DIBIDANG PERTANIAN
INTERAKSI MANUSIA DAN KOMPUTER
Oleh :
Nama : Silvia Astariani
NIM : 2201301077
Dosen Pengampu :
Wiwik kusrini, S.Kom, M.cs
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memeberikan nikmat serta
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
PENERAPAN IBUQUITOS COPUTING DIBIDANG PERTANIAN
Makalah ilmiah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR................................................................................... I
DAFTAR ISI................................................................................................. Ii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
5
BAB III. METODA PENULISAN MAKALAH........................................
11
BAB IV. PEMBAHASAN………………....................................................
12
BAB V. PENUTUP.......................................................................................
31
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ii
untuk semua negara di dunia (Keraf 2002). Demikian halnya pembangunan
pertanian dan perdesaan yang berkelanjutan merupakan isu penting strategis yang
universal diperbincangkan dewasa ini. Menuju pembangunan pertanian yang
berkelanjutan adalah tujuan yang strategis dan sangat diperhatikan di negara-
negara di seluruh dunia. Dalam menghadapi era globalisasi pembangunan
pertanian berkelanjutan tidak terlepas dari pengaruh pesatnya perkembangan
ipteks termasuk perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi.
Informasi pertanian merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam
produksi dan tidak ada yang menyangkal bahwa informasi pertanian dapat
mendorong ke arah pembangunan yang diharapkan. Informasi pertanian
ii
merupakan aplikasi pengetahuan yang terbaik yang akan mendorong dan
menciptakan peluang untuk pembangunan dan pengurangan kemiskinan. Integrasi
yang efektif antara TIK dalam sektor pertanian akan menuju pada pertanian
berkelanjutan melalui penyiapan informai pertanian yang tepat waktu relevan, yang
dapat memberikan informasi yang tepat kepada petani dalam proses pengambilan
keputusan berusahatani untuk meningkatkan produktivitasnya. TIK dapat
memperbaiki aksesibilitas petani dengan cepat terhadap informasi pasar, input
produksi, tren konsumen, yang secara positif berdampak pada kualitas dan
kuantitas produksi mereka. Informasi pemasaran, praktek pengelolaan ternak dan
tanaman yang baru, penyakit dan hama tanaman/ternak, ketersediaan transportasi,
informasi peluang pasar dan harga pasar input maupun output pertanian sangat
penting untuk efisiensi produksi secara ekonomi (Maureen 2009).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
ii
1. Untuk mengetahui tentang teknologi informasi dan komunikasi dalam
pertanian yang berkelanjutan
2. Mengtahui ataupuin menganalisis sudah sejauh mana perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi dalam mendukung pembangunan
yang berkelanjutan
3. Mengetahui hambatan-hambatan dalam aplikasi TIK dalam mendorong
pembangunan yang berkelanjutan
4. Mengetahui apa saja yang sudah dirancangkan dalam aplikasi TIK
untuk pembangunan yang berkelanjutan
5. Mengetahui dan memberikan informasi kepada pembaca makalah ini
tetntang aplikasi yang sudah ada untu pembangunan pertanian yang
berkelanjutan
D. Manfaat Penelitian
ii
BAB II
KAJIAN TEORITIS
ii
lingkungan serta konservasi sumberdaya alam. Pertanian berwawasan lingkungan
selalu memperhatikan nasabah tanah, air, manusia, hewan/ternak, makanan,
pendapatan dan kesehatan. Sedangkan tujuan pertanian yang berwawasan
lingkungan adalah mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah;
meningkatkan dan mempertahankan basil pada aras yang optimal;
mempertahankan dan meningkatkan keanekaragaman hayati dan ekosistem; dan
yang lebih penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan
penduduk dan makhluk hidup lainnya. Berarti dapat disimpulkan bahwa pertanian
berkelanjutan (sustainable agriculture) adalah pertanian yang meliputi komponen-
komponen fisik, biologi, sosial ekonomi, lingkungan dan manusia yang berjalan
secara ideal untuk saat ini dan yang akan datang.
Setelah perang dunia II penggunaan bahan kimia dan rekayasa teknologi
meningkat lagi dan mencapai puncaknya pada tahun 1970-an, dimana pada tahun
yang sama terjadi krisis energi. Semua negara berlomba-lomba memacu
produktivitas industri pertanian untuk memenuhi bahan baku agroindustri.
