Kelompok 3:
Faldi 102001057
Aprilia 102001074
FAKULTAS EKONOMI
BAUBAU
2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................................................
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah1
C. Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................................
A. Kesimpulan 12
B. Saran 12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Dampak Penggunaan
Gawai pada Anak Usia di Bawah Umur"
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki karya
ilmiah ini
Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.
Penulis
Kelompok 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri keuangan menjadi salah satu sektor bisnis yang diregulasi ketat oleh
pemerintah di hampir seluruh negara. Tujuannya yakni untuk memberikan perlindungan, baik
untuk konsumen maupun ekosistem industrinya. Penegakan aturan ini juga mencakup
layanan keuangan digital. Hal ini berimplikasi pada setiap proses perkembangan layanan
keuangan digital harus selalu mengikuti koridor perundang-undangan yang berlaku.
Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) menjadi dua
aktor penting yang menjadi representasi regulator. Keduanya bertugas melakukan
pengawasan, pemberian izin, hingga sanksi terhadap para pelaku usaha yang beroperasi di
tanah air.
B. Rumusan Masalah
1. Jenis-jenis Fintech yang Berkembang di Indonesia?
2. Jenis-jenis Fintech yang ada di Indonesia?
3. Jenis-jenis Layanan Keungan Digital?
4. 10 Contoh Perusahaan Fintech Populer di Indonesia?
5. Bentuk Inisiatif Bank Indonesia Terkait FinTech?
C. Tujuan
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa/I dalam menganalisa jenis-jenis layanan
keuanagan digital (fintech) dibawah naungan bank Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
fintech jenis ini adalah penyedia layanan untuk pembayaran listrik, pulsa, kartu kredit dan
sebagainya secara online.
Beberapa digital payment system yang cukup terkenal saat ini di Indonesia adalah OVO,
GoPay, Dana, dan LinkAja. Dengan sistem tersebut, ada banyak keuntungan yang bisa
didapatkan penggunanya, mulai dari cara yang lebih praktis hingga biaya yang lebih
bersahabat
4. E-aggregator
Ada juga E-aggregator sebagai salah satu jenis fintech yang berkembang di Indonesia
akhir-akhir ini.
E-aggregator merupakan platform yang dapat digunakan masyarakat untuk mencari
hingga mengetahui informasi dan kinerja produk keuangan tertentu, dimana informasi ini
dapat bermanfaat untuk membantu pengambilan keputusan investasi yang tepat oleh
masyarakat.
Jenis fintech yang satu ini membantu para investor awam untuk dapat mengetahui
kelebihan hingga kekurangan masing-masing produk keuangan. Contoh dari E-
aggregator yang cukup umum di Indonesia termasuk Cermati, Cekaja, Tunaiku, dan
sebagainya.
5. P2P Lending
Kemudian ada juga tipe fintech P2P Lending atau yang merupakan singkatan dari Peer-
to-Peer Lending. Jenis financial technology di Indonesia yang satu ini merupakan
layanan pendanaan yang mempertemukan pemberi dana dengan para penerima dana.
Artinya investor akan terhubung dengan pebisnis yang sesuai.
Saat ini, ada banyak perusahaan P2P Lending yang dikenal oleh masyarakat di tanah air.
Contohnya yaitu Amarta, KoinWorks, Modalku dan masih banyak lagi.
Berkat teknologi layanan keuangan dari P2P Lending, banyak pengusaha kecil yang akan
memperoleh investor untuk pengembangan usahanya. Dengan demikian, secara tidak
langsung, jenis fintech tersebut mendukung pengembangan usaha mikro yang lebih
optimal di tanah air.
6. Pinjaman Online
Pinjaman online termasuk dalam salah satu jenis financial technology yang mulai marak
bertebaran di dalam negeri. Ada banyak masyarakat yang mencoba untuk memanfaatkan
3
fasilitas tersebut untuk pemenuhan kebutuhan yang beraneka ragam, mulai dari
pengembangan usaha, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan,
dan lain sebagainya.
