Anda di halaman 1dari 29

FINANCIAL TECHNOLOGY VERSUS

INDUSTRI PERBANKAN
DI INDONESIA

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas


Administrasi Teknik Bagi Hasil Syariah
Pada Program Studi Perbankan Syariah

Oleh :

MENTARI PRATIWI (1501270023)


V PBS A-PAGI

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-
Nya-lah makalah yang berjudul “Financial Technology Versus Industri Perbankan
di Indonesia” ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan kali ini perkenankanlah saya untuk menyampaikan
banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian tugas ini baik material maupun moril. Saya menyadari dalam
penyusunan ini belum dapat disajikan secara sempurna. Oleh karena itu saya
mengharapkan masukan dan kritik yang konstruktif dari pembaca guna koreksi
bagi saya agar penulisan makalah selanjutnya bisa lebih baik.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan minta maaf apabila makalah ini
banyak kekurangannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 03 Desember 2017


Penulis

Mentari Pratiwi

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 .Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................ 4
1.4. Manfaat .............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 5

2.1. Pengertian Financial Technology (FinTech) ..................................... 5


A. Sejarah singkat FinTech ................................................................ 6
B. Manfaat Fintech ............................................................................
C. Dampak positif inovasi pengembangan keuangan digital di Indonesia
dengan cara penerapan FinTech .................................................... 8
D. Keberadaan FinTech di Indonesia................................................. 9
E. Peranan FinTech ........................................................................... 9
F. Ancaman FinTech ......................................................................... 10
2.2. Pengertian Industri Perbankan ........................................................... 10
A. Sejarah singkat Perbankan ............................................................ 11
B. Tujuan Perbankan ......................................................................... 13
C. Jenis-Jenis Bank ............................................................................ 13
D. Sistem Perbankan di Indonesia ..................................................... 16

2.3. Perbedaan antara FinTech dengan Industri Perbankan ...................... 20


2.4. Perkembangan FinTech dengan Industri Perbankan di Indonesia ..... 21
A. Perkembangan FinTech di Indonesia ............................................ 21
B. Perkembangan Industri Perbankan di Indonesia ........................... 22

ii
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 24

3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 24


3.2. Saran............................................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agar memudahkan dan membantu kegiatan sehari-hari, maka manusia


terus-menerus lakukan berinovasi dan jelajahi kreativitas mereka untuk
menciptakan teknologi, tepat guna memiliki nilai tambah. Maka tak heran jika di
dunia digital sekarang ada transaksi ekonomis yang dapat di implementasikan
kapan saja, dimana saja, dapat diakses melalui smartphone manapun, cepat, dan
mudah digunakan. Maka datanglah ekonomi digital atau biasa disebut E-
commerce (toko onine) dan produknya dipresentasikan sebagai hasil
pengembangan teknologi informasi.
Perkembangan teknologi informasi juga berubah secara tradisional system
akuntansi ke dalam sistem akuntansi terkomputerisasi. Tapi tujuan dari
Implementasi sistem komputerisasi atau manual sama saja, yaitu sebuah proses
akuntansi yang membuat informasi berguna untuk membuat keputusan.
Tradisional Sistem akuntansi menyimpan catatan transaksi, kemudian melakukan
posting di jurnal yang mana kemudian dilanjutkan dengan membuat buku besar
dan menyiapkan laporan keuangan di banyak lembar kertas. Kegiatan ini dalam
sistem akuntansi tradisional tidak hanya memakan waktu lama, tapi juga banyak
uang untuk dokumentasi, karyawan, dan sumber daya lainnya. Berbeda dengan
sistem akuntansi modern atau yang lebih dikenal dengan online Sistem akuntansi
yang lebih efektif dimana pengguna bisa mengakses tak terbatas oleh waktu dan
tempat dengan biaya lebih efisien. Sistem akuntansi online adalah akuntansi
Sistem yang digunakan pada berbasis web. Informasi akuntansi berbasis komputer
Sistem menjadi alat bagi perusahaan dan pemangku kepentingannya.
Selain itu, ada beberapa pembayaran digital yang muncul karena
pengembangan teknologi di abad 21 yang disebut FinTech. FinTech atau
Keuangan Teknologi adalah sektor baru di industri keuangan yang
menggabungkan keseluruhan teknologi yang digunakan di bidang keuangan untuk
memfasilitasi perdagangan, bisnis perusahaan atau interaksi dan layanan yang

1
diberikan kepada konsumen ritel. Menurut National Digital Research Center
(NDRC), Teknologi Finansial atau FinTech adalah sebuah terminologi yang biasa
disebut inovasi di sektor keuangan.
Teknologi Keuangan merupakan salah satu implementasi IT (Information
Technology) di bidang keuangan. Konsep inti FinTech berasal dari aplikasi Peer
to Peer Concept (P2P) yang digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk
sharing musik. Lalu FinTech pertama kali muncul pada tahun 2004 oleh Zopa,
yang merupakan lembaga keuangan di Inggris Raya itu melakukan dalam
meminjam uang. Pada tahun 2008, BitCoin yang diciptakan oleh Satoshi
Nakamoto pertama kali muncul sebagai uang digital untuk transaksi online tapi
ternyata tidak diperbolehkan lagi di indonesia Lalu datanglah Apple Pay,
Samsung Pay, dan PayPall. Di Faktanya, itu adalah banyak jenis perusahaan
sebagai pelaksana di FinTech seperti: diproduksi perusahaan (Apple Pay dan
Samsung Pay), penyedia dan perusahaan telekomunikasi (T-Cash, Dompet
Indosat, XL Tunai, dll), perusahaan sistem operasi (Android Pay), perbankan
(Dompetku dll) dan lain-lain. Di Indonesia, FinTech tumbuh dengan cepat karena
peningkatan pengguna internet dan smartphone, terutama bagi kaum muda
Indonesia.
Di Indonesia, Teknologi Keuangan telah diatur oleh Bank Indonesia di
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 18/40 / PBI / 2016 tentang Pelaksana Proses
Transaksi Pembayaran. Undang-undang tersebut diatur menurut UU No. 23 tahun
1999 tentang Bank Indonesia, UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan
transaksi elektronik, dan UU No. 3 tahun 2011 tentang Transfer Dana. Lisensi ini
dari Bank Indonesia menerbitkan pelaksana layanan sistem pembayaran baru itu
tidak diatur dalam undang-undang sebelumnya, yaitu untuk: mengalihkan
eksekutor, gateway pembayaran pelaksana, dan eksekutor dompet elektronik.
Untuk meningkatkan kehandalan dan industri daya saing dalam sistem
pembayaran nasional, jadi undang-undang ini juga mengatur struktur kepemilikan
eksekutor sebagai principal, switching eksekutor, kliring pelaksana, dan pelaksana
penyelesaian. Dua pihak yang tertata dengan baik di PBI PJP ( Peraturan Bank

