Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

Ekonomi Digital Sebagai Wajah Baru Perekonomian Indonesia:


Meningkatkan Pendapatan Pelaku UMKM

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi dan Bisnis Digital

Tahun ajaran 2022/2023

Yang diampu oleh Prof. Dr. H. A. Sobandi, M.Si., M.Pd. dan Adman, S.Pd.,
M.Pd.

Disusun oleh:

1. Arkania Chelsea Islami (2001455)


2. Mira Febriyani (2000762)
3. Serin Novitasari (2007328)
4. Shelfia Khairunnisa (2001023)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN


FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya kami diberi kesehatan dan kemudahan dalam penyusunan makalah
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep dan
Pengembangan Ekonomi Digital”. Selawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para sahabatnya hingga
pada umatnya sampai akhir zaman.

Makalah ini penulis susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
dan Bisnis Digital serta untuk menambah wawasan dan pengalaman penulis dalam
hal penyusunan makalah. Makalah ini penulis susun dengan sepenuh hati dan
pikiran. Meskipun demikian, kami pun menghadapi beberapa kendala baik yang
datang dari luar maupun dari dalam diri pribadi. Namun dengan penuh kesabaran
dan ketekunan, juga disertai dukungan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini
dapat selesai tepat waktu.

Dalam makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan


masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini baik dari segi teknis
maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak kami
harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat pada umumnya bagi
pembaca dan khususnya bagi diri kami.

Bandung, 09 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
SUMMARY.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan...............................................................................................................1
1.3 Permasalahan....................................................................................................1
1.4 Ruang Lingkup.................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................2
3.1. Ekonomi Digital dan Perkembangannya........................................................2
3.2. Konsep Ekonomi Digital...................................................................................5
3.3. Urgensi, Peluang dan Dampak Ekonomi Digital............................................7
2.3.1. Urgensi...............................................................................................7
2.3.2. Peluang..............................................................................................8
2.3.3. Dampak.............................................................................................9
3.4. Perkembangan Ekonomi Digital di Dunia dan Indonesia............................11
2.4.1. Wajah Baru akibat Perkembangan Ekonomi Digital..................11
2.4.2. Perkembangan Ekonomi Digital Menghantarkan Wajah Baru. 12
3.5. Pengertian Pendapatan..................................................................................13
3.6. Sumber dan Jenis Pendapatan.......................................................................14
3.7. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah....................................................15
3.8. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Mikro Kecil Menengah..........................16
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................19
3.1. Analisis E-Commerce Di Tengah Pandemi Covid-19 (UMKM)..................19
3.1.1. Latar Belakang...............................................................................19
3.1.2. Hasil dan Pembahasan...................................................................20
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................23

ii
iii
SUMMARY
Ekonomi digital telah memberikan dampak positif dan negatif bagi
pembangunan Indonesia. Dampak perkembangan ekonomi digital menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat. Salah satu pemanfaaatan
teknologi digital dapat digunakan meningkatkan produktivitas khususnya
penjualan pada sektor usaha diantaranya oleh UMKM. Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) adalah salah satu bidang usaha yang berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan perekonomian.

Secara umum di dalam konteks ekonomi, teknologi digital berfungsi untuk


meningkatkan produktivitas. Dengan teknologi yang sekarang digital dan akses
akan menjadi sangat meluas, maka diharapkan dalam jangka panjang,
perekonomian dunia akan mengalami produktivitas yang makin tinggi dan akan
menghasilkan pendapatan yang sebanding pula.

Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh


seseorang dalam suatu periode dengan mengharap keadaan yang sama pada akhir
periode seperti kedaan semula. Pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi
merupakan uang yang telah diterima oleh pelanggan dari perusahaan sebagai hasil
penjualan barang dan jasa.

Kata Kunci : Ekonomi Digita, UMKM, Pendapatan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1
1.1 Latar Belakang
Teknologi digital menjadi salah satu modal utama yang dibutuhkan
oleh para pelaku industri untuk mengembangkan lini usaha mereka.
Kehadiran industri 4.0 pun menjadi bukti bahwa saat ini perkembangan
industry tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi. Perkembangan
sektor industri yang beriringan dengan perkembangan teknologi tentunya
dapat membawa dampak yang positif pada suatu negara, salah satunya
dampak positif pada peningkatan perekonomian negara tersebut. Dengan
adanya teknologi digital, suatu negara dapat mendorong perekonomiannya
ke arah ekonomi digital.
Ekonomi digital di Indonesia memang dapat membawa banyak
dampak positif, namun hal ini juga menjadi tantangan pemerintah dalam
membuat kebijakan. Dengan adanya perkembangan ekonomi digital dapat
memungkinkan munculnya model bisnis baru, integrasi antar sektor bisnis,
serta perubahan model bisnis pada sektor yang sudah ada. Penggunaan
teknologi seperti PC dan internet ini pun menjadi awal dari perkembangan
e-commerce atau perdagangan elektronik. Seiring dengan perkembangan
teknologi, era old digital economy akhirnya memasuki era new digital
economy, ditandai dengan adanya mobile technology, akses internet yang
tidak terbatas, serta kehadiran teknologi cloud yang digunakan dalam
proses ekonomi digital.
Pemanfaaatan teknologi digital dapat digunakan meningkatkan
produktivitas khususnya penjualan pada sektor usaha diantaranya oleh
UMKM. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah
satu bidang usaha yang berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan perekonomian. Diperlukan dukungan penuh dari
pemerintah pusat guna menumbuh kembangkan kembali UMKM untuk
dapat berinovasi, mempunyai berbagai ide atau gagasan usaha baru yang
nantinya akan bangkit dan dapat berkontribusi sebagai pemecah persoalan
sosial-ekonomi masyarakat.