Pinjaman online menawarkan kemudahan bagi masyarakat untuk memperoleh dana yang
dibutuhkan. Namun, pengguna jenis fintech ini sebaiknya berhati-hati dalam memutuskan
pengambilan pinjaman tersebut. Selain bunga yang lebih tinggi, ada banyak syarat yang
harus dipenuhi supaya pinjaman diterima dengan aman dan tidak menyusahkan di
kemudian hari
7. Manajemen Risiko dan Investasi
Tidak banyak yang mengetahui bahwa manajemen risiko dan investasi merupakan salah
satu dari jenis fintech yang berkembang di Indonesia. Sebagian besar masyarakat awam
di dalam negeri memang tidak familiar dengan penggunaan robo advisor terkait
perencanaan keuangan hingga asuransi.
Manajemen risiko dan investasi ini umumnya berupa platform e-trading. Melalui jenis
fintech tersebut, maka masyarakat diarahkan memilih bentuk investasi yang terbaik.
Contohnya berupa investasi emas, saham, dan sebagainya.
Menurut OJK, dilihat dari jenis penyelenggaranya, jenis fintech dibagi dua kategori
yakni, fintech 2.0 dan fintech 3.0. Fintech 2.0 adalah layanan keuangan digital yang
dioperasikan lembaga keuangan perbankan. Sedangkan fintech 3.0 menunjuk kepada startup
teknologi yang memiliki produk dan jasa inovasi keuangan.
1. Crowdfunding
Crowdfunding atau penggalangan dana merupakan salah satu jenis fintech yang sedang
populer di berbagai negara, termasuk Indonesia. Melalui jenis fintech ini, masyarakat
dapat menggalang dana atau berdonasi untuk suatu inisiatif atau program sosial yang
mereka pedulikan.
2. Microfinancing
4
Microfinancing adalah salah satu layanan Fintech yang menyediakan layanan keuangan
bagi masyarakat kelas menengah ke bawah untuk membantu kehidupan dan keuangan
mereka sehari-hari. Masyarakat kelas menengah ke bawah kebanyakan masih kesulitan
untuk mengakses ke bank, sehingga fintech jenis ini hadir untuk mempermudah
masyarakat mengakses institusi keuangan.
Jenis fintech ini bergerak di bidang penyediaan layanan berupa pembayaran semua
tagihan seperti pulsa & pascabayar, kartu kredit, atau token listrik PLN. Dengan jenis
fintech ini, kamu nggak usah beli pulsa ke konter handphone lagi untuk membeli pulsa,
atau ke kantor PLN untuk beli atau bayar token listrik.
4. E-aggregator
Berbeda dengan jenis fintech lainnya di Indonesia yang sebelumnya, e-aggregator justru
lebih kepada sebuah platform yang bisa digunakan masyarakat untuk mencari informasi,
maupun mengambil keputusan mengenai produk finansial yang akan dipilih. Fintech ini
biasanya memiliki portal resmi, di mana terdapat sederet informasi yang berhubungan
dengan produk keuangan.
Jenis fintech yang satu ini pastinya sudah tak asing. Jenis fintech ini menyediakan
layanan pendanaan dan penerimaan pendanaan di satu platform yang sama.
Sederhananya, P2P adalah sebuah layanan pendanaan yang mempertemukan antara
investor dan yang membutuhkan dana. Layanan berbasis P2P lending ini bisa dibilang
cukup banyak diminati.
Sebab, bukan hanya yang mendapat pembiayaan atau pendanaan saja, tapi juga investor
atau funder yang mendapatkan keuntungannya. Investor biasanya akan mendapatkan
5
imbal hasil dari pendanaan yang telah diberikan. P2P Lending ini pun semakin
berkembang dan ada yang berbasiskan syariah, seperti ALAMI.
Berikut ini adalah perusahaan-perusahaan FinTech Indonesia yang paling populer dan
mengalami pertumbuhan cepat menurut IDC financial highlights. Perusahaan-perusahaan ini
7
juga sudah terdaftar di Otorisasi Jasa Keuangan (OJK), sehingga kredibilitas dari perusahaan
tidak perlu diragukan lagi.