Semangat berkompetisi melahirkan teknologi-teknologi baru didunia pertanian
seperti rekayasa genetika, kultur jaringan, dan teknologi canggih pertanian.
Dinegara-negara selatan seperti Indonesia, dicanangkan program intensiifikasi
usaha tani, khususnya padi sebagai makanan pokok, dengan mendorong
pemakaina benih varietas unggul (high variety vield), pupuk kimia dan obat-
obatan pemeberantas hama dan penyakit. Kebijakkan pemerintah saat itu memang
secara jelas merekomondasaikan penggunaan energi luar yang dikenal dengan
paket Panca Usaha Tani, yang salah satunya menganjurkan penggunaan pupuk
kimia dan pestisida.
Terminologi pertanian berkelanjutan (susitainable agriculture) sebagai
padanan istilah agroekosistem pertama kali dipakai sekitar awal tahun 1980-an
oleh pakar pertanian FAO (Food Agriculture Organization) Argoekosistem sendiri
mengacu pada modifikasi ekosistem alamiah dengan sentuhan campur tangan
manusia untuk menghasilkan bahan pangan, serat, dan kayu, untuk memenuhi
kebutuhan dan kesejahteraan manusia. Conway (1984) juga menggunakan istilah
pertanian berkelanjutan dengan agroekosistem yang berupaya memadukan antara
produktivitas (Produtivity), stabilitas (stability) pemerataan (equality), jadi
ii
semakin jelas bahwa konsep agroekosistem atau pertanian berkelanjutan adalah
jawaban dari green evolution. Kegagalan pertanian modern memaksa pakar
pertanian dan lingkungan berpikir keras dan mencobamerumuskan kembali sistem
pertanian ramah lingkungan atau back to nature. Jadi sebenarnaya sistem
pertanian yang berkelanjutan merupakan paradigma lama yang mulai
diaktualisasikan kembali menjelang masuk abad ke 21 ini. Hal ini merupakan
fenomena keteraturan siklus alamiah sesuai dengan pergantian abad.
ii
(3). Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus
selaras dengan norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi
oleh masyarakat disekitarnya sebagai contoh seorang petani akan mengusahakan
peternakan ayam diperkaangan milik sendiri. Mungkin secra ekonomis dan
ekologis menjanjikkan keuntungan yang layak, namun ditinjau dari aspek sosial
dapat memberikan aspek yang kurang baik misalnya, pencemaran udara karena
bau kotoran ayam.
Norma-norma sosial dan budaya harus diperhatikan, apalagi dalam sistem
pertanian berkelanjutan di Indonesia biasanya jarak antara perumahan penduduk
dengan areal pertanian sangat berdekatan. Didukung dengan tingginya nilai sosial
pertimbangan utama sebelum merencanakan suatu usaha
pertanian dalam arti luas. Lima kriteria untuk mengelola suatu sistem pertanian
berkelanjutan
(1). Kelayakan ekonomis (economic viability)
(2). Bernuansa dan bersahabat dengan ekologi (accologically sound and friendly)
(3). Diterima secara sosial (Social just)
(4). Kepantasan secara budaya (Culturally approiate)
(5). Pendekatan sistem holistik (sistem and hollisticc approach)
1. Prinsip ekologis
Prinsip ini mengembangkan upaya bahwa pola hubungan antara organisme
dengan alam adalah satu kesatuan. Upaya-upaya pemanfaatan air, tanah, udara,
iklim serta sumber-sumber keane-karagaman-hayati di alam harus seoptimal
mungkin (tidak mengeksploitasi). Upaya-upaya pelesta-rian harus sejalan dengan
upaya pemanfaatan.
2. Prinsip teknis
Produksi dan pengolahan Prinsip teknis ini merupakan dasar untuk mengupayakan
suatu produk organik. Yang termasuk dalam prinsip ini mulai dari transisi lahan
ii
model pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan, cara pengelolaannya,
pemupukan, pengelolaan hama dan penyakit hingga penggunaan teknologi yang
digunakan sejauh mungkin mempertimbangkan kondisi fisik setempat.