2
1.2 Tujuan
A. Memberikan informasi mengenai Ekonomi Digital dan
Perkembangannya;
B. Memberikan informasi mengenai Konsep Ekonomi Digital;
C. Memberikan informasi mengenai Urgensi, Peluang, dan
Dampak dari Ekonomi Digital;
D. Memberikan informasi mengenai Perkembangan Ekonomi
Digital di Dunia dan Indonesia;
E. Memberikan informasi mengenai pengertian Pendapatan;
F. Memberikan informasi mengenai Sumber dan Jenis
Pendapatan;
G. Memberikan informasi mengenai pengertian Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM);
H. Mmeberikan informasi mengenai Kekuatan dan Kelemahan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

1.3 Permasalahan
A. Bagaimana Ekonomi Digital dan Perkembangannya?
B. Bagaimana Konsep Ekonomi Digital?
C. Apa Urgensi, Peluang dan Dampak dari Ekonomi Digital?
D. Bagaimana Perkembangan Ekonomi Digital dan di Dunia dan
Indonesia?
E. Apa pengertian dari Pendapatan?
F. Apa saja Sumber dan Jenis dari Pendapatan?
G. Apa Pengertian dari Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)?
H. Apa Kekuatan dan Kelemahan dari Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM)?

1.4 Ruang Lingkup


A. Perkembangan Ekonomi Digital;

3
B. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Ekonomi Digital dan Perkembangannya


Ekonomi digital telah memberikan dampak positif dan negatif bagi
pembangunan Indonesia. Dampak perkembangan ekonomi digital menjadi
tantangan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat. Sektor industri yang
berkembang seiring dengan perkembangan teknologi tentunya membawa
dampak pada perekonomian suatu negara, dan membawa masyarakat
memasuki era ekonomi digital, dimana Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki potensi yang besar untuk perkembangan ekonomi
digital. (Rahmah, 2019)
Hal ini membawa tantangan yang semakin besar bagi pemerintah,
dimana salah satu dampak yang terjadi adalah perubahan sosial yang
semakin komplek, mulai dari perubahan pola pikir sampai dengan gaya
hidup akibat terjadinya perubahan model bisnis di berbagai sektor. Terkait
hal ini pemerintah perlu menyiapkan kebijakan dan regulasi untuk
mengantisipasi perubahan perubahan yang akan terjadi tersebut, supaya
tidak menimbulkan permasalahan serta ketimpangan yang mungkin terjadi
dan mengarah pada hal hal kritis.(Kementrian Komunikasi dan Informasi,
2019)

Kemunculan teknologi digital dan internet menandai dimulainya


Revolusi Industri 3.0. Proses revolusi industri ini jika dikaji dari sudut
pandang seorang sosiolog Inggris yang bernama David Harvey,
merupakan sebuah proses pemampatan ruang dan waktu. Ruang dan waktu
semakin terkompresi dan semakin memuncak pada revolusi tahap 3.0,
yakni revolusi digital. Waktu dan ruang tidak lagi berjarak. Pada tahap
revolusi industri sebelumnya, yaitu revolusi kedua (Revolusi 2.0), dengan
hadirnya teknologi mesin yang dapat menciptakan sebuah mobil
(kendaraan), membuat waktu dan jarak makin dekat. Revolusi 3.0

5
menyatukan keduanya. Sebab itu, era digital sekarang mengusung sisi
kekinian (real time). (Kementrian Komunikasi dan Informasi, 2019)

Selain mengusung kekinian, revolusi industri 3.0 mengubah pola


relasi dan komunikasi masyarakat kontemporer. Praktik bisnis pun mau
tidak mau harus berubah agar tidak tertelan zaman. Namun, revolusi
industri ketiga juga memiliki sisi yang layak diwaspadai. Teknologi
membuat pabrik-pabrik dan mesin industri lebih memilih mesin ketimbang
manusia. Apalagi mesin canggih memiliki kemampuan berproduksi lebih
berlipat. Konsekuensinya, pengurangan tenaga kerja manusia tidak
terelakkan. Selain itu, reproduksi pun mempunyai kekuatan luar biasa.
Hanya dalam hitungan jam, banyak produk dihasilkan yang jauh sekali
bila dilakukan oleh tenaga manusia. (Kementrian Komunikasi dan
Informasi, 2019)

Lalu pada revolusi industri generasi 4.0, manusia telah menemukan


pola baru ketika disruptif teknologi (disruptive technology) hadir begitu
cepat dan mengancam keberadaan perusahaan-perusahaan incumbent. Era
ini yang ditandai dengan hadirnya Internet of Things, Big Data, Articial
Intelligence, Human Machine Interface, Robotic and Sensor Technology,
3D Printing Technology. Sejarah telah mencatat bahwa revolusi industri
telah banyak menelan korban dengan matinya perusahaan-perusahaan
raksasa. (Kementrian Komunikasi dan Informasi, 2019)

Teknologi digital menjadi salah satu modal utama yang dibutuhkan


oleh para pelaku industri untuk mengembangkan lini usaha mereka.
Kehadiran industri 4.0 pun menjadi bukti bahwa saat ini perkembangan
industry tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi. Perkembangan
sektor industri yang beriringan dengan perkembangan teknologi tentunya
dapat membawa dampak yang positif pada suatu negara, salah satunya
dampak positif pada peningkatan perekonomian negara tersebut.
(Kementrian Komunikasi dan Informasi, 2019)

