Anda di halaman 1dari 15

INDUSTRI MASA DEPAN INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah: Hubungan Industri

Dosen Pengampu: Bob Alfiandi. Dr. M.Si

Kelompok 7 :

1. Genta Ikhsanul Putra (2110813011)


2. Wiwit Resky Harwi (2110811027)
3. Muhammad Fikriadi (2110811009)
4. Farrah Aissya Az Zahra (2110813003)
5. Jeffry Febriyon (2110812017)
6. Hanisah Mardhatilah (2110811003)
7. Annisa Harfin (2110811021)
8. Torry Yose Ananda (2110812035)

Departemen Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Andalas

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
memberikan kesempatan untuk menikmati nikmat sehat jasmani dan rohani. Sholawat dan
salam senantiasa kita curahkan kepada teladan kita nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa
Sallam yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna.

Kami telah menyelesaikan makalah dengan judul “industri masa depan Indonesia”
dalam makalah ini akan kami terangkan bahasan mengenai prospek industri Indonesia di masa
depan, masalah-masalah yang menjadi penghambat perkembangan Industri di Indonesia dan
Kebijakakan yang mengatur perkembangan industri. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah memenuhi tugas dari Bapak Bob Alfiandi. Dr. M.Si pada mata kuliah Hubungan
Industri..

Selain itu, makalah ini berguna untuk menambah wawasan kami dan pembaca. Kami
berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan
saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki karya-karya kami di lain waktu.

Padang, 7 Juni 2023

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 3

BAB Ⅰ ................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN ................................................................................................................ 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 4

C. Tujuan ........................................................................................................................ 4

BAB Ⅱ .................................................................................................................................. 5

PEMBAHASAN ................................................................................................................... 5

A. Prospek Industri Indonesia .......................................................................................... 5

B. Masalah-Masalah Prospek Industri Di Indonesia......................................................... 6

1. Lokasi Industri ........................................................................................................ 6

2. Industri dan lingkungan........................................................................................... 9

3. Industri dan tenaga kerja...............................................................................................9

C. Tantangan Industri Di Indonesia ............................................................................... 10

D. Kebijakan Industri .................................................................................................... 11

BAB Ⅲ ............................................................................................................................... 14

PENUTUP .......................................................................................................................... 14

E. Kesimpulan .............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 15

3
BAB Ⅰ
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan
zaman teknologi dengan berdirinya perusahaan-perusahaan besar dengan memiliki peralatan
yang sangat canggih dan mengalami terus peningkatan dari berberapa sektor, seperti sektor
pertanian, pendidikan, properti, kerajinan tangan dan tenun. Industri dapat diartikan sebagai
salah satu kegiatan ekonomi yang mengelolah bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi
barang dengan memiliki nilai yang lebih tinggi.

Pembangunan industri harus diarahkan pada usaha untuk meningkatkan ekspor hasil-hasil
industri yang memenuhi kebutuhan dalam negeri. Serta memperluas lapangan kerja untuk
mendukung pengembangan industri, Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang
mengupayakan perkembangan ekonomi melalui industrialisasi. Sektor industri dapat dikatakan
sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Selain itu proses industrialisasi akan dapat
menjadi penggerak utama laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan prospek industri di Indonesia ?


2. Apa saja masalah dan tantangan yang menjadi penghalang perkembangan industri di
Indonesia ?
3. Bagaimana kebijakan yang dikeluarkan mengenai perkembangan industri ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui prospek industri di Indonesia


2. Untuk mengetahui masalah dan tatangan apa saja yang menjadi penghalang
perkembangan industri di Indonesia
3. Untuk mengetahui kebijakan apa saja yang mengatur industri yang ada di Indonesia

4
BAB Ⅱ
PEMBAHASAN

A. Prospek Industri Indonesia

Perkembangan industri di Indonesia saat ini berlangsung sangat pesat seiring kemajuan
zaman teknologi dengan berdirinya perusahaan-perusahaan besar dengan memiliki peralatan
yang sangat canggih dan mengalami terus peningkatan dari beberapa sektor, seperti sektor
pertanian, manufaktur, energy, pariwisata, Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dan sektor
infrastruktur pembangunan. Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai kebijakan dan
reformasi untuk mendorong pertumbuhan industri, seperti penyederhanaan regulasi, perbaikan
iklim investasi, dan pengembangan sumber daya manusia. Namun, masih ada beberapa
tantangan yang perlu diatasi, seperti ketimpangan regional, kesenjangan keterampilan, dan
birokrasi yang kompleks.