3. Prinsip Sosial ekonomis
Prinsip ini menekankan pada penerimaan model pertanian secara sosial dan secara
ekonomis menguntungkan petani. Selain itu juga mendorong berkembangnya
kearifan lokal, kesetaraan antara perempuan dan laki-laki, dan mendorong
kemandirian petani.
4. Prinsip Politik
Prinsip ini mengutamakan adanya kebijakan yang tidak bertentangan dengan
upaya pengembangan pertanian berkelanjutan. Kebijakan ini baik dalam upaya
produksi, kebijakan harga, maupun adanya pemasaran yang adil.
ii
BAB III
METODE PENULISAN MAKALAH
Alat yang digunakan dalam penulisan makalah ini Laptop, Alat tulis,
Handphone. Bahan yang digunakan dalam penulisan makalah ini jurnal jurnal
tentang pembangunan pertanian berkelanjutan dan jurnal tentantang penerapan
TIK untuk pertanian yang berkelanjutan.
ii
BAB IV
PEMBAHASAN
ii
Internet menyajikan dunia secara tanpa batas. Lewat sarana inilah diharapkan
dapat digunakan untuk mencari segala informasi yang dibutuhkan dan dapat pula
digunakan oleh masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan perkeonomian
melalui korespondensasi dengan orang lain atau dengan berbagai perusahaan di
berbagai penjuru yang ada baik informasi terkini maupun informasi terlama bisa
didapat dan dikirimkan dengan cepat. Selama ini masalah yang dihadapi oleh
masyarakat desa disebabkan kurangnya informasi yang baru dan tepat. Informasi
dari internet berfungsi sebagai langkah awal untuk menyelesaikan masalah yang
kemudian ditindaklanjuti dengan kegiatan yang lain.
ii
stabil, sementara koperasi dapat menjadi pengumpul dan pemasar hasil produksi
langsung kepada konsumen akhir. Peran tengkulak dan pengijon secara bertahap
dieliminasi. Harapannya TIK ini dapat digunakan oleh sebanyak mungkin petani
Indonesia atau bahkan para petani di dunia agar produktivitas padi mereka
meningkat, dan dijadikan sebagai alat pengembangan pertanian, demikian pula
untuk kesejahteraan hidupnya petani. Penggunaan Komputer Untuk Pertanian
keberadaan konsumen selalu penting bagi produsen, untuk memahami konsumen
dan bagaimana cara terbaik untuk pasar mereka dengan kemajuan teknologi yang
signifikan selama dua dekade, kini pemasar dihadapkan dengan lebih banyak
alternatif dan memahami bagaimana menyusun kebijakan promosi, namun apa
yang diharapkan ternyata lebih sulit. Industri pertanian (sektor yang penting di
seluruh dunia) memiliki pengecualian.
Di Amerika Serikat ada sekitar 2,1 juta peternakan dengan nilai produksi
melebihi $217 miliar dan biaya produksi melebihi $190 miliar. Pertanian memiliki
peran yang lebih menonjol. Meskipun sering disebut sebagai petani, maka
produsen pertanian adalah penjual dan sekaligus pembeli, dan penting untuk
setiap bisnis yaitu tentang target pasar yang besar untuk memahami bagaimana
keputusan pembelian yang dibuat dan apa yang diharapkan dari adanya
komunikasi pemasaran.
ii
ini membawa efek kombinasi, bahkan jumlah produsen pertanian di Amerika
Serikat menurun dari 6,8juta (1935) menjadi 2,1 juta (2004).
ii
dimensi waktu karena keberlanjutan tidak lain menyangkut apa yang akan terjadi
di masa mendatang, dan dimensi interaksi antara sistem ekonomi dan sistem
sumber daya alam dan lingkungan (Heal 1998 dalam Fauzi 2004).
ii
Menurut Technical Advisorry Committee of the CGIAR (TAC-CGIAR
1988), “pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil
untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah
sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan
melestarikan sumber daya alam” (pengelola usaha tani yang memiliki tingkat
keberdayaan berkelanjutan). Diharapkan pertanian yang berkelanjutan akan
menghasilkan pula petani yang berdaya secara berkelanjutan pula. Ciri-ciri
pertanian berkelanjutan adalah sebagai berikut:
(1). Mantap secara ekologis, yang berarti kualitas sumber daya alam
dipertahankan dan kemampuan agroekosistem secara keseluruhan–dari manusia,
tanaman, dan hewan sampai organisme tanah ditingkatkan. Dua hal ini akan
terpenuhi jika tanah dikelola serta kesehatan tanaman dan hewan serta masyarakat
dipertahankan melalui proses biologis (regulasi sendiri). Sumber daya lokal
digunakan secara ramah dan yang dapat diperbaharui.
