Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“FINTECH SYARIAH”

Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perbankan Syariah

Dosen Pengampu:

Elfira Maya Adiba, S.EI., M.EI

Disusun Oleh:

Fika Maghfiroh (200721100079)


Febby Ayu Ainiyah (200721100118)
Durrotul Mila (200721100140)

PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS KEISLAMAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq
dan hidayah-Nya kepada kami sehingga bisa menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah
Lembaga Keuangan Syariah Non Bank dengan judul “Fintech Syariah” dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasig kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu kami yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan. penulis meminta maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan makalah.

Bangkalan, 02 Juni 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................................3
A. Latar Belakang...........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Pengertian dan Alur Bisnis Fintech Syariah...............................................................................5
B. Produk dan Akad Fintech Syariah.............................................................................................7
C. Perkembangan Fintech Syariah................................................................................................10
D. Isu Kasus atau Permasalahan dalam Fintech Syariah...............................................................12
BAB III..........................................................................................................................................16
PENUTUP.....................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................17

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan dunia yang dianggap sebagai disrupsi inovatif yang berdampak
terhadap perubahan cara-cara dalam melakukan interaksi sosial dan hubungan
personal sehingga juga mempengaruhi cara betransaksi dalam kegiatan ekonomi yang
direfleksikan dengan berkembangnya entitas usaha dan bisnis yang berbasis internet.
Perusahaan-perusahaan berbasis software, web dan internet yang menjadi gerbang
menuju revolusi industri di Indonesia sudah mulai menunjukan eksistensinya dalam
berbagai bentuk salah satunya adalah adanya suatu terobosan kemajuan teknologi
dalam bertransaksi ekonomi yang dinamakan dengan Fintech (Financial Technology).
Pergeseran dunia bisnis tersebut sudah masuk dalam segala aspek yang juga
mempengaruhi kemajuan dalam dunia transaksi ekonomi. Di jaman sekarang bahkan
untuk melakukan suatu transaksi ekonomi bukan menjadi kendala atas waktu dan
jarak serta dapat dilakukan dimana saja, kapan saja hanya dengan sentuhan jari
dengan adanya aplikasi Fintech.
Fintech merupakan inovasi di bidang jasa keuangan yang mana tidak perlu
lagi menggunakan uang kertas. Dengan kata lain, keberadaan financial technology
mengubah mata uang menjadi digital agar lebih efisien. Dalam sejumlah literatur
ditemukan beragam definisi tentang Fintech. Secara umum dan dalam arti luas,
Fintech menunjuk pada pengunaan teknologi untuk memberikan solusisolusi
keuangan. secara spesifik, Fintech juga dapat didefinisikan sebuah aplikasi teknologi
digital yang bertujuansebagai intermediasi keuangan. Dalam pengertian yang lebih
luas, Fintech didefinisikan sebagai industri yang terdiri dari perusahaan-perusahaan
yang menggunakan teknologi agar sistem keuangan dan penyebaran dari layanan
keuangan menjadi lebih efisien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Fintech Syariah?
2. Bagaimana Alur dari Fintech Syariah?
3. Apa Saja Produk dan Akad dari Fintech Syariah?
4. Bagaimana Perkembangan Fintech Syariah?
5. Apa Isu Kasus atau Permasalahan dari Fintech Syariah?

3
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Fintech Syariah
2. Untuk Mengetahui Alur Fintech Syariah
3. Untuk Mengetahui Produk dan Akad Fintech Syariah
4. Untuk Mengetahui Perkembangan Fintech Syariah
5. Untuk Menganalisis Isu Kasus atau Permasalahan Fintech Syariah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Alur Bisnis Fintech Syariah