Pertanian di Indonesia mencakup berbagai subsektor, seperti pertanian pangan,


perkebunan, peternakan, dan perikanan. Dengan lahan yang luas, iklim yang subur, dan
populasi yang besar, pertanian masih memiliki potensi besar untuk berkembang lebih lanjut.
Dan yang kedua sektor manufaktur, sektor manufaktur di Indonesia telah mengalami
pertumbuhan yang signifikan selama beberapa tahun terakhir. Indonesia memiliki industri
manufaktur yang beragam, termasuk tekstil, elektronik, otomotif, makanan dan minuman, serta
produk kimia. Dukungan pemerintah dan potensi pasar yang besar menjadikan sektor ini
sebagai salah satu yang paling menjanjikan bagi investasi di Indonesia.

Sektor energi, Indonesia merupakan produsen dan eksportir terbesar batu bara, serta
memiliki sumber daya energi lainnya seperti minyak bumi, gas alam, dan energi terbarukan.
Pemerintah sedang mendorong investasi dalam sektor energi terbarukan, seperti energi surya,
angin, dan bioenergi, sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil.

Di sektor pariwisata Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar dengan
keindahan alam, kekayaan budaya, dan warisan sejarahnya. Destinasi populer seperti Bali,
Yogyakarta, Lombok, dan Raja Ampat menarik jutaan wisatawan setiap tahunnya. Pemerintah
terus berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur pariwisata dan memperluas aksesibilitas
ke daerah-daerah potensial untuk meningkatkan sektor pariwisata.

Dalam sektor Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), Indonesia telah mengalami
perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Negara ini memiliki jumlah
pengguna internet yang besar dan berkembang pesat, serta adopsi teknologi yang semakin

5
tinggi. Perusahaan rintisan (startup) teknologi dan inovasi digital terus bermunculan, dan
pemerintah juga mendukung perkembangan sektor ini melalui kebijakan dan insentif tertentu.

Dan yang terakhir sektor pembangunan infrastruktur menjadi prioritas bagi pemerintah
Indonesia. Proyek-proyek infrastruktur besar, seperti jalan tol, pelabuhan, bandara, dan proyek
kereta api sedang atau akan segera dilaksanakan di seluruh negeri. Investasi dalam infrastruktur
bertujuan untuk meningkatkan konektivitas, memperlancar distribusi barang dan jasa, serta
meningkatkan daya saing Indonesia.

B. Masalah-Masalah Prospek Industri Di Indonesia

Indonesia sebagai negara yang banyak mengalami berbagai masalah industri seperti lokasi
industri yang berada di tengah pemukiman, menggeser lahan pertanian, pencemaran
lingkungan, dan pemutusan hubungan kerja, menyebabkan keberadaan industri harus dikaji
kembali jangan sampai masalah tersebut terus berlanjut, sehingga bukan keuntungan yang
diperoleh melainkan kerugian bagi negara, pengusaha dan masyarakat.Indonesia sebagai
negara yang sedang berkembang sangat sulit keluar dari berbagai masalah yang berhubungan
dengan industri.