(2). Dapat berlanjut secara ekonomis, yang berarti petani mendapat penghasilan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, sesuai dengan tenaga dan biaya yang
dikeluarkan dan dapat melestarikan sumber daya alam dan meminimalisasikan
risiko.
(3). Adil, yang berarti sumber daya dan kekuasaan didistribusikan sedemikian
rupa sehingga keperluan dasar semua anggota masyarakat dapat terpenuhi dan
begitu juga hak mereka dalam penggunaan lahan dan modal yang memadai dan
bantuan teknis terjamin. Masyarakat berkesempatan untuk berperanserta dalam
pengambilan keputusan di lapangan dan di masyarakat.
(1). Manusiawi, yang berarti bahwa martabat dasar semua makhluk hidup
(manusia, tanaman, hewan) dihargai dan menggabungkan nilai kemanusiaan yang
mendasar (kepercayaan, kejujuran, harga diri, kerjasama, rasa sayang) dan
termasuk menjaga dan memelihara integritas budaya dan spiritual masyarakat.
(2). Luwes, yang berarti masyarakat desa memiliki kemampuan menyesuaikan
diri dengan perubahan kondisi usahatani yang berlangsung terus, misalnya
populasi yang bertambah, kebijakan dan permintaan pasar.
Dalam “World Summit on the Information Society five years on:
Information and communications Technology for Inclusive Development”
ii
(ESCAP 2008) dinyatakan bahwa wilayah Asia-Pacific menghadapi berbagai
tantangan dalam menghadapi target tujuan pembangunan pada millennium
pertama (antara tahun 1990 dan 2015), sejumlah penduduk menderita karena
kelaparan. Keberlanjutan pertanian dan keamanan pangan terancam oleh
rendahnya hasil pertanian, miskinnya pengelolaan sumber daya tanah dan air,
serta pendidikan tenaga kerja bidang pertanian yang berada di bawah standar.
Kondisi penduduk tersebut juga sangat rentan terhadap bencana, seperti keringan,
banjir, gempa bumi dan tanah longsor. Teknologi informasi dan komunikasi dapat
diterapkan dalam mendukung manajemen sumber daya, pemasaran, penyuluhan
dan mengurangi resiko kehancuran untuk membantu negara-negara meningkatkan
produksi pangan dan mengurangi ancaman terhadap ketahanan pangan.
ii
produksinya dengan menggunakan fasilitas yang disediakan Community Training
and Learning Centre (CTLC) di Pancasari (Bali) dan Pabelan (Salatiga) yang
dibentuk Microsoft bekerja sama dengan lembaga nonprofit di bawah Program
Unlimited Potential.
ii
(4). Memfasilitasi dokumentasi informasi pertanian di tingkat lokal (indigeneous
knowledge) yang dapat diakses secara lebih luas untuk mendukung
pengembangan pertanian lahan marjianal.
ii
TIK memiliki peranan yang sangat penting dalam pertanian modern dan
menjaga keberlanjutan pertanian dan ketahanan pangan. Namun demikian, untuk
wilayah negara-negara berkembang masih banyak mengalami kendala dalam
aplikasinya untuk mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan. Tantangan
yang umum dihadapi adalah bahwa akses telepon dan jaringan elektronik di
perdesaan dan wilayah terpencil (remote area) sangat terbatas; telecenter yang
menawarkan layanan TIK masih langka karena biaya yang diperlukan akibat
tingginya investasi dan biaya operasional yang dibutuhkan. Kekurangan pada
tingkatan lokal dalam aplikasi TIK perlu dipikirkan dalam merancang strategi
aplikasi TIK sesuai dengan kondisi di lapangan yang spesifik lokasi baik melalui
kapasitas teknologi tradisional, seperti siaran radio. emerintah dan masyarakat
perdesaan dapat bekerja bersama untuk melayani pengguna atas dasar
profitabilitas di samping ada unsur sosial untuk mendukung keberlanjutan aplikasi
TIK di tingkat perdesaan.
ii
3. Sebagian besar level manajerial belum mengetahui secara persis konsep
aplikasi teknologi informasi, sehingga berimplikasi pada rendahnya aplikasi
teknologi informasi untuk mendukung operasionalisasi pelaksanaan tugas
sehari-hari.
