pembangunan
pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan merupakan isu penting strategis yang
universal diperbincangkan dewasa ini. Menuju pembangunan pertanian yang
berkelanjutan adalah tujuan yang strategis dan sangat diperhatikan di negara-
negara di seluruh dunia. Dalam menghadapi era globalisasi pembangunan
pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruh pesatnya perkembangan
ipteks termasuk perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan


dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-
mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. Apabila tidak ada perubahan
dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun terhenti. Produksi terhenti
kenaikannya, bahkan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau
karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang semakin
merajalela.
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) mengacu pada penggunaan
peralatan elektronik (terutama komputer) untuk memproses suatu kegiatan
tertentu. TIK mempunyai kontribusi yang potensial untuk berperan dalam mencapai
manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan yang signifikan. Di Indonesia, bidang
teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu dari enam bidang fokus
utama pengembangan iptek (Ristek 2005), yaitu:

(1) Ketahanan pangan,


(2) Sumber energi baru dan terbarukan
(3) Teknologi dan manajemen transportasi,
(4) Teknologi informasi dan komunikasi,
(5) Teknologi pertahanan, dan
(6) Teknologi kesehatan dan obat-obatan.
Dalam mendukung kegiatan pembangunan pertanian berkelanjutan, TIK
memiliki peranan yang sangat penting untuk mendukung tersedianya informasi
pertanian yang relevan dan tepat waktu.

Informasi pertanian merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
produksi dan tidak ada yang menyangkal bahwa informasi pertanian dapat
mendorong ke arah pembangunan yang diharapkan. Informasi pertanian

ii
merupakan aplikasi pengetahuan yang terbaik yang akan mendorong dan
menciptakan peluang untuk pembangunan dan pengurangan kemiskinan. Integrasi
yang efektif antara TIK dalam sektor pertanian akan menuju pada pertanian
berkelanjutan melalui penyiapan informai pertanian yang tepat waktu relevan, yang
dapat memberikan informasi yang tepat kepada petani dalam proses pengambilan
keputusan berusahatani untuk meningkatkan produktivitasnya. TIK dapat
memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar, input
produksi, tren konsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan
kuantitas produksi mereka. Informasi pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan
tanaman yang baru, penyakit dan hama tanaman/ternak, ketersediaan transportasi,
informasi peluang pasar dan harga pasar input maupun output pertanian sangat
penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi (Maureen 2009).

B. Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah yang akan di bahas pada


makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang teknologi informasi dan komunikasi dalam pertanian?
2. Sejauh mana manfaat aplikasi TIK untuk mendukung pembangunan
pertanian berkelanjutan?
3. Hambatan-hambatan apa saja yang dapat terjadi dalam aplikasi TIK
untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan?
4. Bagaimana rancangan strategi aplikasi TIK yang efektif pembangunan
pertanian berkelanjutan?
5. Aplikasi apa saja yang sudah diterapkan di Indonesia dalam
Membangun Pertanian yang berkelanjutan?

C. Tujuan

Adapun Tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah

ii
1. Untuk mengetahui tentang teknologi informasi dan komunikasi dalam
pertanian yang berkelanjutan
2. Mengtahui ataupuin menganalisis sudah sejauh mana perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung pembangunan
yang berkelanjutan
3. Mengetahui hambatan-hambatan dalam aplikasi TIK dalam mendorong
pembangunan yang berkelanjutan
4. Mengetahui apa saja yang sudah dirancangkan dalam aplikasi TIK
untuk pembangunan yang berkelanjutan
5. Mengetahui dan memberikan informasi kepada pembaca makalah ini
tetntang aplikasi yang sudah ada untu pembangunan pertanian yang
berkelanjutan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas manfaat yang


akan diperoleh dengan diadakannya penelitian ini:
1. Manfaat Teoritis
a. Penulis
Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori
yang telah dipelajari dengan praktek yang telah diterapkan.
b. Lingkungan Akademik
Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat berguna dalam menambah
bahan bacaan bagi mahasiswa Universitas Andalas khususnya bagi
mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Penyuluhan dan Komunikasi
Pembangunan.

ii
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian teknologi informasi dan komunikasi

Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material


dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya. Informasi adalah
hasil pemrosesan, manipulasi dan pengorganisasian/penataan dari sekelompok
data yang mempunyai nilai dan pengetahuan (knowledge) bagi penggunanya.
Komunikasi adalah suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang,
kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi
agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain Jadi dapat disimpulkan bahwa
Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah suatu teknologi yang digunakan
untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas, yaituinformasi yang relevan, akurat dan tepat waktu,
yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan
informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan

B. Pengertian pembangunan pertanian yang berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang


berlanjut untuk saat ini dan saat yang akan datang dan selamanya, Artinya
pertanian tetap ada dan bermanfaat bagi semuanya dan tidak menimbulkan
bencana bagi semuanya. Jadi dengan kata lain pertanian yang bisa dilaksanakan
saat ini, saat yang akan datang dan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu
kita. Ada pun definisi lain dari sistem pertanian berkelanjutan adalah sebagai
alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat
menguntungkan secara ekonomi dan aman secara lingkungan.
Sistem pertanian Berkelanjutan juga dapat diartikan sebagai keberhasilan
dalam mengelola sumberdaya untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi
kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas

ii
lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan
selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan,
pendapatan dan kesehatan. Sedangkan tujuan pertanian yang berwawasan
lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah;
meningkatkan dan mempertahankan basil pada aras yang optimal;
mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan
yang lebih penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
penduduk dan makhluk hidup lainnya. Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang meliputi komponen-
komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan
secara ideal untuk saat ini dan yang akan datang.
Setelah perang dunia II penggunaan bahan kimia dan rekayasa teknologi
meningkat lagi dan mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, dimana pada tahun
yang sama terjadi krisis energi. Semua negara berlomba-lomba memacu
produktivitas industri pertanian untuk memenuhi bahan baku agroindustri.
Semangat berkompetisi melahirkan teknologi-teknologi baru didunia pertanian
seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan teknologi canggih pertanian.
Dinegara-negara selatan seperti Indonesia, dicanangkan program intensiifikasi
usaha tani, khususnya padi sebagai makanan pokok, dengan mendorong
pemakaina benih varietas unggul (high variety vield), pupuk kimia dan obat-
obatan pemeberantas hama dan penyakit. Kebijakkan pemerintah saat itu memang
secara jelas merekomondasaikan penggunaan energi luar yang dikenal dengan
paket Panca Usaha Tani, yang salah satunya menganjurkan penggunaan pupuk
kimia dan pestisida.
Terminologi pertanian berkelanjutan (susitainable agriculture) sebagai
padanan istilah agroekosistem pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an
oleh pakar pertanian FAO (Food Agriculture Organization) Argoekosistem sendiri
mengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campur tangan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu, untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Conway (1984) juga menggunakan istilah
pertanian berkelanjutan dengan agroekosistem yang berupaya memadukan antara
produktivitas (Produtivity), stabilitas (stability) pemerataan (equality), jadi

ii
semakin jelas bahwa konsep agroekosistem atau pertanian berkelanjutan adalah
jawaban dari green evolution. Kegagalan pertanian modern memaksa pakar
pertanian dan lingkungan berpikir keras dan mencobamerumuskan kembali sistem
pertanian ramah lingkungan atau back to nature. Jadi sebenarnaya sistem
pertanian yang berkelanjutan merupakan paradigma lama yang mulai
diaktualisasikan kembali menjelang masuk abad ke 21 ini. Hal ini merupakan
fenomena keteraturan siklus alamiah sesuai dengan pergantian abad.

