Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGARUH KEBIJAKAN DUMPING TERHADAP


PERDAGANGAN INTERNASIONAL

DOSEN PEMBIMBING

Dr.Hj.Beti Nurbaiti, STP., M.E

DISUSUN OLEH

1) Ahmad Fauzi (201810315123)


2) Alia Hermawati (201810315133)
3) Anggeliana Desduana Emitang (201810315112)
4) Putri Yunita Lestari (201810315145)
5) Rachma Nur Octaviani (201810315144)
6) Rosviana Amelia (201810315103)
7) Saidah Nur (201810315101)
8) Tika Sartika (201810315097)

UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA

FAKULTAS EKONOMI

AKUNTANSI

2019/2020
ABSTRAK
Dumping sebagai salah satu praktik perdagangan tidak adil yang dilakukan
oleh beberapa negara di dunia telah menjadi masalah penting yang menjadi
fokus; khususnya selama dua dekade terakhir. Esensi tradisional militerisme -
sebagaimana diketahui dan dialami lebih dari 50 tahun yang lalu dalam Perang
Dunia I, Perang Dunia II dan Perang Dunia I era perang dingin - bukan lagi sarana
yang digunakan negara untuk menyatakan supremasi mereka atas orang lain. Itu
hasil sampingan dari globalisasi dan mekanisme perdagangan bebas sedemikian
rupa sehingga negara-negara di seluruh dunia terlibat dalam jenis perang yang
berbeda tetapi lebih canggih; dan dumping adalah salah satu senjatanya.(Timothy)

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,
karunia dan anugerah yang telah diberikan sehingga kami mampu menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
seorang manusia yang membawa risalah mulia hingga mampu membawa umat
manusia terlepas dari belenggu kebodohan kembali kepada cahaya ilahi yang terang
benderang yaitu Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan
umatnya yang senantiasa istiqomah dijalan-Nya.

Makalah dengan judul “PENGARUH KEBIJAKAN DUMPING TERHADAP


PERDAGANGAN INTERNASIONAL” untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Ekonomi Bisnis Internasional.

Pembuatan makalah ini tentunya tidak lepas dari beberapa kendala, namun
berkat berkah dari Allah SWT dan bantuan dari dosen pembimbing dan teman-
teman kelas lainnya yang telah mendorong dan membimbing kami, kendala tersebut
dapat teratasi. Oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu selama proses pembuatan makalah ini.

Akhir kata, dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat
kekurangan dan kelemahan,oleh karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran
dari para pembaca untuk melengkapi atas segala kekurangan dan kelemahan
makalah ini. Namun demikian kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Harpan kami semoga makalah ini membawa
manfaat bagi para pembaca. Aamiin.

Bekasi, 5 November 2019

KELOMPOK 3

3
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 5
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................... 6
2.1 Teori Perdagangan Internasional .......................................................................... 6
2.2 Teori Kebijakan Dumping ..................................................................................... 6
BAB III METODOLOGI ................................................................................................ 7
3.1 Pendekatan Penelitian ............................................................................................ 7
3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................................... 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 8
4.1 Pengertian Perdagangan Internasional ................................................................ 8
4.2 Pengertian Dumping ............................................................................................... 8
4.3 Jenis – Jenis Praktik Dumping .............................................................................. 9
4.4 Hukum Perdagangan Internasional Terhadap Dumping ................................. 10
4.5 Negara yang menerapkan kebijakan dumping .................................................. 11
4.6 Kebijakan Indonesia tentang Kebijakan Dumping ........................................... 11
4.7 Fungsi Kebijakan Anti Dumping......................................................................... 12
4.8 Contoh Kasus Politik Dumping di Indonesia ..................................................... 12
BAB V KESIMPULAN ................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah dumping didalam dunia bisnis sering dianggap sebagai praktek yang
wajar dalam penjualan suatu barang oleh suatu barang oleh perusahaan industri,
pada kenyataanya dapat menimbulkan kerugian bagi dunia usaha atau industri
barang sejenis dinegeri lain ( Negara Impor ). Dumping juga tidak terlepas dari
praktik subsidi, proteksi, dan aneka bentuk tata Negara yang semuanya menjadi
satu yaitu perdagangan bebas. Fakta global menunjukkan bahwa praktek dumping
tidak menjadi hal yang baru, sekarang menjadi penting karena terjadi trade global.
Daya saing dari industri negara-negara maju telah diimbangi oleh produsen negara-
negara berkambang ( Jefry A.Frieden & David A Lake ).