6
Sejalan dengan perkembangan Revolusi Industri 4.0 tersebut,
perusahaan membutuhkan pekerja dengan keterampilan baru, yang
mungkin tidak ada sebelumnya. Beberapa bidang pekerjaan akan
mengalami peluang untuk berkembang pesat, sementara bidang pekerjaan
yang lain mungkin akan menurun. Dalam survei yang diadakan oleh
World Economic Forum (Future of Jobs Survey2018), diketahui terdapat 4
(empat) tren teknologi yang akan mendominasi industri pada tahun 2018-
2022 yaitu: high-speed mobile internet, articial intelligence, big data
analytics, dan cloud technology. (Kementrian Komunikasi dan Informasi,
2019)

Keempat teknologi tersebut diyakini akan banyak mempengaruhi


perkembangan bisnis perusahaan. Jika kita perhatikan tahap revolusi dari
masa ke masa timbul akibat dari manusia yang terus mencari cara
termudah untuk beraktivitas. Setiap tahap menimbulkan konsekuensi
pergerakan yang semakim cepat. Bahkan, berdasarkan survey tersebut,
hingga tahun 2022, diperkirakan akan terdapat 92% perusahaan global
yang akan mengadopsi penggunaan big data analytics sebagai salah satu
teknologi utama. Demikian pula, proporsi cukup besar akan terjadi untuk
penggunaan teknologi lainnya seiring dengan Revolusi Industri 4.0,
seperti; Internet of Things, machine learning, dan cloud computing.
(Kementrian Komunikasi dan Informasi, 2019)

Ekonomi digital lahir dan berkembang seiring penggunaan


Teknologi Informasi dan Komunikasi yang juga semakin mengglobal di
dunia. Menurut Dalle (2016) sejarah ekonomi dunia telah melalui empat
era dalam hidup manusia yaitu era masyarakat pertanian, era mesin pasca
revolusi industri, era perburuan minyak, dan era kapitalisme korporasi
multinasional. Empat gelombang ekonomi sebelumnya berkarakter
eksklusif dan hanya bisa dijangkau oleh kelompok elit tertentu.
Gelombang ekonomi digital hadir dengan topogra yang landai, inklusif,
dan membentangkan ekualitas peluang. Karakteristik ini memiliki konsep

7
kompetisi yang menjadi spirit industri yang dengan mudah terangkat oleh
para pelaku startup yang mengutamakan kolaborasi dan sinergi. Karena itu
pula ekonomi digital merupakan ‘sharing economy’ yang mengangkat
banyak usaha kecil dan menengah untuk memasuki bisnis dunia.
(Kementrian Komunikasi dan Informasi, 2019)

Dalam ekonomi digital, perusahaan menawarkan layanan mereka


sesuai dengan layanan layanan tertentu yang sesuai dengan permintaan
spesik tertentu atau penawaran khusus, penawaran telah dikarakterisasi
sebagai penawaran pribadi dan individu atau pribadi (Bloch et al., 2006).
Agar ekonomi digital dapat memberikan keuntungan kepada masyarakat
dan pelaku usaha, maka diperlukan kerangka regulasi yang tepat sehingga
terjadi iklim pasar yang kompetitif dan seimbang dalam mengembangkan
ide untuk menciptakan produk dan inovasi. Ciri ekonomi digital adalah
melakukan perdagangan global dan banyak memotong rantai intermediary.
Diharapkan tidak ada barrier to entry sehingga memberi keleluasaan
partisipasi pasar. (Kementrian Komunikasi dan Informasi, 2019)

Dalam menciptakan kerangka proteksi yang lebih baik untuk


konsumen, perlu keseimbangan dengan kepentingan dan kapasitas bisnis,
terutama untuk perusahaan kecil dan menengah. Apabila regulasi tidak
seimbang, maka dapat menyebabkan turn-over yang tinggi pada pelaku
bisnis, yaitu tersisihnya pelaku bisnis yang kalah dalam kompetisi dari
peredaran. Hal ini juga dapat mempengaruhi kebebasan pilihan konsumen.
Oleh karena itu hak dan kewajiban antara konsumen dan pelaku bisnis
harus seimbang dari kedua belah pihak. (Kementrian Komunikasi dan
Informasi, 2019)

3.2. Konsep Ekonomi Digital


Peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia dapat diatasi jika
pembangunan ekonomi terus dilakukan, walaupun pertumbuhan ekonomi

8
yang sedang berjalan bisa saja mengalami ketidakstabilan, terkadang
mengalami penurunan maupun penaikan. Walaupun demikian, dengan
ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi tersebut yang terpenting adalah
ekonomi mengalami penaikan ataupun pertumbuhan. Selama lima tahun
terakhir ini, Indonesia tetap melaju melakukan pembangunan ekonomi
terutama pada sektor infrastruktur. (Permana & Puspitaningsih, 2021)
Konsep ekonomi digital pertama kali diperkenalkan oleh Don
Tapscott yang ditulis didalam bukunya berjudul The digital economy:
Promise and peril in the age of networked intelligence. Isi dari buku
tersebut menjelaskan mengenai ekonomi digital yang dianggap sebagai
suatu pembaruan dalam ekonomi, hal tersebut dapat disimpulkan
berdasarkan terdapatnya penggunaan informasi digital secara ekslusif,
walaupun demikian ekonomi digital tersebut tidak hanya merujuk pada
satu bidang saja seperti TIK. (Permana & Puspitaningsih, 2021)
Perilaku manusia mengenai bagaimana mereka memilih cara untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tidak terbatas karena seiring
berjalannya kebutuhan yang bertambah dapat disebut sebagai ekonomi
digital atau dapat juga disebut sebagai suatu aktivitas manusia yang
berkorelasi dengan produksi, konsumsi, dan juga distribusi. Pengertian
dari ekonomi digital tersebut yang sudah dipaparkan berarti secara tidak
langsung manusia tidak perlu lagi datang ke pasar untuk memenuhi barang
dan jasa, tetapi dapat diganti menggunakan smartphone (gawai) maka
barang maupun jasa yang sedang dibutuhkan dapat sampai di rumah.
(Permana & Puspitaningsih, 2021)
Perubahan yang semakin terasa dan berkembang pesat semenjak
memasuki era ekonomi digital 5.0 adalah potensis ekonomi digital.
Menurut Mendag mengenai ekonomi digital adalah untuk mengoptimalkan
potensinya ada juga beberapa hal yang harus ditingkatkan yaitu adalah
infrastruktur telekomunikasi dan juga perlindungan konsumen digital.
(Permana & Puspitaningsih, 2021)