Saat ini, negara-negara barat dilanda gelombang budaya teknologi tinggi


(information technology) yang disertai pesatnya penggunaan teknologi super
canggih dalam bidang telekomunikasi, misalnya penemuan internet, telepon
seluler, dan lain sebagainya. Sementara negara-negara selatan masih berada dalam
masa transisi dari gelombang budaya pertanian ke gelombang budaya industri.
Teknologi yang diadopsi oleh masyarakat manusia turut menentukkan semangat,
corak, sifat, struktur, serta proses ekonomi, sosial, dan budaya. Konsep pertanian
yang berkelanjutan terus berkembang, diperkaya dan dipertajam dengan kajian
pemikiran, model, metode, dan teori berbagai disiplin ilmu sehingga menjadi
suatu kajian ilmu terapan yang diabadikan bagi kemaslahatan umat manusia untuk
generasi sekarang dan mendatang.
Pertanian berkelanjutan dengan pendekatan sistem dan besifat holistik
mempertautkan berbagai aspek atau gatrs dan disiplin ilmu yang sudah mapan
antara lain agronomi, ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Sistem pertanian berkelanjutan juga beisi suatu ajakan moral untuk berbuat
kebajikkan pada lingkungan sumber daya alam dengan memepertimbangkan tiga
matra atau aspek sebagai berikut:
(1). Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak
boleh mnyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbanganadalah indikator
adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismena dikendalikanoleh
hukum alam.
(2). Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus
mengacu pada pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain,
untuk jangka pandek dan jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem
ekologi maupun diluar sistem ekologi.

ii
(3). Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus
selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi
oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan
peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin secra ekonomis dan
ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial
dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena
bau kotoran ayam.
Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem
pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk
dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial
pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha
pertanian dalam arti luas. Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian
berkelanjutan
(1). Kelayakan ekonomis (economic viability)
(2). Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly)
(3). Diterima secara sosial (Social just)
(4). Kepantasan secara budaya (Culturally approiate)
(5). Pendekatan sistem holistik (sistem and hollisticc approach)

C. Prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan

Menurut Jaker PO (Jaringan Kerja Pertanian Organik) dan IFOAM


(International Federation of Organic Agriculture Movement), ada 4 prinsip dasar
dalam membangun gerakan pertanian berkelanjutan :

1. Prinsip ekologis
Prinsip ini mengembangkan upaya bahwa pola hubungan antara organisme
dengan alam adalah satu kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah, udara,
iklim serta sumber-sumber keane-karagaman-hayati di alam harus seoptimal
mungkin (tidak mengeksploitasi). Upaya-upaya pelesta-rian harus sejalan dengan
upaya pemanfaatan.
2. Prinsip teknis
Produksi dan pengolahan Prinsip teknis ini merupakan dasar untuk mengupayakan
suatu produk organik. Yang termasuk dalam prinsip ini mulai dari transisi lahan

ii
model pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan, cara pengelolaannya,
pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit hingga penggunaan teknologi yang
digunakan sejauh mungkin mempertimbangkan kondisi fisik setempat.
3. Prinsip Sosial ekonomis
Prinsip ini menekankan pada penerimaan model pertanian secara sosial dan secara
ekonomis menguntungkan petani. Selain itu juga mendorong berkembangnya
kearifan lokal, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, dan mendorong
kemandirian petani.
4. Prinsip Politik
Prinsip ini mengutamakan adanya kebijakan yang tidak bertentangan dengan
upaya pengembangan pertanian berkelanjutan. Kebijakan ini baik dalam upaya
produksi, kebijakan harga, maupun adanya pemasaran yang adil.

 D. Ciri-ciri pertanian berkelanjutan


(1). Secara ekonomi menguntungkan dan dapat dipertanggung jawabkan
(economically viable). Petani mampu menghasilkan keuntungan dalam tingkat
produksi yang cukup dan stabil,   pada tingkat resiko yang bisa ditolerir/diterima.
(2). Berwawasan ekologis (ecologically sound).
Kualitas agroekosistem dipelihara atau ditingkatkan, dengan menjaga
keseimbangan ekologi serta konservasi keanekaragaman hayati. Sistem pertanian
yang berwawasan ekologi adalah sistem yang sehat dan mempunyai ketahanan
yang tinggi terhadap tekanan dan gangguan (stress dan shock).
(3). Berkeadilan sosial.
Sistem pertanian yang menjamin terjadinya keadilan dalam akses dan kontrol
terhadap lahan, modal, informasi, dan pasar, bagi yang terlibat tanpa membedakan
status sosial-ekonomi, gender, agama atau kelompok etnis.
(4). Manusiawi dan menghargai budaya lokal.
Menghormati eksistensi dan memperlakukan dengan bijak semua jenis mahluk
yang ada. Dalam pengembangan pertanian tidak melepaskan diri dari konteks
budaya lokal dan menghargai tatanan nilai, spirit dan pengetahuan lokal.
(5). Mampu berdaptasi (adaptable).

ii
BAB III
METODE PENULISAN MAKALAH

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penulisan makalah ini dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober- 20 Oktober


2020 di Kecamatan Panyabungan II Kabupaten Mandailing Natal Provinsi
Sumatera Utara.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penulisan makalah ini Laptop, Alat tulis,
Handphone. Bahan yang digunakan dalam penulisan makalah ini jurnal jurnal
tentang pembangunan pertanian berkelanjutan dan jurnal tentantang penerapan
TIK untuk pertanian yang berkelanjutan.

C. Metode atau Rancangan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini dilakukan dengan mencari dan membaca jurnal-


jurnal yang terkait dengan tem dalam makalah kemudian mereview jurnal
tersebeut agar didapat inti dari jurnal itu dan seterusnya dituliskan didalam word
dalam format makalah yang disajikan.

D. Pelaksanaan Penulisan Makalah

Penulisan makalah ini dilaksanakan di rumah di Kabupaten Mandailing Natal


dengan mencari jurnal-jurnal seputar penerapan TIK untuk pembangunan
pertanian yang berkenajutan.

ii
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Bidang pertanian

Dalam era globalisasi yang semakin menguat, penguasaan terhadap


Teknologi Komunikasi dan Informasi merupakan keharusan yang tak lagi bisa
ditawar. Teknologi diyakini sebagai alat pengubah. Sejarah membuktikan evolusi
teknologi selalu terjadi sebagai tujuan atas hasil upaya keras para jenius yang pada
gilirannya temuan teknologi tersebut diaplikasikan untuk memperoleh kemudahan
dalam aktivitas kehidupan dan selanjutnya memperoleh manfaatnya. Teknologi
informasi komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pelayanan pemerintah kepada
masyarakat.Teknologi informasi mempunyai tiga peranan pokok:
(1).Instrumen dalam mengoptimalkan proses pembangunan, yaitu dengan
memberikan dukungan terhadap manajemen dan pelayanan kepada masyarakat.
(2).Produk dan jasa teknologi informasi merupakan komoditas yang mampu
memberikan peningkatan pendapatan baik bagi perorangan, dunia usaha dan
bahkan negara dalam bentuk devisa hasil eksport jasa dan produk industry
telematika.
(3).Teknologi informasi bisa menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa,
melalui pengembangan sistem informasi yang menghubungkan semua institusi
dan area seluruh wilayah nusantara.

