Anda di halaman 1dari 20

EKONOMI DAN BISNIS DIGITAL

FINANCIAL TECHNOLOGY

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi dan Bisnis Digital Dosen Pengampu:
Andro Agil Nur Rakhmad, S.E.I., M.E

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

1. A.A. Ngr. Raka Andy Prasetya 220413601011

2. Andini Efi Agustina 220413600709

3. Bintang Stefany Erdy Stacia 220413606054

4. Cyndi Mega Ribka 220413605359

5. Danu Villansyah Putra 220413603293

S1 MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Financial Technology” tepat waktu.

Makalah Financial Technology ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Andro Agil
Nur Rakhmad, S.E.I., M.E. pada mata kuliah Ekonomi dan Bisnis Digital di Universitas
Negeri Malang. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca tentang Financial Technology.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Andro Agil Nur
Rakhmad, S.E.I., M.E. selaku Dosen mata kuliah Ekonomi dan Bisnis Digital. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan Kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................3
2.1. PENGERTIAN FINTECH.......................................................................................3
2.2 JENIS-JENIS FINTECH.........................................................................................4
2.3 MODEL BISNIS DI FINTECH.................................................................................5
2.4 REGULASI TERKAIT FINTECH.............................................................................8
2.5 STUDI KASUS......................................................................................................12
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP........................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................13
3.2 SARAN.................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi dari masa ke masa semakin berkembang dan maju, telah
merubah banyak aspek kehidupan salah satunya adalah business. Pada era modern saat ini,
manusia mempunyai kehidupan dengan segala bentuk aktivitas yang tidak pernah lepas dari
kemajuan dan perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi
telah memberikan dampak perubahan dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya yang
berlangsung dengan cepat. Pertumbuhan dan semakin tingginya mutu teknologi, terutama
dalam bidang teknologi elektronika, semakin mudahnya orang menyimpan data dan
memprosesnya untuk segala kebutuhan termasuk dalam bentuk keuangan. Sehingga dengan
sendirinya meningkatkan pelayanan kepada kepentingan masyarakat, seperti pengawasan
terhadap konsumsi, telemedicine, dan sebagainya. Para ahli Barat yakin bahwa kemajuan
ilmu pengetahuan di masa depan akan meningkatkan ciri industrialis kapitalis dan masyarakat
akan menjadi “high social contact”.

Dengan perkembangan teknologi yang pada saat sekarang ini sangat maju, bidang
finansial juga mempunyai perkembangan ke arah yang lebih efisien dan modern. Dalam
bidang perekonomian dunia saat 2 ini sangat penting untuk memberikan inovasi teknologi di
dalamnya. Teknologi dan financial mempunyai hubungan yang berkaitan dan saat ini telah
hadir teknologi yang mengarah pada inovasi finansial dengan sentuhan teknologi modern di
bidang jasa yang bernama financial technology atau biasa disebut Fintech.

Financial Technology (Fintech) memiliki peningkatan yang sangat pesat dan


mengubah sektor bisnis di perbankan harus mempunyai solusi agar dapat berinovasi.
Financial Technology (Fintech) mempunyai potensi untuk dapat menguntungkan berbagai
pihak yang berada di dalam industri keuangan, serta mempunyai peran untuk mempercepat
perluasan jangkauan layanan keuangan. Dengan menggunakan teknologi dan software,
layanan Financial Technology (Fintech) menjadi lebih efisien.

Fintech bertujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses produk-produk


keuangan, mempermudah transaksi, dan meningkatkan literasi keuangan. Adapun
perusahaan- perusahaan Fintech di Indonesia didominasi oleh perusahaan-perusahaan start
up dengan potensi besar. Konsep menggabungkan antara teknologi dan finansial ini
diharapkan dapat menciptakan proses transaksi keuangan yang praktis, aman, dan modern.
Perusahaan fintech dibagi dalam berbagai jenis seperti startup pembayaran, peminjaman,
investasi, dan riset keuangan. Financial Technology (Fintech) dipandang sebagai pasar baru
yang mengintegrasikan keuangan dan teknologi, dan menggantikan struktur keuangan
tradisional dengan proses berbasis teknologi baru. Saat ini Financial Technology (Fintech)
berhubungan dengan perusahaan yang menggunakan teknologi inovatif modern untuk
membentuk penyediaan jasa keuangan.

i
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemilihan judul dan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut:

1. Apa itu FINTECH?


2. Apa saja jenis-jenis FINTECH?
3. Ada apa saja model bisnis FINTECH?
4. Regulasi apa saja yang terkait dengan FINTECH?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan FINTECH


2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari FINTECH
3. Untuk mengetahui macam- macam model bisnis FINTECH
4. Untuk mengetahui tentang aturan/regulasi yang terkait dengan FINTECH

i
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN FINTECH

A. Definisi Financial Technology

Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finansial. Menurut The
National Digital Research Centre (NDRC), di Dublin, Irlandia, mendefinisikan fintech
sebagai “innovation in financial services” atau “inovasi dalam layanan keuangan fintech”
yang merupakan suatu inovasi pada sektor finansial yang mendapat sentuhan teknologi
modern. FinTech, dalam arti luas dan umum, mengacu pada penggunaan teknologi untuk
memberikan solusi (Arner et al., 2015). Menurut (Aaron, et al, 2017), pengertian fintech
adalah penggunaan teknologi digital untuk menyelesaikan permasalahan intermediasi
keuangan. Dalam pengertian yang lebih luas, menurut Bank Dunia (2016), FinTech adalah
industri yang terdiri dari bisnis yang menggunakan teknologi untuk meningkatkan efektivitas
lembaga keuangan dan penyediaan layanan keuangan. FinTech juga digambarkan sebagai
inovasi teknologi dalam layanan keuangan yang dapat menghasilkan model bisnis, aplikasi,
prosedur, atau produk yang memiliki dampak berarti terhadap bagaimana layanan keuangan
disediakan (FSB, 2017).