Fintech merupakan bidang usaha yang menyediakan jasa keuangan dan
perbankan melalui pemanfaatan teknologi. Kehadiran fintech bertujuan untuk
mempermudah akses masyarakat agar dapat terhubung dengan produk dan jasa
keuangan, termasuk melakukan transaksi keuangan. Selain itu, kehadiran fintech juga
diharapkan dapat meningkatkan literasi keuangan masyarakat.
Pengertian Fintech Syariah menurut Mukhlisin adalah kombinasi, inovasi
yang ada dalam bidang keuangan dan teknologi yang memudahkan proses transaksi
dan investasi berdasarkan nilainilai syariah. Ia berpendapat, walaupun fintech ini
merupakan terobosan baru tetapi mengalami perkembangan yang pesat. Islam
merupakan agama yang komprehensif sehingga dalam bidang keuangan ini harus
memiliki aturan yang sesuai dengan prinsipnya sesuai syariah. Berdasarkan riset dari
NDRC (The National Digital Research Centre), financial technology menunjuk pada
sebuah inovasi dari sistem keuangan yang berbasis pada teknologi. Fintech
menyediakan sistem dan produk-produk keuangan yang berbasis pada teknologi
terbaru yang sedang berkembang, sehingga dapat diakses di manapun dan kapanpun.
Fintech adalah salah satu inovasi di bidang keuangan mengarah pada teknologi
modern. Inovasi bertujuan untuk memperkenalkan kemudahan akses, kenyamanan
dan biaya ekonomi.1
Dibawah ini merupakan mekanisme operasional produk fintech dalam
payment gateway :

1
Ika Swasti Putri, dkk, Dampak Fintech Syariah dalam Meningkatkan Keuangan Inklusif pada UMKM di Indonesia,
Bhirawa: Journal of Marekting and Commerce, Vol. 6, No. 1, 2021, h.3.

5
Berikut metode payment gateway dalam melakukan proses kerja sebagai
perantara merchant bank dengan website e-commerce.

1. Pembeli produk toko online mengamati serta memutuskan untuk membeli suatu
barang atau jasa dengan mengacu pada keterangan yang diinformasikan payment
gateway. Mereka dapat melakukan pembayaran melalui berbagai metode yang
ditawarkan
2. Seluruh dana yang masuk dari pembeli akan masuk ke akun payment
gateway dashboard Anda
3. Anda dapat melakukan penarikan dana kapan saja sesuai jumlah yang Anda inginkan
tanpa biaya dan batasan nominal
4. Penarikan dapat dilakukan dari setiap bank di Indonesia yang bisa didaftarkan
pada payment gateway
5. Dashboard payment gateway memungkinkan Anda untuk melakukan pengawasan dan
pengelolaan transaksi
Deposito, pinjaman, dan penambahan modal. Jenis fintech ini terkait erat
dengan intermediasi keuangan, bentuk inovasi fintech dibidang antara lain yaitu
Crownfunding dan platform pinjaman P2P lending, mata uang digital dan DLT. P2P
lending merupakan platform yang menawarkan melalui pinjaman online bagi
siapapun pihak yang kesulitan mendapatkan pendanaan. Secara garis besar cara kerja
P2P melakukan aktivitas usahanya dengan menciptakan sebuah marketplace dimana
pihak pemberi pinjaman dapat mengakses melalui platform P2P Lending untuk
mengetahui profil calon peminjam. Berikut merupakan system kerja P2P.
Tahapan bagi peminjam
Peminjam melakukan registrasi terlebih dahulu untuk pengajuan proposal
peminjaman. Penyelenggara P2P lending lalu akan menganalisa nilai kredit, sejarah
peminjaman, dan skor peminjan.
Tahapan bagi pemberi pinjaman
Pemberi pinjaman menyelenggarakan informasi data diri kepada penyelenggara P2P
Lending misalnya nama, nomor KTP, nomor rekening, nomor HP, dan Sebagainya.
Setelah melalui registrasi pemberi pinjaman dapat melihat profil penerima pinjaman
dan menetapkan kepada siapa pinjaman diberikan.2

2
Ana Toni C Y, Muchammad Saifuddin, dkk., Fintech Syariah dalam Sistem Industri halal : Teori dan praktik,(Aceh :
Syiah Kuala University Press, 2021), h. 39

6
Penyelenggara Platform
Penyelenggara P2P Lending akan mengolah data dari pemberi pinjaman dan
mengelola dana serta data dri pemberi pinjaman. Penyelenggara juga melaksanakan
analisis kredit pada peminjam. Pada setiap transaksi P2P Lending yang berhasil,
penyelenggaran akan mendapatkan keuntungan dari pemberi pinjaman dan penerima
pinjaman berupa service charge. Crownfunding merupakan sebuah platform yang
menjembatani antara enterpreneur yang membutuhkan pendanaan atas suatu inisiatif
usaha dengan investor yang memiliki sumber dana