Kesadaran pentingnya teknologi komunikasi dan informasi yang biasanya


disebut ICT (Information and Communication Technologi), bukan hanya
monopoli kalangan pengusaha besar saja tetapi juga bertumbuh di kalangan
pengusaha kecil dan kekuatan-kekuatan masyarakat lain, seperti koperasi,
kelompok tani, dan masyarakat biasa. ICT diyakini berperan penting dalam
pengembangan bisnis, kelembagaan organisasi, dan juga mampu mendorong
percepatan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Teknologi juga
memegang peranan penting dalam pengembangan pertanian. Teknologi
dimafaatkan dalam tiga cabang utama pertanian yaitu penanaman, peternakan, dan
perikanan. Salah satu contoh teknologi informasi komunikasi yaitu internet.

ii
Internet menyajikan dunia secara tanpa batas. Lewat sarana inilah diharapkan
dapat digunakan untuk mencari segala informasi yang dibutuhkan dan dapat pula
digunakan oleh masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan perkeonomian
melalui korespondensasi dengan orang lain atau dengan berbagai perusahaan di
berbagai penjuru yang ada baik informasi terkini maupun informasi terlama bisa
didapat dan dikirimkan dengan cepat. Selama ini masalah yang dihadapi oleh
masyarakat desa disebabkan kurangnya informasi yang baru dan tepat. Informasi
dari internet berfungsi sebagai langkah awal untuk menyelesaikan masalah yang
kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan yang lain.

Internet memberi informasi kepada para petani dalam pemeliharaan


tanaman dan hewan, pemberian pupuk, irigasi, ramalan cuaca dan harga pasaran.
Manfaat internet menguntungkan para petani dalam hal kegiatan advokasi dan
kooperasi. Internet juga bermanfaat untuk mengkoordinasikan penanaman agar
selalu ada persediaan di pasar, lebih teratur dan harga jual normal. Jika para petani
memerlukan informasi khusus yang tidak dapat segera dilayani para petugas
penyuluhan pertanian, maka mereka bisa mendapatkan informasi tersebut dari
internet. Pengenalan internet bisa dimulai dari para pemuka masyarakatnya. Para
pemimpin tersebut perlu diyakinkan akan efektivitas internet dalam membidik
sasaran-sasaran pembangunan yang ditetapkan.

Dengan demikian manfaat internet dapat cepat disebarluaskan kepada


masyarakat banyak melalui para pemuka masyarakat tersebut. Struktur
masyarakat perdesaan tersusun dalam kelompok-kelompok, baik itu kelompok
usaha, kesenian, ataupun kelompok social lainnya, yang masing-masing
mempunyai pemimpinnya. Para pemuka masyarakat dapat diberdayakan untuk
menunjukkan manfaat internet bagi setiap kelompoknya. Pemberdayaan tersebut
dapat dilakukan melalui kampanye lokal, pelatihan-pelatihan dan proyek
percontohan. Dengan lancarnya arus informasi, keterlambatan dan miskomunikasi
mengenai penanaman, pemupukan, penyemprotan, pemanenan, pengeringan, dan
penjualan hampir tidak terjadi lagi.

Koperasi dapat mengetahui kebutuhan mingguan para petani secara akurat


dan menjadwalkannya dengan baik, musim panen dapat dirotasi, harga lebih

ii
stabil, sementara koperasi dapat menjadi pengumpul dan pemasar hasil produksi
langsung kepada konsumen akhir. Peran tengkulak dan pengijon secara bertahap
dieliminasi. Harapannya TIK ini dapat digunakan oleh sebanyak mungkin petani
Indonesia atau bahkan para petani di dunia agar produktivitas padi mereka
meningkat, dan dijadikan sebagai alat pengembangan pertanian, demikian pula
untuk kesejahteraan hidupnya petani. Penggunaan Komputer Untuk Pertanian
keberadaan konsumen selalu penting bagi produsen, untuk memahami konsumen
dan bagaimana cara terbaik untuk pasar mereka dengan kemajuan teknologi yang
signifikan selama dua dekade, kini pemasar dihadapkan dengan lebih banyak
alternatif dan memahami bagaimana menyusun kebijakan promosi, namun apa
yang diharapkan ternyata lebih sulit. Industri pertanian (sektor yang penting di
seluruh dunia) memiliki pengecualian.

Di Amerika Serikat ada sekitar 2,1 juta peternakan dengan nilai produksi
melebihi $217 miliar dan biaya produksi melebihi $190 miliar. Pertanian memiliki
peran yang lebih menonjol. Meskipun sering disebut sebagai petani, maka
produsen pertanian adalah penjual dan sekaligus pembeli, dan penting untuk
setiap bisnis yaitu tentang target pasar yang besar untuk memahami bagaimana
keputusan pembelian yang dibuat dan apa yang diharapkan dari adanya
komunikasi pemasaran.

Pertanian merupakan salah satu budaya industri tertua dan selalu


berhadapan dengan banyak perubahan. Perhatian utama bagi produsen pertanian
selama sepuluh tahun terakhir di Amerika Serikat telah mengalami penurunan
besar terkait harga komoditas karena pengaruh global dan adanya Reformasi
Undang-Undang Federal (FAIR), yang pada tahun 1996. FAIR dimaksudkan
sebagai kontrol produksi dengan membatasijenis dan jumlah produk yang
dihasilkan. Idenya adalah jika produksi pertanian melimpah akan menurunkan
harga, dan pelanggan akan membeli, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan
permintaan. Dalam kenyataannya, produk pertanian seperti makanan seringkali
terjadi penurunan harga, namun tetap tidak merangsang permintaan. Sementara itu
untuk produk pertanian plummeted, biaya operasional terus meningkat. Keadaan

ii
ini membawa efek kombinasi, bahkan jumlah produsen pertanian di Amerika
Serikat menurun dari 6,8juta (1935) menjadi 2,1 juta (2004).

Industri pertanian sebagai produsen telah dipaksa untuk menyerap lebih


banyak tagihan yang belum dibayarkan dengan profitabilitas memburuk
Penurunan profit margin dan meningkatnya jumlah kegagalan ternak dan
menyebabkan pesimisme.Kini strategi efisiensi lebih menjanjikan yaitu
peningkatan manfaat teknologi, seiring dengan lebih canggihnya traktor dan
peralatan, adopsi teknologi peramalan cuaca, global positioning system (GPS),
citra satelit dan bioteknologi, yang menarik dalam kajian ini adalah penggunaan
internet dan peranan dalam pemasaran pada industri pertanian.

