Anda di halaman 1dari 14

1

EKONOMI PEMBANGUNAN II

Perkembangan Sektor Industri di China dan India

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Ekonomi Pembangunan II

Dosen Pengampu: 1. Drs. Edy Yusuf Agung Gunanto, MSc. Ph.D.

KELAS: C

1. Abyatar Fanuel Lantera (12020117130091)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
2

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan
penulisan makalah Perkembangan Sektor Industri di China dan India

Pada kesempatan kali ini, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap proses pembuatan makalah ini. Terlebih
kepada Dosen Pengampu mata kuliah Ekonomi Pembangunan II, atas bimbingannya sehinnga saya
dapat menyelesaikan penulisan makalah dari Bab Pendahuluan hingga Bab Penutup.

Makalah ini ditujukan untuk memberikan penjelasan yang lebih dalam mengenai Perkembangan
Sektor Industri di China dan India

Semarang, 23 Mei 2019


3

Daftar Isi

Pendahuluan .................................................................................................................................. 4
Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ..................................................................................................................... 5
Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 5
Pembahasan ................................................................................................................................... 6
A. Teori Industrialisasi ........................................................................................................... 6
B. Industri Teknologi & Informasi ....................................................................................... 6
C. Pengertian Start Up Unicorn ............................................................................................ 7
D. Startup Unicorn asal Indonesia dengan Startup Unicorn Negara Lain ....................... 7
E. Kontribusi Ekonomi Teknologi Informasi di Indonesia ................................................ 9
Kesimpulan .................................................................................................................................. 13
4

Pendahuluan
Latar Belakang

Industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem
pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Industrialisasi juga bisa diartikan
sebagai suatu keadaan di mana masyarakat berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang
semakin beragam (spesialisasi), gaji, dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah
bagian dari proses modernisasi di mana perubahan sosial dan perkembangan ekonomi erat
hubungannya dengan inovasi teknologi

Dalam sebuah perekonomian sektor industri dianggap sebagai sektor yang mampu menjadi
pimpinan dari sektor lain. Produk industri mempunyai nilai jual yang tinggi dari pada sektor lain.
Hal tersebut dikarenakan produk industri sangat beragam danmemberika nilai dan manfaat yang
tinggi bagi masyarakat. Industri menjadi penolong bagi perekonomian suatu negara, sehingga
pemerintah banyak memberikan kebijaksanaan- kebijaksanaan tentang industri.

Teknologi informasi, sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif,
merupakan suatu proses yang menghasilkan ide atau gagasan untuk menghasilkan suatu karya
yang memiliki nilai tambah, yaitu teknologi sebagai teknik dalam mengumpulkan, memproses,
menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi untuk memudahkan pengguna saling berinteraksi
melalui jaringan komputer. Saat ini, masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan
industri teknologi informasi di Indonesia, termasuk di dalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif
yang masih belum optimal, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang
masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan
teknologi yang sesuai dan kompetitif, serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.

Peranan ekonomi kreatif khususnya bidang teknologi informasi bagi Indonesia sudah
semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini
dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu
memberikan manfaat dan mempunyai potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia.
Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh
subsektor ekonomi kreatif termasuk teknologi informasi.Korupsi juga mempersulit pembangunan
ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi.
5

Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan industri teknologi?
2. Bagaimanakah perkembangan industry teknologi di di Indonesia ?
3. Bagaimanakah perbandingan industry teknologi Indonesia dengan India ?
4. Bagaimanakah pengaruh industry teknologi terhadap pembangunan dan pertumbuhan
perekonomian di Indonesia ?

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui yang dimaksud dengan industri teknologi
2. Mengetahui perkembangan industry teknologi di di Indonesia
3. Mengetahui perbandingan industry teknologi Indonesia dengan India ?
4. pengaruh industry teknologi terhadap pembangunan dan pertumbuhan perekonomian di
Indonesia ?
6

Pembahasan

A. Teori Industrialisasi

Industri mempunyai dua pengertian yaitu pengertian secara luas dan pengertian secara
sempit. Dalam pengertian secara luas , industri mencakup semua usaha dan kegiatan dibidang
ekonomi yang bersifat produktif. Sedangkan pengertian secara sempit, industri atau industri
pengolahan adalah suatu kegiatan yang mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau
dengan tangan sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dalam hal ini termasuk
kegiatan jasa industry dan pekerja perakitan.