1. Ajaib
Contoh perusahaan fintech Indonesia yang pertama adalah Modalku, platform peer-to-
peer lending yang memungkinkan para pemilik (UKM) mampu mengajukan pinjaman
sebesar 50 juta hingga 500 juta rupiah dalam kurun waktu tiga sampai dua belas bulan.
Apabila permohonan peminjaman tersebut di ACC, maka pengajuan tersebut akan
ditampilkan di situs Modalku. Hal ini bertujuan agar para calon pemberi pinjaman atau
investor dapat melihat kebutuhan para pelaku UKM.
Apabila jumlah pinjaman yang diharapkan oleh pemilik UKM berhasil terpenuhi dalam
rentang waktu yang sudah ditetapkan, maka pihak Modalku akan segera melakukan
pencairan dana. Sesuai dengan kesepakatan yang sudah disepakati di awal, pihak
Modalku akan menarik komisi sebesar 3 persen dari peminjam dan 3 hingga 4 persen dari
pihak investor. Situs Modalku mulai diluncurkan pada bulan Januari 2016 dan telah
menerima pendanaan Seri B di 2018 senilai 25 juta dolar.
2. Kredivo
Kredivo adalah contoh fintech di Indonesia dengan konsep pinjaman tanpa kartu kredit
dengan proses pendaftaran serta pencairan dana yang cepat. Startup pinjaman online ini
menawarkan kemudahan dalam berbelanja tanpa kartu kredit di beberapa situs e-
commerce dan gerai populer seperti gerai gadget dan elektronik, fashion, perlengkapan
rumah hingga gerai yang menawarkan jasa. Kredivo juga menawarkan kemudahan dalam
pinjaman tunai dengan bunga terendah dibandingkan perusahaan sejenis.
Pada tanggal 25 Juli 2018, Kredivo mengumumkan bahwa mereka telah mendapat
pendanaan Seri B dengan nilai US$30 juta (sekitar Rp435 miliar). Investor startup yang
turut berpartisipasi dalam pendanaan ini antara lain Alpha JWC Ventures, Jungle
Ventures, Openspace Ventures, GMO Venture Partners, dan 500 Startups.
3. Modalku
Contoh perusahaan fintech Indonesia berikutnya adalah Modalku, platform peer-to-peer
lending yang memungkinkan para pemilik (UKM) mampu mengajukan pinjaman sebesar
50 juta hingga 500 juta rupiah dalam kurun waktu tiga sampai dua belas bulan. Apabila
permohonan peminjaman tersebut di ACC, maka pengajuan tersebut akan ditampilkan di
8
situs Modalku. Hal ini bertujuan agar para calon pemberi pinjaman atau investor dapat
melihat kebutuhan para pelaku UKM.
Apabila jumlah pinjaman yang diharapkan oleh pemilik UKM berhasil terpenuhi dalam
rentang waktu yang sudah ditetapkan, maka pihak Modalku akan segera melakukan
pencairan dana. Sesuai dengan kesepakatan yang sudah disepakati di awal, pihak
Modalku akan menarik komisi sebesar 3 persen dari peminjam dan 3 hingga 4 persen dari
pihak investor. Situs Modalku mulai diluncurkan pada bulan Januari 2016 dan telah
menerima pendanaan Seri B di 2018 senilai US$25 juta.
4. OnlinePajak
OnlinePajak adalah fintech berbentuk aplikasi yang memudahkan pebisnis dalam
melakukan transaksi, mengelola payroll, hingga melakukan kewajiban pajak seperti
hitung, setor, dan lapor pajak perusahaan.
Contoh fintech Indonesia yang berdiri pada tahun 2014 ini telah masuk ke dalam daftar
startup unicorn. Dilansir dari Bisnis.com, valuasi OnlinePajak mencapai US$1,7 miliar
atau sekitar Rp24,75 triliun pada Juli 2021.