9
Dalam Pudhail dan Baihaqi (2020) bahwa ekosistem Ekonomi
Digital pertama kali dipopulerkan lewat buku berjudul A Digital Business
Ecosystem or Innovation (Nachira, 2007). Pada dasarnya ekosistem
merupakan Lingkungan atau habitat yang dimana dia (makhluk hidup)
hidup dan bergantung. Terdapat empat lapis industri vertikal dalam
industri internet dan juga terdapat sembilan belas segmen-segmen industri
secara horizontal dalam tiap-tiap lapisan. Kategori lapis vertikal memiliki
makna bahwa jika lapisan bawahnya hilang, maka jiga hal tersebut terjadi
lapisan yang terdapat diatasnya otomatis tidak akan berfungsi, hingga
dapat dikenali sebagai suatu ekosistem. E-Commerce dapat dijadikan
sebagai penggunaan internet yang ekosistemnnya digunakan sebagai suatu
wadah dalam berjalannya bisnis barang dan jasa, dapat dimulai dari
pemesanan (opsional), penjualan sampai ke tahap transaksi barang maupun
jasa, alat pembayaran, bahkan sampai ke tahap pengiriman dan pelayanan
purna-jual. (Permana & Puspitaningsih, 2021)

3.3. Urgensi, Peluang dan Dampak Ekonomi Digital


2.3.1. Urgensi
Menurut Tapscott, beliau mengemukakan bahwa resolusi
digital mencakup berbagai teknologi yang mengganggu, seperti
kecerdasan buatan, komputasi awan, internet of things, e-bisnis,
blockchains dan data besar. Penerapannya menyebabkan terjadinya
perubahan pada sektor sosial, ekonomi dan budaya. Lingkup
perubahan yang sangat signifikan telat menyebabkan munculnya
sistem ekonomi baru yaitu sistem ekonomi digital (Budiarta et al.,
2020).

Berikut adalah urgensi dari ekonomi digital, yaitu(Budiarta


et al., 2020):

10
1. Ekonomi digital meningkatkan mobilitas dalam berbagai
dimensi.
Pengguna dan pelanggan dapat melakukan kegiatan komersial
di seluruh perbatasan yang menentang sistem pajak tradisional.
Selain itu hak-hak terkait mudah ditransfer ke yurisdiksi
perpajakan rendah.
2. Data sebagai sumber nilai adalah ditur utama ekonomi digital.
Meningkatkanya kapasitas untuk mengeumpulkan, menyimpan,
dan menangani aliran data yang sangat besar telah mengarah
kepada konsep big data yang dapat menghasilkan nilai baik
dalam kegiatan pribadi (pemasaran) atau public (pemerintah).
Data yang dikumpulkan tersebut merupakan data yang
dikumpulkan dari berbagai kegiatan dari pelaku pasar.
3. Efek jaringan meresap dalam ekonomi digital.
Terciptanya model bisnis multi-sisi, dimana di dalam model
bisnis ini beberapa kelompok orang berinteraksi melalui
platfrom, menghasilkan eksternalitas positif atau negative.
Contoh dari model bisis ini adalah sistem kartu pembayaran,
sistem operasi, industri media.

2.3.2. Peluang
Ekonomi digital telah membentuk ruang pemasaran baru
yang jangkauannya sangat akurat, cepat dan luas. Munculnya
berbagai fasilitas berbasis internet di era ekonomi digital. Hal ini
dapat memudahkan pelaku usaha dalam mengembangkan dan
meningkatkan penjualannya melalui media sosial,e-commerce.
Ekonomi digital mampu menjawab tantangan pembangunan
perekonomian dalam negeri yang belum stabil. Bentuk ekonomi ini
hadir dengan topografi yang landai, inklusif, dan memberikan
banyak peluang di saat empat era ekonomi sebelumnya, yakni era
masyarakat pertanian, era mesin pasca revolusi industri, era

11
perburuan minyak, dan era kapitalisme korporasi multinasional,
tidak mampu menjawab permasalahan yang ada (Wirabrata, 2016).

Data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII)


serta We Are Social menyebutkan bahwa pengguna internet
Indonesia berada di kisaran 52%, dan sebagian besar diantaranya
mengakses internet secara mobile selama 4 jam per hari. Lebih
jauh, saat ini terdapat 370 juta kartu SIM aktif di Indonesia, jauh
lebih besar dari populasi Indonesia yang sudah hampir mencapai
270 juta penduduk. Semakin meningkatnya penggunaan internet di
Indonesia dari tahun ke tahun akan menjadikan Indonesia sebagai
pasar yang sangat potensial bagi pada pelaku pedagang dan pelaku
bisnis di perdagangan digital. Selain itu pada era ekonomi digital
ini, usaha rintisan (start-up) menjadi sangat mudah dan banyak
diminati karena setiap orang mendapatkan kesempatan yang sama
yaitu tidak berpatok kepada umur, struktur organisari tidak
berhierarki, dsb (Rahmah, 2019).