"Dumping" adalah praktik yang "harus dihukum" dan telah memungkinkan


negara berkembang untuk mengambil tindakan pencegahan tertentu, setidaknya
ketika barang yang dibuang menyebabkan "cedera material" untuk menyaingi
industri di Indonesia negara berkembang. ( Soheyb )

1.2 Rumusan Masalah


1. Teori Kebijakan Dumping ?
2. Negara mana saja yang menerapkan Kebijakan Dumping ?
3. Kebijakan Indonesia mengenai kebijakan dumping ?
4. Apakah perlunya hukum perdagangan internasional ?
5. Fungsi Kebijakan Anti Dumping ?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional adalah aktivitas pertukaran barang atau jasa antar
negara. Perdagangan internasional sangat bidang bisnis yang kompleks dan "tidak
sempurna" (Vernon 1966).
Perdagangan internasional bisa dibilang suatu keharusan bagi negara-
negara berkembang yang bertujuan untuk mempersempit kesenjangan teknologi
dengan negara-negara maju, karena memungkinkan mereka untuk mendapatkan
mata uang asing dan membeli teknologi asing. (Foster, 2008). Greenwood dan
Jovanovic (1990) kembali menegaskan bahwa peningkatan keterlibatan di pasar
keuangan memiliki mempromosikan proses pertumbuhan ekonomi, yang pada
gilirannya telah memperluas operasi keuangan. Huybens dan Smith (1999)
menemukan efek negatif dari inflasi pada pembangunan keuangan dan
pertumbuhan ekonomi, menyimpulkan bahwa sistem keuangan yang kurang
tertekan adalah mekanisme untuk pertumbuhan, karena hipotesis menunjukkan
dampak negatif pada pembangunan keuangan. Taghipour (2009) juga
mengungkapkan efek negatif dari pembatasan keuangan pada pembangunan
keuangan.

2.2 Teori Kebijakan Dumping


Dumping mengacu pada penjualan barang di pasar ekspor kurang dari di
pasar dalam negeri, menciptakan keunggulan kompetitif atas produsen dalam
negeri barang serupa. Pemerintah diizinkan di bawah aturan WTO untuk polisi
pembuangan dan mengambil tindakan korektif. (conti, A Joseph)

6
BAB III

METODOLOGI

3.1 Pendekatan Penelitian


Makalah ini menggunakan pendekatan studi literatur untuk melakukan
pencarian terhadap berbagai sumber tertulis, baik berupa buku-buku, arsip, majalah,
artikel, dan jurnal, atau dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan
yang dikaji tentang pengaruh kebijakan dumping terhadap perdagangan
internasional. Pembuktian apakah kebijakan dumping sangat mempengaruhi
persaingan antar negara dalam perdagangan internasional.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari peneliti dari sumber yang sudah ada.
Dalam penelitian ini, sumber data yang diperoleh melalui situs
www.search.proquest.com, yang merupakan situs ProQuest menyediakan solusi,
aplikasi, dan produk perpustakaan. Sumber daya dan peralatannya mendukung
penelitian dan pembelajaran, penerbitan dan penyebaran informasi, dan perolehan,
pengelolaan, dan pengumpulan koleksi perpustakaan, berupa E-jurnal Internasional.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengertian Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat penting dalam
meningkatkan kemajuan ekonomi negara-negara di dunia. Tidak ada satu pihak pun
di dunia ini termasuk negara yang mampu memenuhi semua kebutuhannya,
termasuk kebutuhan barang dan jasa (procurement). Menurut sejumlah ahli, jika
perekonomian dunia ingin makmur dalam suasana yang berubah seperti sekarang,
perdagangan harus memainkan peranan vital. Pada bagian lain, dikatakan bahwa
kemakmuran ekonomi dibanyak negara secara luas tergantung kepada perdagangan
internasional. (Sidiqah Meliyani)

4.2 Pengertian Dumping


Dumping terjadi apabila produk-produk impor dijual dengan harga lebih
rendah daripada harga yang berlaku di pasaran. Dumping merupakan tindakan
melanggar kesepakatan yang telah disepakati dan diratifikasi oleh negara-negara.
Untuk menerapkan sanksi terhadap dumping, badan perdagangan suatu negara
harus membuktikan terlebih dahulu bahwa dumping tersebut menyebabkan
kerugian terhadap industri di negaranya. (Sidiqah Meliyani)