B. Aplikasi TIK untuk Mendukung Pembangunan Pertanian Berkelanjutan


Istilah pembangunan berkelanjutan pertama kali muncul pada tahun 1980
dalam World Conservation Strategy dari the International Union for the
Conservation of Nature (IUCN), lalu pada tahun 1981 dipakai oleh Lester R.
Brown dalam buku Building a Sustainable Society (Keraf 2002). Istilah tersebut
kemudian menjadi sangat populer ketika pada tahun 1987 World Commision on
Environment and Development atau dikenal sebagai Brundtland Commision
menerbitkan buku berjudul Our Common Future (Fauzi 2004). Tahun 1992
merupakan puncak dari proses politik yang akhirnya pada Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Janeiro, Brasil, paradigma pembangunan
berkelanjutan diterima sebagai sebuah agenda politik pembangunan untuk semua
negara di dunia (Keraf 2002).

Konsep berkelanjutan merupakan konsep yang sederhana namun


kompleks, sehingga pengertian keberlanjutan pun sangat multi-dimensi dan multi-
interpretasi. Karena adanya multi-dimensi dan multi-interpretasi ini, para ahli
sepakat untuk sementara mengadopsi pengertian yang telah disepakati oleh
Komisi Brundtland yang menyatakan bahwa “pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka” (Fauzi
2004). Konsep keberlanjutan ini paling tidak mengandung dua dimensi, yaitu

ii
dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi
di masa mendatang, dan dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem
sumber daya alam dan lingkungan (Heal 1998 dalam Fauzi 2004).

Pezzey melihat aspek keberlanjutan dari sisi yang berbeda. Keberlanjutan


memiliki pengertian statik dan dinamik. Keberlanjutan statik diartikan sebagai
pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dengan laju teknologi yang konstan,
sementara keberlanjutan dinamik diartikan sebagai pemanfaatan sumber daya
alam yang tidak terbarukan dengan tingkat teknologi yang terus berubah. Adapun
Haris melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci menjadi tiga aspek
pemahaman (Fauzi 2004), yaitu:
(1). Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yang mampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memelihara keberlanjutan
pemerintahan dan menghindari terjadinya ketidakseimbangan sektoral yang dapat
merusak produksi pertanian dan industri.
(2). Keberlanjutan lingkungan: Sistem yang berkelanjutan secara lingkungan
harus mampu memelihara sumber daya yang stabil, menghindari eksploitasi
sumber daya alam dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsep ini juga
menyangkut pemeliharaan keanekaragaman hayati, stabilitas ruang udara dan
fungsi ekosistem lainnya yang tidak termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.
(3). Keberlanjutan sosial: Keberlanjutan secara sosial diartikan sebagai sistem
yang mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk
kesehatan, pendidikan, gender dan akuntabilitas politik.
Menurut Munasinghe (1993) pembangunan berkelanjutan mempunyai tiga
tujuan utama, yaitu: tujuan ekonomi (economic objective), tujuan ekologi
(ecological objective) dan tujuan sosial (social objective). Tujuan ekonomi terkait
dengan masalah efisiensi (efficiency) dan pertumbuhan (growth); tujuan ekologi
terkait dengan masalah konservasi sumber daya alam (natural resources
conservation); dan tujuan sosial terkait dengan masalah pengurangan kemiskinan
(poverty) dan pemerataan (equity). Dengan demikian, tujuan pembangunan
berkelanjutan pada dasarnya terletak pada adanya harmonisasi antara tujuan
ekonomi, tujuan ekologi dan tujuan sosial.

ii
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR
1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil
untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah
sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumber daya alam” (pengelola usaha tani yang memiliki tingkat
keberdayaan berkelanjutan). Diharapkan pertanian yang berkelanjutan akan
menghasilkan pula petani yang berdaya secara berkelanjutan pula. Ciri-ciri
pertanian berkelanjutan adalah sebagai berikut:
(1). Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumber daya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan–dari manusia,
tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan
terpenuhi jika tanah dikelola serta kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat
dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumber daya lokal
digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
(2). Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang
dikeluarkan dan dapat melestarikan sumber daya alam dan meminimalisasikan
risiko.
(3). Adil, yang berarti sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian
rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan
begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai dan
bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta dalam
pengambilan keputusan di lapangan dan di masyarakat.
(1). Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup
(manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang
mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang) dan
termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual masyarakat.
(2). Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan
diri dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus, misalnya
populasi yang bertambah, kebijakan dan permintaan pasar.
Dalam “World Summit on the Information Society five years on:
Information and communications Technology for Inclusive Development”

ii
(ESCAP 2008) dinyatakan bahwa wilayah Asia-Pacific menghadapi berbagai
tantangan dalam menghadapi target tujuan pembangunan pada millennium
pertama (antara tahun 1990 dan 2015), sejumlah penduduk menderita karena
kelaparan. Keberlanjutan pertanian dan keamanan pangan terancam oleh
rendahnya hasil pertanian, miskinnya pengelolaan sumber daya tanah dan air,
serta pendidikan tenaga kerja bidang pertanian yang berada di bawah standar.
Kondisi penduduk tersebut juga sangat rentan terhadap bencana, seperti keringan,
banjir, gempa bumi dan tanah longsor. Teknologi informasi dan komunikasi dapat
diterapkan dalam mendukung manajemen sumber daya, pemasaran, penyuluhan
dan mengurangi resiko kehancuran untuk membantu negara-negara meningkatkan
produksi pangan dan mengurangi ancaman terhadap ketahanan pangan.

Berdasarkan penelitian Wahid (2006) terhadap pemanfaatan kafe internet,


faktanya diketahui bahwa penggunaan internet (aplikasi teknologi informasi)
cenderung dimanfaatkan khususnya untuk meningkatkan kapabilitas pendidikan
secara personal dan pengalaman internet, sekolahan di Indonesia dan negara
berkembang lainnya dapat memainkan peranan yang penting dalam
mengembangkan sikap dan keahliannya untuk meningkatkan manfaat sosial dari
penggunaan web. Hal ini berarti juga mendidik masyarakat dalam bagaimana
caranya menggunakan web tersebut untuk mencari informasi yang tepat dan
relevan dalam bahasa yang dapat dipahami. Selanjutnya, Purbo (2002) memiliki
argumentasi bahwa pergerakan golongan akar rumput (grassroots movements)
mendorong pengembangan akses dan pemanfaatan internet di Indonesia.

