Anda di halaman 1dari 17

KASUS BUNUH DIRI KORBAN PINJAMAN ONLINE

(FINTECH) YANG DIDUGA NASABAH ADAKAMI

MAKALAH

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah

Semester

Dosen Pengampu: Dyah Perwita


Mata Kuliah: Kewarganegaraan

Disusun oleh:
Andharulita Prastita Adji (C0A023079)

JURUSAN ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "KASUS BUNUH DIRI

KORBAN PINJAMAN ONLINE (FINTECH) YANG DIDUGA NASABAH

ADAKAMI" dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata

Kuliah Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan

tentang regulasi financial technology bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dyah Perwita selaku dosen Mata

Kuliah Kewarganegaraan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu

diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari

sempurna.

Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan

makalah ini.

Purwokerto, 02 Oktober 2023

Andharulita Prastita Adji

C0A0230709

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

BAB I ...................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN .................................................................................................. 5

A. LATAR BELAKANG ............................................................................... 5

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

BAB II .................................................................................................................... 8

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 8

A. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

1. Teori Inovasi Fintech ............................................................................ 8

2. Teori Perbankan dan Keuangan .......................................................... 9

3. Regulasi Fintech ...................................................................................11

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 16


3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Evolusi teknologi keuangan telah merevolusi cara orang mengakses

pinjaman, dengan platform pinjaman online kini semakin populer. Platform-

platform ini, juga dikenal sebagai fintech, memanfaatkan teknologi internet

untuk menyediakan layanan pinjaman yang praktis dan efisien.

Menurut Lee dan Teo, fintech adalah inovasi dalam bentuk produk dan

layanan keuangan melalui optimasi teknologi informasi (Yuneline, 2022).

Dengan perkembangan maju teknologi informasi dan inovasi, fintech

muncul sebagai model bisnis yang menggabungkan layanan keuangan dan

teknologi (Mutiara et al., 2019). Salah satu jenis fintech yang telah

mendapatkan perhatian besar adalah pinjaman online. Platform pinjaman

online telah mengganggu sistem peminjaman tradisional dengan

menawarkan alternatif kepada bank konvensional. Platform ini menarik

bagi pelanggan yang memiliki akses terbatas atau tidak ada akses sama

sekali ke kemampuan kredit dari bank konvensional (Rjoub et al., 2023).

Salah satu keuntamaan utama dari platform pinjaman online adalah

kemampuannya untuk melayani berbagai jenis peminjam. Berbeda dengan

5
bank-bank tradisional yang sering memiliki kriteria eligibilitas yang ketat

dan proses persetujuan yang panjang, platform pinjaman online menerapkan

praktik peminjaman yang lebih inklusif. Mereka memberikan peluang bagi

individu dengan skor kredit rendah atau sumber pendapatan yang tidak

konvensional untuk mengakses pinjaman. Platform-platform ini

memungkinkan peminjam untuk mengajukan permohonan pinjaman secara

online, menjadikan prosesnya lebih praktis dan dapat diakses. Selain itu,

platform pinjaman online seringkali memberikan persetujuan dan pencairan

pinjaman yang lebih cepat. Seperti yang disarankan oleh Hsueh dan Kuo,

platform pinjaman online termasuk dalam kategori pinjaman peer-to-peer

(P2P), di mana pemberi pinjaman dapat terhubung langsung dengan

peminjam melalui platform online.

Koneksi langsung ini menghilangkan kebutuhan untuk bank

konvensional sebagai perantara, menyederhanakan proses peminjaman dan

mengurangi biaya bagi pemberi pinjaman dan peminjam. Selain itu,

platform pinjaman online menggunakan teknologi canggih seperti

pembelajaran mesin dan algoritma untuk menilai keaslian peminjam dan

mengelola risiko kredit.

Kemajuan teknologi ini memungkinkan platform pinjaman online untuk

secara efektif mengevaluasi permohonan pinjaman dan membuat keputusan

peminjaman yang lebih akurat.

6
AdaKami adalah sebuah platform peer-to-peer lending online lokal yang

menyediakan fasilitas pinjaman (kredit) tanpa agunan. Semangat kami

adalah untuk membangun akses keuangan yang berkualitas bagi ratusan juta

orang Indonesia. Kami berkomitmen untuk membantu orang-orang serta

komunitas dalam meraih mimpi mereka dalam setiap tahapan hidup mereka.