Dumping paling baik didefinisikan sebagai praktik perdagangan yang tidak


adil dalam menetapkan harga yang lebih rendah untuk barang atau produk di luar
negeri pasar daripada yang dikenakan untuk barang atau produk yang sama di pasar
domestik. Itu dijual kurang dari "nilai wajar" atau kurang dari biaya pembuatan
barang atau produk, mengetahui bahwa itu tidak menguntungkan bagi suatu negara
untuk membuang kecuali ini memiliki keunggulan komparatif. (Timothy)

Dumping, berarti bahwa beberapa perusahaan menjual produknya kurang


dari biaya produksi atau kurang di pasar domestik daripada di beberapa pasar luar
negeri. Produsen dalam negeri dapat dirugikan jika perilaku tersebut diizinkan
untuk tidak dihukum karena mereka mungkin kehilangan penjualan atau dipaksa
untuk mengurangi harga mereka untuk bersaing. Tetapi hanya karena produsen

8
dalam negeri mungkin kehilangan penjualan atau dipaksa untuk mengurangi harga
mereka tidak berarti bahwa hak-hak mereka dilanggar oleh beberapa produsen
asing yang membuang. Jika ada kekuatan yang terlibat, itu adalah kekuatan pasar.
Jika konsumen lebih suka membeli produk asing yang lebih murah daripada mitra
domestik yang lebih mahal, itu adalah hak mereka. (McGee, Robert W.Block,
Walter)

4.3 Jenis – Jenis Praktik Dumping


1) Predatory dumping: ini dianggap jenis yang paling tidak etis, ini terjadi ketika
perusahaan mengambil alih pasar tertentu dengan barang-barang dengan
harga murah hanya untuk berbalik dan meningkatkan harga mereka. Dengan
kata lain, dibutuhkan produk dengan harga murah, cari pasar yang rentan,
dominasi, dan kemudian naikkan harganya. Tujuan dari tindakan ini
mendorong pesaing asing negara asal keluar dari pasar, perusahaan akan
menggunakannya kekuatan monopoli untuk menaikkan harga dan
mendapatkan keuntungan tinggi, tetapi dalam hal ini produk yang digunakan
harus memiliki komparatif keuntungan.

2) Siklus dumping: tipe kedua dan terjadi selama periode resesi, ketika ada
pengangguran, tidak ada pendapatan dan tidak ada uang untuk dibelanjakan,
dan permintaan barang dan jasa rendah, maka perusahaan cenderung
melakukannya menurunkan harga mereka untuk meminimalkan kerugian
penjualan dan penurunan jumlah yang diproduksi; harga pasar akan jatuh di
bawah biaya rata-rata penuh. Perusahaan terus memproduksi dan menjual
selama harga melebihi biaya variabel rata-rata. Jika salah satu dari produk ini
diekspor ke pasar lain dengan harga resesi, maka, itu akan bersifat siklus
dumping.

3) Pembuangan musiman : seperti namanya, adalah tindakan menjual produk


yang musiman seperti pakaian,sepatu, payung, dll. Yang dijual dengan harga
tinggi di musim, dan sisa surplus dibawa ke pasar lain musim off dan dijual
di bawah harga pasar wajar yang diperoleh di rumah. Contohnya adalah
dumping Tomat Meksiko. Kasus overripe terhadap tomat Meksiko (1980);

9
seperti yang kita tahu, tomat adalah komoditas yang tidak tahan lama yang
harganya berubah-ubah dari musim dingin ke musim panas, pada 1980,
Meksiko memasok separuh dari semuanya tomat segar, mentimun, dan terong
selama musim dingin AS. Petani Florida keberatan dan mengajukan klaim
dumping tetapi Departemen Keuangan AS menolak klaim dan petani Florida
mengajukan banding.