Meskipun masih terdapat beberapa kendala sehingga pemanfaatan TIK


menjadi sangat komplek dan sulit untuk diadopsi, TIK sebenarnya dapat
menyediakan kesempatan yang lebih besar untuk mencapai suatu tingkatan
tertentu yang lebih baik bagi petani. Hal ini ditunjukkan ketika beberapa lembaga
penelitian dan pengembangan menyampaikan studi kasus yang mendeskripsikan
bagaimana TIK telah dimanfaatkan oleh petani dan stakeholders usahawan pelaku
bidang pertanian sehingga memperoleh peluang yang lebih besar untuk
memajukan kegiatan usahataninya. Keberhasilan pemanfaatan TIK oleh petani di
Indonesia dalam memajukan usahataninya ditunjukkan oleh beberapa kelompok
tani yang telah memanfaatkan internet untuk akses informasi dan promosi hasil

ii
produksinya dengan menggunakan fasilitas yang disediakan Community Training
and Learning Centre (CTLC) di Pancasari (Bali) dan Pabelan (Salatiga) yang
dibentuk Microsoft bekerja sama dengan lembaga nonprofit di bawah Program
Unlimited Potential.

Melalui akses informasi digital dari internet, petani mengenal teknologi


budidaya paprika dalam rumah kaca. Sejak mengirimkan profil produksi di
internet, permintaan terhadap produk pertanian yang diusahakan terus
berdatangan. Promosi melalui internet dapat memutus hubungan petani dengan
tengkulak yang sering memberikan harga jauh di bawah harga pasar (Sigit et al.
2006). Melalui Unit Pelayanan Informasi Pertanian tingkat Desa–Program
Peningkatan Pendapatan Petani melalui inovasi (UPIPD-P4MI) yang dilaksanakan
oleh Badan Litbang Pertanian, petani di sekitar lokasi UPIPK sudah
memanfaatkan internet untuk akses informasi dan promosi hasil pertanian yang
diusahakan (UPIPD Kelayu Selatan- P4MI 2009).

Manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan aplikasi teknologi informasi


dan komunikasi (Mulyandari 2005), khususnya dalam mendukung pembangunan
pertanian berkelanjutan di antaranya adalah:
(1). Mendorong terbentuknya jaringan informasi pertanian di tingkat lokal dan
nasional.
(2). Membuka akses petani terhadap informasi pertanian untuk:
1) Meningkatkan peluang potensi peningkatan pendapatan dan cara
pencapaiannya;
2) Meningkatkan kemampuan petani dalam meningkatkan posisi tawarnya,
serta
3) Meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan diversifikasi
usahatani dan merelasikan komoditas yang diusahakannya dengan input
yang tersedia, jumlah produksi yang diperlukan dan kemampuan pasar
menyerap output.
(3).Mendorong terlaksananya kegiatan pengembangan, pengelolaan dan
pemanfaatan informasi pertanian secara langsung maupun tidak langsung untuk
mendukung pengembangan pertanian lahan marjinal.

ii
(4). Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous
knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung
pengembangan pertanian lahan marjianal.

C. Hambatan-Hambatan Aplikasi TIK Dalam Mendukung Pembangunan


Pertanian yang Berkelanjutan
Meskipun disadari TIK memiliki peranan yang sangat penting dalam
mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan, namun sampai saat ini petani
di dunia, khususnya di Indonesia masih belum dipertimbangkan dalam bisnis TIK
dan lingkungan kebijakan. Fakta yang agak mengejutkan adalah bahwa aplikasi
TIK memiliki kontribusi yang tidak terukur secara ekonomi bagi masing-masing
GDPs. Dalam waktu yang sama, pemanfaatan TIK dalam pembangunan pertanian
berkelanjutan membutuhkan proses pendidikan dan peningkatan kapasitas karena
masih terdapat kesenjangan secara teknis maupun keterampilan dalam bisnis
secara elektronik (e-business).
Survei yang dilakukan oleh the International Society for Horticultural
Sciences (ISHS) telah mengidentifikasi hambatan-hambatan dalam mengadopsi
TIK oleh petani khususnya petani hortikultura, yaitu: keterbatasan kemampuan;
kesenjangan dalam pelatihan (training), kesadaran akan manfaat TIK, waktu,
biaya dari teknologi yang digunakan, integrasi sistem dan ketersediaan software.
Partisipan dari negara-negara maju menekankan pada hambatan: tidak adanya
manfaat ekonomi yang dapat dirasakan, tidak memahami nilai lebih dari TIK,
tidak cukup memiliki waktu untuk menggunakan teknologi dan tidak mengetahui
bagaimana mengambil manfaat dari penggunaan TIK. Responden dari negara-
negara berkembang menekankan pentingnya “biaya teknologi TIK” dan
“kesenjangan infrastruktur teknologi.” Hasil kuesioner dari the Institute for
Agricultural and Fisheries Research sejalan dengan survei ISHS dan survey dari
the European Federation for Information Technology in Agriculture (EFITA)
yang mengindikasikan adanya suatu pergeseran dari kecakapan secara teknis TIK
sebagai suatu faktor pembatas menuju pada kesenjangan pemahaman bagaimana
mengambil manfaat dari pilihan TIK yang bervariasi (Taragola et al. 2009).

ii
TIK memiliki peranan yang sangat penting dalam pertanian modern dan
menjaga keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan. Namun demikian, untuk
wilayah negara-negara berkembang masih banyak mengalami kendala dalam
aplikasinya untuk mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan. Tantangan
yang umum dihadapi adalah bahwa akses telepon dan jaringan elektronik di
perdesaan dan wilayah terpencil (remote area) sangat terbatas; telecenter yang
menawarkan layanan TIK masih langka karena biaya yang diperlukan akibat
tingginya investasi dan biaya operasional yang dibutuhkan. Kekurangan pada
tingkatan lokal dalam aplikasi TIK perlu dipikirkan dalam merancang strategi
aplikasi TIK sesuai dengan kondisi di lapangan yang spesifik lokasi baik melalui
kapasitas teknologi tradisional, seperti siaran radio. emerintah dan masyarakat
perdesaan dapat bekerja bersama untuk melayani pengguna atas dasar
profitabilitas di samping ada unsur sosial untuk mendukung keberlanjutan aplikasi
TIK di tingkat perdesaan.

Berdasarkan Survei yang dilakukan oleh the International Society for


Horticultural Sciences (ISHS) hambatan-hambatan dalam mengadopsi TIK oleh
petani khususnya petani hortikultura, yaitu: keterbatasan kemampuan;
kesenjangan dalam pelatihan (training), kesadaran akan manfaat TIK, waktu,
biaya dari teknologi yang digunakan, integrasi sistem dan ketersediaan software.
Untuk responden dari negara-negara berkembang menekankan pentingnya “biaya
teknologi TIK” dan “kesenjangan infrastruktur teknologi (Taragola et al. 2009).