2.3.3. Dampak
Ekonomi digital yang semakin berkembang memiliki
berbagai dampak yang sangat signifikan terhadap sistem
perekonomian terutama di Indonesia. Berdasarkan laporan dari
Oxford Economic pada tahun 2016 mengemukakan bahwas setiap
1 persen peningkatan penetrasi mobile diproyeksikan menyumbang
tambahan 640 juta USD kepada PDB Indonesia serta membuka
10.700 lapangan kerja baru pada tahun 2020. Ekonomi digital tidak
hanya memiliki dampak positif tetapi juga memiliki dampak
negative diataranya yaitu (Rahmah, 2019):

1. Dampak Negatif
- Ekonomi digital dapat memperburuk ketimpangan.
Hal tersebut terjadi karena tidak semua kelompok
atau orang yang bisa beradaptasi dengan cepat yang

12
menyebabkan mereka tertinggal oleh perkembangan digital
yang terjadi. Selain itu, pembangungan infrastruktur
telekomunikasi di Indonesia yang belum merata
menyebabkan adanya kesenjangan digital sehingga daerah
yang tertinggal menjadi semakin tertinggal.
- Melemahnya pertumubuhan penjualan pada sektor ritel.
Perkembangan ekonomi digital menyebabkan
orang-orang bergeser menjadi serba online. Banyaknya
kemunculan e-commerce membuka peluang bagi orang-
orang untuk membuka toko online. Hal tersebut
menyebabkan melemahnya penjualan yang terjadi di offline
store.
- Menurunya lapangan pekerjaan bagi manusia.
Menurut Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional (PPN)/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas), Bambang Brodjonegoro, sebanyak
52,6 juta pekerjaan di pasar kerja Indonesia berpotensi
diganti oleh automasi seperti mesin ataupun robot.
Pekerjaan yang akan hilang tersebut merupakan pekerjaan
dengan keterampilan terbatas (tidak terlalu tinggi).
2. Dampak Positif
- Meningkatkanya PDP Indonesia
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS,2017)
kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari
pasar digital meningkat dimana pada tahun 2016 pada
posisi 3,41%, tahun 2017 posisi 4% dan tahun 2018 posisi
10%. Pada tahun 2016 hasil laporan Oxford Economics
menyatakan bahwa peningkatan penetrasi mobile setiap 1
% diproyeksikan bisa menambah 640 juta USD untuk PDB
dan membuka 10.700 lapangan kerja baru 2020 bagi
Indonesia (Prastyaningtyas, 2019).

13
- Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mampu
menyumbang 7,2 persen dari total PDP Indonesia.
Meskipun persentase ini masih jauh dibandingkan sektor
lain, sektor TIK tumbuh sekitar 10 persen yang merupakan
pertumbuhan terbesar dibandingkan sektor lain.
Pertumbuhan ini pun juga jauh lebih besar dibandingkan
pertumbuhan rata-rata PDB nasional yang hanya 5 persen.
Maka tidak mengherankan jika pemerintah Indonesia
menaruh perhatian yang besar terhadap sektor ekonomi
digital (Prastyaningtyas, 2019).

3.4. Perkembangan Ekonomi Digital di Dunia dan Indonesia


2.4.1. Wajah Baru akibat Perkembangan Ekonomi Digital
Ekonomi digital sudah menjadi fenomena baru yang semakin
memiliki peran strategis dalam perkembangan ekonomi global.
Argumen tersebut terbukti dalam laporan Huawei dan Oxford
Economics yang menyatakan bahwa ekonomi digital dunia telah
mencapai 15,5% dari GDP dunia atau sekitar 11,5 triliun. Ekomi
digital memiliki peran kontribus yang besar terhadap size ekonomi,
hal ini dapat dilihat dalam perdagangan Online yang telah
mengubah landscape ekonomi dunia sebagai “wajah baru”
ekonomi global. Mengacu pada laporan McKinsey yang
menyatakan bahwa setidaknya perdagangan online memiliki
dampak di empat area.
1. Keuntungan Finansial
Perdaganan online telah memberi manfaat yang besar bagi
ekonomi suatu bangsa dan dapat meningkatkan perekonomian
negara. Misalnya Di Asia Tenggara, Indonesia merupakan
negara yang memiliki pasar e-commerce yang cukup besar,
dengan keuntungan mencapai kurang lebih 2,5 milyar dollar

14
pada tahun 2019 dan diprediksi akan menjadi 20 milyar dollar
di tahun 2022.

2. Penciptaan Pekerjaan
Proyeksi angka pekerjaan baru ditahun 2022 mencapai 26 juta,
hal ini terl jadi akibat dari digital ini yang kebanyakan
dipengaruhi oleh perkembangan usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM). Hal ini tentu menjadi alasan Jack Ma
membuat strategi agar Alibaba fokus pada UMKM di China.
3. Keuntungan Pembeli
Dengan adanya market place e-commerce membuat pembeli
lebih diuntungkan karena harga yang ditawarkan lebih mura
dari pada pasar konvesional.
4. Kesetaraan sosial
Pedanganan online dilakukan tanpa memandang status atau
gender, semua kalangan akan dilani dengan baik. Sehingga
Ekonomi digital telah berdampak terhadap kesetaraan gender,
pemerataan pertumbuhan, inklusi layanan keuangan, dan
masalah sosial lainnya.