4. Infrastruktur penunjang tidak mendukung operasi pengelolaan dan penyebaran
informasi pertanian yang berbasis teknologi informasi, seperti misalnya
pasokan listrik yang masih kurang memadai, perlengkapan hardware tidak
tersedia secara mencukupi baik kualitas maupun kuantitasnya, gedung atau
ruangan yang tidak memadai, serta jaringan koneksi internet yang masih
sangat terbatas (khususnya untuk wilayah remote area).
5. Biaya untuk operasional aplikasi teknologi informasi untuk akses dan
pengelolaan informasi yang disediakan oleh pemerintah daerah khususnya
sangat tidak memadai terutama untuk biaya langganan ISP untuk pengelolaan
informasi yang berbasis internet.
6. Infrastruktur telekomunikasi yang belum memadai dan mahal. Kalaupun
semua fasilitas ada, harganya masih relatif mahal.
7. Tempat akses informasi melalui aplikasi teknologi informasi sangat terbatas.
Di beberapa tempat di luar negeri, pemerintah dan masyarakat bergotong-
royong untuk menciptakan access point yang terjangkau, misalnya di
perpustakaan umum (public library). Di Indonesia hal ini seharusnya dapat
dilakukan di kantor pos, kantor pemerintahan dan tempat-tempat umum
lainnya.
8. Sebagian usia produktif dan yang bekerja di lembaga subsistem jaringan
informasi inovasi pertanian tidak berbasis teknologi informasi, sehingga
semua pekerjaan jalan seperti biasanya dan tidak pernah memikirkan efisiensi
atau pemanfaatan teknologi informasi yang konsisten.
9. Dunia teknologi informasi terlalu cepat berubah dan berkembang, sementara
sebagian besar sumber daya manusia yang ada di lembaga subsistem jaringan
informasi inoasi pertanian cenderung kurang memiliki motivasi untuk terus
belajar mengejar kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, sehingga
seringkali kapasitas SDM yang ada tidak dapat mengikuti perkembangan
ii
teknologi informasi dan komunikasi dan cenderung menjadi lambat dalam
menyelesaikan tugas.
10. Kemampuan kapasitas SDM dalam aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi, khususnya di level penyuluh pertanian ataupun fasilitator tingkat
desa sebagai motor pendamping pelaksana pembangunan pertanian di daerah
masih sangat terbatas.
11. Keterbatasan kemampuan dan pengetahuan petani atau pengguna akhir dalam
pemanfaatan teknologi informasi dalam akses informasi inovasi pertanian dan
mempromosikan produknya ke pasar yang lebih luas.
12. Dari segi sosial budaya, kultur berbagi masih belum membudaya. Kultur
berbagi (sharing) informasi dan pengetahuan untuk mempermudah akses dan
pengelolaan informasi belum banyak diterapkan oleh anggota lembaga
stakeholders. Di samping itu, kultur mendokumentasikan informasi/data juga
belum lazim, khususnya untuk kelembagaan yang berada di daerah.
ii
Perkembangan TIK seperti komputer dan teknologi komunikasi,
khususnya internet dapat digunakan untuk menjembatani informasi dan
pengetahuan yang tersebar di antara yang menguasai informasi dan yang tidak.
Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses terhadap
peluang pendidikan, meningkatkan transparansi dan efisiensi layanan pemerintah,
memperbesar partisipasi secara langsung dari ”used-to-be-silent-public”
(masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam proses demokrasi,
meningkatkan peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan
masyarakat dengan memberikan suara kepada kelompok yang semula tidak
bersuara (perempuan) dan kelompok yang mudah diserang, menciptakan jaringan
dan peluang pendapatan untuk wanita, akses terhadap informasi pengobatan untuk
masyarakat yang terisolasi dan meningkatkan peluang tenaga kerja (Servaes
2007).
ii
hanya dapat diharapkan muncul ketika berbagai aktor (termasuk petani), yang
dapat mempengaruhi kecukupan pengetahuan dan teknologi, bekerjasama untuk
memperbaiki kinerja kolektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu dilakukan
upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan informasi pertanian
(Agricultural Knowledge and Information System–AKIS).