AdaKami dioperasikan oleh PT Pembiayaan Digital Indonesia, sebuah

perusahaan berbadan hukum Indonesia yang berizin dan tunduk kepada

ketentuan yang berlaku dibawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK). Hal ini sejalan dengan misi kami dalam mewujudkan inklusi

keuangan dan memberikan solusi bagi masyarakat Indonesia, melalui

inovasi dan edukasi. AdaKami menggunakan teknologi informasi sebagai

landasan inovasi demi menciptakan pelayanan yang cepat, tepat dan

optimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas, maka rumusan masalah

yang diajukan oleh penulis adalah :

1. Bagaimana evolusi fintech di Indonesia?

2. Bagaimana proses pinjaman di Indonesia?

3. Bagaimana regulasi penagihan hutang pinjaman online?

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Inovasi Fintech

Teori Inovasi Fintech adalah kerangka teoritis yang dapat digunakan untuk

menjelaskan perkembangan teknologi keuangan (fintech) di Indonesia dan

bagaimana fintech diterima dan diadopsi oleh masyarakat dan bisnis di negara

ini. Teori ini membantu dalam memahami faktor-faktor yang memengaruhi

adopsi dan perkembangan fintech dalam konteks Indonesia. Berikut adalah

beberapa poin penting dalam elaborasi teori inovasi fintech:

a. Kurva Adopsi ; adalah salah satu kerangka kerja yang digunakan

dalam teori inovasi untuk menggambarkan bagaimana sebuah

inovasi atau teknologi baru diterima oleh masyarakat seiring

waktu. Dalam konteks fintech di Indonesia, konsep kurva adopsi

membantu dalam memahami bagaimana teknologi keuangan ini

telah diterima oleh berbagai kelompok di masyarakat.

b. Komunikasi dan Diffusi ; Konsep komunikasi dan diffusi dalam

teori inovasi digunakan untuk menjelaskan bagaimana inovasi atau

teknologi baru, seperti fintech di Indonesia, dikomunikasikan

kepada masyarakat dan bagaimana informasi tentang inovasi ini


8
menyebar di antara individu dan kelompok. Ini penting dalam

memahami bagaimana adopsi fintech dapat berkembang dan

meluas di masyarakat.

c. Pengaruh regulasi ; Teori pengaruh regulasi adalah kerangka

teoritis yang digunakan untuk memahami bagaimana regulasi

pemerintah memengaruhi perkembangan dan adopsi teknologi atau

inovasi tertentu. Dalam konteks fintech di Indonesia, teori ini

membantu dalam menjelaskan bagaimana regulasi pemerintah

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan industri fintech di

negara tersebut.

2. Teori Perbankan dan Keuangan

Pengembangan fintech telah mengubah lanskap industri pinjaman di

Indonesia secara signifikan. Dalam sebuah tinjauan pustaka, Anda dapat

menjelaskan secara detail peran fintech dalam industri pinjaman di

Indonesia dengan menguraikan beberapa aspek penting berikut:

Teknologi Penilaian Kredit: Salah satu kontribusi paling penting dari

fintech dalam industri pinjaman adalah penggunaan teknologi untuk menilai

kredit. Fintech menggunakan data digital seperti riwayat transaksi

keuangan, perilaku online, dan informasi lainnya untuk menghasilkan

pemahaman yang lebih baik tentang kredit peminjam potensial. Ini

memungkinkan fintech untuk meminimalkan risiko kredit dan mengambil

keputusan pinjaman yang lebih akurat.

9
Platform P2P (Peer-to-Peer) Lending: Beberapa fintech di Indonesia

beroperasi dalam kategori P2P lending, di mana mereka menyediakan

platform yang menghubungkan peminjam dengan pemberi pinjaman secara

langsung. Ini menghilangkan peran bank sebagai perantara dan

memungkinkan peminjam untuk mendapatkan akses ke sumber pembiayaan

yang lebih luas. Anda dapat menjelaskan bagaimana model ini berfungsi dan

menguntungkan bagi kedua pihak.

Kemudahan Akses: Fintech meningkatkan aksesibilitas pinjaman.

Dengan memungkinkan peminjam untuk mengajukan pinjaman secara

online melalui aplikasi atau situs web, prosesnya menjadi lebih mudah dan

praktis. Ini juga membantu individu dan bisnis yang mungkin memiliki

akses terbatas ke cabang bank fisik untuk mengakses layanan pinjaman.

Kecepatan Persetujuan dan Pencairan: Fintech seringkali

menawarkan proses persetujuan dan pencairan pinjaman yang lebih cepat

dibandingkan dengan bank konvensional. Dalam tinjauan pustaka, Anda

dapat menyoroti bagaimana ini bermanfaat bagi peminjam yang

membutuhkan dana dengan segera, terutama dalam situasi darurat atau

peluang bisnis yang mendesak.

Penyederhanaan Proses: Fintech menyederhanakan proses

pengajuan pinjaman dengan menggunakan aplikasi dan platform online

yang intuitif. Peminjam dapat mengajukan pinjaman, mengunggah

10
dokumen, dan mengikuti kemajuan pinjaman mereka secara elektronik. Ini

mengurangi birokrasi yang terkadang terkait dengan bank tradisional.