2.4.2. Perkembangan Ekonomi Digital Menghantarkan Wajah Baru


Bagi Indonesia ekonomi digital memberikan harapan dan
wajah baru akan transformasi ekonomi yang diprediksi akan dapat
menjadi prime mover ekonomi Indonesia. Perkembangan ekomoni
digital telah memberikan damppak yang besar bagi perekomian
negara dari tahun ketahun. Menurut McKinsey menyebutkan
bahwa ekonomi digital Indonesia sekarang hampir sama dengan
China pada tahun 2010 dilihat dari indikator-indikatonyar seperti
penetrasi e-retail, GDP per kapita, penetrasi internet, dan
pengeluaran ritel. Pada tahun 2017, nilai perdagangan online
Indonesia telah mencapai 8 miliar dollar. Pencapaian tersebut

15
menunjukan bahwa Indonesia akan semakin diperhitungkannya di
kawasan regional Asia Tenggara, dimana dari 8 Unicorn
setengahnya berasal dari Indonesia, seperti Go-Jek, Bukalapak,
Tokopedia, dan Traveloka. Selain itu Indonesia mendapatkan
pendanaan yang didapatkan dari venture capital selama tiga tahun
terakhir mencapai 38 persen dari total pendanaan di Asia Tenggara.
Pada tahun yang sama, ekonomi digital di Indonesia telah
memberikan signifikan pada PDB Indonesia pada 2017  
besarannya telah mencapai  7,3%, padahal pertumbuhan ekonomi 
Indonesia  hanya 5,1 persen,  hal ini menunjukan bahwa ekonomi
digital Indonesia  memiliki prospek  yang sangat menjanjikan bila
dikelola dengan baik  karena pertumbuhannya melebihi
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, menurut data World
Market Monitor, ekonomi digital diproyeksi menyumbang USD
sebesar 9,5% atau 155 miliar terhadap produk domestik bruto
(PDB) Indonesia pada 2025. Sumbangan itu terdiri atas
peningkatan lapangan kerja sebesar 2,1% PDB atau sekitar 35
miliar dolar AS, serta mendorong produktivitas sekitar 7,4% PDB
atau sekitar 120 miliar dolar. Menurut PPRO, pertumbuhan E-
commerce Indonesia mencapai 78%, jauh melampaui rata-rata
pertumbuhan dunia yang hanya berada pada angka 14% dan 28%
di Asia. Melihat potensi yang besar yang dimiliki oleh Indonesia
dan langkah-langkah awal yang diambil maka kita optimis bahwa
Ekonomi Digital Indonesia 2020 akan segera terwujud dan
ekonomi digital akan menjadi “wajah baru” ekonomi Indonesia
yang akan mampu mengungkit Indonesia menjadi 10 besar
ekonomi dunia pada tahun 2030.

3.5. Pengertian Pendapatan


Menurut Keynes pendapatan yaitu perubahan pada jumlah faktor
produksi yang digunakan dan perubahan kemampuan setiap unit faktor

16
produksi tersebut menghasilkan pendapatan. Pendapatn adalah hasil dari
penjualan faktor-faktor produksi yang dimiliki kepada sektor produksi.
(Mirdza, 2021)

Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi


oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharap keadaan yang sama
pada akhir periode seperti kedaan semula. Pengertian tersebut tidak
menitik beratkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi
suatu periode. Pada hakekatnya pendapatan adalah penerimaan atau balas
jasa dari faktor-faktor produksi. Penerimaan adalah penerimaan produsen
dalam bentuk uang yang diperoleh dari hasil penjualan barang yang di
produksi. (Mirdza, 2021)

Pendapatan bagi sejumlah pelaku ekonomi merupakan uang yang


telah diterima oleh pelanggan dari perusahaan sebagai hasil penjualan
barang dan jasa. Menurut Tohar Pendapatan juga di artikan sebagai jumlah
penghasilan, baik dari perorangan maupun keluarga dalam bentuk uang
yang diperolehnya dari jasa setiap bulan, atau dapat juga diartikan sebagai
suatu keberhasilan usaha. (Mirdza, 2021)

3.6. Sumber dan Jenis Pendapatan


Pendapatan dapat timbul dari penjualan, proses produksi,
pemberian jasa termasuk pengangkutan dan proses penyimpanan (earning
proces). Dalam perusahaan dagang, pendapatan timbul dari penjualan
barang dagang. Pada perusahaan manufaktur, pendapatan diperoleh dari
penjualan produk selesai. Sedangkan untuk perusahaan jasa, pendapatan
diperoleh dari penyerahan jasa kepada pihak lain. (Mirdza, 2021)

Adapun jenis – jenis pendapatan dari satu kegiatan perusahaan


adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan operasional Menurut Dyckman, Dukes dan Davis pada


dasarnya pendapatan operasional timbul dari berbagai cara yaitu:

17
- Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha yang dilaksanakan
sendiri oleh perusahaan tersebut tanpa penyerahan jasa yang telah
selesai diproduksi.
- Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha dengan adanya
hubungan yang telah disetujui, misalnya penjualan konsinyasi.
- Pendapatan dari kegiatan usaha yang dilaksanakan melalui kerja
sama dengan para investor.
2. Pendapatan non operasional (Pendapatan lain-lain)
Pendapatan yang diperoleh dari sumber lain diluar kegiatan utama
perusahaan digolongkan sebagai pendapatan non operasional yang
sering juga disebut sebagai pendapatan lain-lain. Pendapatan ini
diterima perusahan tidak kontiniu namun menunjang pendapatan
operasional perusahaan. Dari timbulnya pendapatan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sumber pendapatan meliputi semua hasil yang
diperoleh dari bisnis dan investasi. (Mirdza, 2021)

3.7. Pengertian Usaha Mikro Kecil Menengah


UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) merupakan usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh perorangan atau badan
usah yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langusng
maupun tidak langsung. Sedangkan dalam Undang-Undang RI No.20
Tahun 2008 Tentang UMKM menyatakan bahwa Usaha mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan
yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam UU
tersebut. UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha di semua sektor
ekonomi. Pada prinsipnya, pembedaan antara Usaha Mikro (UMI), Usaha
Kecil (UK), Usaha Menengah (UM), dan Usaha Besar (UB) umumnya
didasarkan pada nilai asset awal (tidak termasuk tanah dan bangunan),
omset rata-rata per tahun, atau jumlah pekerja tetap. Di dalam Undang-