Sistem pengetahuan dan informasi pertanian dapat berperan dalam
membantu petani dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar
kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi faktual di lapangan. Peningkatan efektivitas jejaring pertukaran
informasi antarpelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk
mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan dukungan
implementasi TIK serta peran aktif berbagai kelembagaan terkait upaya untuk
mewujudkan jaringan informasi inovasi bidang pertanian sampai di tingkat petani
dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi pertanian
sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang memiliki
fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi untuk
mengkomunikasikan inovasi pertanian.
Rekomendasi aplikasi TIK dalam mendukung pembangunan pertanian
yang berkelanjutan adalah aplikasi TIK yang mendorong terjadinya knowledge
sharing untuk meningkatkan fungsi sistem pengetahuan dan informasi pertanian.
Dengan demikian, aplikasi TIK tersebut dapat berperan dalam membantu petani
dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah besar kesempatan,
sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi
faktual di lapangan. Peningkatan efektivitas jejaring pertukaran informasi antar
pelaku agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem
pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan dukungan TIK serta peran aktif
berbagai kelembagaan pengetahuan terkait pertanian dan kelembagaan-
kelembagaan pendukung lainnya yang berpotensi untuk bersinergi, upaya untuk
mewujudkan jaringan informasi bidang pertanian sampai di tingkat kelompok
petani dapat diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi
pertanian sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang
memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi
ii
untuk memproses dan mengkomunikasikan inovasi pertanian berkelanjutan,
khususnya penyuluh pertanian dan petani.
Berdasarkan permasalahan yang masih banyak dihadapi dalam
implementasi TIK untuk mendukung pembangunan pertanian, maka aplikasi TIK
dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi kesiapan sumber daya
yang ada di daerah. Aplikasi TIK diarahkan untuk mendukung percepatan akses
pelaku pembangunan pertanian terhadap sumber informasi yang dibutuhkan
sekaligus merupakan sarana untuk mempercepat proses pertukaran informasi
antarpihak-pihak terkait dalam proses pembangunan pertanian berkelanjutan.
Mengingat keterbatasan sumber daya dan pengetahuan pelaku
pembangunan pertanian di level grass root, maka aplikasi TIK perlu
dimodifikasikan dengan media konvensional. Berbagai sarana telekomunikasi dan
media komunikasi dapat difungsikan untuk mempercepat proses berbagi
pengetahuan di setiap level pelaku pembangunan pertanian. Aplikasi TIK dapat
diterapkan sampai di level kecamatan dalam bentuk pusat-pusat informasi
pertanian untuk mempercepat proses berbagi pengetahuan antara pelaku
pembangunan pertanian sampai di tingkat kecamatan dengan pelaku
pembangunan pertanian di tingkat regional, nasional, bahkan global. Selanjutnya
informasi yang diperoleh malalui aplikasi teknologi informasi, misalnya internet
dapat disederhanakan dan dikemas kembali sesuai kebutuhan dan karakteristik
pengguna akhir oleh penyuluh pertanian atau fasilitator baik formal maupun
nonformal. Informasi yang sudah diolah dan dikemas kembali dalam format yang
sesuai dengan karakteristik pengguna dapat disebarkan lebih lanjut melalui
berbagai media komunikasi yang tersedia di tingkat pelaku pembangunan
pertanian sampai di tingkat petani. Sebaliknya, informasi yang berasal dari pelaku
pembangunan pertanian yang berada di grass root juga dapat didokumentasikan
sebagai indigenous knowledge yang dapat dijadikan sebagai bahan pengambil
kebijakan maupun pengembangan pengetahuan lebih lanjut.