Berdasarkan pertumbuhan perusahaan dari tahun ke tahun, mulai rentang tahun 2013–
2014 yang hanya berjumlah 40 perusahaan hingga rentang tahun 2015–2016 yang berjumlah
165 perusahaan, maka perkembangan fintech di Indonesia kini semakin meningkat. Menurut
Muliaman (2017), perusahaan fintech Indonesia masih mendominasi sektor pembayaran
(43%), pinjaman (17%), dan sektor lain seperti agregator dan crowdfunding. Karena
potensinya yang sangat besar, fintech memerlukan ruang untuk berkembang. Mengingat
potensi bahayanya, diperlukan peraturan yang memadai. Oleh karena itu, OJK berperan
penting dalam melakukan pengawasan.

B. Kelebihan dan Kekurangan Fintech

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2016) menyebutkan keunggulan fintech sebagai


berikut:
1. Melayani masyarakat Indonesia yang tidak dapat dilayani oleh sektor keuangan
konvensional karena peraturan perbankan yang ketat dan pembatasan sektor
perbankan tradisional dalam melayani individu di lokasi tertentu.
2. Menjadi alternatif yang lebih demokratis dan transparan terhadap jasa sektor
keuangan yang ada ketika konsumen membutuhkan pembiayaan alternatif.

Sedangkan berikut beberapa kelemahan fintech:


1. Jika dibandingkan dengan bank, perusahaan fintech kurang berpengalaman dalam
mengelola bisnisnya dengan jumlah uang yang besar. Mereka juga tidak memiliki izin
untuk mengirimkan pembayaran.

i
2. Beberapa bisnis Fintech tidak memiliki kantor dan memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki keahlian dalam menerapkan sistem keamanan dan standar integritas produk.

C. Dampak Fintech

Adanya fintech di Indonesia pasti memberikan dampak yang sangat besar apalagi
berhubungan dengan sistem keuangan. Dampak yang dihasilkan oleh adanya fintech terbagi
menjadi dua, yaitu dampak positif dan dampak negatif.

 Dampak positif dari adanya Fintech antara lain :

1. Kemudahan Pelayanan Finansial


Kehadiran fintech tentunya membuat proses transaksi keuangan masyarakat menjadi lebih
mudah. Masyarakat juga akan mendapatkan layanan finansial yang meliputi proses
pembayaran, kredit uang, transfer, ataupun instrumen alternatif investasi yang lebih mudah
dan praktis. Melalui fintech, masyarakat juga dapat mengakses layanan finansial melalui
telepon selular atau komputer yang notabene-nya dapat dilakukan kapan pun dan di mana pun
berada, selamat terkoneksi dengan internet.
2. Melengkapi Rantai Transaksi Keuangan
Keberadaan fintech dalam perekonomian Indonesia juga memberikan dampak positif yang
luar biasa sebagai pelengkap rantai transaksi keuangan. Faktor kelahiran fintech ini terjadi
karena adanya tuntunan zaman dan pasar ekonomi. Melalui fintech pula segala transaksi
keuangan bisa dijalankan secara praktis. Sejatinya, fintech menggantikan bank konvensional,
pelengkap rantai keuangan di Indonesia. Hal ini karena kehadiran fintech dapat memperkuat
ekosistem keuangan bangsa (Sastrowidodo, 2020).
3. Sebagai Alternatif Sarana Investasi
Selain dapat menjadi solusi bagi kebutuhan pendanaan, fintech juga dapat berperan pada
pengelolaan keuangan dengan membantu mengembangkan dana masyarakat. Banyak fintech
yang dapat menjadi kreditur atau pemberi pinjaman dengan imbal hasil mulai dari 10%
sampai 21% per tahun. Nilai tersebut jauh lebih besar dibandingkan investasi deposito yang
rata-rata imbal hasilnya sebesar 7% per tahun (Ibnu, 2020).
4. Menambah Referensi Pinjaman Berbunga Rendah bagi Masyarakat
Sebelum perusahaan teknologi finansial marak di Indonesia, penyedia pinjaman didominasi
oleh bank. Sehingga hal tersebut mau tidak mau berdampak pada pemberlakuan bunga yang
cukup tinggi. Dengan perkembangan informasi dan teknologi, jumlah pinjaman berbunga
tinggi semakin berkurang karena adanya fintech. Jumlah perusahaan fintech yang semakin
marak menimbulkan persaingan menarik antara para penyedia pinjaman sehingga mereka
menawarkan pinjaman dengan bunga bersaing. Melalui startup market aggregator, semua
kalangan masyarakat dapat memantau data serta informasi tentang produk keuangan secara
lengkap. Dengan begitu bisa memilih produk mana yang paling cocok dengan kebutuhan
keuangan seseorang. Selain itu, hal terpentingnya adalah fintech memberikan transparansi
kepada masyarakat tentang skema pinjaman yang diberikan. Hal ini menjadi keunggulan

i
tersendiri karena masyarakat dapat menilai produk keuangan mana yang paling layak
dijadikan pilihan. Transparansi ini juga banyak dimanfaatkan para investor untuk
menanamkan dananya.
Selain dampak positif, adanya Fintech di Indonesia juga memiliki dampak negatif.