2
Indonesia Penyelenggara Jasa Pembayaran ) adalah Pelaksana Penyedia Jasa
Jasa Pembayaran atau PJSP) dan Mendukung Pelaksana di Sistem Pembayaran.
Perkembangan Teknologi Keuangan mampu mempengaruhi gaya hidup
masyarakat dunia, apalagi FinTech sekarang hadir sebagai kebutuhan baru di
dunia. Alasan kenapa FinTech sebagai bagian penting dalam situasi gaya hidup
dan keuangan di dunia adalah karena ini membantu pengembangan startup baru
pembayaran mobile, mampu meningkatkan masyarakat standar hidup (di Asia
Selatan, FinTech bisa diatasi dengan kemiskinan lebih dari 600 juta orang dan
masih memberikan bukti nyata tentang kenaikan startup untuk meningkatkan
kepercayaan investor).
Industri perbankan di Indonesia masih merupakan pasar yang menarik bagi
investor untuk terjun ke dalam persaingan tersebut, terlebih lagi dengan Indonesia
sebagai Negara kepulauan dengan luas wilayah sebesar 1,9 juta km persegi
dengan jumlah penduduk yang mencapai ±241 juta jiwa sekaligus merupakan
Negara keempat didunia yang memiliki jumlah penduduk terbesar setelah China,
India dan Amerika. Dan dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari
berbagai sektor membuat Indonesia merupakan peluang pasar industri perbankan
yang cukup besar. Sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri perbankan di
Indonesia memasuki tahun 2011, maka persaingan antar perusahaan perbankan
pun semakin kompetitif. Hal tersebut disebabkan oleh banyaknya perusahaan
perbankan yang beroperasi secara lokal maupun yang beroperasi dengan skala
internasional yang memaksa setiap bank untuk lebih kreatif dan inovatif agar
dapat bertahan dan mengembangkan dirinya. Industri perbankan merupakan
sektor yang berperan cukup besar dalam pembangunan suatu Negara.
Berdasarkan latar belakang yang demikian membuat penulis tertarik untuk
membuat makalah dengan judul : “Financial Technology Versus Industri
Perbankan di Indonesia”

3
1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah


yang akan dibahas adalah:

1. Apakah pengertian Fintech ?


2. Apakah pengertian Industri Perbankan ?
3. Apakah perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan ?
4. Bagaimana perkembangan Fintech dengan Industri Perbankan di
Indonesia?

1.3. Tujuan Penulisan


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini
adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Fintech.
2. Untuk mengetahui pengertian dari Industri Perbankan.
3. Untuk mengetahui perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan.
4. Untuk mengetahui perkembangan Fintech dengan Industri Perbankan di
Indonesia.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk memperluas wawasan penulis tentang Financial Technology Versus
Industri Perbankan di Indonesia.
2. Bagi masyarakat umum khususnya masyarakat muslim, makalah ini
berguna untuk memperkenalkan Teknologi Keuangan serta Industri
Perbankan yang ada di Indonesia.
3. Bagi praktisis perbankan syariah, hasil makalah ini diharapkan dapat
menjadi sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pengguna
Teknologi Keuangan serta Industri Perbankan yang ada di Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Financial Technology (FinTech)

Fintech berasal dari istilah financial technology atau teknologi finansial.


Menurut The National Digital Research Centre (NDRC), fintech merupakan suatu
inovasi pada sektor finansial. Tentunya, inovasi finansial ini mendapat sentuhan
teknologi modern. Keberadaan fintech diharapkan dapat mendatangkan proses
transaksi keuangan yang lebih praktis dan aman. Proses transaksi keuangan ini
meliputi proses pembayaran, proses peminjaman uang, transfer, ataupun jual beli
saham.
Dari konsep ini, kemudian muncullah startup yang bergerak di bidang
fintech. Di berbagai negara, startup fintech tengah menjadi tren terkini. Di
Indonesia sendiri, startup fintech juga sudah mulai banyak bermunculan dan
diperkirakan akan menjadi tren di tahun 2018 ini. Startup-startup fintech di
Indonesia tersebut, misalnya CekAja, UangTeman, Pinjam, CekPremi, Bareksa,
Kejora, Doku, Veritrans, Kartuku, adalah beberapa di antaranya. Bahkan, seiring
dengan perkembangan startup-startup fintech di Indonesia, September 2015 lalu
telah diluncurkan pendirian asosiasi perusahaan teknologi finansial bernama
FinTech Indonesia.
Layanan yang diberikan oleh startup fintech pastinya berkaitan dengan
finansial.Namun, setiap startup fintech memiliki fokus yang berbeda-beda.Ada
startup yang fokus terhadap bisnis mikro, dengan menyediakan penjualan pulsa,
pembayaran tagihan, dan layanan keuangan.Kemudian ada juga startup yang
fokus menyediakan payment gateway untuk memudahkan berbagai macam urusan
pembayaran. Ada juga startup fintech yang fokus menyediakan produk finansial,
seperti kartu kredit, asuransi, dan investasi (ummi: 2016). Fintech telah membawa
warna baru dalam dunia finansial.