18
undang tersebut, kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM
seperti yang tercantum dalam Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau
nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau hasil
penjualan tahunan. Dengan kriteria sebagai berikut:
1. Usaha mikro adalah unit usaha yang memiliki aset paling banyar
Rp.50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dengan
hasil penjualan tahunan paling besar Rp.300 juta.
2. Usaha kecil dengan nilai aset lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan
paling banyak Rp.500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp.300
juta hingga maksimum Rp.2.500.000, dan
3. Usaha menengah adalah perusahaan dengan milai kekayaan bersih
lebih dari Rp.500 juta hingga paling banyak Rp.100 milyar hasil
penjualan tahunan di atasRp.2,5 milyar sampai paling tinggi Rp.50
milyar.

3.8. Kekuatan dan Kelemahan Usaha Mikro Kecil Menengah


UMKM memiliki beberapa kekuatan potensial yang merupakan
andalan yang menjadi basis pengembangan pada masa yang akan datang
adalah:
1. Penyediaan lapangan kerja peran industri kecil dalam penyerapan
tenaga kerja patut diperhitungkan, diperkirakan maupun menyerap
sampai dengan 50% tenaga kerja yang tersedia.
2. Sumber wirausaha baru keberadaan usaha kecil dan menengah selama
ini terbukti dapat mendukung tumbuh kembangnya wirausaha baru
3. Memiliki segmen usaha pasar yang unik, melaksanakan manajemen
sederhana dan fleksibel terhadap perubahan pasar.
4. Memanfaatkan sumber daya alam sekitar, industri kecil sebagian besar
memanfaatkan limbah atau hasil sampai dari industri besar atau
industri yang lainnya

19
5. Memiliki potensi untuk berkembang. Berbagai upaya pembinaan yang
dilaksanakan menunjukkan hasil yang menggambarkan bahwa industri
kecil mampu untuk dikembangkan lebih lanjut dan mampu untuk
mengembangkan sektor lain yang terkait.
Kelemahan, yang sering juga menjadi faktor penghambat dan
permasalahan dari Usaha Mikro terdiri dari 2 faktor:
1. Faktor Internal
Faktor internal, merupakan masalah klasik dari UMKM yaitu
diantaranya:
- Masih terbatasnya kemampuan sumber daya manusia.
- Kendala pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri
Kecil lebih memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan
fungsi-fungsi pemasaran kurang mampu dalam mengakseskannya,
khususnya dalam informasi pasar dan jaringan pasar, sehingga
sebagian besar hanya berfungsi sebagai tukang saja
- Kecenderungan konsumen yang belum mempercayai mutu produk
Industri Kecil.
- Kendala permodalan usaha sebagian besar Industri Kecil
memanfaatkan modal sendiri dalam jumlah yang relatif kecil.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan masalah yang muncul dari pihak
pengembang dam pembina UMKM. Misalnya solusi yang diberikan
tidak tepat sasaran tidak adanya monitoring dan program yang
tumpang tindih. Dari kedua faktor terebut muncullah kesenjangan
diantara faktor internal dan eksternal, yaitu disisi perbankan, BUMN
dan lembaga pendamping lainnya sudah siap dengan pemberian kredit,
tapi UMKM mana yang diberi, karena berbagai ketentuan yang harus
dipenuhi oleh UMKM. Disisi lain UMKM juga mengalami kesulitan
mencari dan menentukan lembaga mana yang dapat membantu dengan
keterbatasan yang mereka miliki dan kondisi ini ternyata masih
berlangsung meskipun berbagai usaha telah diupayakan untuk

20
memudahkan bagi para pelaku UMKM meperoleh kredit, dan ini telah
berlangsung 20 tahun. Pola yang ada sekarang adalah masing-masing
lembaga/institusi yang memiliki fungsi yang sama tidak berkoordinasi
tapi berjalan sendiri-sendiri, apakah itu perbankan, BUMN,
departemen, LSM, perusahaan swasta. Disisi lain dengan
keterbatasannya UMKM menjadi penopang perekonomian menjadi
roda perekonomian menjadi kenyataan.

21
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Analisis E-Commerce Di Tengah Pandemi Covid-19 (UMKM)


3.1.1. Latar Belakang
UMKM (Usaha Mikro Kecil Menegah) menurut UU No.20
tahun 2008 pasal 1 menyebutkan bahwa UMKM merupakan usaha
produktif milik perseorangan dan/badan usaha perorangan yang
memiliki kriteria usaha mikro. Sedangkan E-commerce (Elektronic
commerce) merupakan sebuah sarana bisnis yang mengguakan
jaringan komuputer dalam pelaksanaannya. E-commerce sering
diartikan sebagai usaha perdagangan yang dilakukan melalui media
dan sistem elektronik meliputi internet, televisi, dsb.
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat
signifikan terhadap sektor perekonomian di Indonesia. pada sektor
UMKM pandemi Covid-19 ini cukup berpengaruh besar. Pengaruh
yang sangat besar adalah terjadinya penurunan drastis aktivitas
perdangan sektor UMKM akibat pandemic Covid-19. Karena hal
tersebut, pemerintah dan pelaku UMKM harus mengubah aktivitas
usahanya agar dapat bertahan dan tidak mengalami penurunan
yang semakin merosot. Oleh karena itu, pemerintah dan pelaku
UMKM memanfaatkan kemajuan teknologi yang semakin pesat
dalam dalam pelaksanaan perdagangan mereka.
Studi kasus yang diangkat merupakan studi kasus tentang
analisis e-commerce sebagai ekonomi digital dalam mendorong
pertumbuuhan perekonomian di kota Medan di tengah pandemi
COVID-19. Studi kasus tersebut dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif, yaitu metode yang dilakukan dengan
menggumpulkan data ilmiah mengenai topik yang relefan dengan
phenomena yang terjadi di lapangan. Topik tersebut diangkat