 Dampak negatif dari adanya Fintech di Indonesia, antara lain :

1. Penyelewengan Dana Nasabah


Banyak sekali produk keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan fintech. Salah satu produk
yang dikeluarkan adalah produk penggalangan dana yang memungut bunga dalam jumlah
besar. Hal yang menentukan adalah jumlah produk penggalangan dana ini tidak memiliki izin
yang jelas dan tidak tercatat pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sehingga bisa dikatakan
melanggar hukum. Sudah banyak pemberitaan di mana-mana yang menyebutkan bahwa
sejumlah pihak mengalami kerugian akibat penyelewengan dana nasabah yang dilakukan
oleh sejumlah perusahaan fintech yang tidak memberikan kerugian tersebut justru
menyebabkan kerugian kehilangan dana yang sudah diinvestasikan tersebut.
2. Penipuan Berkedok Investasi
Perusahaan fintech sebenarnya memberikan kemudahan investasi bagi masyarakat di mana
saja dan kapan saja. Akan tetapi, sejumlah perusahaan fintech justru memiliki usaha dengan
tingkat yang tinggi, tidak memiliki risiko arah, dan bahkan ilegal. Oleh karena itu, pihak
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berusaha berperan dalam melindungi para masyarakat dan
mengimbau untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan berbagai kemudahan yang
ditawarkan oleh sejumlah perusahaan fintech. OJK menghimbau masyarakat agar jangan
mudah tergiur dan langsung percaya terhadap tawaran dari perusahaan fintech yang belum
jelas legalitasnya.
3. Kasus Penipuan Berkedok Pinjaman
Saat ini cukup marak kasus penipuan yang dibalut dalam wadah pinjaman. Kemudahan
meminjam uang menyebabkan banyak masyarakat terjerumus ke dalam lingkaran fintech
yang merugikan. Tak sedikit pelaku penyedia kredit uang online yang melakukan kepada
penggunanya untuk terus mengajukan pinjaman uang. Banyak yang kemudian memanfaatkan
KTP orang yang tidak mengajukan kredit, tetapi tiba-tiba mengirimkan uang ke rekening
orang tersebut dengan mematok bunga yang tinggi sehingga membuat orang terlilit hutang di
fintech.
4. Mengancam Usaha Perbankan untuk Gulung Tikar
Akibat maraknya perusahaan fintech, hal ini dapat menyebabkan usaha sejumlah perbankan
menjadi gulung tikar. Dunia perbankan yang masih konvensional saat ini perlahan mulai
ditinggalkan. Karena kemudahan yang ditawarkan sejumlah perusahaan fintech menyebabkan
sejumlah nasabah memilih beralih ke Fintech dibandingkan memanfaatkan perbankan yang
padahal jauh lebih aman. Akibat penggunaan sistem yang menggeser peran manusia,
menyebabkan sejumlah karyawan yang dulunya bekerja di perusahaan perbankan menjadi
kehilangan pekerjaannya karena banyaknya perusahaan Fintech yang berkembang di
masyarakat saat ini.
i
5. Ketergantungan Terhadap Internet
Akibat penggunaan fintech yang sangat bergantung pada internet, maka mau tidak mau
masyarakat menjadi ketergantungan terhadap keberadaan internet. Padahal, penggunaan
internet yang berlebihan juga memberikan dampak buruk bagi masyarakat. Jika sewaktu-
waktu ada masalah pada jaringan internet, maka transaksi keuangan yang dilakukan bisa saja
terhambat. Hal ini tentu akan berimbas buruk pada perekonomian.
6. Menumpuknya Aplikasi Fintech di Ponsel
Akibat mudahnya penggunaan aplikasi fintech, maka banyak orang yang justru menumpuk
aplikasi fintech di ponselnya sehingga akan membuat ketergantungan terhadap fintech
semakin nyata adanya (Nasution, 2020). Hal ini tentu akan rawan meningkatkan stres
seseorang ketika harus dikejar oleh ketakutan pembayaran tagihan di sejumlah aplikasi
fintech yang digunakan

2.2 JENIS-JENIS FINTECH

Jenis-jenis FinTech dalam layanan jasa keuangan dapat diklasifikasikan ke dalam 9


kategori, yaitu sebagai berikut :

1. Pembayaran, transfer, kliring, dan penyelesaian (payment, clearing and settlement).


Aktivitas ini terkait erat dengan pembayaran mobile (baik oleh bank atau lembaga
keuangan non-bank), dompet elektronik (digital wallet), mata uang digital (digital
currencies). Model-model ini bertujuan untuk meningkatkan inklusi keuangan
(financial inclusion) dan memastikan akses konsumen yang lebih besar pada layanan
jasa pembayaran serta memastikan berfungsinya sistem pembayaran dengan baik
(smooth). Model ini juga dapat berkontribusi pada pengelolaan sejumlah besar
transaksi serta transfer dan settlements besar antar lembaga keuangan.

2. Deposito: pinjaman dan penambahan modal (deposits, lending and capital raising).
Inovasi FinTech yang paling umum di bidang ini adalah platform pinjaman P2P
(peer-to-peer) secara online, mata uang digital (digital currencies) dan DLT. Aplikasi
ini terkait erat dengan intermediasi keuangan.