5
A. Sejarah Singkat Fintech
Financial Technology (FinTech) adalah salah satu bentuk penerapan
teknologi informasi di bidang keuangan. Alhasil, munculah berbagai model
keuangan baru yang dimulai pertama kali pada tahun 2004 oleh Zopa, yaitu
institusi keuangan di Inggris yang menjalankan jasa peminjaman uang. Kemudian
model keuangan baru melalui perangkat lunak Bitcoin yang digagas oleh Satoshi
Nakamoto pada tahun 2008. Dalam perspektif sejarah, konsep inti dari
pengembangan FinTech sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari aplikasi konsep
peer-to-peer (P2P) yang digunakan oleh Napster pada tahun 1999 untuk music
sharing. Inovasi yang berkembang di sini adalah pengadaptasian prinsip jaringan
komputer yang diterapkan pada bidang keuangan. Meski pada mulanya konsep
finansial P2P ini diperuntukkan bagi para startup (wirausaha baru) dalam mencari
investor untuk membiayai bisnisnya. Tetapi dalam perkembangannya finansial
P2P ini memiliki partisipan yang lebih luas tidak hanya para pemodal untuk
menginvestasikan uangnya kepada start-up baru. Dengan banyaknya partisipan
yang berkontribusi memasukkan uang maka kemudian menjadi crowdfunding,
sehingga pemanfaatan finansial P2P tidak terbatas bagi para start-up saja seperti
yang dilakukan oleh perusahaan Zopa di Inggris.

B. Manfaat FinTech

(1) Kemudahan pelayanan finansial

Berkat kehadiran Fintech, proses transaksi keuangan menjadi lebih


mudah. Nasabah juga mendapatkan pelayanan finansial meliputi proses
pembayaran, pinjaman uang, transfer, ataupun jual beli saham dengan cara
mudah dan aman. Nasabah bisa mengakses pelayanan finansial melalui
teknologi seperti ponsel pintar maupun laptop. Sehingga tidak perlu datang
langsung ke bank untuk mendapatkan pinjaman demi memenuhi berbagai
kebutuhan.Kehadiran teknologi dalam urusan finasial seperti ini jelas
membantu masyarakat dalam memaksimalkan layanan finansial.
Masyarakat yang memerlukan produk finansial tertentu, cukup

6
mengajukan melalui online. Kemudahan pelayanan finansial ini tercermin
dari proses kerja yang tergolong cepat serta minimnya kebutuhan dokumen
untuk mendapatkan produk finansial terkait.

(2) Melengkapi rantai transaksi keuangan

Efek Fintech bagi perekonomian Indonesia salah satunya adalah


melengkapi rantai transaksi keuangan.Faktor kelahiran Fintech ini pun
karena ada tuntunan zaman dan pasar ekonomi. Melalui Fintech segala
transaksi keuangan seperti proses pembayaran, pembiayaan, jual beli dan
transfer semakin praktis dan aman. Pun, semuanya bisa diakses hanya
melalui smartphone atau tablet.Peranan Fintech bukan sebagai pengganti
bagi bank konvensional, melainkan sebagai pelengkap rantai transaksi
keuangan.Hadirnya Fintech memperkuat ekosistem keuangan di Indonesia
karena bisa meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk-produk
finansial.Hal ini menjadi kesempatan emas dalam menjangkau masyarakat
yang selama ini belum terjangkau oleh berbagai layanan keuangan.

(3) Meningkatkan taraf hidup

Selama ini hanya kalangan masyarakat menegah ke atas saja yang


mumpuni menikmati layanan finansial. Bagi MBR (Masyarakat
Berpenghasilan Rendah), mengajukan kartu kredit atau KTA bunga rendah
saja sepertinya sulit. Hal ini dipengaruhi oleh peraturan Bank Indonesia
yang mewajibkan masyarakat harus memiliki kartu kredit terlebih dahulu
untuk mendapatkan kartu kredit atau pinjaman. Pernyataan tersebut
perlahan sirna karena Fintech memudahkan MBR untuk mendapatkan
pinjaman dana tunai hingga pembayaran dengan cara mudah. Sehingga
dengan adanya Fintech dapat mempercepat terwujudnya inklusi keuangan
seluruh masyarakat Indonesia, bahkan MBR sekalipun.Dan hal ini
sekaligus meningkatkan taraf hidup serta kesejahteraan MBR.Mereka bisa
memperoleh pinjaman dengan bunga rendah untuk memenuhi berbagai

7
kebutuhannya.Pada akhirnya, Fintech turut mendorong perekonomian
Indonesia dengan mengentaskan kemiskinan.

(4) Melawan lintah darat

Keberadaan lintah darat atau rentenir tentu meresahkan nasabah


yang ingin mengajukan produk finansial. Pasalnya, bagi masyarakat
dengan penghasilan pas-pasan yang kurang memenuhi syarat untuk
mengajukan pinjaman di bank, mereka kerap meminjam pada lintah darat
atau rentenir dengan bunga tinggi. Ketika muncul Fintech, hal-hal seperti
itu dapat terhindari (ummi: 2016).