B. Produk dan Akad Fintech Syariah


Terdapat 4 kategori/ produk fintech syariag di Indonesia menurut Bank Indonesia,
yaitu:3
1. Peer-to-peer lending dan crowdfunding
Peer-to-peer lending atau P2P lending merupakan layanan pinjaman dana kepada
masyarakat yang berasal dari masyarakat itu sendiri maupun dari perusahaan
penyedia layanan. Contoh layanan P2P lending di Indonesia adalah KoinWorks
yang menyediakan platform pemberi pinjaman dan peminjam. Dari jenis fintech
pinjaman online contohnya Uang Teman. Contoh fintech berupa cicilan tanpa
kartu kredit seperti Kredivo dan Akulaku. Sedangkan crowdfunding adalah jenis
fintech yang melakukan penggalangan dana dengan menggunakan teknologi
untuk membiayai suatu karya atau menyumbang korban bencana. Sesuai dengan
istilah yang digunakan, layanan ini adalah pembiayaan massal. Contoh paling
populer layanan crowdfunding adalah KitaBisa.com.
2. Market Aggregator
Market aggregator merupakan salah satu layanan fintech yang menyediakan
beragam informasi layanan keuangan sehingga pengguna bisa membandingkan
beragam layanan keuangan yang akan dipilih. Contoh market aggregator produk
kartu kredit, kredit tanpa agunan, asuransi, sampai dengan KPR dan kredit
kendaraan bermotor. Selain memberikan informasi, penyedia platform tersebut
bisa membantu untuk mengajukan berbagai produk keuangan yang sesuai. Salah
satu contoh market aggregator di Indonesia adalah DuitPintar.com.
3. Manajemen Risiko dan Investasi

3
Rakhmat Dwi Pambudi, Perkembangan Fintech di Kalangan Mahasiswa UIN Walisongo,
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony , 2019, h. 4.

7
Platform ini sebenarnya sudah lama ada di Indonesia, namun istilah fintech belum
seterkenal sekarang karena layanan pinjaman online yang marak. Secara singkat
platform fintech ini merupakan perencanaan keuangan berbentuk digital.
Pengguna bakal dibantu buat dapat model investasi yang paling sesuai. Beberapa
contoh fintech yang masuk dalam kategori ini adalah Bareksa, Investree, hingga
Online-Pajak yang membantu pengguna dalam mengatur pajak.
4. Payment, Clearing, dan Settlement
Merupakan produk fintech yang memberikan pelayanan seperti e-wallet ataupun
payment gateway. Contohnya adalah Go-Pay, OVO, atau Sakuku BCA dan
banyak lagi. Pada tiap transaksi yang terjadi di e-wallet tersebut tentu terjadi
perputaran uang yang harus dilindungi oleh Bank Indonesia.
Kontruksi Akad
Akad dalam arti khusus yang dikemukakan oleh ulama fikih , antara lain: “Ikatan
antara Ijab dan Kabul berdasarkan ketentuan syara’’ yang berimplikasi pada
objeknya.” Online contract meskipun merupakan fenomena yang baru namun masih
berlaku asas asas hukum kontrak pada umumnya maupun hukum kontrak sesuai
syariah. Dalam segi perikatan sesuai hukum Islam atau sesuai syariah, kontrak
melalui media teknologi informasi tetap harus memenuhi rukun dan syarat akad.Pada
Pasal 21 Peratuaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 tentang kompilasi
Hukum Ekonomi Syariah disebutkan bahwa akad dilakukan berdasarkan asas, yaitu:4
1. Iktiyari/Sukarela; setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari
keterpaksaan karena teknan salah satu pihak atau pihak lain.
2. Amanah/Menepati janji; setiap akad wajib dilakasanakan oleh para pihak sesuai
dengan kesepakatan yang di tetapkan oleh yang bersangkutan saat yang sama
terhindar dari cidera janji.
3. Iktiyati/Kehati hatian; setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang
dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.
4. Luzum/Tidak Berubah; setiap akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dengan
perhitungan yang cermat sehingga terhindar dari praktik spekulasi atau maisir
5. Saling Menguntungkan, setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para
pihaksehingga mecegah dari praktik manipulasi dan merugikan salah satu pihak.

4
Achmad Basori Alwi, Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi (Fintech) yang Berdasarkan Syariah, Al – Qanun, Vol.
21, No. 2, 2018, h. 254.