3. Crowdfunding: Crowdfunding merupakan tipe Fintech di mana sebuah konsep atau


produk seperti desain, program, konten, dan karya kreatif dipublikasikan secara
umum dan bagi masyarakat yang tertarik dan ingin mendukung konsep atau produk
tersebut dapat memberikan dukungan secara finansial.Crowdfunding dapat digunakan
untuk mengurangi kebutuhan finansial kewirausahaan, dan memprediksi permintaan
pasar.

i
4. Asuransi Digital (Digital Insurance): Perusahaan FinTech yang berpartisipasi di
sektor asuransi (InsurAnce) yang mempunyai produk asuransi yang bisa Anda
peroleh secara online. Artinya, selaku calon nasabah, Anda bisa lebih mudah
memperoleh asuransi tanpa pihak perantara seperti agen lagi. Semua keperluan untuk
urusan asuransi yang dulu berjalan secara konvensional, kini bisa dilakukan lewat
internet.

5. Dukungan pasar (market support): Bagian teknologi FinTech dapat menyediakan


proses yang lebih sederhana atau lebih efisien, seperti e-aggregators, big data,
verifikasi ID secara digital, penyimpanan data dan pemrosesan (cloud computing),
atau pelaksanaan perintah melalui kontrak “pintar” (smart contracts)

6. Manajemen investasi (investment management): Dimensi ini mencakup platform e-


trading yang memungkinkan konsumen untuk berinvestasi secara langsung melalui
komputer pada semua jenis aset, kontrak “pintar” (smart contracts), dan inovasi
FinTech yang menawarkan saran otomatis (robo-advice) mengenai layanan
keuangan (penasehat keuangan), termasuk manajemen investasi dan portofolio,

7. Pembiayaan mikro: pembiayaan yang diberikan oleh bank ke peminjam dana (debitur)
yang bekerja sebagai wiraswasta pemilik usaha atau pengusaha guna dana yang
diberikan digunakan untuk modal kerja dan investasi yang terkait dengan usaha.
Pembiayaan mikro ditunjukan untuk wiraswasta berskala kecil sehingga usaha mereka
dapat berkembang dengan baik.

8. E-aggregator: Situs Web atau Aplikasi yang membantu masyarakat/konsumen


(nasabah) untuk memperoleh informasi mengenai produk dan layanan jasa keuangan
dengan menghimpun informasi, menyaring dan memperbandingkan produk dan
layanan antar Lembaga Jasa Keuangan (LJK) secara digital. Konsumen dapat
menggunakan layanan aggregator untuk mengetahui informasi mengenai produk-
produk LJK seperti KPR, kartu kredit, jenis-jenis tabungan, produk asuransi, produk
pembiayaan lainnya.

9. P2P Lending: layanan pinjam meminjam uang dalam mata uang rupiah secara
langsung antara kreditur/lender (pemberi pinjaman) dan debitur/borrower (penerima
pinjaman) berbasis teknologi informasi. Fintech lending juga disebut sebagai Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (LPMUBTI). Fintech P2P
lending membuat platform online yang menyediakan fasilitas bagi pemilik dana untuk
memberikan pinjaman secara langsung kepada debitur dengan return lebih tinggi,
sedangkan peminjam dana bisa mengajukan kredit secara langsung kepada pemilik
dana dengan syarat yang lebih mudah dan proses yang lebih cepat dibandingkan ke
lembaga keuangan konvensional.

10. Manajemen Risiko: Manajemen risiko adalah jenis fintech yang menyediakan layanan
untuk membantu individu atau bisnis mengelola risiko keuangannya. Tujuan utama
i
manajemen risiko adalah mengurangi atau meminimalkan dampak negatif dari risiko
dan memaksimalkan peluang yang ada.

2.3 MODEL BISNIS DI FINTECH

1. Crowdfunding
Atau penggalangan dana adalah proses mengumpulkan sejumlah uang untuk suatu
proyek atau usaha oleh sejumlah besar orang, biasanya dilakukan melalui platform
online. Ada tiga pihak yang terlibat dalam platform crowdfunding, yaitu project
owner, supporter (publik yang memberikan dukungan dana) dan penyedia platform.
Ketiga pihak ini memiliki peran masing-masing dalam menciptakan sebuah ekosistem
yang dapat menunjang kebutuhan tiap pihak. Berdasarkan bentuk imbalan yang
diberikan kepada pemberi dana, crowdfunding dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu : reward-based/ donation-based crowdfunding, equity-based
crowdfunding, dan loan-based crowdfunding

a. Reward-based crowdfunding adalah bentuk crowdfunding yang berbasis hadiah


atau penghargaan (reward). Reward-based crowdfunding akan memberikan reward
kepada investor, biasanya berupa versi pertama atau edisi terbatas dari produk atau
layanan yang didanai. Reward yang diberikan umumnya disesuaikan dengan jumlah
dana yang diberikan, semakin besar dananya semakin eksklusif reward yang
didapatkan investor.

b. Donation-based crowdfunding adalah bentuk crowdfunding tanpa imbalan, dan


biasanya terkait dengan suatu kegiatan filantropi.

c. Equity-based crowdfunding merupakan bentuk crowdfunding dimana penggalang


dana akan memberikan imbalan berupa saham kepada crowd investor. Saham yang
dijual kepada sejumlah investor merupakan imbalan atas investasi. Besaran saham
berbeda-beda tergantung pada penawaran yang diberikan oleh perusahaan penggalang
dana yang didasarkan pada valuasi dari perusahaan tersebut. Model ini seringkali
digunakan oleh perusahaan rintisan (start-up) atau pemula (early–stage).

d. Revenue/Profit sharing crowdfunding merupakan bentuk crowdfunding dimana


emiten mengajukan kewajiban untuk melunasi kreditur, namun pembayaran ini
bervariasi dan merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan perusahaan.