4) Persistent dumping: ini dianggap jenis dumping terburuk; itu berbahaya,


terjadi secara teratur dan terus dan terus. Ini adalah kecenderungan terus-
menerus dari perusahaan monopoli domestik untuk memaksimalkan laba
total menjual komoditasnya dengan harga yang lebih tinggi di pasar domestik
daripada internasional agar kompetitif di Indonesia pasar-pasar asing. Jenis
dumping ini terjadi karena perusahaan monopoli menggunakan harga sebagai
alat diskriminasi antar pasar. Karena itu, agar diskriminasi itu terjadi (Yaitu
Harga Internasional Diskriminasi), syarat-syarat berikut harus ada:
a. Pasar asing dan domestik harus dipisahkan.
b. Permintaan elastisitas produk harus berbeda di dua pasar.

Produk dapat dijual dengan harga lebih rendah di mana elastisitas permintaan tinggi
dan dengan harga lebih tinggi di mana elastisitas permintaan rendah. (Timothy)

4.4 Hukum Perdagangan Internasional Terhadap Dumping


Hukum perdagangan internasional mengacu pada aturan dan prinsip yang
ada berlaku untuk sebagian besar negara; peraturan ini baik adat internasional
hukum, perjanjian multilateral, perjanjian, dan / atau hukum perdagangan
internasional sangat diperlukan dan penting, karena alasan berikut: Adalah perisai
aman di belakang yang memungkinkan pemerintah melindungi rakyatnya
kepentingan, dan perlindungan terhadap mencoba membuang pasar dan membunuh
ekonomi. Dalam mengidentifikasi dumping hanya dengan membandingkan harga
di dua pasar. Di sisi lain, situasinya jarang, jika pernah, itu sederhana, dan dalam
banyak kasus, penting untuk melakukan serangkaian analitis yang kompleks
langkah-langkah untuk mengidentifikasi harga yang sesuai di pasar negara
pengekspor (dikenal sebagai "nilai normal") dan harga yang sesuai di pasar negara

10
pengimpor (dikenal sebagai "harga ekspor"), sehingga dapat melakukan suatu
perbandingan yang cocok. (Soheyb)

4.5 Negara yang menerapkan kebijakan dumping


Pada kurun waktu 1995- 2008 tuduhan dumping yang dituduhkan oleh
negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization
(WTO)1 sudah mencapai 3.427 kasus, meliputi 100 negara yang dituduh dan 43
negara penuduh. Sementara itu 5 (lima) negara WTO yang paling banyak dituduh
dumping selama periode 1995-2008, yaitu China dengan 677 kasus, diikuti dengan
Republik Korea 252 kasus, Amerika Serikat di tempat ketiga dengan 189 kasus,
Taiwan dengan 187 kasus dan Indonesia berada di tempat kelima dengan 145 kasus.

Indonesia dalam kurun waktu 1995-2008 telah melakukan tuduhan dumping


banyak 73 kali. sejak tahun 1995-2008 ada 5 (lima) sektor usaha yang paling sering
mendapat tuduhan dumping adalah base metal and articles of base metal (948)
kasus diikuti oleh product of chemical allied industries dengan 690 kasus, plastic
and rubber 440 kasus, machinery and mechanical appliances 313 kasus dan
terakhir textiles and article of textiles sebanyak 271 kasus.

Berdasarkan data tersebut praktek dumping merupakan praktek yang sangat


sering dilakukan oleh berbagai negara, baik negara berkembang maupun negara
maju, bahkan negara Indonesia sendiri menduduki peringkat tinggi atas tuduhan
dumping. (A. Nita)

4.6 Kebijakan Indonesia tentang Kebijakan Dumping


Sejalan dengan peraturan yang telah disepakai di WTO, ketentuan anti-
dumping di Indonesia diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 34 Tahun
1996 tentang Bea Masuk Anti Dumping dan Bea Masuk Imbalan, dan telah
diperbaharui dengan PP Nomor 34 Tahun 2011 tentang Tindakan Antidumping,
Tindakan Imbalan dan Tindakan Pengamanan Perdagangan. Berdasarkan PP
tersebut, pemerintah membentuk Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) sebagai
otoritas penyelidikan dumping dan subsidi. Sementara itu, tata cara penyelidikan
dalam rangka pengenaan tindakan anti-dumping diatur dalam Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 76/M-DAG/PER/12/2012. Dumping merugikan produsen
domestik karena harga impor barang sejenis yang didumping menjadi murah

11
sehingga konsumen banyak beralih pada produk impor yang pada akhirnya
berdampak pada penurunan penerimaan produsen domestik barang tersebut. Untuk
memulihkan kerugian produsen domestik, pemerintah dapat mengenakan tindakan
anti-dumping berupa tambahan tarif impor dengan mengambil contoh kasus
dumping produk kertas dari India yang dijual ke Indonesia. (P. Aditya )