8
6. Tsawiyah/Kesetaraan, para pihak dalam setiap akad memiliki kedudukan yang
setara dan mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.
7. Transparansi, setiap akad dengan pertanggungjawaban para pihak yang seimbang
pihak, sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan.
8. Kemampuan; setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan para
9. Taisir/Kemudahan; setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan
kepada masing masing pihak untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan
kemampuannya.
10. Itikad baik; akad dilakukan dalam rangka menegakkan kemaslahatan, tidak
mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya.
11. Sebab yang halal; tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum
dan tidak haram.

Skema Akad yang di terapkan antara lain misalnya akad Wakalah dan akad
Musyarakah pada layanan fintech syariah: Menurut Hashbi Ash Shiddieqy,
wakalah adalah akad penyerahan kekuasaan yang apada akad itu seseorang
menunjuk orang lain sebagai penggantinya dalam bertindak (bertasharruf). 5 Hukum
wakalah dengan ada dan tidak adanya upah adalah sah, karena Nabi Muhammad
SAW pernah mengirim para pegaiwanya untuk memungut zakat dan memberi
mereka upah. Wakalah dengan upah apabila sudah disepakati maka akad menjadi
lazim dan mengikat sehingga orang yang diberi wakil tersebut sama dengan orang
bayaran, artinya harus melaksanakan apa yang sudah diwakilkan kepadanya. Oleh
karena itu wakil berhak menerima upah sesegera mungkin begitu Wakalah selesai.
Akad yang kedua adalah akad Musyarakah dimana antara pihak Ammana dan
Penyalur dana dalam hal ini BMT, KSPPS, BPRS, Lembaga Ventura Syariah.
Dengan akad musyarakah maka pemilik modal dan penyalur dana tersebut sama-
sama menyetorkan modal dengan nominal sesuai dengan kemampuan dan
kesepakatan pihak-pihak dalam musyarakah tersebut.

Pembiayaan dalam fintech syariah memiliki beberapa prosedur yang sesuai


dengan akad syariah. Akad pembiayaan dilakukan oleh penerima pinjaman dan
pemberi pinjaman dengan skema al qardh. Pemberi pinjaman memberikan
pinjaman atas tagihan yang diberikan. Setelah itu, dilanjutkan akad wakalah bil

5
Indah Nuhyatia, Penerapan dan Aplikasi Wakalah pada Produk Jasa Bank Syariah, Economic: Jurnal Ekonomi dan
Hukum Islam. Vol.3, No. 2, 2013, h. 96

9
ujrah yang mana pemberi pinjaman mewakilkan pada penyelenggara layanan untuk
membantu melakukan pengurusan atas tagihan yang diberikan peminjam. Akad al
qardh maupun wakalah bil ujrah dilakukan secara online melalui website
penyelenggara layanan.

C. Perkembangan Fintech Syariah


Perkembangan industri fintech syariah bermula dari perkembangan teknolohi
industri global. Dimulai dengan pemanfaatan perkembangan teknologu komputer dan
jaringan internet pada tahun 1966. Perkembangan internet dan komputer ini menjadi
solusi awal bagi industri-industri keuangan untuk mengembangkan bisnis secara
global. Dan pada tahun 1980 an fintech mulai muncul.
Perkembangan fintech syariah di indonesia sejak tahun 2016 memang
mengalami tren yang positif, seiring dengan masuknya teknologi ke indonesia.
Namun ada hal lain pentingnya yang perlu diketahui bahwa, jumlah fintech syariah
yang telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak lebih dari 20 enitats.
Berbeda dengan perusahaan fintech konvensional yang terdaftar di OJK sudah
mencapai 160 entitas, sungguh perbandingan yang cukup jauh. Di samping itu, ada
hal yang patut kita apresiasi dari perkembangan fintech syariah adalah dari tahun ke
tahun, fintech masih mengalami pertumbuhan baik dalam sisi jumlah perusahaan
maupun jumlah asset dan dana yang diedarkan kepada investree.6
Perkembangan teknologi ditandai dengan kemunculan Finansial Technology
(fintech) serta menjadi salah satu bukti perkembangan teknologi berbasis digital yang
merupakan inovasi baru dan berdampak pada semua kegiatan ekonomi. Adapun
fintech ini merupakan bisnis yang berfokus pada penyediaan layanan keuangan
dengan menggunakan software dan teknologi modern. Selain itu, teori yang
menjelaskan tentang fintech yang diperkenalkan oleh ekonom Joseph Schumpeter
dengan teorinya yaitu creatif destruction yang mana teori ini berisi tentang pernyataan
bahwa dengan adanya temuan-temuan baru yang berdampak menghancurkan pemain
lama kemudian menggantikannya dengan sesuatu yang baru. Akan tetapi teori ini
tidak dapat menjelaskan secara rinci mengenai dampak dari adanya terobosan baru
berupa fintech. Alasannya karena kemunculan fintech bukan untuk menghancurkan
incumbents yang sudah sejak lama keberadaannya. Akan tetapi, fintech mengurangi
secara perlahan fungsi-fungsi incumbents dengan sesuatu yang lebih baik, lebih cepat