Ketika satu negara telah mencapai tahapan dimana sektor industri sebagai leading sector
maka dapat dikatakan negara tersebut sudah mengalami industrialisasi (Yustika, 2000). Dapat
dikatakan bahwa industrialisasi sebagai transformasi structural dalam suatu negara. Oleh sebab
itu, proses industrialisasi dapat didefenisikan sebagai proses perubahan struktur ekonomi dimana
terdapat kenaikan kontribusi sector industri dalam permintaan konsumen, PDB, ekspor dan
kesempatan kerja (Chenery,1986).

B. Industri Teknologi & Informasi

Teknologi informasi, sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan
suatu proses yang menghasilkan ide atau gagasan untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki
nilai tambah, yaitu teknologi sebagai teknik dalam mengumpulkan, memproses, menganalisis,
dan/atau menyebarkan informasi untuk memudahkan pengguna saling berinteraksi melalui
jaringan komputer. Saat ini, masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri
teknologi informasi di Indonesia, termasuk di dalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang
masih belum optimal, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih
kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi
yang sesuai dan kompetitif, serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.

Berdasarkan United States Department of Commerce, ruang lingkup teknologi informasi di


Amerika Serikat terdiri atas:
7

1. Industri perangkat lunak dan jasa teknologi informasi yang meliputi perangkat lunak, penerbit,
pengembang aplikasi perangkat lunak, pemasok jasa pemrograman komputer,

2. Perusahaan desain sistem komputer, dan perusahaan manajemen fasilitas. Dalam industri
perangkat lunak terdapat beberapa subsektor, di antaranya:

•Layanan cloud computing (pengembang sistem cloud)

•Entertainment software (pengembang aplikasi video games)

•Electronic commerce (e-commerce)

3. Industri perangkat keras yang meliputi pengembangan produk baru, desain dan pembuatan
perangkat komputer (CPU, tablets PC, ultra-minimal dekstop), perakitan komputer, infrastruktur
jaringan, dan peripherals lainnya (keyboard, mice, printers, servers, electronic security).

4. Jasa teknologi informasi yang meliputi perusahaan konsultan dan implementasi teknologi
informasi (perangkat lunak, perangkat keras, dan jaringan), internet service provider (ISP), dan
penyimpanan data di internet (hosting).

C. Pengertian Start Up Unicorn

istilah Unicorn merupakan gelar yang diberikan pada suatu startup yang memiliki nilai valuasi
(nilai dari suatu startup, bukan sekedar pendanaan yang diraih dari investor) lebih dari US$1 miliar
atau saat ini setara dengan Rp14 triliun. Dari data tahun 2016 yang dikeluarkan oleh Venture Beat,
terdapat 229 startup yang sudah mendapatkan gelar Unicorn. Semua startup tersebut tersebar di
berbagai belahan dunia termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, Jerman, India, Kanada, Inggris, dan
Singapura. Bidang yang digeluti oleh startup tersebut pun bervariasi, mulai dari keuangan,
pemasaran, pelayanan, ritel, bahkan games. Jumlah ini bisa saja bertambah seiring dengan
perkembangan teknologi yang ada.

D. Startup Unicorn asal Indonesia dengan Startup Unicorn Negara Lain

4 startup asal Indonesia memang berhasil menyandang gelar Unicorn. Namun, kini kembali ke
waktu sebelumnya. Berdasarkan data, sebelum Bukalapak menyandang gelar Unicorn, nyatanya,
8

Grab, salah satu pesaing Gojek yang bergerak di bidang penyedia jasa transportasi asal Singapura,
menyandang gelar Unicorn terhitung lebih cepat. Grab sendiri didirikan oleh Anthony Tan pada
tahun 2012 lalu. Kemudian, ia memperoleh pendanaan senilai US$250 juta atau saat ini setara
dengan Rp3,5 triliun pada Desember 2014 dari SoftBank. Di tahun itulah Grab mendapatkan gelar
sebagai startup Unicorn asal Singapura. Perolehan tersebut Grab dapatkan selepas sebelumnya
sudah mengumpulkan dana senilai US$350 juta atau saat ini setara dengan Rp4,9 triliun hanya
dalam waktu 14 bulan semenjak kelahirannya.