C. Dampak positif inovasi pengembangan keuangan digital di Indonesia


dengan cara penerapan FinTech
Dilihat dari pengertian dan beberapa manfaat dari Fintech, tidak dipungkiri
bahwa teknologi keuangan ini juga akan mampu membantu Indonesia dalam
mengembangkan teknologi di bidang keuangan. Di dukung oleh sifat masyarakat
Indonesia yang konsumsif, termasuk mengenai teknologi, maka inovasi
perkembangan keuangan digital di Indonesia akan cepat berkembang.
Manfaat positif dari penggunaan Fintech turut menarik perhatian masyarakat
untuk berbondong-bondong menggunakan teknologi tersebut. Beberapa dampak
positif pengembangan keuangan digital di Indonesia dengan cara penerapan
Fintech antara lain: kemudahan pelayanan finansial, melengkapi rantai transaksi
keuangan, meningkatkan taraf hidup, melawan lintah darat.
Fintech juga mumpuni menerbitkan sistem pinjaman uang dengan cara
transparan. Masyarakat bisa mengetahui berapa persen bunga yang harus
dibayarkan, berapa cicilan per bulannya dan berapa lama tenor pinjaman yang
tersedia. Bahkan di AturDuit, Anda juga menghitung simulasi cicilan per bulan
sesuai jumlah pinjaman yang diajukan. Jadi, Fintech dapat meringankan persoalan
finansial Anda.Secara khusus, keberadaan Fintech membantu masyarakat dalam
membuat keputusan keuangan.Saat inipun, Fintech jadi salah satu sarana

8
meningkatkan pemasaran produk di tengah industri keuangan, karena produk
online saat ini makin digemari publik.

D. Keberadaan FinTech di Indonesia


Menurut Brata Rafly ( 2016 ) seorang CEO Dimo Pay Indonesia sebuah
perusahaan startup yang bergerak dalam bidang mobile payment mengatakan
bahwa tantangan dan juga peluang terbesar industri FinTech di Indonesia saat ini
adalah bagaimana memperkenalkan sebuah teknologi layanan keuangan yang
bersifat terhitung. FinTech bersama pelaku usaha ecommerce dan start-up
company (UMKM) merupakan pemain utama dalam perekonomian digital. Di
Indonesia saat ini model bisnis e-commerce telah berkembang, tidak hanya di
sector ritel atau pasar untuk produk, tetapi juga berkembang pada layanan
transportasi, seperti GoJek, Uber, Grab, layanan keuangan seperti modalku, dan
Uang Teman. Layanan keuangan ini merupakan bagian FinTech. Keberadaan dan
perkembangan FinTech didukung oleh inovasi teknologi di bidang, cloud
computing, learning machines, digital & mobile payment, block chain distributed
ledgers, dan big data. Di Indonesia layanan keuangan FinTech yang saat ini
sedang berkembang di bedakan ke dalam beberapa kelompok, yaitu payment
system, digital banking, online/digital insurance, Peer-to-Peer (P2P) Lending, dan
crowdfunding. Berdasarkan data Bank Indonesia, saat ini terdapat 96 perusahaan
FinTech yang beroperasi di Indonesia.

E. Peranan FinTech
(1) Memberi solusi struktural bagi pertumbuhan industri berbasis elektronik
(e-commerce).
(2) Mendorong pertumbuhan usaha kecil dan menengah serta lahirnya
wirausahawan (entrepreneur) baru.
(3) Mendorong usaha kreatif (seperti artis, musisi, pengembang aplikasi,
dsb.) untuk meraih distribusi pasar yang luas (critical mass).

9
(4) Memungkinkan pengembangan pasar, terutama yang masih belum
terlayani jasa keuangan dan perbankan konvensional (unbanked
population).

F. Ancaman FinTech
(1) Regulasi belum matang, aturan tumpang-tindih, berpotensi menimbulkan
penyelewengan (contoh: shadow banking, MLM, money game, dll).
(2) FinTech membawa inovasi yang bersifat “merusak” (disruptive),
berpotensi membuat air menjadi keruh.
(3) Percepatan problem klasik teknologi: polarisasi pekerjaan akibat
disintermediasi (job polarisation), melebarkan digital divide, dan
“pengkultusan” sebagai jalan potong (shortcut) pertumbuhan ekonomi.

2.2. Pengertian Industri Perbankan


Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,
yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank
lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung.
Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas
jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi
masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada
masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung
kelancaran kegiatan utama tersebut. bank didirikan oleh Prof. Dr. Ali Afifuddin,
SE. Inilah beberapa manfaat perbankan dalam kehidupan :
1. Sebagai model investasi, yang berarti, transaksi derivatif dapat dijadikan
sebagai salah satu model berinvestasi. Walaupun pada umumnya
merupakan jenis investasi jangka pendek (yield enhancement).

10
2. Sebagai cara lindung nilai, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi
sebagai salah satu cara untuk menghilangkan risiko dengan jalan lindung
nilai (hedging), atau disebut juga sebagai risk management.
3. Informasi harga, yang berarti, transaksi derivatif dapat berfungsi sebagai
sarana mencari atau memberikan informasi tentang harga barang komoditi
tertentu dikemudian hari (price discovery).
4. Fungsi spekulatif, yang berarti, transaksi derivatif dapat memberikan
kesempatan spekulasi (untung-untungan) terhadap perubahan nilai pasar
dari transaksi derivatif itu sendiri.
5. Fungsi manajemen produksi berjalan dengan baik dan efisien, yang berarti,
transaksi derivatif dapat memberikan gambaran kepada manajemen
produksi sebuah produsen dalam menilai suatu permintaan dan kebutuhan
pasar pada masa mendatang.
Terlepas dari funsi-fungsi perbankan (bank) yang utama atau turunannya,
maka yang perlu diperhatikan untuk dunia perbankan, ialah tujuan secara filosofis
dari eksistensi bank di Indonesia. Hal ini sangat jelas tercermin dalam Pasal
empat(4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjelaskan, ”Perbankan
Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Meninjau lebih dalam terhadap
kegiatan usaha bank, maka bank (perbankan) Indonesia dalam melakukan
usahanya harus didasarkan atas asas demokrasi ekonomi yang menggunakan
prinsip kehati-hatian.4 Hal ini, jelas tergambar, karena secara filosofis bank
memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

