Anda di halaman 1dari 17

Finansial Technologi

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. H. Abd Hadi M.Ag

Penyusun:

1. Novia Sukma A. (0510222021)


2. Restu Adining Tyas (05010222022)

HUKUM EKONOMI SYARIAH

SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
Kata Pengantar
puji syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang
telah memberikan banyak nikmat, taufik serta hidayah. Sehingga kami berkesempatan untuk
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Finansial Technologi” untuk melengkapi tugas
mata kuliah Akad Tijari

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Dosen Prof.
Dr. H. Abd Hadi M.Ag selaku pengampu mata kuliah Akad Tijari Selain itu makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pengertian, keuntungan, tantangan, dan
pandangan islam mengenai finansial technologi bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan menyadari sepenuhnya bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan
kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati , kami selaku penyusun
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Penyusun

Surabaya, 19 Mei 2023


Daftar isi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................ii

BAB I ...............................................................................................................................1

PENDAHULUAN ...........................................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1

C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................................2

BAB II ..............................................................................................................................3

PEMBAHASAN ..............................................................................................................4

A. Konsep Finansial Teknologi…………......................................................................5


B. Keuntungan Finansial Teknologi………..................................................................6
C. Tantangan Finansial Teknologi...………..................................................................7
D. Finansial Teknologi Dalam Perspektif Islam……………………………..……….8

BAB III..............................................................................................................................9

PENUTUP ......................................................................................................................10

A. Kesimpulan ...............................................................................................................11

B.Daftar Pustaka.............................................................................................................12
Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Latar belakang finansial teknologi, atau yang sering disebut sebagai fintech, dapat
ditelusuri hingga beberapa dekade yang lalu, meskipun perkembangannya semakin pesat
dalam beberapa tahun terakhir. Sebelum adanya fintech, sebagian besar layanan keuangan
dilakukan melalui lembaga keuangan tradisional seperti bank dan lembaga keuangan lainnya.
Proses ini seringkali melibatkan prosedur yang rumit, waktu yang lama, biaya yang tinggi,
dan kurangnya aksesibilitas, terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil atau
tidak memiliki akses ke infrastruktur keuangan yang memadai. Kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, khususnya internet, telah memungkinkan munculnya fintech.
Fintech mengacu pada aplikasi teknologi untuk memberikan solusi keuangan secara inovatif.
Ini mencakup berbagai bidang, termasuk pembayaran digital, pinjaman online, perencanaan
keuangan, investasi, asuransi, dan banyak lagi. Perkembangan fintech telah memberikan
banyak manfaat, termasuk pengurangan biaya transaksi, peningkatan aksesibilitas ke layanan
keuangan, inklusi keuangan bagi masyarakat yang tidak terlayani oleh lembaga keuangan
tradisional, dan inovasi dalam solusi keuangan. Namun, seperti halnya industri lainnya,
fintech juga memiliki tantangan, termasuk keamanan data, privasi, peraturan, dan risiko yang
terkait dengan teknologi baru. Selain mengetahui urgensi finansial teknologi dalam artikel ini
akan dijelaskan mengenai pandangan islam terhadap finansial technologi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian finansial teknologi?
2. Apa keuntungan dan tantangan finansial teknologi?
3. Bagaimana Pandangan finansial teknologi dalam prespektif islam?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui arti dan urgensi finansial teknologi
2. Untuk Mengetahui keuntungan dan tantangan finansial teknologi
3. Untuk Mengetahui Pandangan finansial teknologi dalam prespektif islam
Bab II

Pembahasan

Konsep Finansial Teknologi

 Definisi dan karakteristik fintech

Fintech adalah singkatan dari financial technology yang artinnya teknologi keuangan.
Fintech yang artinnya inovasi teknologi yang dikembangkan dalam bidang finansial sehingga
transaksi keuangan bisa dilakukan dengan praktis, mudah,dan efektif.