Beberapa hambatan dalam aplikasi TIK untuk mendukung pembangunan


pertanian berkelanjutan yang berhasil diidentifikasi oleh Sumardjo et al. (2009)
secara ringkas adalah sebagai berikut:

1. Belum adanya komitmen dari manajemen di level stakeholders managerial


yang ditunjukkan dengan adanya kebijakan yang belum konsisten.
2. Kemampuan tingkat manajerial pimpinan di level stakeholders (khususnya di
lingkup pemda dan dinas kabupaten) sebagian besar masih belum memiliki
kapasitas di bidang teknologi informasi, sehingga banyak sekali proses
pengolahan input yang seharusnya dapat difasilitasi dengan aplikasi teknologi
informasi tidak diperhatikan dan bahkan cenderung dihindari penerapannya.

ii
3. Sebagian besar level manajerial belum mengetahui secara persis konsep
aplikasi teknologi informasi, sehingga berimplikasi pada rendahnya aplikasi
teknologi informasi untuk mendukung operasionalisasi pelaksanaan tugas
sehari-hari.
4. Infrastruktur penunjang tidak mendukung operasi pengelolaan dan penyebaran
informasi pertanian yang berbasis teknologi informasi, seperti misalnya
pasokan listrik yang masih kurang memadai, perlengkapan hardware tidak
tersedia secara mencukupi baik kualitas maupun kuantitasnya, gedung atau
ruangan yang tidak memadai, serta jaringan koneksi internet yang masih
sangat terbatas (khususnya untuk wilayah remote area).
5. Biaya untuk operasional aplikasi teknologi informasi untuk akses dan
pengelolaan informasi yang disediakan oleh pemerintah daerah khususnya
sangat tidak memadai terutama untuk biaya langganan ISP untuk pengelolaan
informasi yang berbasis internet.
6. Infrastruktur telekomunikasi yang belum memadai dan mahal. Kalaupun
semua fasilitas ada, harganya masih relatif mahal.
7. Tempat akses informasi melalui aplikasi teknologi informasi sangat terbatas.
Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong-
royong untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di
perpustakaan umum (public library). Di Indonesia hal ini seharusnya dapat
dilakukan di kantor pos, kantor pemerintahan dan tempat-tempat umum
lainnya.
8. Sebagian usia produktif dan yang bekerja di lembaga subsistem jaringan
informasi inovasi pertanian tidak berbasis teknologi informasi, sehingga
semua pekerjaan jalan seperti biasanya dan tidak pernah memikirkan efisiensi
atau pemanfaatan teknologi informasi yang konsisten.
9. Dunia teknologi informasi terlalu cepat berubah dan berkembang, sementara
sebagian besar sumber daya manusia yang ada di lembaga subsistem jaringan
informasi inoasi pertanian cenderung kurang memiliki motivasi untuk terus
belajar mengejar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga
seringkali kapasitas SDM yang ada tidak dapat mengikuti perkembangan

ii
teknologi informasi dan komunikasi dan cenderung menjadi lambat dalam
menyelesaikan tugas.
10. Kemampuan kapasitas SDM dalam aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi, khususnya di level penyuluh pertanian ataupun fasilitator tingkat
desa sebagai motor pendamping pelaksana pembangunan pertanian di daerah
masih sangat terbatas.
11. Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan petani atau pengguna akhir dalam
pemanfaatan teknologi informasi dalam akses informasi inovasi pertanian dan
mempromosikan produknya ke pasar yang lebih luas.
12. Dari segi sosial budaya, kultur berbagi masih belum membudaya. Kultur
berbagi (sharing) informasi dan pengetahuan untuk mempermudah akses dan
pengelolaan informasi belum banyak diterapkan oleh anggota lembaga
stakeholders. Di samping itu, kultur mendokumentasikan informasi/data juga
belum lazim, khususnya untuk kelembagaan yang berada di daerah.

D. Rancangan Strategi Aplikasi TIK yang Efektif Pembangunan Pertanian


Berkelanjutan
Studi yang telah dilakukan oleh ENRAP di Asia Pasifik (termasuk di
Indonesia) menemukan bahwa kesuksesan (efektivitas) intervensi aplikasi TIK
utamanya tergantung pada dampaknya terhadap mata pencaharian dan aset mata
pencaharian. Keberlanjutan (sustainability) suatu intervensi aplikasi TIK memiliki
mempunyai dua aspek penting, yaitu: kemampuan dalam melanjutkannya dalam
jangka panjang dan kemampuannya untuk mengurangi sifat mudah terlukanya
(vulnerabilities) dari target beneficiaries. Adapun kesadaran dan komitmen
stakeholders, ketepatan relevansi isi, penggunaan bahasa lokal dan upaya
penyediaan akses terhadap intervensi TIK adalah faktor kritis lain yang penting
bagi keefektivan dan kesuksesan dari suatu intervensi aplikasi ICT yang
ditargetkan bagi kehidupan masyarakat perdesaan. Intervensi yang bersifat
demand-driven dalam fungsinya seperti halnya teknologi tepat guna (sesuai
dengan yang dipilih atau diinginkan pengguna) mempunyai prevalensi kesuksesan
yang lebih tinggi (ENRAP 2009).

ii
Perkembangan TIK seperti komputer dan teknologi komunikasi,
khususnya internet dapat digunakan untuk menjembatani informasi dan
pengetahuan yang tersebar di antara yang menguasai informasi dan yang tidak.
Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses terhadap
peluang pendidikan, meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan pemerintah,
memperbesar partisipasi secara langsung dari ”used-to-be-silent-public”
(masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam proses demokrasi,
meningkatkan peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan
masyarakat dengan memberikan suara kepada kelompok yang semula tidak
bersuara (perempuan) dan kelompok yang mudah diserang, menciptakan jaringan
dan peluang pendapatan untuk wanita, akses terhadap informasi pengobatan untuk
masyarakat yang terisolasi dan meningkatkan peluang tenaga kerja (Servaes
2007).

Salah satu yang direkomendasikan untuk implementasi TIK dalam


pemberdayaan di negara berkembang adalah sebuah telecenter atau pusat
multimedia komunitas yang terdiri atas desktop untuk penerbitan, surat kabar
komunitas, penjualan atau penyewaan alat multimedia, peminjaman buku,
fotokopi, dan layanan telepon/faks. Apabila memungkinkan dapat pula dilengkapi
dengan akses internet dan penggunaan telepon genggam untuk meningkatkan
akses pengusaha dan petani di perdesaan akses informasi untuk meningkatkan
kesejahterannya. TIK merupakan alat yang sangat bermanfaat untuk knowledge
sharing, namun seringkali belum dapat memecahkan permasalahan pembangunan
yang disebabkan oleh isu sosial, ekonomi dan politik. Informasi pun seringkali
belum dapat digunakan sebagai pengetahuan karena belum mampu diterjemahkan
langsung oleh masyarakat (Servaes 2007).