A. Sejarah singkat Perbankan


Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada
zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,
Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan

11
ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Bila ditelusuri,
sejarah dikenalnya perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam
sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam
perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan
antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran ini
sekarang dikenal dengan nama Pedagang Valuta Asing (Money Changer).
Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan
berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini
kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan
peminjaman uang. Uangyang disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan
dipinjamkan kembali kepada masyarakatyang membutuhkannya. Jasa-jasa bank
lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat
yang semakin beragam.
Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan
berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah
Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain :

(1) Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang
dikenal dengan BNI '46.
(2) Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini
berasal dar De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
(3) Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo.
(4) Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
(5) Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.
(6) Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian
menjadi Bank Amerta.
(7) NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
(8) Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger
dengan Bank Pasifik.
(9) Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari.
Kemudian merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

12
B. Tujuan Perbankan

Jasa bank sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa
perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan. Pertama, sebagai penyedia
mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. Untuk ini, bank
menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Ini adalah peran bank yang
paling penting dalam kehidupan ekonomi. Tanpa adanya penyediaan alat
pembayaran yang efesien ini, maka barang hanya dapat diperdagangkan dengan
cara barter yang memakan waktu.

Kedua, dengan menerima tabungan dari nasabah dan meminjamkannya


kepada pihak yang membutuhkan dana, berarti bank meningkatkan arus dana
untuk karena mereka tidak memiliki dana pinjaman.

C. Jenis-Jenis Bank
1. BANK SENTRAL
Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank
Sentral berusaha untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor
perbankan, dan sistem finansial secara keseluruhan. Di Indonesia, fungsi bank
sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia.
Bank sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga
stabilitas harga atau nilai suatu mata uang yang berlaku dinegara tersebut, yang
dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi atau naiknya harga-harga yang dalam
arti lain turunnya suatu nilai uang. Bank Sentral menjaga agar tingkat inflasi
terkendali dan selalu berada pada nilai yang serendah mungkin atau pada posisi
yang optimal bagi perekonomian (low/zero inflation), dengan mengontrol
keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu
banyak maka bank sentral dengan menggunakan instrumen dan otoritas yang
dimilikinya.
Peran bank sentral :

13
a. Memelihara rekening pemerintah
b. Memberikan pinjaman sementara
c. Memberikan pinjaman khusus
d. Melaksanakan transaksi yang menyangkut jual beli valuta asing (valas)
e. Menerima pembayaran pajak
f. Membantu pembayaran pemerintah dari pusat ke daerah
g. Mengumpulkan dan menganalisis data ekonomi

2. BANK UMUM
Pengertian Bank Umum menurut Peraturan Bank Indonesia
No.9/7/PBI/2007 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Jasa yang diberikan oleh bank
umum bersifat umum, artinya dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada.
Bank umum sering disebut bank komersial (commercial bank).
Peran Bank Umum.
a. Penciptaan uang
Uang yang diciptakan bank umum adalah uang giral, yaitu alat
pembayaran lewat mekanisme pemindahbukuan (kliring).
b. Mendukung Kelancaran Mekanisme Pembayaran
Fungsi lain dari bank umum yang juga sangat penting adalah mendukung
kelancaran mekanisme pembayaran. Hal ini dimungkinkan karena salah
satu jasa yang ditawarkan bank umum adalah jasa-jasa yang berkaitan
dengan mekanisme pembayaran. Beberapa jasa yang amat dikenal adalah
kliring, transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas
pembayaran dengan tunai atau kredit.
c. Penghimpunan Dana Simpanan Masyarakat
Dana yang paling banyak dihimpun oleh bank umum adalah dana
simpanan. Di Indonesia dana simpanan terdiri atas giro, deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang
dapat dipersamakan dengan itu. Kemampuan bank umum menghimpun

14
dana jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga keuangan
lainnya.
d. Mendukung Kelancaran Transaksi Internasional
Bank umum juga sangat dibutuhkan untuk memudahkan dan atau
memperlancar transaksi internasional, baik transaksi barang/jasa maupun
transaksi modal.
e. Penyimpanan Barang-Barang Berharga
Penyimpanan barang-barang berharga adalah satu satu jasa yang paling
awal yang ditawarkan oleh bank umum. Masyarakat dapat menyimpan
barang-barang berharga yang dimilikinya seperti perhiasan, uang, dan
ijazah dalam kotak-kotak yang sengaja disediakan oleh bank untuk disewa
(safety box atau safe deposit box).
f. Pemberian Jasa-Jasa Lainnya
Di Indonesia pemberian jasa-jasa lainnya oleh bank umum juga semakin
banyak dan luas. Saat ini kita sudah dapat membayar listrik, telepon
membeli pulsa telepon seluler, mengirim uang melalui atm, membayar gaji
pegawai dengan menggunakan jasa-jasa bank. Jasa-jasa ini amat
memudahkan dan memberikan rasa aman dan nyaman kepada pihak yang
menggunakannya.

3. BPR (Bank Perkreditan Rakyat)


BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan
dengan kegiatan Bank Umum. Kegiatan BPR pada umumnya sama dengan
kegiatan Bank Umum, hanya yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank
yang dilakukan BPR jauh lebih sempit. BPR dibatasi oleh berbagai persyaratan,
sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum. Keterbatasan kegiatan BPR
juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri. Dalam praktiknya kegiatan
BPR adalah sebagai berikut :
a. Menghimpun dana hanya dalam bentuk:

15
(1) Simpanan Tabungan
(2) Simpanan Deposito
b. Menyalurkan dana dalam bentuk :
(1) Kredit Investasi
(2) Kredit Modal Kerja
(3) Kredit Perdagangan
Karena keterbatasan yang dimiliki oleh BPR, maka ada beberapa larangan
yang tidak boleh dilakukan BPR, adalah sebagai berikut :
(1) Menerima Simpanan Giro
(2) Melakukan Kegiatan Valuta Asing (Valas)
(3) Melakukan Kegiatan Perasuransian

D. Sistem Perbankan di Indonesia

Bank-bank yang beroperasi di Indonesia saat ini pada dasarnya


dikelompokkan ke dalam Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Sedangkan Bank Indonesia berfungsi sebagai bank sentral. Namun demikian,
sejalan dengan terjadinya perubahan dalam sistem keuangan terutama yang terkait
dengan kelembagaan perbankan sebagai dampak dikeluarkannya undang-undang
di bidang keuangan dan perbankan.