Penerapan fintech di Indonesia telah diatur oleh pemerintah melalui penerbitan regulasi Bank
Indonesia. Inilah dasar hukum fintech sebagai berikut:

1. Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/ DKSP mengenai penyelenggaraan


layanan keuangan digital.
2. Peraturan bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 mengatur segala hal terkait
uang elektronik.
3. Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 menetapkan penyelenggaraan
pemrosesan transaksi pembayaran.1

Fintech adalah salah satu alternatif berinvestasi yang menghadirkan pilihan yang
mempunyai keinginan untuk mengakses layanan jasa keuangan secara
praktis,efisien,nyaman,dan ekonomi. Keberadaan dalam fintech ini sangat memengaruhi gaya
hidup masyarakat ekonomi, perpaduan antara efektivitas dan teknologi memiliki dampak
positif bagi masyarakat pada umumnya.

Ada beberapa manfaat adanya FinTech di lingkungan masyarakat, manfaat yang


pertama yaitu, FinTech dapat membantu perkembangan baru di bidang start up teknologi
yang tengah menjamur. Hal ini dapat membantu perluasan lapangan kerja dan meningkatkan
perrtumbuhaan ekonomi. Manfaat yang kedua yaitu peningkatan taraf hidup masyarakat,
fintech dapat menjangkau masyarakat yang tidak dapat dijangkau oleh perbankan
konvesional. Dan selain itu FinTech dapat meningkatkan ekonomi secara makro 2

1
“Apa itu Fintech: Pengertian, Manfaat, Jenis & Dasar Hukumnya,” accessed May 18, 2023,
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/07/12/fintech-adalah.
2
“Yuk Mengenal FinTech! Keuangan Digital Yang Tengah Naik Daun .:: SIKAPI ::.,” accessed May 18, 2023,
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10468.
 Perkembangan dan pertumbuhan industri fintech

Sesungguhnya, industri FinTech di Indonesia telah berkembang sejak tahun 2006.


Laporan dari Indonesia baik, platform di bawah naungan kementrian komunikasi dan
informatika, menyebutkan bahwa pengguna FinTech di tahun tersebut sebesar 7%. Angka
tersebut kemudian melonjak menjadi 78% pada sepuluh tahun selanjutnya.

Jumlah perusahaan FinTech juga ikut berkembang pesat. Apabila di tahun 2006 Cuma
ada enam perusahaan FinTech, maka hingga mei 2022 jumlahnya telah mencapai 352
perusahaan. Mereka telah bergabung di dalam satu komunitas FinTech Bernama Asosiasi
Fintech Indonesia (AFTECH).

Berdasarkan laporan AFTECH, target pasar perusahaan FinTech didominasi oleh


usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sepanjang 2021 lalu, sebanyak 62%
penyelenggara FinTech melayani UMKM. Bahkan, 42% perusahaan FinTech menyebutkan
bahwa nilai transaksi dai UMKM mencapai lebih dari Rp 80 miliar.

Selain itu, BI telah memprediksi bahwa hingga akhir 2022, jumlah transaksi digital
banking akan mencapai Rp48 triliun. Angka ini sudah termasuk transaksi yang dilakukan
oleh FinTech di dalam bidang sistem pembayaran. Yang artinya, FinTech telah berperan yang
cukup penting dalam mendorong inklusi keuangan Indonesia melelui layanan keuangan
digital.

Munculnya Asosiasi Fintech Indonesia (AFI) menjadikan fintech sorotan pada


September 2015. Asosiasi bertujuan untuk menyediakan partner bisnis yang tepercaya dan
bisa diandalkan untuk membantu ekosistem fintech Indonesia yang berasal dari perusahaan-
perusahaan Indonesia dan untuk Indonesia sendiri. Dan sampai saat ini terdapat 140
pengguna fintech di Indonesia dengan 55 dari penguna telah menjadi anggota organisasi.
Pada tahun 2016, peraturan Otoritas Jasa Keuangan Indonesia (PJOK) mengeluarkan
kebijakan peraturan baru mengenai fintech tentang peminjaman off balance sheet oleh pasar
dan oleh proses transaksi pembayaran oleh Bank Indonesia.