Melihat hal ini, investasi yang masuk pada startup Indonesia masih kalah dibandingkan
pada startup Singapura. Tercatat, Singapura sudah berhasil memperoleh kucuran dana senilai
US$3,037 miliar atau saat ini setara dengan Rp42,7 triliun, unggul tipis jika dibandingkan
Indonesia. Pada tahun 2015, investasi startup di Asia Tenggara berada di angka US$1,719 miliar
atau saat ini setara dengan Rp24,2 triliun. Pada 2016 nilainya meningkat menjadi US$3,09 miliar
atau saat ini setara dengan Rp43,5 triliun. Belum genap 2017 berakhir, nilai investasi di Asia
Tenggara di para startup telah berada di angka US$6,4 miliar. Dari angka yang besar itu, uang
senilai US$2,948 miliar atau saat ini setara dengan Rp41,5 triliun masuk ke startup di Indonesia
pada tahun 2017. Menariknya, besaran dana yang digondol startup Indonesia dan Singapura dari
investor dunia, unggul sangat jauh dibandingkan negara Asia Tenggara lain, misalnya Malaysia.
Para startup di Malaysia hanya memperoleh kucuran dana senilai US$352 juta atau saat ini setara
dengan Rp4,9 triliun di tahun 2017.

Salah satu unicorn terbaru India startup yang bernilai lebih dari $ 1 miliar (lebih dari
Rs7.000 crore). Pada 17 Desember, startup ed-tech Byju mengatakan telah mengumpulkan $ 540
juta dengan penilaian yang dilaporkan sebesar $ 3,6 miliar. Pendanaan ini datang hanya sembilan
bulan setelah perusahaan melampaui angka $ 1 miliar, setelah penjatahan saham untuk
investornya.

Perusahaan ini didukung oleh beberapa investor terkenal termasuk Tencent, Sequoia
Capital, Lightspeed Venture Partners, dan Naspers Ventures Afrika Selatan. Kenaikan meteor
Byju ke klub unicorn bukanlah kasus satu-satunya dari India; pada 2018 saja, tujuh lainnya juga.

Sekarang, waktu rata-rata yang diambil oleh startup untuk mencapai penilaian miliaran
dolar di India telah turun menjadi antara lima dan tujuh tahun, lebih rendah dari tujuh hingga
delapan tahun di AS. Namun, India masih tertinggal empat hingga lima tahun, menurut Nasscom.
9

E. Kontribusi Ekonomi Teknologi Informasi di Indonesia

Subsektor teknologi informasi menunjukkan pertumbuhan yang naik turun tiap tahunnya. Pada
2012 menunjukkan kenaikan sebesar 0,68% dari rata-rata pertumbuhan tahun 2010–2013 sebesar
8,81%. Akan tetapi, pada 2013 mengalami penurunan sebesar 1,2%. Hal tersebut menunjukkan
adanya pergeseran struktur ekonomi. Subsektor teknologi informasi berkontribusi sebesar 1,57%
terhadap PDB ekonomi kreatif, yaitu sebesar 10,065 triliun rupiah. Hal tersebut menunjukkan
indikator keberhasilan pemerintah dalam memanfaatkan teknologi informasi. Nilai ini dipandang
terlalu kecil karena produktivitas pelaku teknologi informasi masih sangat rendah. Hal tersebut
berhubungan banyaknya produk dan jasa pelaku teknologi informasi Indonesia di dalam dan luar
negeri.

Menurut BPS, tenaga kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang sedang bekerja,
yang memiliki pekerjaan namun sementara tidak bekerja, seseorang yang tidak memiliki
pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan. Pada subsektor teknologi informasi, total tenaga kerja
pelaku kreatif berjumlah 69.451 orang atau sebesar 0,58% dari total tenaga kerja industri kreatif
10

keseluruhan. Hal tersebut menunjukkan masih rendahnya minat tenaga kerja yang bergerak
dalam bidang teknologi informasi sekaligus menunjukkan masih besarnya peluang tenaga kerja
di bidang tersebut. Namun, rata-rata pertumbuhan tenaga kerja subsektor teknologi informasi
adalah 1,91%, berada di atas tingkat pertumbuhan industri kreatif, yaitu sebesar 1,09%, dan juga
pertumbuhan nasional, yaitu 0,79%. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh semakin banyaknya
lulusan bidang teknologi informasi dan semakin mudahnya akses belajar teknologi informasi
melalui media Internet.