6
Ana Toni Roby Candra Yudha, Fintech Syariah Dalam Sistem Industri Halal, (Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021),
h. 9.

10
dan lebih murah. Selain itu, tujuan dari adanya fintech harus selaras dengan tujuan
dari transaksinya untuk mendatangkan dan memelihara kemaslahatan (kebaikan)
sekaligus menghindari kemafsadatan (kerusakan) baik didunia maupun diakhirat.
Berkembangnya fintech konvensional diikuti pula dengan perkembangan
fintech yang berbasis syariah. Tentu saja terdapat perbedaan antara fintech syariah
dengan fintech konvensional. Karena kesesuaian transaksi yang dilakukan tentu saja
harus sesuai dengan aturan syariah baik dalam rukun dan juga syarat dalam akad.
Kemunculan fintech syariah sejalan dengan perubahan akan teknologi yang semakin
maju sehingga gaya hidup manusia juga ikut berubah sesuai perkembangan zaman.
1. Peer to Peer Landing
Peer to peer landing (P2P) adalah platform pinjam meminjam secara online.
Melalui platform online transparansi dan keterbukaan informasi dapat
membuat akses terhadap permodalan menjadi lebih mudah dan terjangkau.
Peminjam dengan keterbatasan akses bisa mendapatkan kemudahan proses dan
rate yang terjangkau. Disisi lain, pendana dapat memperoleh alternatif
investasi yang lebih menguntungkan dibanding instrumen investasi
konvensional.
2. Crowd Funding
Crowd funding adalah proses mengumpulkan dana untuk memulai suatu
project atau bisnis yang sumber dananya berasal dari sejumlah besar orang
(crowd) pengumpulannya memiliki batas waktu tertentu, misalnya 30-60 hari,
dan prosesnya dilakukan melalui online platform. Pendanaan rakyat adalah
sebuah inisiatif untuk mengumpulkan uang bagi sebuah proyek baru yang
diusulkan oleh seseorang dengan mengumpulkan investasi berukuran kecil
hingga menengah dari beberapa orang lainnya yakni orang banyak
3. Digital Payment
Definisi dari pembayaran elektronik sebagai “semua pembayaran yang
diinisiasi, diproses dan diterima secara elektronik”. Permintaan E-Payment
telah muncul karena adanya toko online. Solusi pembayaran elektronik
pertama, misalnya perbankan online sangat terinspirasi oleh transfer bank
berbasis akun yang telah ditetapkan. Sejak saat itu ada solusi inovatif dan
mudah untuk digunakan dan lebih sesuai dengan kebutuhan pedagang dan
pelanggan. Proses pembayaran elektronik mencakup transfer sejumlah uang

11
tertentu dari pembayar ke penerima pembayaran melalui mekanisme
pembayaran elektronik independen-lokasi.
4. Market Aggregator
Mengenal Layanan Account Aggregation dan Manfaatnya untuk Fintech
Open Finance menghadirkan ragam fitur yang dapat memudahkan
pengembang layanan fintech untuk melakukan lebih banyak hal, salah satunya
untuk membentuk profil finansial nasabahnya. Profil finansial ini penting,
fungsinya untuk memudahkan perusahaan dalam melakukan analisis
demografi penggunaannya, seperti penghasilan, kemampuan konsumsi, skor
kredit, dan lain sebagainya. Salah satu alat yang memudahkan untuk
membentuk profil tersebut adalah Account Aggregation.
Seiring berkembangnya layanan Open API (Application Programming
Interface) saat ini, pengembang fintech tidak perlu bersusah payah lagi untuk
menggembangkan fitur seperti Account Aggregation. Mereka bisa
memanfaatkan layanan infrastruktur dari pengembang Open Finance
terpercaya. Selain lebih menghemat sumber daya dan biaya, pemanfaatan fitur
siap pakai ini memungkinkan perusahaan untuk tetap fokus pada tujuan bisnis
utamanya.