Data menunjukan bahwa hanya kurang dari 50% orang dewasa memiliki akun bank.
Dan masih ada 449 perusahaan kecil dan sedang yang belum memenuhi persyaratan dari
bank. Ranah pinjam meminjam (peer- to- peer lending- P2P) masih dibawah IDK 150 juta
dan terdapat celah IDK 988 triliun dalam perkembangan finansial. Menariknya, bagian dari
kredit baru terdapat GDP hanya 34,77%. Data valid menuliskan bahwa 50% dari populasi
mengirimkan uang melalui bank, sedangkan 44% meminjam uang melalui kenalan. Hanya
27% masyarakat menyimpan uang di bank dan 9% membayar tagihan dan hutang melalui
kartu kredit. Bukti- bukti tersebut menunjukan besarnya potensi yang dapat ditargetkan
fintech dalam bidang P2P.

Perkembangan pengguna fintech masih meroket, dari 7% pada tahun 2006/2007


menjadi 78% pada sepuluh tahun selanjutnya. Jumlah pengguna tercatat sebanyak 135-140
perusahaan. 43% bermain pada sector pembayaran, seperti mobile payment seperti halnya
payment gateaway startups menariknya, hanya sebanyak 20 perusahaan asing yang
berpartisipasi untuk berinvestasi pada fintech, baik local atau startup asing,3

 Model bisnis dan klasifikasi fintech

Meskipun sering disebut dengan pesaing bank dan Lembaga keuangan, namun
sebenarnya terdapat perbedaan dari keduannya. Dengan demikian, adanya Fintech membawa
dampak yang positif bagi perekonomian secara makro.

Acting Head of Financial Technology Bank Indonesia junanto Herdiawan mengungkapkan


bahwa dengan semakin membesarnya industri Fintech, membutuhkan klasifikasi dan regulasi
yang menaunginya. Dengan tujuan melindungi masyarakat dan memitigasi risiko, junanto
memikir bahwa adanya BI Fintech Office sebagai bentuk dukungan dan membuat kebijakan
bagi industri.

1. P2P Lending

P2P Lending (peer to peer lending) adalah platform yang telah menyediakan layanan
pinjam meminjam secara online, banyaknya kebutuhan finansial dari dana mendesak
hingga permodalan yang membuat platform ini banyak dicari.

Pertumbuhan terhadap perusahaan P2P lending di Indonesia telah mengalami peningkatan


setiap tahunnya. Akan tetapi data di OJK hingga Februari 2021, perusahaan P2P lending
legal hanya 148 perusahaan P2P lending illegal. Akan tetapi tidak hanya sebagai layanan
pinjam meminjam, platform fintech P2P lending ini bisa digunakan sebagai platform
investasi.

3
PT Cekindo Business International and Satriyo Untoro, “Perkembangan Industri Fintech di Indonesia -
Cekindo,” InCorp Indonesia (blog), June 1, 2017, https://www.cekindo.com/id/blog/perkembangan-teknologi-
finansial-fintech-di-indonesia.
2. Payment Gateaway

Berkembangnya platform ecommerce di Indonesia, memicu semakin banyak dari


perusahaan fintech payment Gateaway. Perusahaan fintech berfungsi sebagai jembatan
penghubung antara pelanggan dengan perusahaan fintech ecommerce.

Fintech juga sudah dilandasi paying hukum dari Bank Indonesia, jadi semua transaksi
yang telah dilakukan tentunya akan amam. Dari sisi teknologi, payment gateway
dilengkapi dengan 3 sistem pelacakan untuk melinndungi terhadap pencurian data.

Sistem pelacakan tersebut seperti: Addres Verification System (AVS), Card Security Code
(CV2), dan 3D Secure Password. Semua sistem ini berguna untuk menghindari dari
kecurangan yang dilakukan oleh para hacker.