Contoh perusahaan Crowdfunding di Indonesia adalah:


- Kitabisa.com
- Amartha
- Gandengtangan.co.id
- LandX

i
2. Peer–to–Peer Lending (P2PL)
Atau biasa juga disebut sebagai social lending atau person-to-person lending
merupakan salah satu bentuk crowdfunding berbasis utang berupa praktik pemberian
pinjaman uang antar individu dimana peminjam dan pemberi pinjaman (investor)
dipertemukan melalui platform yang diberikan oleh perusahaan P2PL. P2PL
memberikan wadah bagi seseorang yang ingin meminjam uang dari seseorang yang
tidak pernah dijumpai secara langsung sebelumnya. Begitu juga dengan investor, ia
dapat memberikan pinjaman kepada seseorang yang ia tidak kenal dan informasi yang
diketahui bisa hanya berdasarkan rekam jejak kredit dari peminjam. Model P2PL ini
dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :

a. Peer–to–Peer (P2P) Business Lending adalah transaksi berbasis utang antara


individu dan dunia usaha/bisnis yang ada, yang sebagian besar merupakan usaha kecil
dan menengah (UKM) dengan banyak pemberi pinjaman individual yang memberikan
kontribusi terhadap satu pinjaman.

b. Peer–to–Peer (P2P) Consumer Lending Adalah transaksi berbasis utang dimana


individu menggunakan platform online untuk meminjam dari sejumlah pemberi

pinjaman individu, yang masing-masing memberikan pinjaman sejumlah kecil.


Sebagian besar bentuknya berupa pinjaman pribadi/personal tanpa jaminan.

c. Peer-to-Peer (P2P) Property Lending Adalah transaksi hutang yang aman (terjamin)
berbasis properti antara individu/institusi dengan umumnya dunia usaha (bisnis), yang
sebagian besar merupakan bisnis pengembangan properti.

Contoh bisnis/perusahaannya yaitu:


- KoinWorks
- Modalku
- Mekar
- Danamas
- Akulaku
- Kredivo

3. E-Wallet
E-wallet adalah aplikasi transaksi keuangan yang dapat digunakan di perangkat
mobile dengan internet sebagai perantara. E-wallet merupakan dompet digital yang
memiliki beberapa kegunaan, antara lain untuk transaksi online, membayar tagihan,
membeli pulsa, paket data internet, TV kabel, hingga investasi. Dompet digital juga
bisa digunakan untuk menyimpan uang untuk kemudian di transfer ke rekening bank
atau tarik tunai. E-wallet dapat menyimpan riwayat transaksi keluar dan masuk
menggunakan aplikasi tersebut.
Contoh bisnis/perusahaan di Indonesia adalah:
- GoPay
- OVO
- DANA

i
- LinkAja

4. E-Banking & M-Banking


Internet Banking: fasilitas yang dapat dinikmati nasabah bank untuk melakukan
transaksi perbankan melalui jaringan internet kapan saja dan dimana saja.
Mobile Banking: biasa disingkat dengan m-Banking, merupakan transaksi perbankan
melalui media handphone baik dalam bentuk aplikasi m-Banking atau aplikasi bawaan
operator seluler. Untuk manfaatnya sendiri yaitu Praktis (tidak perlu membawa dan
menghitung uang tunai) dan aman (menggunakan PIN/ kode rahasia) dan
Memudahkan transaksi non finansial dan transaksi finansial tanpa harus datang ke
cabang bank, namun cukup menggunakan perangkat telepon seluler ataupun perangkat
elektronik lainnya yang memiliki akses internet (transaksi non finansial: Cek saldo,
info mutasi rekening. Finansial: Transfer, pembayaran tagihan, pulsa dll). Untuk
model-model E-Banking dan & M-Banking sendiri yaitu: Atm, Phone Banking, E-
Banking (via browser), M-Banking (Via Aplikasi/SMS)
- BRI (BRImo)
- Mandiri (Livin
- BCA (BCA Mobile

2.4 REGULASI TERKAIT FINTECH


Terdapat beberapa regulasi terkait dengan fintech yaitu:
A. OJK
- 77/POJK.01/2016 Mengenai Layanan Pinjam Meminjam Uang dengan Basis
Teknologi Informasi
aturan ini memiliki tujuan melindungi konsumen berkaitan dengan keamanan dana
serta data, mengelola perusahaan fintech, mencegah pencucian uang serta mendanai
kegiatan terorisme. Ketentuan ini juga mengatur mengenai modal minimal, batas
kepemilikan saham, batas maksimal pinjaman serta bunga, hingga keharusan untuk
membuat escrow account dan sejumlah prinsip yang harus diterapkan lainnya.

- SE OJK No. 18 /SEOJK.02/ 2017 tentang pelaksanaan Tata Kelola dan manajemen
Risiko Teknologi Informasi pada Layanan Pinjam Meminjam Uang berbasis
teknologi Informasi. Bahwa dalam peraturan atau Surat Edaran tersebut hanya sebagai
upaya tata kelola dan menyikapi terkait manajemen risiko yang timbul dari transaksi
fintech.

- Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi


Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan
Regulasi ini memberikan definisi mengenai inovasi keuangan digital, termasuk jenis-
jenisnya seperti payment system, marketplace lending, crowdfunding, dan lain-lain.
Regulasi ini bertujuan untuk mendorong perkembangan inovasi keuangan digital di
sektor jasa keuangan di Indonesia, sambil tetap memperhatikan perlindungan
konsumen dan stabilitas sistem keuangan.

i
- POJK Nomor 37/POJK.03/2018 tentang Layanan Urun Dana melalui penawaran
saham berbasis teknologi Informasi. Pada peraturan ini Otoritas Jasa Keuangan hanya
mengatur pembiayaan alternatif untuk dunia usaha (bisnis) baik melalui pendanaan
langsung, pendanaan berbasis teknologi, atau pendanaan berbasis ekuitas, serta
didalamnya hanya mengatur perizinan penyelenggaraan, kegiatan usaha, bentuk badan
hukum dan permodalan, kewajiban dan larangan, layanan crowdfunding, penggunaan
crowdfunding, perjanjian layanan crowdfunding, mitigasi risiko, tata kelola, sistem
teknologi informasi untuk menyediakan layanan crowdfunding, edukasi dan
perlindungan tanda tangan elektronik.

- Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor 77/POJK.03/2016 tentang Layanan


Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi yang adalah peraturan yang
mengatur layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi yang
diberikan oleh fintech peer to peer lending.

Peraturan ini juga menetapkan sanksi bagi fintech peer to peer lending yang
melanggar ketentuan yang diatur dalam peraturan ini.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut OJK melalui peraturan yang


dikeluarkannya Baik POJK maupun SEOJK hanya mengatur secara administratif, baik
berupa syarat fintech itu harus berbentuk hukum, Jenis fintech serta tata kelola dalam industri
fintech. walaupun dalam beberapa aturan tersebut menyebutkan perlindungan hukum dan
sanksi hukum bagi pelaku fintech, tetapi pada aspek yuridisnya upaya perlindungan hukum
yang diberikan berupa ganti rugi sebagian tanpa disebutkan jumlah minimal, serta sanksi
administratif yang diberikan bagi pelanggar adalah sanksi maksimum pencabutan izin.
Dengan demikian bahwa dalam perlindungan konsumen di industri fintech, peraturan
perlindungan konsumen dalam transaksi fintech hanya didasarkan pada beberapa peraturan
yang dikeluarkan oleh BI dan OJK dan Kemeninfo dan masih kurang memadai.

B. Bank Indonesia

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/40/PBI/2016 Mengenai Pemrosesan Transaksi


Pembayaran
Adanya perkembangan fintech yang cukup pesat membuat Bank Indonesia
mengeluarkan peraturan ini. Terbitnya peraturan ini bertujuan agar bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat termasuk bidang jasa serta sistem pembayaran. Sistem ini
mencakup sisi instrument, mekanisme, penyelenggara dan yang lainnya. Cakupan dari
peraturan ini meliputi penyelenggara serta pemrosesan transaksi pembayaran,
persetujuan serta perizinan dalam penyelenggaraan pemrosesan transaksi pembayaran,
peralihan izin penyelenggara jasa, sanksi, larangan dan lainnya.

- Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 Mengenai Penyelenggaraan


Teknologi Finansial

i
Regulasi ini memiliki tujuan untuk mendukung terciptanya stabilitas sistem
keuangan, stabilitas moneter, sistem pembayaran yang lancar, efisien dan aman
sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi nasional berkelanjutan. Tidak hanya itu, BI
juga menerbitkan ketentuan yang mengatur penyelenggaraan Teknologi Finansial agar
bisa mendorong inovasi pada bidang keuangan dengan menerapkan prinsip
perlindungan konsumen dan manajemen risiko.

- Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP perihal Penyelenggaraan Layanan


Keuangan Digital
Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP perihal Penyelenggaraan Layanan
Keuangan Digital adalah regulasi fintech yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada
tanggal 27 September 2016. Regulasi ini mengatur tentang penyelenggaraan layanan
keuangan digital, yang mencakup beberapa hal seperti:
a. Pendaftaran: Penyelenggara layanan keuangan digital harus mendaftarkan diri
ke Bank Indonesia dan memperoleh izin terlebih dahulu sebelum memulai
kegiatan usaha

b. Kewajiban: Penyelenggara layanan keuangan digital harus memenuhi


kewajiban-kewajiban tertentu, seperti menjaga keamanan dan kerahasiaan data
nasabah serta melaporkan kegiatan usahanya secara berkala kepada Bank
Indonesia.
c. Penggunaan teknologi: Penyelenggara layanan keuangan digital harus
menggunakan teknologi yang memenuhi standar keamanan dan kelayakan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Perlindungan konsumen: Penyelenggara layanan keuangan digital harus
memberikan perlindungan yang memadai bagi konsumen, seperti memberikan
informasi yang jelas dan transparan tentang produk dan layanan yang
ditawarkan serta menjamin keamanan dana nasabah.

Regulasi ini bertujuan untuk melindungi konsumen dan mendorong perkembangan


industri fintech yang sehat dan terpercaya di Indonesia.

- Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tentang Uang Elektronik adalah


regulasi yang mengatur segala hal terkait Uang Elektronik. Uang Elektronik adalah
uang yang disimpan dalam media elektronik dan dapat digunakan sebagai alat
pembayaran yang diterbitkan oleh Penyelenggara Uang Elektronik (PUE). Regulasi
ini merupakan perubahan kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik.
Regulasi ini bertujuan untuk melindungi konsumen dan mendorong perkembangan
industri Uang Elektronik di Indonesia.

- Peraturan Bank Indonesia Nomor. 9 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan teknologi


Financial. Pada peraturan BI ini, kewenangan Bank Indonesia hanya mengatur
pelaksanaan fintech khususnya dalam hal penyediaan layanan sistem pembayaran,

i
yang didalamnya mengenal prinsip kehati-hatian, diantaranya kenali pelanggan anda,
prinsip registrasi, regulatory sandbox, perizinan penyelenggara pemantauan dan
pengawasan kerjasama penyelenggara antara penyelenggara jasa sistem pembayaran
dan penyelenggara teknologi keunangan. Serta mengatur koordinasi dan kerjasama
Bank Indonesia dengan Otoritas terkait baik dalam negeri maupun di luar negeri.