D. Isu Kasus atau Permasalahan dalam Fintech Syariah


Problematika pada fintech memiliki kendala yang dapat menghambat
kemajuan teknologi tersebut. Kendala tersebut bisa menyebabkan terlambatnya
kemajuan bangsa pula. Hal ini dikarenakan masyarakat itu sendiri yang masih berada
di culture lag, yaitu masyarakat yang ketertinggalan jaman dan tidak mau merubah
bahkan tidak mau menerima budaya baru yang dianggapnya sebagai budaya asing
yang merusak budaya bangsa. Karena menurut masyarakat tersebut, teknologi malah
membuat kecanduan dan hilangnya fungsi sosial. Hal tersebut yang menyebabkan
tidak adanya interaksi sosial lagi antara manusia satu dengan manusia lainnya.
Misalnya, kalau saja pasar dan toko-toko mulai berkurang maka yang terjadi adalah
manusia tidak dapat bersosialisasi lagi padahal manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial. Jadi, masyarakat tersebut takut menerima teknologi baru yang bisa
menggantikan budaya kita yang sebenarnya.
Tetapi saat ini Asosiasi Fintech Syariah Indonesia akan ditunjuk oleh Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) menjadi Self Regulatory Organization (SRO) yang akan

12
membantu regulator mengembangkan sekaligus mengawasi operasional Fintech
Syariah. Selain itu, regulator dan industri bersama pengembangan ekosistem yang
dapat menunjang literasi dan partisipasi di fintech syariah. Sinergi atau kolaborasi
antar fintech syariah juga bisa menjadi solusi. Kendala lainnya adalah terkait proses
pendaftaran perizinan ke Otoritas Jasa Keuangan yaitu yang memakan waktu cukup
lama dibandingkan pengajuan perizinan fintech konvensioal. Ditambah lagi dengan
pengetahuan masyarakat mengenai fintech yang masih terbatas, apalagi terkait fintech
syariah. Namun, hal tersebut harus menjadi semangat untuk terus berkembang karena
potensi pertumbuhan fintech syariah sangat besar sebab Indonesia merupakan negara
dengan penduduk muslim terbanyak. Kita juga merupakan digital ready country
dengan jumlah pengguna internet yang sangat besar. Kendala fintech syariah tersebut
adalah yang menyebabkan terhambatnya peningkatan UMKM di Indonesia untuk
semakin berkembang. Selain itu, masalah dari masyarakat itu sendiri yang harus mau
menerima budaya baru yaitu canggihnya fintech syariah tersebut sebagai media
pengembangan UMKM yang ada di Indonesia. Agar UMKM berjalan lancar,
perekonomian stabil dan terwujudlah masyarakat yang maslahah.7
Sama seperti Lembaga keuangan non-bank lainnya, fintech juga memiliki isu
atau probem dama pelaksanaanya. Terdapat beberapa isu yang dirasa cukup berat dan
harus dihadapi oleh Fintech Syariah, Adapun isu tersebut adalah :
1) Perizinan dan modal minimum pendirian Fintech Syariah
menyebabkan fintech syariah yang terdaftar di OJK hanya 4 , yakni Otoritas
Jasa dan Keuangan (OJK) memberikan kesempatan bagi para pelaku Fintech
syariah untuk mendaftarkan secara resmi Fintech nya di OJK, namun di sisi lain
terganjal oleh Perizinan dan modal minimum pendirian Fintech
Syariah.Sehingga sampai saat ini fintech syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa
dan Keuangan (OJK) baru ada 4 yakni Ammana, Investree, Dana Syariah dan
ALAMI. Pembina Asosiasi Fintech Syariah mengungkapkan, saat ini ada sekitar
30 startup fintech syariah yang tengah berusaha mengumpulkan modal demi
syarat modal minimum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini terdapat
sekitar 40 fintech syariah yang Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam berada di naungan
Asosiasi Fintech Syariah. Dari jumlah tersebut, sebagian besar merupakan
startup fintech dengan skema peer to peer lending, sedangkan sisanya terdapat
7
Nurul Hamdiah Junaidi, Manfaat dan Permasalahan Pengimplementasian Finacialtechnologi (Fintech) Syariah Pada
Pembiayaan UMKM PT. Bank Muamalat Cabang Balai Kota Medan , Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam
[JIMPAI], Vol 2, No 1, 2022, h. 6