3. Crowdfunding

Fintech Crowdfunding hampir sama dengan P2P lending. Akan tetapi Crowdfunding telah
memposisikan investor sebagai pemilik usaha dan sedangkan P2P lending, investor hanya
mendanai saja. Crowdfunding adalah startup yang menyediakan layanan urun dana untuk
sebuah usaha atau kegiatan secara online.

Platform Crowdfunding telah mempertemukan orang yang membutuhkan modal usaha


dengan pemilik modal. Usaha atau bisnis yang dimiliki, didaftarkan ke sebuah platform
Crowdfunding agar para investor menanamkan pada usaha yang dimiliki.

4. Insurtech

Platform Insutech adalah kepanjangan dari Insurance Technology atau Teknologi


Asuransi, perkembangan dalam asuransi di Indonesia cukup berkembang pesat. Salah
satunnya dari bukti nyata dari perkembangan insurance adalah banyaknya platform
ecommerce yang memperjualbelikan produk asuransi.

Adanya fintech ini telah mempermudahkan bagi masyarakat untuk mengakses layanan
asuransi. Mulai dari distribusi produk, evaluasi data nasabah, dan pembelian polis yang
menggunakan gadget saja. Teknologi ini telah mendukung edukasi masyarakat terhadap
pentingnya melindungi diri dengan finansial.

5. Remintasi
Fintech remintasi telah menyediakan layanan pengiriman uang antar negara. Remintasi
mempunyai tujuan untuk membantu masyarakat yang sedang tidak mempunyai rekening
bank dalam negeri atau luar negeri untuk melakukan transfer. Dan remintasi ini sudah
berkembang dan popular di masyarakat, dan membantu TKI,TKW, atau yang lain yang
keluargannya sedang berada di luar negeri untuk melakukan pengiriman uang dengan
mudah.

6. Investasi

Saat ini investasi sudah gampang, banyak aplikasi investasi yang telah menyediakan
layanan secara online, dan banyak produk yang bisa dipilih untuk melakukan investasi
seperti redaksi online sampai investasi bitcoin.4

Keuntungan Finansial Technologi

 Kemudahan akses layanan keuangan

Otoritas jasa keuangan (OJK) terus mendorong industri jasa keuangan (IJK) khususnya
pada perbankan untuk memberikan kemudahan akses layanan keuangan bagi kaum
penyandang disabilitas5

 Efisisen dan biaya rendah

Porter (jatmiko,2004), mengatakan bahwa ada tiga pilihan strategi generik yang dapat
dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing, yaitu:

1. Strategi biaya rendah ( the cost of leadership)


Strategi biaya rendah berdasarkan kualitas tertetu melaksanakan sttrategi biaya
rendah, melalui peningkatan efisien dan pemanfaatan situasi eksternal.
2. Strategi biaya rendah (the cost of leadership)
Yaitu serangkaian Tindakan integratif untuk memproduksi dan menawarkan barang
atau jasa pada barang paling rendah terhadap para pesaing dengan ciri-ciri yang dapat
diterima oleh para pelanggan.

4
aldean and Aldean Moch Rafli, “Mengenal Perusahaan Fintech atau Financial Technology,” Mekari Jurnal,
June 8, 2022, https://www.jurnal.id/id/blog/perusahaan-fintech-sbc/.
5
“OJK Dorong Kemudahan Akses Layanan Keuangan Bagi Penyandang Disabilitas. - Tribunjabar.Id,” accessed
May 18, 2023, https://jabar.tribunnews.com/2022/10/17/ojk-dorong-kemudahan-akses-layanan-keuangan-
bagi-penyandang-disabilitas.
3. Strategi biaya rendah adalah skala ekonomi atau economic of scale yaitu tujuan untuk
mencapai ukuran minimum efisiensi antara hubungan input- output, dan high quality
products6
 Inovasi dan peningkatan pengalaman pengguna fintech