Jumlah unit usaha ekonomi kreatif pada subsektor teknologi informasi berkontribusi
sebesar 0,16%, yaitu sebanyak 8.734 perusahaan. Angka pertumbuhan unit usaha subsektor
teknologi informasi sebesar 4,36% yang berarti berada di atas rata-rata pertumbuhan unit usaha
industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan, yang masingmasing sebesar 0,98% dan 1,05%.
Walaupun jumlah unit usaha di bidang teknologi informasi masih cukup rendah dibanding
subsektor lainnya pada industri kreatif, angka pertumbuhannya menunjukkan peningkatan. Hal
tersebut membuktikan gairah industri kreatif teknologi informasi yang mulai berkembang dan
menjadi lahan potensial pengembangan ekonomi kreatif.
11

Konsumsi rumah tangga adalah adalah nilai pembelanjaan yang dilakukan rumah tangga
(perusahaan) untuk membeli barang dan jasa dalam satu tahun tertentu untuk memenuhi
kebutuhannya. Berdasarkan Gambar 3-4, dapat dilihat bahwa total konsumsi rumah tangga
subsektor teknologi informasi sejumlah 8.529,6 miliar rupiah dengan rata-rata pertumbuhan
subsektor teknologi informasi pada 2010–2013 sebesar 10,06%. Rata-rata pertumbuhan
konsumsi rumah tangga di subsektor teknologi informasi berada sedikit di bawah rata-rata
pertumbuhan konsumsi rumah tangga industri kreatif dan Indonesia secara keseluruhan yang
masing-masing bernilai 10,5% dan 11,15%. Jumlah pengeluaran konsumsi rumah tangga pada
total konsumsi rumah tangga industri kreatif keseluruhan yaitu 0,98%. Angka tersebut masih
cukup tinggi dan menunjukkan Indonesia masih tergantung pada produk dan jasa teknologi
informasi dari luar negeri. Oleh karena itu, tantangan yang harus dihadapi adalah terus
menurunkan ketergantungan tersebut dengan terus berkreasi menghasilkan karya-karya kreatif di
bidang teknologi informasi.
12
13

Kesimpulan

Teknologi informasi, sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif,
merupakan suatu proses yang menghasilkan ide atau gagasan untuk menghasilkan suatu karya
yang memiliki nilai tambah, yaitu teknologi sebagai teknik dalam mengumpulkan, memproses,
menganalisis, dan/atau menyebarkan informasi untuk memudahkan pengguna saling berinteraksi
melalui jaringan komputer. Saat ini, masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan
industri teknologi informasi di Indonesia, termasuk di dalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif
yang masih belum optimal, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang
masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan
teknologi yang sesuai dan kompetitif, serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.

Melihat Perkembangan Industri Teknologi di Indonesia, investasi yang masuk pada startup
Indonesia masih kalah dibandingkan pada startup Singapura. Tercatat, Singapura sudah berhasil
memperoleh kucuran dana senilai US$3,037 miliar atau saat ini setara dengan Rp42,7 triliun,
unggul tipis jika dibandingkan Indonesia. Pada tahun 2015, investasi startup di Asia Tenggara
berada di angka US$1,719 miliar atau saat ini setara dengan Rp24,2 triliun. Pada 2016 nilainya
meningkat menjadi US$3,09 miliar atau saat ini setara dengan Rp43,5 triliun. Belum genap 2017
berakhir, nilai investasi di Asia Tenggara di para startup telah berada di angka US$6,4 miliar. Dari
angka yang besar itu, uang senilai US$2,948 miliar atau saat ini setara dengan Rp41,5 triliun masuk
ke startup di Indonesia pada tahun 2017. Menariknya, besaran dana yang digondol startup
Indonesia dan Singapura dari investor dunia, unggul sangat jauh dibandingkan negara Asia
Tenggara lain, misalnya Malaysia. Para startup di Malaysia hanya memperoleh kucuran dana
senilai US$352 juta atau saat ini setara dengan Rp4,9 triliun di tahun 2017.

Subsektor teknologi informasi berkontribusi sebesar 1,57% terhadap PDB ekonomi kreatif,
yaitu sebesar 10,065 triliun rupiah. rata-rata pertumbuhan tenaga kerja subsektor teknologi
informasi adalah 1,91%, berada di atas tingkat pertumbuhan industri kreatif, yaitu sebesar 1,09%,
dan juga pertumbuhan nasional, yaitu 0,79%.
14

Anda mungkin juga menyukai