Dengan demikian secara yuridis berdasarkan paparan diatas bahwa kewenangan Bank
Indonesia tidak mempunyai kewenangan langsung terhadap upaya perlindungan hukum
terhadap kegiatan industri fintech di Indonesia. Peraturan hukum yang mengatur kegiatan
dalam industri fintech yang bersifat online dan menggunakan transaksi elektronik masih
belum memadai.

C. Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia

- Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik


Salah satu perlindungan konsumen yang diatur dalam UU ITE adalah mengenai
perlindungan data pribadi. UU ITE mewajibkan penggunaan setiap informasi melalui
media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang, harus dilakukan atas
persetujuan orang yang bersangkutan. UU ITE juga mewajibkan setiap pelaku usaha
yang menyelenggarakan sistem elektronik harus menyelenggarakan sistem secara
andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya sistem elektronik
sebagaimana mestinya.

- Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 4 Tahun


2016 Tentang Sistem Manajemen Pengamanan Informasi Dalam Peraturan Menteri
ini diatur tentang sistem manajemen pengamanan informasi dengan menetapkan
batasan istilah yang digunakan dalam pengaturannya. Materi pokoknya memuat
kategorisasi : Sistem Elektronik, Standar Sistem Manajemen Pengamanan Informasi,
Penyelenggaraan Sistem Elektronik, Sertifikat Sistem Manajemen Pengamanan
Informasi, Lembaga Sertifikasi, Penerbitan Sertifikat, Pelaporan Hasil Sertifikasi, dan
Pencabutan Sertifikat, Penilaian Mandiri, Pembinaan, Pengawasan, dan Ketentuan
Sanksi.

- Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 20 Tahun


2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik Dalam Peraturan
Menteri ini diatur tentang perlindungan data pribadi dalam sistem elektronik dengan
menetapkan batasan istilah yang digunakan dalam pengaturannya. Perlindungan Data
Pribadi dalam Sistem Elektronik mencakup perlindungan terhadap perolehan,
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan, penyimpanan, penampilan, pengumuman,
pengiriman, penyebarluasan, dan pemusnahan data pribadi. Perolehan dan
Pengumpulan Data Pribadi, Pengolahan dan Penganalisisan Data Pribadi,
Penyimpanan Data Pribadi, Penampilan, Pengumuman, Pengiriman, Penyebarluasan,
dan/atau Pembukaan Akses Data Pribadi, Pemusnahan Data Pribadi, diatur pada Bab
II Peraturan Menteri ini terkait Perlindungan. Selain itu Peraturan Menteri ini juga
mengatur terkait Hak Pemilik Data Pribadi; Kewajiban Pengguna; Kewajiban

i
Penyelenggara Sistem Elektronik; Penyelesaian Sengketa; Peran Pemerintah dan
Masyarakat; Pengawasan; dan Sanksi Administratif.

- Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2016 Tentang Uji Coba Teknologi Komunikasi, Informatika Dan Penyiaran Dalam
Peraturan Menteri ini, uji coba diselenggarakan dengan tujuan untuk melakukan
penelitian aspek teknis dan aspek non teknis terkait penyelenggaraan telekomunikasi,
informatika, dan penyiaran. Aspek teknis antara lain dapat meliputi kinerja sistem,
alat, dan perangkat dan aspek non teknis antara lain meliputi model bisnis
penyelenggaraan. Uji coba diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika dan dapat dibantu oleh pemangku kepentingan. Penyelenggaraan uji coba
ditetapkan dengan Keputusan Menteri. Uji coba bersifat tidak komersial dan berbatas
waktu.

2.5 STUDI KASUS

Transformasi GoPay: Memajukan Industri Fintech di Indonesia

GoPay adalah salah satu pelopor dalam industri fintech di Indonesia. Awalnya, GoPay hanya
merupakan alat pembayaran di dalam aplikasi Gojek. Tetapi seiring berjalannya waktu,
GoPay berkembang pesat dan berubah menjadi penyedia layanan fintech yang komprehensif.
Studi kasus ini membahas peran besar GoPay dalam meningkatkan industri fintech di
Indonesia.

GoPay mengalami banyak perubahan dalam industri fintech. Awalnya, ia hanya digunakan
sebagai dompet digital dalam aplikasi Gojek. Sekarang, GoPay telah menjadi pemain besar
dalam dunia fintech Indonesia. Mereka berhasil mencapai hal ini dengan mengembangkan
lebih banyak layanan, bermitra dengan bank-bank besar, dan menciptakan inovasi seperti
kode QR. Semua ini membuat banyak orang ingin menggunakan GoPay, dan sekarang GoPay
menjadi salah satu pemimpin dalam industri fintech di Indonesia. Mereka berhasil karena
selalu mencoba hal-hal baru dan bekerja sama dengan bank-bank tradisional. Selain itu,
banyak orang menggunakan GoPay karena mudah digunakan, praktis dan memiliki banyak
fitur yang bermanfaat didalamnya.
i
Jadi, GoPay telah banyak membantu perkembangan fintech di Indonesia. Mereka awalnya
hanya digunakan sebagai alat pembayaran di aplikasi Gojek, tetapi sekarang mereka
menawarkan banyak layanan keuangan. Dengan menjadi inovatif, bermitra dengan pihak
lain, dan memikirkan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, GoPay telah menjadi salah satu
perusahaan fintech terkemuka di Indonesia.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
FINTECH adalah industri yang berkembang pesat yang menggabungkan teknologi
dengan layanan keuangan untuk memberikan inovasi, efisiensi, dan aksesibilitas yang lebih
baik dalam dunia keuangan. Dalam penjelasan di atas, disebutkan bahwa FINTECH memiliki
berbagai jenis layanan seperti layanan pembayaran, crowdfunding, pinjaman antar individu,
dan lain sebagainya. Makalah ini juga membahas berbagai model bisnis yang digunakan oleh
perusahaan-perusahaan FINTECH, menunjukkan beragam cara yang mereka gunakan untuk
menghasilkan keuntungan dari inovasi teknologi keuangan. Selain itu, pentingnya regulasi
dalam industri FINTECH juga ditekankan, karena regulasi memiliki peran penting dalam
memastikan pasar yang aman dan melindungi konsumen. Secara keseluruhan, FINTECH
dianggap sebagai aspek yang sangat dinamis dan inovatif dalam dunia keuangan saat ini.
Dengan berbagai layanan yang terus berkembang, model bisnis yang beragam, dan perubahan
dalam regulasi, FINTECH akan tetap menjadi fokus utama dalam beberapa tahun mendatang.
Untuk mengatasi tantangan dan peluang, perusahaan-perusahaan FINTECH perlu beradaptasi
dan berinovasi untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan aman dan efisien.