Pada zaman sekarang para milenial telah melupakan bank tradisisonal, mereka telah
menjadi pengguna teknologi baru yang berpengalaman. Perusahaan fintech telah mengambil
keuntungan dari tren yang sekarang dan memberikan dukungan yang sensitif dan masuk akal
kepada pelanggan yang lebih muda. Fintech diluncurkan pada tahun 2014, apple pay telah
mengubah proses pembayaran, membuat pelanggan bermigrasi dari pembayaran tunai ke
pembayaran non tunai. Konsumen sekarang telah mereplikasi kartu kredit di perangkat
handphone masing-masing. 7

 Inklusi keuangan dan pemberdayaan FinTech

Industri financial technology (fintech) peer to peer (P2P) lending memegang peran
penting dalam perkembangan inklusi keuangan di tanah air. Kehadiran dalam industri ini
menjadi alternatif pendanaan bagi masyarakat unbankable dan underserve. Banyak pelaku
usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) menghadapi masalah pendanaaan untuk
mengembangkan bisnisnya. Padahal UMKM memeiliki peran yang penting terhadap
pemulihan ekonomi tanah air. Pada 2021, UMKM menyumbang 60,51% dari total PDB
Indonesia serta menyerap sekitar 120 juta tenaga kerja (97% total tenaga kerja Indonesia)
“maka, peran dari fintech P2P lending sangat signifikan, fintech P2Plending, bisa
menjangkau masyarakat dan UMKM untuk pendanaan, dengan keunggulan proses cepat,
persyaratan mudah, tanpa Batasan waktu, dan tempat.”

Dan OJK mencatat, per juni 2022 total akumulasi pinjaman fintech kepada penerima
pinjaman telah mencapai Rp400,42 triliun. Sedangkan, akumulasi rekening browser
mencapai 85,19 juta. “maka, industri bisa diterima oleh masyarakat dan telah dipercayai,
kemungkinan di platform P2P ini orang yang pertama kali melakukan transaksi jasa
keuangan. Maka peran dari fintech dalam melakukan inklusi keuangan ini sang besar.8

Tantangan Finansial Technologi


6
Vina Merliana and Albert Kurniawan, “PENGARUH STRATEGI BIAYA RENDAH DAN DIFERENSIASI TERHADAP
KEBERHASILAN PT TAHU TAUHID,” Jurnal Manajemen, 2016.
7
Admin, “Pengalaman Pelanggan dan Fintech : Transformasi dan Adaptasi,” Dunia Fintech (blog), April 18,
2019, https://duniafintech.com/fintech-dan-pengalaman-pelanggan/.
8
Rezkiana Nisaputra, “Fintech Dan Peran Pentingnya Bagi Inklusi Keuangan,” Infobanknews (blog), September
1, 2022, https://infobanknews.com/fintech-dan-peran-pentingnya-bagi-inklusi-keuangan/.
Perjalanan fintech syariah memang masih panjang. Setelah terdaftar di OJK,
perusahaan fintech syariah harus mengajukan label syariah ke Dewan Syariah Nasional
Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI). DSN akan mempelajari alur bisnis fintech syariah
tersebut, menunjuk Dewan Pengawas Syariah (DPS), lalu setelah semua syarat telah
dipenuhi, DSN akan memberikan label syariah. Meskipun bagi startup syarat minimum
permodalan cukup berat, menurut Murniati hal tersebut memang sangat diperlukan. Aturan
tersebut diperlukan untuk menilai apakah perusahaan tersebut reliable atau bertanggung
jawab mengembalikan dana masyarakat yang disalurkan.Tantangan pertama dalam hal ini
pada akhirnya diketahui yakni untuk keberlangsungan fintech syariah tersebut ke depannya,
sehingga seharusnya para pelaku fintech syariah di Indonesia lebih menjadikan tantangan ini
menjadi sebuah peluang karena dengan terbentuknya stigma kepercayaan yang lebih dari
masyarakat terhadap keberadaan fintech syriah di Indonesia.