1. Lokasi Industri

Berikut ini beberapa masalah yang timbul dari lokasi industri. Diantaranya :

Industri yang mendekati daerah pemasaran akan cenderung ditempatkan di pinggiran kota,
mengingat bahan baku mudah untuk diperoleh dan dekat dengan pemusatan penduduk sebagai
daerah pemasaran, seperti halnya di Pulogadung pinggiran kota atau sekitar kota Bandung di
Ujungberung, Majalaya, Banjaran, dan lain-lain. Akibat yang terjadi dari dipilihnya lahan
pertanian untuk industri, antara lain :

 Pemerintah setempat mempersilahkan membangun wilayah industri di


pinggiran kota, menyebabkan bermunculan calo-calo tanah, yang akan membeli
lahan pertanian dari petani dengan harga yang sedikit lebih tinggi dari harga
standar, kemudian menjualnya kepada pengusaha dengan harga yang tinggi,
apabila petani tidak mau untuk melepaskan lahannya maka dilakukan dengan
berbagai cara agar lahan tersebut dapat dijual.

6
 Pada mulanya petani merasa mendapat uang yang besar dari hasil penjualan
lahan pertanian, tetapi di antara mereka banyak yang menggunakannya bukan
untuk hal-hal yang produktif, malahan menjadi konsumtif. Di saat uang habis,
maka muncul kebingungan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sehingga
barangbarang yang telah dibeli banyak dijual kembali dengan harga yang sangat
murah, akikabtnya banyak yang jatuh miskin.
 Buruh tani, sebagai masyarakat yang memiliki kelas sosial di bawah pemilik
lahan pertanian, akan sulit bekerja di bidang industri, sehingga banyak di antara
mereka yang bekerja dengan tidak menentu, seperti menjadi pekerja bangunan,
pedagang asongan, tukang becak, kuli pasar, dan pekerjaan lain yang hanya
membutuhkan tenaga kasar
 Produksi beras yang dihasilkan di dalam negeri menjadi menurun, karena lahan
pertanian yang produktif telah beralih fungsi, sehingga di tahun-tahun
selanjutnya Indonesia sulit untuk swasembada beras, bahkan untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri hampr setiap tahun harus mengimpornya dari negara
lain.

Industri yang mendekati bahan baku, seperti industri kayu lapis atau penggergajian,
industri semen, industri yang berhubungan dengan pertambangan, dan sebagainya. Industri
yang mendekati bahan baku seperti ini sangat rentan sekali terhadap kerusakan lingkugan.
Misalnya, a) Industri kayu lapis atau penggergajian kayu banyak dilakukan di wilayah yang
memiliki hutan sangat luas seperti di Pulau Kalimantan atau di Pulau Sumatera. Akibat yang
terjadi antara pengambilan kayu dan lahan menjadi hutan kembali tidak seimbang, malahan
pengusaha hanya mengambil kayunya saja tanpa melakukan penanaman kembali, sehingga
wilayah yang tadinya hijau dengan hutan yang lebat, sekarang hanya tinggal lahan-lahan yang
terbuka, lebih parah lagi di wilayah tersebut terjadi kekurangan air di musim kemarau dan
menyebabkan terjadinya banjir di wilayah lain di musim penghujan.

Hal ini telah terjadi setiap tahun di Indonesia dengan banyaknya wilayah yang
mengalami kekeringan di musim kemarau dan pada musim hujan mengalami banjir, akibat
banyaknya sungai yang sudah tidak dapat menampung lagi air hujan, karena daerah resapannya
sudah tidak ada lagi. b) Industri yang berhubungan dengan pertambangan, terutama yang
dilakukan oleh rakyat seperti di Propinsi Bangka-Belitung dianggap merusak lingkungan,
karena menyebabkan permukaan tanah bagian atas menjadi gundul, mengingat timah di
wilayah tersebut merupakan endapan sekunder.