4.7 Fungsi Kebijakan Anti Dumping


a. Analisis empiris tentang efek tugas antidumping di hulu dan hilir industry.
diberlakukan antidumping bea akan mengurangi jumlah impor ke negara-
negara pengimpor dan meningkatkan output dan laba. Konsekuensinya,
domestik terkait industri hulu dari negara-negara pengimpor akan mendapat
manfaat dari hal tersebut kebijakan, melindungi industri di negara asal tetapi
belum tentu mendukung industri hilir dan manfaat konsumen di negara
pengimpor.
b. Analisis efek tugas antidumping pada kesejahteraan. menerapkan regresi
analisis dan menemukan bahwa tugas antidumping yang lebih rendah tidak
mempengaruhi impor setelah pengenaan bea masuk anti dumping sementara
lebih tinggi tugas antidumping memiliki dampak signifikan dan negatif pada
impor. antidumping akan mengurangi kuantitas impor dan meningkatkan
impor harga.
c. Analisis efek antidumping tentang perdagangan internasional. tugas
antidumping akan dilakukan secara signifikan mengurangi jumlah ekspor
yang melibatkan pemasok di Indonesia ekspor ke negara pengadu, yaitu
antidumping efek destruktif yang signifikan pada perdagangan. (Chung-Fu
Lai & Xi-Tsz Lee )

4.8 Contoh Kasus Politik Dumping di Indonesia


Tuduhan Praktek Dumping yang dilakukan oleh Indonesia : Pada Sengketa Anti-
Dumping Produk Kertas dengan Korea Selatan

Indonesia sebagai negara yang melakukan perdagangan internasional dan


juga anggota dari WTO, pernah mengalami tuduhan praktek dumping pada produk
kertas yang diekspor ke Korea Selatan. Kasus ini bermula ketika industri kertas
Korea Selatan mengajukan petisi anti-dumping terhadap produk kertas Indonesia

12
kepada Korean Trade Commission (KTC) pada 30 September 2002. Perusahaan
yang dikenakan tuduhan dumping adalah PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT.
Pindo Deli Pulp & Mills, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk dan April Pine Paper
Trading Pte Ltd.

Produk kertas Indonesia yang dikenai tuduhan dumping mencakup 16 jenis


produk, tergolong dalam kelompok uncoated paper and paper board used for
writing, printing, or other graphic purpose serta carbon paper, self copy paper and
other copying atau transfer paper.

Indonesia untuk pertama kalinya memperoleh manfaat dari mekanisme


penyelesaian sengketa atau Dispute Settlement Mechanism (DSM) sebagai pihak
penggugat utama (main complainant) yang merasa dirugikan atas penerapan
peraturan perdagangan yang diterapkan oleh negara anggota WTO lain. Indonesia
mengajukan keberatan atas pemberlakuan kebijakan anti-dumping Korea ke DSM
dalam kasus Anti-Dumping untuk Korea-Certain Paper Products.

Penyelesaian :

Indonesia berhasil memenangkan sengketa anti-dumping ini. Investigasi


anti-dumping juga harus dihentikan jika fakta dilapangan membuktikan bahwa
marjin dumping dianggap tidak signifikan (dibawah 2% dari harga ekspor). Atau
jika volume impor dari suatu produk dumping sangat kecil atau volume impor
kurang dari 3% dari jumlah ekspor negara tersebut ke negara pengimpor. Tapi
investigasi juga akan tetap berlaku jika produk dumping impor dari beberapa negara
pengekspor secara bersamaan diperhitungkan berjumlah 7% atau lebih. memang
Indonesia melakukan Dumping, hanya saja Korsel bisa ditetapkan bersalah karena
tidak melakukan penelitian dan penghitungan seperti yang ditetapkan dalam
ketentuan WTO sehingga suatu negara bisa menetapkan Bea Masuk Anti-dumping.