Kedua, yakni kemudahan teknologi untuk kegiatan investasi dan donasi, namun di sisi
lain tujuan fintech untuk mempermudah masyarakat dengan inovasi teknologi berbanding
terbalik dengan adanya kondisi di masyarakat pedesaan yang masih minim pengetahuan
untuk mengoperasikan Fintech Syariah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan ketua AFSI
(Asosiasi Fintech Syariah Indonesia) yang mengungkapkan bahwa salah satu tantangan
terbesar adalah rendahnya edukasi kepada masyarakat, masih banyak masyarakat yang belum
memahami industri fintech.

Ketiga, yakni Kasus dan fenomena fintech konvensional yang terjadi di masyarakat
yang memberikan stigma negatif akhir-akhir ini di masyarakat. Cara penagihan yang kasar
bahkan bermacam-macam bentuk dan medianya serta sampai kepada banyaknya kasus bunuh
diri karena ketidakmampuan membayar pinjaman online via fintech konvensional yang
ditawarkan oknum fintech di Indonesia menjadi suatu peluang bagi fintech syariah untuk
meyakinkan bahwa fintech syariah berbeda dari fintech konvensional.

Keempat yaitu keadaan dimana mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama


Islam. Saat ini ada lebih dari 207 juta muslim di Indonesia, namun SDM (Sumber Daya
Manusia) yang memahami akad-akad transaksi yang berlandaskan prinsip syariah masih
kurang, hal ini dapat diatasi dengan mulai dikenalkannya akad-akad tersebut kepada
masyarakat, apalagi dengan jumlah umat muslim yang sangat banyak seharusnya bisa
menjadi suatu peluang dan kemudahan bagi pemerintah dan para pelaku fintech syariah untuk
menyebarluaskan ilmu dalam transaksi syariah yang penting untuk diketahui sebagai
landasan akad pada implementasi fintech syariah di Indonesia.

Kelima, yakni dengan pesatnya perkembangan teknologi yang masuk ke Indonesia


tidak menutup kemungkinan bahwa keberadaan fintech syariah dapat dengan cepat tenggelam
dan digantikan oleh inovasi teknologi lain di masa depan berkaitan dengan transaksi keuagan.
Para pelaku fintech syariah harus selalu menghadirkan keunggulan dan inovasi fintech
syariah di Indonesia agar kehadiran fintech syariah tidak mudah digantikan oleh
perkembangan teknologi lain di masa depan.9

Finansial Technologi Dalam Pandangan Islam

Konsep dasar Islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah. Tauhid di bidang
ekonomi adalah menempatkan Allah sebagai Sang Maha Pemilik yang selalu hadir
dalam tiap nafas kehidupan manusia(Jairin, 2019). Islam mengatur berbagai hal dalam
sendi kehidupan manusia, termasuk dalam berbisnis. Al-Qur’andan hadis yang menyebut
dan menjelaskan aturan dalam perdagangan sebanyak 20 penjabaran tentang
perdagangan yang diulang sebanyak 720 kali.Menurut Agustianto (2004) al-Qur’an
mengatur delapan prinsip mengenai perdagangan agar tercipta kemaslahatan
bersama, yaitu: Pertama, setiap melakukan transaksi dalam perdagangan, wajib
adanya sikap saling ridha antara produsen dan konsumen, sehingga keduabelah pihak
tidak merasa dirugikan dan dizalimi; kedua, menjunjung tinggi prinsip keadilan,
keseimbangan dalam takaran, ukuran mata uang, dan pembagian keuntungan;
ketiga, diharamkannya riba’;keempat, kasih sayang dan tolong menolong sesama
bersaudara secara universal; kelima, tidak melakukan segala macam kegiatan investasi
keuangan pada usaha yang diharamkan; keenam, perdagangan harus menghindari
praktik spekulasi, gharar, tadlis, dan maysir; ketujuh, perdagangan tidak boleh
melupakan ibadah sholat dan zakat serta selalu mengingat Allah; dan kedelapan,
wajib adanya pencatatan baik itu tunai, hutang-piutang.