Selanjutnya, c) Industri minyak goreng dengan bahan baku dari kelapa sawit yang
diusahakan di Sumatera dan Kalimantan secara besarbesaran, tetapi tidak mendukung
kebutuhan dalam negeri, karena pada saat-saat tertentu hilang atau berkurang di pasaran yang
akibatnya harga menjadi naik. Para pengusaha tampaknya lebih senang menjual ke luar negeri
mengingat harganya yang lebih tinggi dibandingkan harga jual di dalam negeri, keuntungan
diraih sebesar-besarnya tanpa memperdulikan kepentingan masyarakat luas. Tidak sedikit
7
pengusaha minyak goreng atau pengusaha perkebunan kelapa sawit, yang membuka hutan
untuk memperluas areal perkebunan tanpa perhitungan sehingga menimbulkan kebakaran
setiap tahun yang asapnya mengganggu kesehatan masyarakat, penerbangan, dan negara
tetangga.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang mengakui ada tujuh masalah yang
dihadapi industri dalam negeri. Persoalan-persoalan industri ini klasik yang sudah terjadi
sebelumnya.

1. Industri kekurangan bahan baku seperti kondensat, gas, naphta, biji besi.
2. Kurangnya infrastruktur seperti pelabuhan, jalan, dan kawasan industri.
3. Industri kekurangan utility seperti listrik, air, gas, dan pengolah limbah.
4. Industri kekurangan tenaga terampil dan supervisor, superintendent.
5. Industri dapat tekanan serbuan produk impor.
6. Limbah industri seperti penetapan slag sebagai limbah B3, spesifikasi yang terlalu ketat
untuk kertas bekas dan baja bekas (scrap) menyulitkan industri, antara lain industri
kertas.
7. Industri Kecil dan Menengah (IKM) masih mengalami kendala seperti akses
pembiayaan, ketersediaan bahan baku dan bahan penolong, mesin peralatan yang
tertinggal, hingga pemasaran.

2. Industri dan Lingkungan


Industri yang lokasinya di sekitar perkotaan banyak menimbulkan masalah, terutama
yang menghasilkan bahan pencemar dalam bentuk limbah cair dan asap industri.
Pencemaran air limbah industri sekarang ini diketahui setelah dilakukan penelitian di
teluk Jakarta, yang dilakukan oleh tiga industri besar dan satu industri pemerintah,
bukan tidak mungkin terjadi penyakit yang pernah melanda Jepang, yaitu penyakit
Minamata.

Sehingga berbagai masalah muncul antara lain seperti:


 Limbah cair industri tektill dari hasil pencelupan kain banyak yang langsung dialirkan
ke sungai, akibatnya perairan banyak yang tercemar, selain banyak mahluk hidup yang
mati juga mencemari tanah pertanian sehingga kesuburannya menjadi berkurang
 Asap pabrik menyebabkan penyakit gangguan pernafasan bagi penduduk yang berada
di sekitar industri, bahkan naiknya harga minyaktanah menyebabkan banyak industri
yang mengganti dengan bahan bakar batubara, akibatnya lebih parah lagi yaitu dengan
munculnya asap yang pekat pada cerobong pabrik disertai dengan bau yang menyengat.

8
 Masyarakat yang bermukim di sekitar pabrik mengalami kekurangan air, karena
industri akan banyak memerlukan air yang diambil dari air tanah permukaan tanpa
adanya ijin dan pengawasan dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan.

3. Industri dan Tenaga Kerja

Masalah-masalah yang dapat ditimbulkan dari industri dan tenaga kerja antara lain :