22
karena munculnya pandemi covid-19 membuat penggunaan e-
commerce meningkat pesat. Hal tersebut terbukti dengan
meningkatnya penggunaan platform e-commerce seperti shopee
dan Tokopedia.
Terkait dengan hal tersebut, pemerintah kota Medan melalukan
Kerjasama dengan PT. Tokopedia terkait dengan pengenmbangan
pelayanan public dan ekonomi digital di kota Medan. Hal tersebut
merupakan sebuah wujud kepedulian pemerintah kota Medan
terhadap sektor UMKM yang terkena dampak pandemic covid-19.
E-commerce tersebut dianggap efektif karena selaras dengan
kemajuan industri dan tingginya penggunaan internet di
masyarakat.

3.1.2. Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, e-commerce
terbukti dapat mempermudah dan memperluas pemasaran produk
UMKM terutama di tengah situasi pandemic covid-19 sekarang ini.
Tidak hanya di kota Medan tetapi e-commerce ini mampu
mendorong pelaku UMKM di seluruh Indonesia. 80% pelaku
UMKM di kota Medan mengatakan bahwa e-commerce
mempermudahh dalam melakukan transaksi jual beli. Namun, 20%
sisanya mengatakan bahwa e-commerce terdapat kesulitan dalam
pelaksanaanya. Hal tersebut didasari oleh kurangnya pemahaman
tentang bagaimana caranya menggunakan internet. Masalah lain
timbul karena adanya ketidak merataan kualitas jaringan yang
tersebar di beberapa daerah di Indonesia. meskipun bergitu
menurut hasil dari penelitian 100% persentasi menyatakan bahwa
terjadinya peningkatan usaha di tengaj pandemi covid-19 setelah
adanya kerjasama yang dilakukan pemerintah kota Medan dengan
platform e-commerce yaitu Tokopedia.
Selain itu, meningkatnya angka pengguna e-commerce di
tengah pandemic covid-19 membuktikan bahwa minat belanja

23
online di Indonesia sangat tinggi. Hasil lain membuktikan bahwa
pada tahun 2020, sumbangan e-commerce dan ekonomi digital
sebagai subsector informasi dan komunikasi dalam Produk
Domestik Bruto (PDRB di kota Medan mengalami peningkatan
dari sebelumnya sebesaR 5,15% menjadi sebesar 5,62%. Hal
tersebut membuktikan bahwa pertumbuhan eknomi di kota Medan
mengalami peningkatan meskipun terhambat oleh pandemic covid-
19.

24
BAB IV
KESIMPULAN

Pada dasarnya ekonomi digital telah membentuk ruang pemasaran baru


yang jangkauannya sangat akurat, cepat dan luas. Munculnya berbagai fasilitas
berbasis internet di era ekonomi digital, revolusi Industri 4.0 membawa perubahan
yang cukup signifikan terhadap keseluruhan kehidupan manusia. Dengan ekonomi
digital akan memberikan keuntungan dalam meraih efisiensi, efektivitas,
penurunan cost production, kolaborasi, terkoneksinya satu pihak dengan pihak
lain, dan dapat dijadikan sebagai solusi alternatif untuk pertumbuhan ekonomi
baru.

Berbagai macam upaya yang dilakukan dan diperlukan untuk terus


ditumbuhkembangkan mengenai ekonomi digital di Indonesia sudah
menumbuhkan dan menopang UMKM di Indonesia. Dengan melihat banyaknya
potensi yang besar yang dimiliki Indonesia serta langkah-langkah awal yang
terlah dilakukan dan perkembangan yang menakjubkan, maka Ekonomi Digital di
Indonesia akan menjadi wajah baru perekonomian Indonesia.

25
DAFTAR PUSTAKA

Budiarta, K., Ginting, S. O., & Simarmata, J. (2020). Ekonomi dan Bisnis Digital.

Kementrian Komunikasi dan Informasi. (2019). Perkembangan Ekonomi Digital


di Indonesia: Strategi dan Sektor Potensial. 1–68.

Mirdza, M. (2021). ANALISIS PENERAPAN EKONOMI DIGITAL PELAKU


USAHA MIKRO KECIL MENENGAH ( UMKM ) ( Kuliner di Kecamatan
Sukarame Bandar Lampung Perspektif Ekonomi Islam ) PELAKU USAHA
MIKRO KECIL MENENGAH ( UMKM ) ( Kuliner di Kecamatan Sukarame
Bandar Lampung Perspektif Ek.

Permana, T., & Puspitaningsih, A. (2021). Studi Ekonomi Digital Di Indonesia.


Jurnal Simki Economic, 4(2), 161–170. https://jiped.org/index.php/JSE

Prastyaningtyas, E. W. (2019). Dampak Ekonomi Digital Bagi Perekonomian


Indonesia. Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Dan Akuntansi
(SENMEA), IV, 103–108.

Rahmah, M. (2019). Review The Development Of Digital Economy in Indonesia.


https://doi.org/10.31227/osf.io/psg8c

Wirabrata, A. (2016). Prospek Ekonomi Digital Bagi Peningkatan Pertumbuhan


Ekonomi. Majalah Info Singkat Ekonomi Dan Kebijakan Publik,
VIII(17P3DI), 13–16.

26

Anda mungkin juga menyukai