Leeuwis (2004) menyatakan bahwa pesan dan teknologi (inovasi)


pertanian yang dipromosikan oleh agen penyuluhan sering tidak sesuai dan tidak
mencukupi. Hal ini memberikan implikasi bahwa informasi yang ditujukan pada
petani dan agen penyuluh sangat terbatas karena beberapa faktor, di antaranya
adalah: staf universitas dari disiplin yang berbeda, peneliti yang terlibat, politisi,
pengambil kebijakan, agroindustri dan birokrat yang memainkan peranan dalam
proses promosi inovasi pertanian tersebut. Konsekuensinya, inovasi yang terpadu

ii
hanya dapat diharapkan muncul ketika berbagai aktor (termasuk petani), yang
dapat mempengaruhi kecukupan pengetahuan dan teknologi, bekerjasama untuk
memperbaiki kinerja kolektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan
upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan informasi pertanian
(Agricultural Knowledge and Information System–AKIS).
Sistem pengetahuan dan informasi pertanian dapat berperan dalam
membantu petani dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar
kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi faktual di lapangan. Peningkatan efektivitas jejaring pertukaran
informasi antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk
mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan dukungan
implementasi TIK serta peran aktif berbagai kelembagaan terkait upaya untuk
mewujudkan jaringan informasi inovasi bidang pertanian sampai di tingkat petani
dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi pertanian
sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang memiliki
fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi untuk
mengkomunikasikan inovasi pertanian.
Rekomendasi aplikasi TIK dalam mendukung pembangunan pertanian
yang berkelanjutan adalah aplikasi TIK yang mendorong terjadinya knowledge
sharing untuk meningkatkan fungsi sistem pengetahuan dan informasi pertanian.
Dengan demikian, aplikasi TIK tersebut dapat berperan dalam membantu petani
dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan,
sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
faktual di lapangan. Peningkatan efektivitas jejaring pertukaran informasi antar
pelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem
pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan dukungan TIK serta peran aktif
berbagai kelembagaan pengetahuan terkait pertanian dan kelembagaan-
kelembagaan pendukung lainnya yang berpotensi untuk bersinergi, upaya untuk
mewujudkan jaringan informasi bidang pertanian sampai di tingkat kelompok
petani dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi
pertanian sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang
memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi

ii
untuk memproses dan mengkomunikasikan inovasi pertanian berkelanjutan,
khususnya penyuluh pertanian dan petani.
Berdasarkan permasalahan yang masih banyak dihadapi dalam
implementasi TIK untuk mendukung pembangunan pertanian, maka aplikasi TIK
dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi kesiapan sumber daya
yang ada di daerah. Aplikasi TIK diarahkan untuk mendukung percepatan akses
pelaku pembangunan pertanian terhadap sumber informasi yang dibutuhkan
sekaligus merupakan sarana untuk mempercepat proses pertukaran informasi
antarpihak-pihak terkait dalam proses pembangunan pertanian berkelanjutan.
Mengingat keterbatasan sumber daya dan pengetahuan pelaku
pembangunan pertanian di level grass root, maka aplikasi TIK perlu
dimodifikasikan dengan media konvensional. Berbagai sarana telekomunikasi dan
media komunikasi dapat difungsikan untuk mempercepat proses berbagi
pengetahuan di setiap level pelaku pembangunan pertanian. Aplikasi TIK dapat
diterapkan sampai di level kecamatan dalam bentuk pusat-pusat informasi
pertanian untuk mempercepat proses berbagi pengetahuan antara pelaku
pembangunan pertanian sampai di tingkat kecamatan dengan pelaku
pembangunan pertanian di tingkat regional, nasional, bahkan global. Selanjutnya
informasi yang diperoleh malalui aplikasi teknologi informasi, misalnya internet
dapat disederhanakan dan dikemas kembali sesuai kebutuhan dan karakteristik
pengguna akhir oleh penyuluh pertanian atau fasilitator baik formal maupun
nonformal. Informasi yang sudah diolah dan dikemas kembali dalam format yang
sesuai dengan karakteristik pengguna dapat disebarkan lebih lanjut melalui
berbagai media komunikasi yang tersedia di tingkat pelaku pembangunan
pertanian sampai di tingkat petani. Sebaliknya, informasi yang berasal dari pelaku
pembangunan pertanian yang berada di grass root juga dapat didokumentasikan
sebagai indigenous knowledge yang dapat dijadikan sebagai bahan pengambil
kebijakan maupun pengembangan pengetahuan lebih lanjut.
Komunikasi banyak langkah masih relevan untuk diterapkan dalam
mendukung percepatan proses berbagi pengetahuan di antara pelaku
pembangunan pertanian sehingga pembangunan pertanian dapat berlangsung
secara berkelanjutan. Secara ringkas mekanisme aplikasi TIK yang

ii
dimodifikasikan dengan komunikasi banyak langkah untuk mempercepat proses
berbagi pengetahuan di setiap level pelaku pembangunan pertanian (dimodifikasi
dari Mulyandari 2005). Dalam strategi rancangan aplikasi TIK dalam mendukung
pembangunan pertanian berkelanjutan, terdapat tiga tahapan utama dengan
asumsi di tingkat kecamatan dibangun pusat informasi pertanian di tingkat
kabupaten dapat operasional secara optimal.

E. Aplikasi yang sudah diterapkan di Indonesia dalam Pembangunan Pertanian


yang Berkelsanjutan
(1). Tani Hub
TaniHub. Aplikasi satu ini telah mencapai 50 ribu unduh di Google
Playstore dengan rating 4,2. TaniHub sendiri adalah startup yang didirikan pada
tahun 2015 dengan visi misi memberdayakan petani lokal dengan menyediakan
akses pasar dan akses keuangan, ungkap laman resmi TaniHub. TaniHub sendiri
memiliki berbagai macam produk, mulai dari buah-buahan, sayuran, unggas dan
telur yang semuanya didapat dari hasil kerja keras petani lokal kita. FYI, layanan
TaniHub baru tersedia di wilayah Jadetabek, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya
saja saat ini.
(2). Tukang Sayur.Co
Sama seperti TaniHub, Tukangsayur.co juga sudah mencapai lebih dari 50
ribu unduh di Google Playstore dan mendapatkan rating 4,4. Sejarah dibuatnya
aplikasi Tukangsayur.co adalah dari pengalaman pribadi founder-nya, Chelly
Triwibowo yang kesulitan membeli keperluan rumah tangga. Akhirnya, bersama
dua rekannya, Endang Achmad dan Miftah Sanaji, mereka pun membuat
Tukangsayur.co untuk menjembatani tukang sayur ke pangsa pasar yang lebih
luas dengan pendekatan digital. Mengoperasikan aplikasi ini pun mudah. Kita bisa
melakukan pemesanan mulai dari jam 09.00 hingga 21.00, lalu mitra
Tukangsayur.co dengan radius terdekat akan memproses pesanan yang masuk.
Pesanan diantar keesokan harinya dengan pilihan pembayaran transfer bank atau
COD. FYI, layanan ini baru bisa diterapkan di beberapa kota saja, seperti Jakarta,
Bogor, Bekasi, Tangerang, Depok, Bandung, Cileunyi, Cimahi, Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan Bali.

ii
(3). Pak Tani Digital

Meski baru mencapai 10.000 unduh di Google Playstore dan rating 4,3,
namun aplikasi Pak Tani Digital ini gak boleh kamu sepelekan! Pak Tani Digital
hadir sebagai aplikasi marketplace di bidang pertanian dan baru saja dirilis pada
November 2018 lalu. Meski begitu, produk di dalamnya sudah cukup lengkap,
lho. Uniknya, di sini gak hanya menjual produk pertanian seperti sayuran dan
buah, tetapi juga berbagai kebutuhan petani seperti pupuk, bibit, insektisida,
mesin pertanian, traktor dan lain sebagainya. Ada pula jasa transporter untuk
mengangkut hasil pertanian dan akan mempermudah petani. Selain itu, harga tiap
produk juga sudah tertera jelas, sehingga kamu gak perlu mengira-ngira akan
habis biaya berapa.