5. OVO
Contoh fintech di Indonesia berikutnya adalah OVO, yang bisa dikatakan menjadi
kompetitor kuat bagi GO-PAY. Bagaimana tidak, saat ini banyak “perang cashback”
antara OVO dan GO-PAY di beberapa merchant di Indonesia. OVO sama halnya seperti
GO-PAY adalah aplikasi dompet digital yang memudahkan penggunanya melakukan
transaksi secara non-tunai. Dengan promo yang memikat pelanggan, salah satu
perusahaan fintech terbesar di Indonesia ini juga bekerjasama dengan banyak merchant
bahkan sudah bekerja sama dengan lebih dari 200.000 UKM yang tersebar di Indonesia.
OVO berada di bawah LIPPO GROUP dengan Albert Lucius sebagai Chief Product
Officernya. Albert Lucius mengatakan, selain untuk pembayaran nontunai, cakupan
layanan OVO juga telah diperluas meliputi Paylater (untuk transaksi di Tokopedia) dan
pinjaman modal usaha dan semua layanan ini telah mengantongi izin dari Otoritas Jasa
Keuangan.
6. GO-PAY
Untuk mendukung berbagai layanan yang dimiliki oleh aplikasi on demand GO-JEK,
pihak GO-JEK akhirnya membuat sebuah layanan bernama GO-PAY untuk mendukung
9
layanan pembayaran nontunai. Awalnya, GO-PAY sendiri memilki nama GO-JEK credit
dan baru berubah nama setelah satu tahun kemudian. Saat ini, GO-PAY juga telah
mengakuisisi PonselPay yang merupakan sebuah perusahaan pemilik lisensi e-money
untuk mendukung operasionalnya.
Saat ini mayoritas pengguna GO-JEK sudah memanfaatkan layanan ini dikarenakan
pelanggan banyak dimanjakan dengan berbagai diskon dan hadiah yang cukup
menggiurkan dan dapat ditukar dengan poin yang diperolah. Tak hanya itu, saat ini GO-
PAY tidak hanya dapat digunakan sebagai alat transaksi dalam aplikasi GO-JEK saja,
melainkan juga sudah dilengkapi dengan beberapa fitur seperti transfer saldo, penarikan
tunai, dan juga untuk bertransaksi di berbagai merchant dalam waktu dekat ini.
7. DANA
Contoh perusahaan fintech berikutnya adalah Dana. Perusahaan ini merupakan layanan
keuangan digital yang berbasis di Jakarta, Indonesia, dan didirikan sejak tahun 2018.
DANA telah terdaftar di Bank Indonesia dengan memiliki empat lisensi, di antaranya
sebagai uang elektronik, dompet digital, dan Likuiditas Keuangan Digital (LKD), dan
untuk kirim uang.
8. Spenmo
Spenmo adalah software manajemen biaya yang membantu dalam mengelola keuangan.
Produk dari perusahaan fintech yang satu ini menggabungkan fitur dasbor dengan
bermacam mata uang, kartu korporat, pembayaran tagihan otomatis, pembayaran payroll
gratis, hingga klaim pengeluaran karyawan.
9. Pace
Startup fintech Pace berasal dari Singapura. Perusahaan ini menyediakan platform
pembayaran online yang memungkinkan pengguna membayar pembelian mereka dalam
tiga kali cicilan tanpa bunga.
10. Whiz
Whiz merupakan contoh financial technology berupa gabungan dari celengan, alat
pencatatan keuangan, dan dompet digital yang memudahkan edukasi keuangan melalui
kegiatan sehari-hari. Startup fintech Indonesia ini menargetkan literasi keuangan di
tingkat keluarga.
10
Demikian beberapa penjelasan dan contoh perusahaan FinTech Indonesia yang cukup
populer. Tetap hati-hatilah dalam memilih perusahaan FinTech yang akan Anda gunakan
karena saat ini banyak sekali perusahaan FinTech yang tidak jelas keberadaannya.