Berbagai negara berkembang mulai mengadopsi konsep financial technology ,


baik secara penuh ataupun sebagian, seperti di Tanzania. Terdapat penelitianyang
dilakukan oleh Sulayman di Tanzania. Menurut Sulayman (2015) Tanzania merupakan
negara yang mengalami perubahan pertumbuhan yang bisa dikatakan secara mendadak
dalam bidang industri keuangan islam selama beberapa waktu terakhir. Namun
9
Hida Hiyanti et al., “Peluang Dan Tantangan Fintech (Financial Technology) Syariah Di Indonesia,” Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam 5, no. 3 (January 12, 2020): 331, https://doi.org/10.29040/jiei.v5i3.578.
sayangnya, kemajuan dalam bidang industri keuangan islam tidak diimbangi
dengan kemajuan dalam hal fasilitas teknologi yang dapat menampung perubahan
tersebut. Bila kelemahan itu terus dibiarkan, maka akan membuat semakin
buruknya keadaan sosial ekonomi masyarakat. Lebihlanjut Sulayman menambahkan,
untuk mengimbangi peningkatan industri keuangan islam dan agar dapat bertahan,
maka perlu dilakukan beberapa langkah, yaitu: mempromosikan literasi keuangan
Islami, mengambil tindakan pada waktunya, mempertahankan nilai-nilai etika
Islami, memanfaatkan upaya pembangunan sosial-ekonomi di wilayah tersebut,
meningkatkan investasi ekonomi di tingkat makro.

Landasan hukum mengenai teknologi finansial tertuang dalam Peraturan


Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/POJK.02/2018 Mengenai
Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan. Menurut Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia nomor 13/POJK.02/2018 mengenai inovasi keuangan
digital di sektor jasa keuangan, perkembangan teknologi inovasi keuangan tidak
dapat diabaikan begitu saja dan harus dikelola dengan baik agar dapat memberikan
manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Inovasi keuangan digitak juga
perlu diarahkan agar dapat menghasilkan inovasi keuangan digital yang bertanggung
jawab, aman, mengedepankan perlindungan konsumen dan memiliki risiko yang
terkelola dengan baik. Hal ini selaras dengan pertimbangan peraturan Bank
Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017 tentang penyelenggaraan teknologi finansial.10

Fatwa Dewan Standar Majelis Ulama Indonesia Nomor 117/DSN-MUI/II/2018


Mengenai Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.
menurut menurut Sahroni (2018) didalam Fatwa Dewan Standar Majelis Ulama Indonesia
Nomor 117/DSN-MUI/II/2018 Mengenai Layanan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi
Berdasarkan Prinsip Syariah, terdapat tiga parameter produk ekonomi dapat dikategorikan
sesuai dengan syariah, yaitu: pertama, terbebas dari transaksi yang dilarang; kedua, produk
sesuai dengan akad atau transaksi syariah; dan ketiga, wajib menjaga adab-adab (akhlak)
islam dalam bermuamalah.11

10
Maulidah Narastri, “Financial Technology (Fintech) Di Indonesia Ditinjau Dari Perspektif Islam,” Indonesian
Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) 2, no. 2 (February 1, 2020): 163,
https://doi.org/10.31538/iijse.v2i2.513.
11
Narastri, 163.
Bab 3

Penutupan

Kesimpulan

Secara keseluruhan, fintech adalah sebuah revolusi dalam dunia keuangan yang
membawa perubahan signifikan dalam cara kita mengelola uang dan bertransaksi. Inovasi
teknologi terus mendorong perkembangan fintech, membuka peluang baru, dan
menghadirkan tantangan yang perlu diatasi. Dalam beberapa tahun mendatang, kita dapat
melihat perkembangan lebih lanjut dalam fintech yang akan terus mengubah cara kita
berhubungan dengan keuangan.