Sekjen Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Achmad K Permana


mengatakan, tantangan yang dialami industri perbankan syariah ini terjadi baik di
internal maupun secara eksternal. "Setidaknya ada 3 masalah yang membuat
perbankan syariah belum bisa berkembang secara optimal," ujar Permana pada
acara Bincang-bincang Ramadhan dengan tema 'Menguak Krisis Sumber Daya
Insani di Perbankan Syariah' di D'consulate Cafe, Jakarta, Senin (13/8/2012).
Tantangan pertama, menurut Permana adalah dari sisi produk. Dirinya
menuturkan, dari segi kuantitas produk syariah masih kurang banyak jika
dibandingkan dengan konvensional. "Akhirnya, market share perbankan syariah
masih terbilang kecil bila dibandingkan dengan konvensional. Bila konvensional

16
bisa menambah porsi market share dengan menambah pembiayaan, sedangkan
market share perbankan syariah terbatas dengan skim angsuran," jelasnya.
Sudah bukan rahasia lagi, struktur perbankan Indonesia saat ini tengah
dikuasai oleh 14 bank besar atau yang biasa disebut dengan systematically
important bank. Pada pertengahan September 2009, 14 bank tersebut memenuhi
himbauan BI untuk menurunkan suku bunga dana pihak ketiga yang mendekati BI
rate. Namun sepanjang 2010-2011, diyakini tidak ada perubahan signifikan dalam
komposisi struktur perbankan Indonesia, terutama pada 14 bank besar tersebut.
Contohnya ketika BI Rate stabil di kisaran 6.5 – 6.75% dan suku bunga
dana pihak ketiga sudah stabil di kisaran suku bunga penjaminan LPS, maka
seharusnya suku bunga kredit idealnya di bawah 10%. Namun terjadi anomali
dimana suku bunga kredit secara umum masih berada di atas 10%. Kondisi
tersebut berpengaruh terhadap kisaran NIM perbankan Indonesia, yang masih
berada di kisaran 6% atau terburuk peringkatnya di kawasan ASEAN 5.
Hal ini ditengarai KPPU sebagai indikasi adanya praktek persaingan tidak
sehat dalam industri perbankan Indonesia. Menurut Ketua KPPU, Muhammad
Nawir Messi, dalam Forum Jurnalis pada 9 Maret 2011 yang diselenggarakan di
Gedung KPPU Pusat, terdapat beberapa indikator dalam mengukur inefisiensi
perbankan tersebut. “Yang pertama adalah Net Interest Margin (Margin bunga
bersih/NIM), dimana NIM perbankan yang saat ini berada pada level 5,7% – 6%
dikategorikan sangat tinggi. Dibandingkan negara tetangga, NIM perbankan
Indonesia dua kali lipat lebih tinggi ketimbang negara ASEAN lain kecuali
Filipina. Kemudian indikator kedua adalah tingkat BOPO (biaya operasional per
pendapatan operasional) yang saat ini berada pada level 80%. Ini juga ketinggian,
padahal hampir semua pendapatan operasional digunakan untuk biaya operasional
dan di negara lain tingkat BOPO hanya 50%”, ujarnya.
Melihat fakta di atas, KPPU akan segera membentuk tim khusus yang
memonitor pergerakan suku bunga kredit sambil terus mengumpulkan informasi
terkait yang dibutuhkan, khususnya yang terkait dengan penegakan hukum dan
advokasi kebijakan.

17
Disamping itu, KPPU juga mendukung berbagai upaya BI untuk
meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam industri perbankan, khususnya
yang terkait dengan penetapan suku bunga kredit. BI juga diharapkan dapat
menjaga BI rate dalam ambang yang wajar, mengacu pada besaran inflasi inti
(core inflation). Dalam rangka memaksimalkan kerjasama antara KPPU dan BI
ini, pembicaraan terkait Memorandum Of Understanding dengan BI akan
digalakkan, sehingga KPPU dapat memperoleh informasi yang lebih spesifik
mengenai produk perbankan serta profil tingkat persaingan sektor perbankan.
Definisi Bank (menurut UU No.10 Tahun1998).
Badan usaha yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna
meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Pengelompokan Bank Umum
a. Aspek Fungsi
(1) Bank Sentral, adalah bank yang merupakan badan hukum milik
Negara yang tugas pokoknya membantu pemerintah, contoh : Bank
Indonesia.
(2) Bank Umum, adalah bank yang sumber utama dananya berasal dari
simpanan pihak ketiga, serta pemberian kredit jangka pendek
dalam penyaluran dana, contoh : BNI, BRI, dll
(3) Bank Pembangunan, adalah bank yang dalam pengumpulan
dananya berasal dari penerimaan simpanan deposito serta
commercial paper, contoh : Bank Jatim, Bank DKI, dll.
(4) Bank Desa, adalah kantor bank di suatu desa yang tugas utamanya
adalah melaksanakan fungsi perkreditan dan penghimpunan dana
dalam rangka program pemerintah memajukan pembangunan desa.
(5) BPR, adalah kantor bank di kota kecamatan yang merupakan unsur
penghimpun dana masyarakat maupun menyalurkan dana nya di
sektor pertanian dan pedesaan.