Diversifikasi Produk Pinjaman: Fintech seringkali menawarkan

beragam produk pinjaman, termasuk pinjaman tanpa agunan, pinjaman

berbasis peer-to-peer, dan pinjaman mikro. Tinjauan pustaka dapat

menjelaskan bagaimana diversifikasi ini memberikan lebih banyak pilihan

kepada peminjam sesuai dengan kebutuhan mereka.

Inovasi dalam Layanan Keuangan: Fintech juga berinovasi dalam

menyediakan layanan keuangan tambahan seperti manajemen keuangan

pribadi, investasi, dan asuransi. Ini menciptakan ekosistem keuangan yang

lebih luas di mana peminjam dapat memenuhi berbagai kebutuhan keuangan

mereka.

3. Regulasi Fintech

Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016 adalah salah satu peraturan yang

dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia yang mengatur

tentang Inovasi Layanan Keuangan Berbasis Teknologi atau Financial

Technology Innovation. Peraturan ini bertujuan untuk memberikan

kerangka kerja regulasi yang mendukung perkembangan industri fintech di

Indonesia dan memungkinkan inovasi keuangan tanpa harus memenuhi

persyaratan penuh untuk lisensi perbankan. Berikut adalah beberapa poin

penting yang dijelaskan dalam Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016:

11
Definisi Inovasi Layanan Keuangan: Peraturan ini memberikan definisi

yang jelas tentang inovasi layanan keuangan yang mencakup teknologi

informasi, aplikasi, perangkat lunak, atau proses yang digunakan dalam

penyediaan layanan keuangan.

Prinsip Inovasi: Peraturan ini menguraikan prinsip-prinsip yang harus

dipatuhi oleh penyedia layanan keuangan berbasis teknologi. Prinsip-prinsip

ini mencakup transparansi, akuntabilitas, perlindungan konsumen, dan

kualitas pelayanan.

Prosedur Pengajuan Inovasi: Peraturan ini menyediakan panduan

tentang prosedur pengajuan inovasi kepada OJK. Fintech harus mengajukan

proposal inovasi mereka, yang akan dievaluasi oleh OJK sebelum disetujui

atau ditolak.

Pengujian Inovasi: Salah satu fitur utama dari peraturan ini adalah

pengujian inovasi. Fintech dapat menguji inovasi mereka dalam lingkungan

yang terkendali selama periode tertentu tanpa harus memenuhi semua

persyaratan lisensi yang diperlukan untuk operasi penuh.

Kewajiban Pelaporan: Peraturan ini mengharuskan penyedia layanan

keuangan berbasis teknologi untuk memberikan laporan kepada OJK

tentang pelaksanaan inovasi mereka dan dampaknya terhadap konsumen

dan pasar keuangan.

12
Penghentian Inovasi: OJK berhak untuk menghentikan atau membatasi

pengujian inovasi jika dianggap merugikan konsumen, sistem keuangan,

atau berpotensi melanggar hukum.

Kerja Sama dengan Lembaga Keuangan Lain: Peraturan ini juga

mengatur kerja sama antara penyedia layanan keuangan berbasis teknologi

dengan lembaga keuangan lain seperti bank dan lembaga keuangan nonbank

yang diawasi oleh OJK.

Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016 menciptakan kerangka kerja

yang memungkinkan fintech untuk mengembangkan inovasi mereka dengan

lebih fleksibel, sambil tetap memperhatikan perlindungan konsumen dan

stabilitas sistem keuangan. Hal ini bertujuan untuk mendorong inovasi

dalam industri keuangan dan mendukung inklusi keuangan di Indonesia.

Peraturan OJK No. 13/POJK.02/2018 adalah peraturan yang

dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia untuk mengatur

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi atau yang lebih

dikenal sebagai Peer-to-Peer Lending (P2P Lending). Peraturan ini

dirancang untuk memberikan kerangka kerja yang jelas dan terstruktur bagi

perusahaan P2P lending yang beroperasi di Indonesia, serta untuk

melindungi kepentingan konsumen dan menjaga stabilitas pasar keuangan.

Berikut adalah beberapa poin penting yang dijelaskan dalam Peraturan OJK

No. 13/POJK.02/2018:

13
Persyaratan Lisensi: Peraturan ini menetapkan bahwa setiap perusahaan

yang ingin beroperasi sebagai penyedia layanan P2P lending harus

mendapatkan izin atau lisensi dari OJK. Persyaratan untuk mendapatkan

lisensi termasuk persyaratan modal minimum, komposisi pemegang saham,

dan kemampuan teknis dan keuangan yang memadai.

Modal Minimum: Peraturan ini mengatur modal minimum yang harus

dimiliki oleh perusahaan P2P lending. Modal ini bertujuan untuk

memastikan bahwa perusahaan memiliki kapasitas keuangan yang cukup

untuk mengatasi risiko yang mungkin terkait dengan operasinya.