Pada mulanya harga produk kertas Korsel tinggi dan juga produsen kertas
korsel tidak dapat memenuhi beberapa permintaan pasar. Pada saat itulah masuk
produk kertas Indonesia dengan harga yang lebih murah (termasuk jika
dibandingkan dengan harga di pasar Indonesia) dan juga dengan produk yang
memiliki fungsi / nilai substitusi atas produk kertas yang tidak dapat dipenuhi

13
produsen kertas korsel, hal ini disebut juga dengan “Like Product”. Karena hal
inilah maka produk kertas Indonesia lebih banyak diminati oleh pasar di Korsel,
sedangkan kertas produk Korsel sendiri menurun penjualannya. Itulah mengapa
Korsel menetapkan BMADterhadap produk kertas yang masuk dari Indonesia,
untuk melindungi produk dalam negerinya. Sayangnya Korsel tidak mengikuti
ketentuan penetapan Anti-Dumping dalam WTO, untuk melakukan penyelidikan
sebelum menetapkan bea anti Dumping. Dalam keputusan WTO, Indonesia
dimenangkan dalam keputusan panel. ( Sidiqah Meliyani)

14
BAB V
KESIMPULAN

Tidak diragukan lagi, dumping memiliki konotasi negatif; apakah itu


digunakan dalam konteks ekonomi internasional,lingkungan atau sebaliknya,
belum lagi fakta bahwa itu tidak etis. Dumping mengarah pada penyusutan ekonomi,
dan menghambat ekonomi upaya pengembangan; dengan gangguan berurusan, dan
kurangnya rasa hormat, untuk aturan persaingan yang sehat; juga, pengenaan tugas
antidumping yang mengarah langsung ke peningkatan harga komoditas kepada
konsumen. Dengan pertimbangan kebijakan antidumping menjadi salah satu
kebijakan perdagangan yang sangat populer berarti dalam praktiknya menganalisis
pengaruh tugas antidumping terhadap ekonomi makro di Indonesia berupaya
memberikan referensi untuk sektor pemerintah terkait di Indonesia adopsi solusi
perdagangan.

15
DAFTAR PUSTAKA
Alhayat, Aditya P. 2014. “The Effectiveness of Anti-Dumping Action in Indonesia
1996-2010”. Jakarta Pusat.
A. Nita (2015), “ Dumping dalam perspektif hukum dagang internasional dan hu-
kum islam”, Jurnal Pemikiran Hukum Islam : Mazahib, Vol. XIV, No. 2
A.Timothy (2014),“Analysis of Dumping as a Major Cause of Import and Export
Crises”, International Journal of Humanities and Social Science,Vol. 4 No.
5.
Chad P. Bown (2010), “China’s WTO Entry Antidumping, Safeguards, and Dispute
Settlement”, China's Growing Role in World Trade, Pages 281 – 337
Conti A. Joseph. 2016. “Legitimacy Chains: Legitimation of Compliance with Inter
national Courts Across Social Fields”. Law & Society Review. Vol. 50 No.1
Foster, N. (2008), “Dampak liberalisasi perdagangan terhadap pertumbuhan ekono
-mi”, Kyklos, Vol. 61 No. 4, hlm. 543-567
Greenwood, J. and Jovanovic, B..1990, "Financial development, growth, and the
- distribution of income", Journal of Political Economy, Vol. 98 No. 5, pp.
1076-1107
Jeffry A.Frieden. “Exchange Rate Politics” . Review of International Political Eco
nomy,Vol. 1, No. 1 (1994), pp. 81–98.
Lai Fu – Chung. Lee Xi-Tsz. (2016). “The Effects of Antidumping Duties in a New
Open Economy Macroeconomics Model”, International Journal of Econo-
mics and Financial Issues. Vol 6 Issue 3
McGee, Robert W; Block, Walter. 1997.“Ethical aspects of initiating anti-dumping
Actions”, Bradford : International Journal of Social Economics. Vol. 24,
Iss. 6.
S.H. Soheyb (2019), “Anti-Dumping Regulations and Policies: Some Insights from
Algeria”, Athens Journal of Law, Volume 5, Issue 1 – Pages 47-60
S. Meliyani. 2019. “Retaliasi Indonesia Atas Tuduhan Dumping Terhadap Korea
Selatan”. Jurnal Wawasan Yuridika. Vol. 3 No. 1
Urdinez, Francisco. 2014. “The Political Economy of the Chinese Market Economy
Status given by Argentina and Brazil” . Universidade de Sao Paulo. ISSN
2011– 0324
Vernon, R. 1966. International investment and international trade in the product
-cycle, The Quarterly Journal of Economics 80(2): 190–207

16

Anda mungkin juga menyukai