13
crowdfunding, market agregator, dan epayment. Perjalanan fintech syariah
memang masih panjang. Setelah terdaftar di OJK, perusahaan fintech syariah
harus mengajukan label syariah ke Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI). DSN akan mempelajari alur bisnis fintech syariah
tersebut, menunjuk Dewan Pengawas Syariah (DPS), lalu setelah semua syarat
telah dipenuhi, DSN akan memberikan label syariah. Meskipun bagi startup
syarat minimum permodalan cukup berat, menurut Murniati hal tersebut
memang sangat diperlukan. Aturan tersebut diperlukan untuk menilai apakah
perusahaan tersebut reliable atau bertanggung jawab mengembalikan dana
masyarakat yang disalurkan.Tantangan pertama dalam hal ini pada akhirnya
diketahui yakni untuk keberlangsungan fintech syariah tersebut ke depannya,
sehingga seharusnya para pelaku fintech syariah di Indonesia lebih menjadikan
tantangan ini menjadi sebuah peluang karena dengan terbentuknya stigma
kepercayaan yang lebih dari masyarakat terhadap keberadaan fintech syriah di
Indonesia.
2) Minimnya pengetahuan
kemudahan teknologi untuk kegiatan investasi dan donasi, namun di sisi lain
tujuan fintech untuk mempermudah masyarakat dengan inovasi teknologi
berbanding terbalik dengan adanya kondisi di masyarakat pedesaan yang masih
minim pengetahuan untuk mengoperasikan Fintech Syariah. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan ketua AFSI (Asosiasi Fintech Syariah Indonesia) yang
mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah rendahnya edukasi
kepada masyarakat, masih banyak masyarakat yang belum memahami industri
fintech. Tantangan edukasi kepada masyarakat yang masih rendah dan minim
informasi tentang fintech syariah justru akan menjadi peluang bagi para pelaku
fintech syariah dengan melakukan sinergi antara pemerintah ataupun regulator
dalam hal ini Otoritas Jasa dan Keuangan (OJK) beserta para pelaku fintech
syariah untuk membuat suatu bentuk edukasi ataupun workshop serta kunjungan
untuk membeikan penjelasan kepada masyarakat desa atau yang masih minim
edukasi mengenai fintech.8
3) Masyarakat memberikan anggapan bahwa tidak terdapat perbedaan
antara Fintech Syariah dan Fintech Konvensional

8
Hida Hiyanti, Peluang dan Tantangan Fintech (Financial Technology) Syariah di Indonesia, Jurnal Ilmiah Ekonomi
Islam.Vol.5, No.3.2019, h..4

14
Kasus dan fenomena fintech konvensional yang terjadi di masyarakat yang
memberikan stigma negatif akhir-akhir ini di masyarakat. Cara penagihan yang
kasar bahkan bermacam-macam bentuk dan medianya serta sampai kepada
banyaknya kasus bunuh diri karena ketidakmampuan membayar pinjaman
online via fintech konvensional. Disaat bersamaan, dengan munculnya
fenomena dan stigma negative tersebut mengakibatkan masyarakat memberikan
anggapan bahwa tidak terdapat perbedaan antara Fintech Syariah dan Fintech
Konvensional. Hal ini dikuatkan juga dengan kenyataan bahwa penyebab
terbesar mengapa masyarakat seolah menyamaratakan fintech konvensional
maupun fintech syariah terletak dalam edukasi dan komunikasi serta literasi
prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan sehari-hari yang masih belum optimal
untuk masyarakat Indonesia.
4) Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) yang menguasai akad transaksi
berlandaskan prinsip syariah
SDM (Sumber Daya Manusia) yang memahami akad-akad transaksi yang
berlandaskan prinsip syariah masih kurang, hal ini dapat diatasi dengan mulai
dikenalkannya akad-akad tersebut kepada masyarakat, apalagi dengan jumlah
umat muslim yang sangat banyak seharusnya bisa menjadi suatu peluang dan
kemudahan bagi pemerintah dan para pelaku fintech syariah untuk
menyebarluaskan ilmu dalam transaksi syariah yang penting untuk diketahui
sebagai landasan akad pada implementasi fintech syariah di Indonesia. Kelima,
yakni dengan pesatnya perkembangan teknologi yang masuk ke Indonesia tidak
menutup kemungkinan bahwa keberadaan fintech syariah dapat dengan cepat
tenggelam dan digantikan oleh inovasi teknologi lain di masa depan berkaitan
dengan transaksi keuagan. Para pelaku fintech syariah harus selalu
menghadirkan keunggulan dan inovasi fintech syariah di Indonesia agar
kehadiran fintech syariah tidak mudah digantikan oleh perkembangan teknologi
lain di masa depan.9