1) Berdirinya industri di suatu wilayah pada awalnya memberi harapan bagi


masyarakat sekitarnya untuk bekerja sebagai karyawan. Tetapi kebutuhan tenaga
kerja industri memerlukan sumberdaya manusia yang terampil dan terdidik, apabila
tidak dapat dipenuhi di wilayah bersangkutan, maka akan mendatangkan tenaga
kerja dari wilayah lain, sehingga tenaga kerja setempat tidak terserap sesuai dengan
harapan, akibatnya hal ini dapat menimbulkan konflik antara penduduk asli dengan
penduduk pendatang.
2) Banyak industri yang berbahan baku impor, di saat terjadi kenaikan harga bahan
baku, maka industri kesulitan menjual hasil produksinya, sehingga untuk menekan
biaya produksi salah satunya melalui pengurangan tenaga kerja, bahkan banyak
industri yang berhenti produksi
3) Untuk meningkatkan kesejahteraan buruh, maka pemerintah memberlakukan UMR
(Upah Minimum Regional) yang diberbagai daerah memiliki standar berbeda-beda,
tetapi bagi pengusaha hal ini tidak semuanya dapat dilaksanakan, sehingga industri
diharapkan berjalan sebagaimana mestinya. Tetapi kenyataannya menjadikan
tuntutan karyawan secara meluas, sehingga terjadi demonstrasi terhadap pengusaha
untuk menyesuaikan upah sesuai UMR, apabila kondisi keuangan mencukupi maka
dapat dilakukan musyawarah, jika tidak maka industri akan berhenti berproduksi,
melalui PHK, merumahkan karyawan, mengurangi karyawan dan lain-lain.
4) Pengusaha banyak yang tidak menyenangi munculnya Serikat Pekerja di dalam
industrinya, karena beranggapan dapat akan mengganggu jalannya produksi,
sehingga karyawan akan diawasi secara sepihak agar mereka tidak terlibat dalam
organisasi tersebut. Apabila terdapat karyawan yang menggalang munculnya
Organisasi Serikat Pekerja, maka tidak sedikit pengusaha yang melakukan tekanan
bahkan PHK secara sepihak agar karyawan tunduk kepada kemauan pengusaha.

9
5) Pemutusan hubungan kerja dapat saja terjadi apabila hasil produksinya kurang
diminati, seperti halnya yang terjadi pada PT. Dirgantara Indonesia (PT. D.I) di
Bandung, banyak melakukan PHK karena perusahaan beranggapan sudah tidak
dapat memenuhi lagi kewajibannya untuk membayar karyawan.

Di samping itu karyawan menuntut hak mereka untuk mendapatkan tunjangan sesuai
dengan peraturan yang berlaku, Sampai saat ini tuntutan karyawan tidak seluruhnya terpenuhi,
akibatnya demonstrasi mantan karyawan terus berlanjut dan tidak jelas kapan semuanya dapat
diselesaikan tanpa adanya pihak-pihak yang dirugikan.

C. Tantangan Industri Di Indonesia

Menurut Irianto terdapat 4 poin tantangan industri dimasa depan, tantangan nya sebagai
berikut, Tantangan Industri di 4.0 :

1. Kesiapan Industri
tantangan ini mencakup sejauh mana industri-industri yang ada siap untuk mengadopsi
dan memanfaatkan teknologi terkini yang terkait dengan Industri 4.0. Ini melibatkan
transformasi proses bisnis, perubahan dalam sistem produksi, dan penerapan teknologi
seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan automasi. Industri perlu
mempersiapkan infrastruktur, proses, dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk
mengimplementasikan teknologi ini.

2. Tenaga Kerja Terpercaya


Tantangan ini berkaitan dengan kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan teknologi dan konsep-konsep yang
mendasari Industri 4.0. Penting untuk mempersiapkan tenaga kerja yang memiliki
kemampuan adaptasi dan pembelajaran berkelanjutan agar dapat berkontribusi secara
efektif di era Industri 4.0.

3. Kemudahan Pengaturan Sosial Budaya


Tantangan ini mencakup aspek sosial dan budaya dalam menghadapi perubahan yang
diakibatkan oleh Industri 4.0. Perubahan teknologi yang cepat dapat berdampak pada
10
struktur pekerjaan, dinamika pasar tenaga kerja, dan nilai-nilai sosial. Oleh karena itu,
penting untuk menciptakan kebijakan yang mendukung dan mengatur pengaruh
Industri 4.0 terhadap masyarakat.

4. Diversifikasi dan Penciptaan Lapangan Kerja:


Tantangan ini berkaitan dengan perlunya menciptakan lapangan kerja baru dan
kesempatan berwirausaha dalam Industri 4.0. Meskipun teknologi baru dapat
menggantikan beberapa jenis pekerjaan, ada juga potensi untuk menciptakan pekerjaan
baru yang sebelumnya tidak ada. Oleh karena itu, penting untuk mendorong
diversifikasi ekonomi dan menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan
industri baru.