18
b. Status Kepemilikan
(1) Bank Milik Negara, adalah bank yang seluruh modalnya berasal
dari kekayaan Negara yang dipisahkan dan pendiriannya di bawah
UU tersendiri, contoh : BNI, BRI, BTN
(2) Bank Milik Swasta Nasional, adalah bank milik swasta yang
didirikan dalam bentuk perseroan terbatas, di mana seluruh
sahamnya dimiliki oleh WNI dan/ atau badan-badan hukum di
Indonesia, contoh : BCA, Bank Mega, Bank Danamon.
(3) Bank Swasta Asing, adalah bank yang didirikan dalam bentuk
cabang bank yang sudah ada di luar negeri atau dalam bentuk
campuran antara bank asing dengan bank nasional yang sudah ada
di Indonesia. Bank asing ini hanya diperkenankan menjalankan
operasinya di lima kota besar di Indonesia, contoh : Citibank,
HSBC.
(4) Bank Pembangunan Daerah, adalah bank yang pendiriannya
berdasarkan peraturan daerah propinsi dan sebagian besar
sahamnya dimiliki oleh pemerintah kota dan pemerintah kabupaten,
di wilayah yang bersangkutan, dan modalnya merupakan harta
kekayaan pemerintah daerah yang dipisahkan, contoh : Bank Jatim.
(5) Bank Campuran, adalah bank yang sebagian sahamnya dimiliki
oleh pihak asing dan pihak swasta nasional, contoh : Bank UOB
Buana, ANZ Panin Bank.
c. Kegiatan Operasional
(1) Bank Devisa, adalah bank yang mempunyai hak dan wewenang
yang diberikan oleh Bank Indonesia untuk melakukan transaksi
valuta asing dan lalu lintas devisa serta hubungan koresponden
dengan bank asing di luar negeri, contoh : BCA, Bank Mega, Bank
Bukopin.
(2) Bank Nondevisa, adalah bank yang operasionalnya hanya
melaksanakan transaksi di dalam negeri, tidak melakukan transaksi

19
valuta asing, dan tidak melakukan hubungan dengan bank asing di
luar negeri.
d. Penciptaan Uang Giral
(1) Bank Primer, adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya
tidak sekedar menghimpun dan menyalurkan dana nya, tetapi juga
melaksanakan semua transaksi yang berhubungan langsung dengan
kas.
(2) Bank Sekunder, adalah bank yang kegiatan operasionalnya hanya
sekedar melaksanakan transaksi kas secara langsung.
e. Sistem Organisasi
(1) Unit Banking System, adalah bank yang kegiatan operasionalnya
hanya mempunyai satu kantor saja dan melayani masyarakat di
sekitar wilayah itu. Contoh : BPR baik konvensional maupun
syariah.
(2) Branch Banking Syistem, adalah bank yang kegiatan
operasionalnya di beberapa wilayah dan memiliki beberapa kantor
cabang, di mana sistem organisasi, keuangan, dan sumber daya
manusia terkait dengan kantor pusat. Contoh : Bank Danamon,
Bank Mega, Bank BCA.

2.3. Perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan


Perbedaan antara Fintech dengan Industri Perbankan, yaitu :
1. Financial Technology :
Kegiatan usaha Fintech sangat efisien, tidak perlu banyak
karyawan, tidak perlu gedung mewah, tapi cukup dengan kondisi small
office saja.
Lebih efisien karena mampu menekan biaya operasional sehingga
dapat menyalurkan pinjaman dengan bunga kredit lebih rendah. Dan
perusahaan fintech yang sekarang tumbuh subur dikawasan Asia, yang
jumlahnya diperkirakan telah mencapai 2.500 perusahaan itu tampaknya
sangat berpotensi menggerus pasar Perbankan. Patut jadi perhatian pemilik

20
bank di Indonesia. Dengan biaya yang murah dan daya ekspansi yang
cepat, FinTech dapat menggeser kedudukan pasar perbankan.
Munculnya perusahaan-perusahaan keuangan berbasis teknologi
atau Financial Technology (FinTech) memaksa industri perbankan untuk
berbenah diri. FinTech tidak saja melayani pembayaran, pinjaman atau
jasa keuangan lain sebagaimana bisnis tradisional perbankan. Dengan
kecanggihan teknologi dan inovasi tiada henti, mereka dapat menjangkau
nasabah yang selama ini tidak punya akses ke sistem perbankan.
FinTech pun melayani secara lebih personal dan menjangkau ke
masyarakat yang selama ini sama sekali tidak dapat mengakses layanan
perbankan. Termasuk ke wilayah-wilayah pelosok, yang sulit dijangkau
perbankan.

2. Industri Perbankan :
Usaha perbankan kurang efisien, sehingga membuat beban
operasional cukup besar harus ditanggung dibandingkan hasil dari
pendapatan operasionalnya.

2.4. Perkembangan Fintech dengan Industri Perbankan di Indonesia


A. Perkembangan FinTech di Indonesia
Menurut statista.com para ahli keuangan di Eropa melihat banyak potensial
yang dimiliki FinTech banyak berpengaruh dibidang “Pembayaran” 95%
responden melihat perkembangan tersebut sangat mungkin terjadi. Nilai transaksi
FinTech di pasar dunia telah mencapai US$ 1,025,519 M ditahun 2017, dan
segmen pasar terbesar berada pada segmen pembayaran digital dengan nilai
transaksi total US$ 738,340 M tahun 2017.

Sistem pembayaran digital munjul sejak hadirnya kecanggihan transaksi e-


commerce ( Sumanjeet, 2009). Pembayaran digital (e-Payment) menurut Shon dan
Swatman (1998) merupakan pertukaran dana melalui saluran eletronik. E-payment
membutuhkan koneksi internet untuk bekerja, sama dengan fungsi pada

21
penggunaan dilingkungan perbankan elektronik (e-banking) dan belanja
elektronik (e-shopping).