Namun, dengan inovasi dan kemudahan yang ditawarkan oleh fintech, juga ada
tantangan dan risiko yang perlu diatasi. Beberapa masalah yang muncul meliputi keamanan
data pribadi, privasi, risiko keuangan, kepatuhan regulasi, dan kesenjangan akses teknologi.
Pemerintah, regulator, dan pelaku industri bekerja sama untuk mengembangkan kerangka
kerja yang tepat untuk memastikan bahwa inovasi fintech tetap berada dalam batas yang
aman dan adil.

Berbagai dinamika mengenai finansial technologi seakan terus menerus berkembang


searah dengan era globalisasi. Dalam praktik finansial technologi harus mengikuti zaman dan
juga tak luput dari aturan aturan yang mengikat seperti undang-undang dasar dan ajaran
agama Islam.

Berdasarkan Prinsip Syariah, terdapat tiga parameter produk ekonomi dapat


dikategorikan sesuai dengan syariah, yaitu: pertama, terbebas dari transaksi yang dilarang;
kedua, produk sesuai dengan akad atau transaksi syariah; dan ketiga, wajib menjaga adab-
adab (akhlak) islam dalam bermuamalah.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. “Pengalaman Pelanggan dan Fintech : Transformasi dan Adaptasi.” Dunia Fintech
(blog), April 18, 2019. https://duniafintech.com/fintech-dan-pengalaman-pelanggan/.
aldean, and Aldean Moch Rafli. “Mengenal Perusahaan Fintech atau Financial Technology.”
Mekari Jurnal, June 8, 2022. https://www.jurnal.id/id/blog/perusahaan-fintech-sbc/.
“Apa itu Fintech: Pengertian, Manfaat, Jenis & Dasar Hukumnya.” Accessed May 18, 2023.
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/07/12/fintech-adalah.
Hiyanti, Hida, Lucky Nugroho, Citra Sukmadilaga, and Tettet Fitrijanti. “Peluang Dan
Tantangan Fintech (Financial Technology) Syariah Di Indonesia.” Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam 5, no. 3 (January 12, 2020): 326–33.
https://doi.org/10.29040/jiei.v5i3.578.
International, PT Cekindo Business, and Satriyo Untoro. “Perkembangan Industri Fintech di
Indonesia - Cekindo.” InCorp Indonesia (blog), June 1, 2017.
https://www.cekindo.com/id/blog/perkembangan-teknologi-finansial-fintech-di-
indonesia.
Merliana, Vina, and Albert Kurniawan. “PENGARUH STRATEGI BIAYA RENDAH DAN
DIFERENSIASI TERHADAP KEBERHASILAN PT TAHU TAUHID.” Jurnal
Manajemen, 2016.
Narastri, Maulidah. “Financial Technology (Fintech) Di Indonesia Ditinjau Dari Perspektif
Islam.” Indonesian Interdisciplinary Journal of Sharia Economics (IIJSE) 2, no. 2
(February 1, 2020): 155–70. https://doi.org/10.31538/iijse.v2i2.513.
Nisaputra, Rezkiana. “Fintech Dan Peran Pentingnya Bagi Inklusi Keuangan.” Infobanknews
(blog), September 1, 2022. https://infobanknews.com/fintech-dan-peran-pentingnya-
bagi-inklusi-keuangan/.
“OJK Dorong Kemudahan Akses Layanan Keuangan Bagi Penyandang Disabilitas. -
Tribunjabar.Id.” Accessed May 18, 2023.
https://jabar.tribunnews.com/2022/10/17/ojk-dorong-kemudahan-akses-layanan-
keuangan-bagi-penyandang-disabilitas.
“Yuk Mengenal FinTech! Keuangan Digital Yang Tengah Naik Daun .:: SIKAPI ::.” Accessed
May 18, 2023. https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10468.

Anda mungkin juga menyukai