Usahakan untuk memilih perusahaan FinTech yang sudah terdaftar di Otorisasi Jasa
Keuangan (OJK)
1. Fasilitator.
Bank Indonesia menjadi fasilitator dalam hal penyediaan lahan untuk lalu lintas
pembayaran
2. Analis bisnis yang intelligent.
Melalui kerjasama dengan otoritas dan agen-agen internasional, Bank Indonesia menjadi
analis bagi para pelaku usaha terkait FinTech untuk memberikan pandangan dan arahan
tentang bagaimana menciptakan system pembayaran yang aman dan tertib.
3. Asesmen.
Bank Indonesia melakukan monitoring dan penilaian (assessment) terhadap setiap
kegiatan usaha yang melibatkan FinTech dan system pembayarannya menggunakan
teknologi.
4. Koordinasi dan Komunikasi.
Bank Indonesia menjaga hubungan dengan otoritas terkait untuk tetap mendukung
keberadaan FinTech system pembayaran di Indonesia. Bank Indonesia juga berkomitmen
untuk mendukung para pelaku usaha di Indonesia dengan memberikan pengarahan secara
berkala mengenai FinTech.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Layanan perbankan digital adalah layanan atau kegiatan perbankan dengan
menggunakan sarana elektronik atau digital milik Bank, dan/atau melalui media digital milik
calon nasabah dan/atau nasabah Bank, yang dilakukan secara mandiri. Hal ini
memungkinkan calon nasabah dan/atau nasabah Bank untuk memperoleh informasi,
melakukan komunikasi, registrasi, pembukaan rekening, transaksi perbankan, dan penutupan
rekening, termasuk memperoleh informasi lain dan transaksi di luar produk perbankan,
antara lain nasihat keuangan (financial advisory), investasi, transaksi sistem perdagangan
berbasis elektronik (e-commerce), dan kebutuhan lainnya dari nasabah Bank.
Perkembangan teknologi informasi menimbulkan evolusi yang mengarah kepada
layanan perbankan digital (digital banking). Layanan ini bertujuan meningkatkan efisiensi
kegiatan operasional dan mutu pelayanan bank kepada nasabahnya.
B. Saran
1. Bank perlu mengembangkan strategi bisnis yang mengarah pada layanan perbankan
digital.
2. Ojk harus meningkatkan upayanya dalam hal pengaturan dan pengawasan P2P Lendoing
terutama terkait penyelenggaraan yang terdaftra dan dan memiliki ijin dari OJK
3. Harus dikuatkanya konsep trust dan layanan P2P Lending sehingga OJK sebagai
lembaga pengawas dan pengatur industri keungan dan penlenggaraan sebagai pelaku
usaha dapat memberikan rasa percaya bagi pemberi pinjaman (selaku
konsumen/pengguna layanan P2P Lending) dengan tetap memperhatikan koridor kehati-
hatian, namun tanpa mematikan laju inovasi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N. (2022, 4 11). Jenis Layanan Keuangan Digital yang Diregulasi di Indonesia.
Retrieved from jenis-layanan-keuangan-digital-yang-diregulasi-di-indonesia:
https://finantier.co/id/blog/jenis-layanan-keuangan-digital-yang-diregulasi-di-indonesia/
Ventures, A. J. (2023, 1 9). 10 Contoh Perusahaan Fintech Populer di Indonesia. Retrieved from
contoh-fintech-indonesia: https://www.google.com/search?
q=10+Contoh+Perusahaan+Fintech+Populer+di+Indonesia&rlz=1C1GCEU_enID1044I
D1044&oq=10+Contoh+Perusahaan+Fintech+Populer+di+Indonesia&aqs=chrome..69i5
7j0i546l4j69i60.5321j0j4&sourceid=chrome&ie=UTF-8
Ventures, A. J. (2023, 1 5). 7 Jenis Fintech yang Berkembang di Indonesia. Retrieved from
jenis-fintech-di-indonesia: https://www.alphajwc.com/id/jenis-fintech-di-indonesia/
13