9
Ibid, h.5-6

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan yang sudah dijelaskan di atas menegnai tentang fintech
syariah, kami tarik kesimpulannya bahwa fintech syariah selain memberikan
pendanaan yang lebih mudah dijangkau oleh masyarakat, keberadaan fintech syariag
juga mendorong pengembangan sektor-sektor produktif yang saat ini tidak terlayani
oleh layanan perbankan.
Perkembangan fintech tidak hanya terdapat pada fintech konvensional saja,
namun sampai saat iniperkembangan fintech berbasis syariah juga sudah mulai
berkembang di masyarakat. Fintech syariah adalah sebuah bentuk inovasi pelayanan
keuangan berbasis teknologi dan berdasarkan syariat islam yang bermanfaat untuk
membantu masyarakat agar dengan mudah mengakses produk dan layanan keuangan
yang tidak terdapat pada layanan keuangan tradisional. Meskipun terdapat beberapa
kendala dalam peningkatannya di Indonesia seperti kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang teknologi dikarenakan karakter masyarakatnya yang masih
bersifat tradisional ataupun dapat menimbulkan kesenjangan sosial dimana
dapat berpengaruh pada tingginya tingkat individu pada masyarakat, namun fintech
syariah tetap berusaha untuk melakukan inovasi agar dapat diterima dengan baik dan
mengurangi kendala yang ada pada masyarakat. Perkembangan financial teknologi
tidak hanya terdapat pada fintech konvensional saja, namun sampai ini perkembangan
financial technologi berbasis syariah juga sudah mulai berkembang di masyarakat.
B. Saran
Demikian penulisan makalah “Fintech Syariah” yang telah kami susun. Kami
sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini terdapat kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Apabila terdapat kesalahan, kami bersedia untuk memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dipertanggungjawabkan. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi tercapainya kesempurnaan
dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk
kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Basori Alwi, Achmad, 2018. Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi (Fintech)


yang Berdasarkan Syariah, Al – Qanun, Vol. 21, No. 2.

Dwi Pambudi, Rakhmat,2019. Perkembangan Fintech di Kalangan Mahasiswa UIN


Walisongo, http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/harmony.

Hamdiah Junaidi, Nurul, 2022. Manfaat dan Permasalahan Pengimplementasian


Finacialtechnologi (Fintech) Syariah Pada Pembiayaan UMKM PT. Bank Muamalat Cabang
Balai Kota Medan , Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Agama Islam [JIMPAI],Vol 2,
No.1.
Hiyanti, Hida, 2019.Peluang dan Tantangan Fintech (Financial Technology) Syariah
di Indonesia, Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam.Vol.5, No.3.
Nuhyatia, Indah, 2013. Penerapan dan Aplikasi Wakalah pada Produk Jasa Bank
Syariah, Economic: Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam. Vol.3, No. 2.
Swasti Putri, Ika, dkk, 2021. Dampak Fintech Syariah dalam Meningkatkan
Keuangan Inklusif pada UMKM di Indonesia, Bhirawa: Journal of Marekting and Commerce,
Vol. 6, No. 1.
Toni Roby Candra Yudha, Ana, 2021. Fintech Syariah Dalam Sistem Industri Halal,
Aceh: Syiah Kuala University Press.

17

Anda mungkin juga menyukai