D. Kebijakan Industri
Kebijakan industri menyangkut kebijaksanaan yang berkaitan dengan upaya merubah
secara berarti ketidakseimbangan antara industri suatu ekonomi dalam hal angka pengangguran
dan tingkat pendapatan perkepala. Pendekatan utama yang diterapkan ada lah
menyebarluaskan kegiatan industri sekitar suatu daerah sehingga mampu terhindar
pengangguran buruh dan sumber modal di suatu kawasan sementara penuh-sesak di dae-rah
yang lebih makmur, seperti di Batam (Ahmad 2001). Kebijakan industri biasanya merupakan
tindakan yang diambil oleh pemerintah. Serangkaian tindakan itu diambil untuk memajukan
efisiensi industri, memajukan teknologi dan membuka peluang kerja.

Penekanan kebijakan industri secara khusus, teristimewa regenerasi kawasan yang telah
jatuh ke dalam penurunan industri seperti halnya ‘sunset’ industri, perlu dibuat sehingga
deindustrialisasi dapat dihindarkan. Bahkan dengan kebijakan industri itu, khususnya dengan
menggalakkan perusahaan baru dan industri yang berkaitan (linkage industries) melalui
ransangan atau insentif tertentu dapat tertarik merelokasi dan menanamkan modal di kawasan
itu.
Di masa reformasi pemerintah baru menyiapkan strategi dan kebijakan pengembangan
industri pada awal Oktober 2007, setelah munculya dengan gencar kritikan dari kalangan
pengusaha industri pada bulan juli 2007 sebelumnya. Menko Perekonomian Boediono
menyatakan bahwa pemerintah tengah menyiapkan straegi pembangunan industri nasional
yang akan merupakan integrasi berbagai kebijakan yang selama ini diterapkan pemerintah
11
sehinggamenjadi strategi industri yang lebih besar dan sistematis. Hal itu masih dalam tahap
konsep, masih ada masukan, tapi konsepnya sudah cukup lengkap (Analisa 5 Oktober 2007).
Strategi pengeembangan industri nasional itu menyangkut berbagai bidang mulai bahan
bakunya sampai ke pemasaran. Pembahasan ‘road map’ industri nasional juga dilakukan di ting
kat teknis, yang menjadi dasar untuk Strategi pegnembangan industri nasional itu menyangkut
berbagai bidang mulai bahan bakunya sampai ke pemasaran.

Diantaranya termasuk juga mengenai kebijakan industrialisasi nasional untuk daerah


maupun kebijakan industrialisasi daerah sendiri (regional industrialization). Untuk sebagian
besar daerah di Eropa Utara, tekanan persaingan terhadap industri tempatan dalam bentuk lebih
rendahnya subsidi dan atau pasar yang dibebaskan hampir akan dapat dipastikan bermakna
kehilangan daya saing dan pada gilirannya juga kesempatan kerja dan upah. Kenyataannya
pemerintah mencoba melindungi industri tempatan dalam berbagai cara agar dapat
terjadi persaingan yang lebih rendah, akan tetapi ia juga menyelamatkan industri dan
pekerjaan yang ada, yang pada akhirnya merupakan suatu tugas kunci pemerintah. Ternyata
perlu diingat bahwa secara persis kebijakan seperti itu adalah penyebab utama keberhasilan
industrialisasi negara bangsa. Ini juga, sesungguh-nya penyebab bagaimana yang kaya semakin
kaya, dari kebijakan merkantilis kota Italia dan negeri-negeri yang ada menjelang Renaissance
sampai Irlandia dan Finlandia pada penghujung Abad 20.