3.2 SARAN
Saran untuk perusahaan ataupun yang ingin bergelut di bisnis yang terkait dengan
FINTECH agar selalu memahami dasar-dasar/konsep, jenis-jenis dan model dari FINTECH.
Agar peluang perusahaan menjadi sukses terbuka lebar dan menang dalam persaingan dengan
kompetitornya. Selain itu hal yang tidak kalah pentingnya yaitu regulasi yang mengatur
tentang FINTECH agar senantiasa dipatuhi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya guna
untuk menjaga ekosistem FINTECH berjalan dengan aman dan lancar bagi segala pihak yang
bersangkutan.

i
DAFTAR PUSTAKA

Ansori, M. (2019). Perkembangan dan dampak financial technology (fintech) terhadap


industri keuangan syariah di Jawa Tengah. Wahana Islamika: Jurnal Studi Keislaman, 5(1),
31-45.

Ibnu. (2020, Oktober 21). Fintech adalah: Pengertian, Jenis, dan Manfaatnya untuk
Masyarakat. Retrieved April 16, 2022, from AccurateOnline:
https://accurate.id/ekonomikeuangan/fintech-adalah/

Mulasiwi, C. M., & Julialevi, K. O. (2020). Optimalisasi Financial Teknologi (Fintech)


terhadap peningkatan literasi dan inklusi keuangan usaha menengah purwokerto.
Performance: Jurnal Personalia, Financial, Operasional, Marketing dan Sistem Informasi,
27(1), 12-20. Keuangan, Peraturan Otoritas Jasa. "Otoritas jasa keuangan republik
indonesia." (2016).

Muzdalifa, I., Rahma, I. A., Novalia, B. G., & Rafsanjani, H. (2018). Peran fintech dalam
meningkatkan keuangan inklusif pada UMKM di Indonesia (pendekatan keuangan syariah).
Jurnal Masharif Al-Syariah: Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 3(1), 1-24.

Narastri, M. (2020). Financial technology (Fintech) di Indonesia ditinjau dari perspektif


Islam. Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE), 2(2), 155-170.

Nasution. (2020, Februari 11). Ini Dia 6 Dampak Negatif Fintech. Retrieved April 15, 2022,
from techfor.id: https://www.techfor.id/6-dampak-negatif-dari-fintech/

Nizar, M. A. (2017). Teknologi keuangan (Fintech): Konsep dan implementasinya di


Indonesia.

Njatrijani, Rinitami. “PERKEMBANGAN REGULASI DAN PENGAWASAN


FINANCIAL TECHNOLOGY DI INDONESIA.” PERKEMBANGAN REGULASI DAN
PENGAWASAN FINANCIAL TECHNOLOGY DI INDONESIA, vol. 4, 2019, p. 13.581-1868-
2-SP. (2019). URGENSI PEMBENTUKAN UU FINTECH DI INDONESIA: HARAPAN DAN
REALITA DI ERA PANDEMIC COVID-19, RGENSI PEMBENTUKAN UU FINTECH DI
INDONESIA, 1–20. https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/sasi/article/downloadSuppFile/581/73
i
Pradipto, Nalendra. Fungsi Jaminan Sebagai Penentu Credit Scoring Dalam Layanan
Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi. Diss. UNIVERSITAS
AIRLANGGA, 2019.

Safitri, R., & Andriansyah, M. (2020). Analisis Penerimaan Teknologi Keuangan


(FINTECH) Terhadap Penggunaan Aplikasi Fintech OVO. Jurnal Mitra Manajemen, 4(4),
538-549.

Sastrowidodo, J. (2020, November 20). Dampak Positif Fintech Bagi Masyarakat Indonesia.
Retrieved April 15, 2022, from FintekAsia: http://fintekasia.asia/dampak-positiffintech-
masyarakat-indonesia/

“Skopi.” Skopi, https://skopi.kemenkopukm.go.id/blog/2. Accessed 23 September 2023

Supangkat, Naufal Abdurrahman. PROBLEMATIKA PENYELENGGARAAN FINANCIAL


TECHNOLOGY BERBASIS PEER-TO-PEER LENDING (Analisa Yuridis Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 77/POJK. 01/2016). BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Winarto, W. W. A. (2020). Peran Fintech dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Jesya (Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Syariah), 3(1), 61-73.

Anda mungkin juga menyukai