(4). Sayurbox

Aplikasi dengan slogan 'Klik, Panen, Kirim' ini telah mencapai rekor
unduh yang fantastis, yakni 100 ribu download di Google Playstore dan rating
4,5. Ada lebih dari 600 jenis produk segar dari petani lokal yang bisa kamu pilih
dan bisa langsung dikirimkan ke rumah kamu. Mulai dari sayur, buah, beras,
daging, ikan sampai bumbu dapur. Lengkap! Ada juga produk siap saji, seperti
salad, buah potong, rujak buah, rice box sehat, dressing sauce untuk salad sampai
jus buah.

(5). Simbah

Meski baru mencapai 1.000 unduhan di Google Playstore dan rating 4,7,
Simbah merupakan aplikasi yang sangat membantu petani di era digital seperti
sekarang. Selayaknya marketplace, berbagai produk pertanian dijual di sini,
seperti beras, sayur, bumbu dapur, sampai benih, pupuk dan mesin
pertanian. Uniknya, aplikasi Simbah memiliki sistem artificial intelligence yang
bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan secara otomatis dari petani.

ii
Misalnya, kita bisa bertanya tentang mengatasi hama pada tanaman, sistem AI di
aplikasi ini akan menjawabnya dengan solusi yang bisa kamu coba.

(6). Agripedia

Sama halnya dengan Simbah, aplikasi Agripedia juga baru mencapai 1.000
kali unduhan. Visi misinya juga tak jauh berbeda, yaitu sebagai penghubung
langsung antara petani dan konsumen. Produk yang dijual pun beragam, mulai
dari daging sapi, ayam, buah, sayur, beras dan bumbu dapur. Keunggulan lainnya
adalah harga yang kompetitif beserta promo gratis ongkir untuk pembelian dengan
minimal tertentu. Kalau kesulitan mengoperasikan aplikasi ini, kamu bisa
melakukan chat dengan customer service untuk meminta bantuan. Pilot project
aplikasi Agripedia ini dimulai dari Bogor dan akan menyebar ke kota-kota lainnya
di Indonesia.

(7). RegoPantes

Terakhir, kita punya aplikasi RegoPantes. Aplikasi tersebut dibuat oleh


startup bernama 8Villages. Aplikasi ini diluncurkan langsung oleh Gubernur Jawa
Tengah, Ganjar Pranowo, pada 23 September 2017 silam. Seperti namanya,
RegoPantes diharapkan dapat memberi harga yang pantas atau layak pada petani
lokal. Di sini, kita bisa memesan berbagai kebutuhan dapur, seperti beras, buah,
sayur, bumbu dapur sampai produk praktis seperti kopi, teh dan madu. Di sini,
petani yang paling berkontribusi, profilnya akan dipajang di website resmi
RegoPantes sebagai bentuk penghargaan. Hingga kini, aplikasi RegoPantes telah
berhasil mendapat 5 ribu unduhan dengan rating 4,3 di Google Playstore.
Aplikasi dalam bidang pertanian masih sangat banyak lagi dan para petani bisa
mengakses langsung melalui playstore di Hp.

ii
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembangunan pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan merupakan isu


penting strategis yang universal diperbincangkan dewasa ini. Dalam menghadapi
era globalisasi pembangunan pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruh
pesatnya perkembangan iptek termasuk perkembangan di bidang teknologi
informasi dan komunikasi. Integrasi yang efektif antara TIK dalam sektor
pertanian akan menuju pada pertanian berkelanjutan melalui penyiapan informai
pertanian yang tepat waktu relevan, yang dapat memberikan informasi yang tepat
kepada petani dalam proses pengambilan keputusan berusahatani untuk
meningkatkan produktivitasnya. Mengingat keterbatasan sumber daya dan
pengetahuan pelaku pembangunan pertanian di level grass root, maka aplikasi
TIK perlu dimodifikasikan dengan media konvensional. Berbagai sarana
telekomunikasi dan media komunikasi dapat difungsikan untuk mempercepat
proses berbagi pengetahuan di setiap level pelaku pembangunan pertanian.

B. Saran

Untuk pertanian yang berkelanjutan dilakukan dengan pemberian


pelajaran/pengarahan tentang penggunaan aplikasi seputar pertanian kepada para
petani yang belum update tentang informasi agar petani bisa meningkatkan
kesejahteraan hidupnya.

ii
DAFTAR PUSTAKA

AnonimB. Pertanian Berkelanjutan. http://organichcs.com/2014/01/15/pertanian-


berkelanjutan/. Diakses pada Minggu tanggal 1 Juni 2014 pkul 21.08 WIB.

Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP). 2008.
Information and Communication Technology for Food Security and
Sustainable Agriculture in the Knowledge Economy. “World Summit on
the Information Society five years on: Information and communications
Technology for Inclusive Development”. Committee on Information and
Communications Technology. First session 19-21 November 2008
Bangkok

Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Kementerian Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia. 2005. Kebijakan


Strategis Pembangunan Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Jakstranas Iptek 2005-2009).

Keraf AS. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Knowledge Networking for Rural Development in Asia/Pacific Region (ENRAP).


2009. ENRAP Networking Meeting among Researchers and
Practitioners on ICT for Rural Livelihoods (ICT4RL).

Leeuwis C. 2004. Communication for Rural Innovation. Rethinking Agricultural


Extension. Third Edition. Blacwell Publishing Ltd.

Maureen. 2009. How Can ICTs Promote Sustainable Agriculture


http://www.citizenjournalismafrica.org/blog/%5Buser%5D/05-aug-
2009/1856

Mulyandari RSH. 2005. Alternatif Model Diseminasi Informasi Teknologi


Pertanian Mendukung Pengembangan Pertanian Lahan Marginal.
Prosiding Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi dalam
Upaya Mempercepat Revitalisasi Pertanian dan Perdesaan di Lahan
Marginal, Mataram, 30-31 Agustus 2005.

ii
Munasinghe M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development.

Purbo OW. 2002. Kekuatan Komunitas Indonesia di Dunia Maya. Panatau, 2(22).

Servaes J. 2007. Harnessing the UN System Into a Common Approach on


Communication for Development. International Communication Gazette
2007; 69; 483.
Sumardjo, Bhaga LM, Mulyandari RSH. 2009. Laporan Akhir Kegiatan
pengkajian Cyber Extension Mendukung Revitalisasi Penyuluhan
Pertanian. Departemen Pertanian.

Taragola DVL, Gelb E. 2009. Information and communication Technology (ICT)


adoption in Horticulture: comparison of the EFITA, ISHS, and ILVO
questionnaires. [terhubung berkala] 26 Agustus 2009.

Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR). 1988. TAC,


CGIAR Policy on Plant Genetic Resources, TAC Doc.
AGR/TAC:IAR/88/4 Feb.1988.

UPIPD– Telecenter Kelayu Selatan. 2009. Laporan Telecenter P4MI Kelayu


Selatan Bulan Juni 2009. P4MI Lombok Timur.

ii
BAB I
PENDAHULUAN

ii

Anda mungkin juga menyukai