Perkembangan kebijakan industri sebenarnya melalui dua jalur, yaitu oleh inisiatif
pemerintah secara makroekonomi di satu jalur dan strategi pengembangan perusahaan
secara mikroekonomi. Akan tetapi, upaya ke arah koordinasi kebijakan pemerintah dan
swasta seperti yang ideal itu amat jarang dilakukan di Indonesia, seperti tergambar dari
perencanaan pembangunan ekonomi yang belum mewujudkan koordinasi keduanya (Ahmad
2009), maupun dari kenyataan belum selarasnya Kebijakan Industri Nasional yang disusun
pemerintah, dengan Road Map yang diusulkan KADIN Indonesia dan Master Plan Indonesia
2030.
Kebijakan Industri Nasional Terbaru pada Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2022
Kebijakan Industri Nasional Tahun 2O2O-2O24 yang selanjutnya disebut KIN 2O2O-2O24
ditetapkan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Kebijakan Industri Nasional (KIN) 2020-2024
adalah dokumen perencanaan yang merupakan arah dan tindakan untuk melaksanakan

12
pencapaian pembangunan industri tahap II Tahun 2020-2024 yang ditetapkan dalam Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035.

KIN 2020-2024 memuat:


1. sasaran pembangunan industri;
2. fokus pengembangan industri;
3. tahapan capaian pembangunan industri;
4. pengembangan sumber daya industri;
5. pengembangan sarana dan prasarana industri;
6. pemberdayaan industri;
7. pengembangan perwilayahan industri; dan
8. fasilitas fiskal dan nonfiskal.

Fokus pembangunan industri pada Kebijakan Industri Nasional Tahun 2020-2024


diarahkan pada pencapaian keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan melalui
penguatan struktur industri dan penguasaan teknologi serta didukung oleh Sumber Daya
Manusia (SDM) yang berkualitas.

13
BAB Ⅲ
PENUTUP

E. Kesimpulan
Pembangunan industri harus diarahkan pada usaha untuk meningkatkan ekspor hasil-
hasil industri yang memenuhi kebutuhan dalam negeri. Serta memperluas lapangan kerja untuk
mendukung pengembangan industri, Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang
mengupayakan perkembangan ekonomi melalui industrialisasi. Sektor industri dapat dikatakan
sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Selain itu proses industrialisasi akan dapat
menjadi penggerak utama laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan kerja.
Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang mengupayakan perkembangan
ekonomi melalui industrialisasi. Sektor industri sering disebut juga sebagai sektor pemimpin
(leading sector), karena dengan pembangunan industri akan memicu dan mengangkat
pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sector jasa. Salah satu tujuan dari adanya
pembangunan industri itu diantaranya untuk memperluas lapangan pekerjaan, menujang
pemerataan pembangunan sehingga ketimpangan antar wilayah dapat diminimalisir, dan
menciptakan daerah yang mandiri sehingga dapat membantu perekonomian negara. sehingga
pembangunan industri yang diharapkan dapat membatu perkembangan ekonomi dan tentunya
pembangunan nasional, serta dapat mempercepat terciptanya kesejahteraan masyarakat yang
makmur, adil dan merata.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ghufron, M.A. 2018. “REVOLUSI INDUSTRI 4.0: TANTANGAN, PELUANG DAN


SOLUSI BAGI DUNIA PENDIDIKAN” diakses dari
https://www.proceeding.unindra.ac.id/index.php/dispanas2018/article/viewFile/73/45 pada 09
Juni pukul 08.45

Nasution, Darmin. "Industrialisasi Indonesia : Pendekatan Keunggulan Komparatif," makalah


Seminar -Nasional Struktur Industri, PAU Studi Ekonomi UGM, 1987.

Anwar, Mohammad Arsyad. "Industrialisasi, Tanspormasi, Struktur Produksi dan 24


Perdagangan Luar Negeri," dalam Hendra Esmara (eds), Teori ekonomi dan Kebijaksanaan
Pembangunan Gramedia, Jakarta, 1987.

Poot, Huib, Arie Kuyvenhoven dan Jaap Jansen. Industrialisation and Trade in Indonesia. UGM
Press, Yogyakarta, 1990.

https://eprints.umm.ac.id/44345/2/jiptummpp-gdl-muhammadai-50782-2-babi.pdf

https://kemenperin.go.id/artikel/18473/Indonesia-Masuk-Kategori-Negara-Industri

15

Anda mungkin juga menyukai