Komunikasi banyak langkah masih relevan untuk diterapkan dalam
mendukung percepatan proses berbagi pengetahuan di antara pelaku
pembangunan pertanian sehingga pembangunan pertanian dapat berlangsung
secara berkelanjutan. Secara ringkas mekanisme aplikasi TIK yang
ii
dimodifikasikan dengan komunikasi banyak langkah untuk mempercepat proses
berbagi pengetahuan di setiap level pelaku pembangunan pertanian (dimodifikasi
dari Mulyandari 2005). Dalam strategi rancangan aplikasi TIK dalam mendukung
pembangunan pertanian berkelanjutan, terdapat tiga tahapan utama dengan
asumsi di tingkat kecamatan dibangun pusat informasi pertanian di tingkat
kabupaten dapat operasional secara optimal.
ii
(3). Pak Tani Digital
Meski baru mencapai 10.000 unduh di Google Playstore dan rating 4,3,
namun aplikasi Pak Tani Digital ini gak boleh kamu sepelekan! Pak Tani Digital
hadir sebagai aplikasi marketplace di bidang pertanian dan baru saja dirilis pada
November 2018 lalu. Meski begitu, produk di dalamnya sudah cukup lengkap,
lho. Uniknya, di sini gak hanya menjual produk pertanian seperti sayuran dan
buah, tetapi juga berbagai kebutuhan petani seperti pupuk, bibit, insektisida,
mesin pertanian, traktor dan lain sebagainya. Ada pula jasa transporter untuk
mengangkut hasil pertanian dan akan mempermudah petani. Selain itu, harga tiap
produk juga sudah tertera jelas, sehingga kamu gak perlu mengira-ngira akan
habis biaya berapa.
(4). Sayurbox
Aplikasi dengan slogan 'Klik, Panen, Kirim' ini telah mencapai rekor
unduh yang fantastis, yakni 100 ribu download di Google Playstore dan rating
4,5. Ada lebih dari 600 jenis produk segar dari petani lokal yang bisa kamu pilih
dan bisa langsung dikirimkan ke rumah kamu. Mulai dari sayur, buah, beras,
daging, ikan sampai bumbu dapur. Lengkap! Ada juga produk siap saji, seperti
salad, buah potong, rujak buah, rice box sehat, dressing sauce untuk salad sampai
jus buah.
(5). Simbah
Meski baru mencapai 1.000 unduhan di Google Playstore dan rating 4,7,
Simbah merupakan aplikasi yang sangat membantu petani di era digital seperti
sekarang. Selayaknya marketplace, berbagai produk pertanian dijual di sini,
seperti beras, sayur, bumbu dapur, sampai benih, pupuk dan mesin
pertanian. Uniknya, aplikasi Simbah memiliki sistem artificial intelligence yang
bisa membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan secara otomatis dari petani.
ii
Misalnya, kita bisa bertanya tentang mengatasi hama pada tanaman, sistem AI di
aplikasi ini akan menjawabnya dengan solusi yang bisa kamu coba.
(6). Agripedia
Sama halnya dengan Simbah, aplikasi Agripedia juga baru mencapai 1.000
kali unduhan. Visi misinya juga tak jauh berbeda, yaitu sebagai penghubung
langsung antara petani dan konsumen. Produk yang dijual pun beragam, mulai
dari daging sapi, ayam, buah, sayur, beras dan bumbu dapur. Keunggulan lainnya
adalah harga yang kompetitif beserta promo gratis ongkir untuk pembelian dengan
minimal tertentu. Kalau kesulitan mengoperasikan aplikasi ini, kamu bisa
melakukan chat dengan customer service untuk meminta bantuan. Pilot project
aplikasi Agripedia ini dimulai dari Bogor dan akan menyebar ke kota-kota lainnya
di Indonesia.
(7). RegoPantes
ii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
ii
DAFTAR PUSTAKA
Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP). 2008.
Information and Communication Technology for Food Security and
Sustainable Agriculture in the Knowledge Economy. “World Summit on
the Information Society five years on: Information and communications
Technology for Inclusive Development”. Committee on Information and
Communications Technology. First session 19-21 November 2008
Bangkok
Fauzi A. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
ii
Munasinghe M. 1993. Environmental Economics and Sustainable Development.
Purbo OW. 2002. Kekuatan Komunitas Indonesia di Dunia Maya. Panatau, 2(22).
ii
BAB I
PENDAHULUAN
ii