Di Indonesia telah banyak muncul perusahaan startup yang memakai jasa


layanan FinTech dan berbasis teknologi digital seperti seperti Gojek, Grab, dan
Uber. Di Indonesia FinTech dikenal lebih baik jika dibandingkan dengan bisnis
konvensional yang memiliki citra yang biasa saja dan kaku. FinTech
menggunakan teknologi, software, dan Big Data. Usaha FinTech juga
menggunakan data dari sosial media, seperti aktivitas sosial media yang dapat
dijadikan bagian dari analisis resiko. FinTech memiliki image “menghancurkan”
terhadap bidang perbankan, akan tetapi usaha FinTech dibentuk untuk
memberikan solusi bagi masyarakatbukan untuk merusak usaha lain.

B. Perkembangan Industri Perbankan di Indonesia


Industri Perbankan merupakan jaringan yang helainya menjangkau hampir
setiap aspek masyarakat, kebudayaan, dan kepribadian. Industri juga merupakan
sebuah faktor penting dalam membentuk masalah masalah sosial yang kompleks
Kuwartojo dalam Setyawati (2002) mendefenisikan industri sebagai kegiatan
untuk menghasilkan barang-barang secara massal, dengan mutu yang bagus untuk
kemudian dijual dan diperdagangkan. Guna menjaga kemassalannya digunakan
sejumlah tenaga kerja dengan peralatan, teknik dan cara serta pola kerja tertentu.
Jadi perkembangan industrialisasi dalam bidang ekonomi sering kali tidak
diimbangi dengan perkembangan produksi pangan Negara, sehingga hasil
keuntungan dari kegiatan industri sering kali digunakan untuk membiayai impor
bahan pangan Negara, karena hasil pertanian pangan menjadi rendah.
Munculnya kawasan industri dalam suatu wilayah dianggap membawa
faktor positif dan negatif bagi kehidupan masyarakat di wilayah itu.
Dampak positifnya antara lain :
1. Kehadiran industri dapat membuka lapangan kerja bagi penduduk
setempat;
2. Membuka lapangan kerja di bidang sektor informal.
3. Menambah pendapatan asli daerah bagi daerah tersebut.

22
Adapun dampak negatifnya ialah :
1. Menimbulkan kebisingan, polusi, dan limbah industri yang berbahaya bagi
lingkungan.
2. Persentuhan budaya yang bisa menimbulkan berbagai masalah sosial.

Bank Indonesia (BI) menyiapkan enam langkah perbaikan baik di industri


perbankan maupun dari sisi regulator. Ini dilakukan berdasarkan tantangan dan
permasalahan operasional yang timbul belakangan ini.
Langkah itu juga termasuk menyempurnakan standard operational
procedure (SOP) dan memastikan implementasinya di setiap aktivitas fungsional
bank, termasuk pengawasan yang dilakukan Dewan Komisaris. Langkah kedua,
penguatan kebijakan Sumber daya manusia (SDM) bank. Manajemen bank wajib
menjaga integritas pegawai antara lain penegakan prinsip know your employee.
Ketiga, penguatan pelaksanaan prinsip pengenalan nasabah atau know
your customer. Bank Sentral meminta perbankan agar lebih aktif dalam
melakukan pemantauan terhadap transaksi mencurigakan yang terjadi di bank dan
melaporkannya pada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).
"Hal ini perlu dilakukan agar industri perbankan tidak dijadikan sarana
oleh pelaku kejahatan untuk mencuci hasil kejahatan mereka," tambah Muliaman.
Adapun langkah keempat menyasar sisi regulator yaitu melakukan
penyempurnaan fokus pengawasan dan pemeriksaan. Muliaman menjelaskan,
selain pengawasan berbasis risiko, BI akan meningkatkan fokus aspek kepatuhan
pada aktivitas fungsional.
Langkah kelima, BI akan melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan
mengenai alat pembayaran menggunakan kartu (APMK), mengeluarkan aturan
baru yang mengatur aktivitas layanan nasabah premium termasuk wealth
management, dan menerbtkan aturan mengenai pelaksanaan kegiatan alih daya
(outsourcing) pada bank umum.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Financial Technology itu adalah Kegiatan usaha yang sangat efisien, tidak
perlu banyak karyawan, tidak perlu gedung mewah, tapi cukup dengan kondisi
small office saja.

Lebih efisien karena mampu menekan biaya operasional sehingga dapat


menyalurkan pinjaman dengan bunga kredit lebih rendah. Dan perusahaan fintech
yang sekarang tumbuh subur dikawasan Asia, yang jumlahnya diperkirakan telah
mencapai 2.500 perusahaan itu tampaknya sangat berpotensi menggerus pasar
Perbankan. Patut jadi perhatian pemilik bank di Indonesia.
Industri Perbankan itu adalah Usaha perbankan yang kurang efisien
dibandingkan dengan Financial Technology, sehingga membuat beban
operasional cukup besar harus ditanggung dibandingkan hasil dari pendapatan
operasionalnya.

3.2 Saran

Bank sebaiknya menanggapi persaingan bisnis berbasis produk fintech


sebagai tantangan yang serius karena mengingat pentingnya fintech dalam
penyediaan layanan yang efektif dan efisien serta prima dalam dunia perbankan.
Tentunya nasabah pun lebih menyukai bank yang memiliki banyak inovasi produk
fintech karena akan memudahkannya dalam melakukan transaksi. Oleh karena itu
bank yang tidak memiliki teknologi fintech cepat atau lambat akan tertinggal.

24
DAFTAR PUSTAKA

Latumaerissa Julius, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta, salemba empat
Press, 2011)
https://finance.detik.com/advertorial-news-block/3370446/digitalisasitantangan-
perbankan-di-tengah-serbuan-fintech

25

Anda mungkin juga menyukai