Pengelolaan Risiko: Peraturan ini mewajibkan perusahaan P2P lending

untuk mengelola risiko dengan baik. Ini termasuk pengelolaan risiko kredit,

risiko operasional, risiko kepatuhan, dan risiko lainnya. Perusahaan

diharapkan untuk memiliki kebijakan dan prosedur yang sesuai untuk

mengatasi risiko ini.

Transparansi dan Informasi: Peraturan ini menekankan pentingnya

transparansi dalam beroperasi. Perusahaan P2P lending diharuskan

memberikan informasi yang jelas kepada para peminjam dan pemberi

pinjaman, termasuk informasi tentang suku bunga, biaya, syarat-syarat

pinjaman, dan risiko yang terkait.

Perlindungan Konsumen: Peraturan ini memberikan perhatian khusus

pada perlindungan konsumen. Perusahaan P2P lending harus memiliki

kebijakan perlindungan konsumen yang efektif dan prosedur penanganan

14
keluhan. Mereka juga harus memberikan pendidikan keuangan kepada

konsumen.

Penyimpanan Dana: Peraturan ini mengatur bahwa dana dari peminjam

dan pemberi pinjaman harus disimpan dalam rekening terpisah yang diawasi

oleh bank yang ditunjuk oleh OJK. Hal ini dilakukan untuk memastikan

keamanan dana konsumen.

Pelaporan Ke OJK: Perusahaan P2P lending diwajibkan untuk

melaporkan kepada OJK secara berkala, termasuk laporan keuangan dan

laporan mengenai operasi mereka. Ini membantu OJK dalam mengawasi

aktivitas industri P2P lending.

Penyelidikan dan Sanksi: Peraturan ini memberikan wewenang kepada

OJK untuk melakukan penyelidikan dan memberlakukan sanksi terhadap

perusahaan P2P lending yang melanggar peraturan.

Peraturan OJK No. 13/POJK.02/2018 bertujuan untuk menciptakan

kerangka kerja yang seimbang antara mendukung pertumbuhan industri P2P

lending dan melindungi kepentingan konsumen serta stabilitas sistem

keuangan. Peraturan ini memberikan panduan yang jelas bagi perusahaan

P2P lending tentang persyaratan yang harus mereka penuhi dan prosedur

yang harus diikuti dalam beroperasi di Indonesia.

15
BAB III

KESIMPULAN

Regulasi P2P Lending oleh OJK: Peraturan OJK No. 13/POJK.02/2018

memberikan kerangka kerja yang jelas untuk industri Layanan Pinjam Meminjam

Uang Berbasis Teknologi (P2P Lending) di Indonesia. Regulasi ini menekankan

pentingnya perlindungan konsumen, transparansi, dan kesehatan keuangan

perusahaan P2P lending. Ini bertujuan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan

memberikan kepercayaan kepada peminjam dan pemberi pinjaman.

Regulasi Inovasi Fintech: Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016, tentang

Inovasi Layanan Keuangan Berbasis Teknologi, menciptakan kerangka kerja yang

mendukung perkembangan inovasi fintech di Indonesia. Regulasi ini memberikan

fleksibilitas untuk menguji inovasi tanpa harus memenuhi persyaratan penuh lisensi

perbankan, sambil tetap memperhatikan perlindungan konsumen dan keamanan

sistem keuangan.

Teori Perbankan dan Keuangan: Teori-teori dalam bidang perbankan dan

keuangan dapat digunakan untuk menjelaskan proses pinjaman di Indonesia.

Perbankan konvensional dan fintech memiliki peran yang berbeda dalam

memberikan layanan pinjaman. Perbankan konvensional biasanya mengikuti model

bisnis yang mapan dengan persyaratan dan prosedur yang ketat, sementara fintech

seringkali menawarkan model yang lebih inklusif dan proses yang lebih cepat.

16
Teori Inovasi Fintech: Teori inovasi fintech dapat digunakan untuk merunut

perkembangan teknologi keuangan di Indonesia. Fintech telah memungkinkan

inovasi dalam cara orang mengakses dan menggunakan layanan keuangan. Model

bisnis berbasis teknologi ini telah mengubah cara pinjaman diberikan dan dielola,

memberikan akses yang lebih besar kepada berbagai kelompok masyarakat.

Dengan demikian, regulasi dan teori ini menciptakan kerangka kerja yang

mendukung pertumbuhan fintech dan P2P lending di Indonesia sambil tetap

menjaga keamanan dan kepentingan konsumen. Perkembangan ini berkontribusi

pada inklusi keuangan yang lebih baik dan akses yang lebih besar terhadap layanan

keuangan di Indonesia.

17

Anda mungkin juga menyukai