NPM : 201810315168
Kelas : 6A3
Mata Kuliah : Audit Manajemen Mutu
Pada mulanya KTT ASEAN ke-2 pada tanggal 15 Desember 1997 di Kualalumpur, Malaysia, telah
disepakati visi ASEAN 2020 yaitu seluruh kepala pemerintah negara- negara ASEAN sepakat untuk
membuat wilayah ekonomi ASEAN yang stabil, makmur, kompetitif yang ditunjukkan dengan lalu lintas
barang, jasa, dan investasi, lalu lintas lebih bebas dari pasar modal, pembangunan ekonomi yang setara,
penurunan kemiskinan, kesenjangan ekonomi, percepatan liberalisasi perdagangan barang dan jasa,
peningkatkan gerakan profesional serta layanan lainnya secara mandiri di wilayah tersebut. Selanjutnya,
pada KTT ke-6 dan KTT ke- 7, para pemimpin ASEAN telah menyepakati beberapa langkah menuju
terwujudnya visi.
Selain pengembangan kerjasama diantara negara- negara ASEAN, beberapa kerjasama ekonomi
juga telah disepakati antar negara-negara ASEAN yaitu kerja sama yang dilakukan dengan China
( ASEAN - China FTA ). Dua tahun berikutnya, pada tahun 2006, (ASEAN - Korea FTA) di sektor
barang, dan pada tahun 2008 (ASEAN – Jepang CEP)s mulai efektif . Pada tahun 2009, beberapa
perjanjian ditandatangani seperti Trade in Goods Agreement ASEAN (ATIGA) dan ASEAN
Comprehensive Investment Agreement ( ACIA ). Setelah krisis ekonomi, khususnya di kawasan Asia
Tenggara, pada KTT ASEAN ke-9 menyepakati pembentukan Komunitas ASEAN disektor Politik -
Keamanan (ASEAN Political-Security Community), di sektor ekonomi ( ASEAN Economic Community ),
dan di sektor sosial budaya (ASEAN Socio-Culture Community). Dalam pembentukan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (AEC) pada tahun 2015, telah disepakati bahwa realisasi akan diarahkan menuju
integrasi ekonomi regional yang mengacu pada ASEAN Economic Community (AEC). AEC didirikan
untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan kawasan ASEAN, meningkatkan daya saing seluruh
wilayah dipasar dunia, dan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan serta
meningkatkan taraf hidup penduduk negara anggota ASEAN. AEC adalah bentuk Integrasi Ekonomi
ASEAN yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2015. Berikut jadwal strategis untuk masing- masing
tujuan dengan target waktu yang dibagi menjadi empat fase yaitu 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013,
dan 2014-2015. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi dengan perekonomian global dengan elemen
pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi dan meningkatkan partisipasinya dalam jaringan
produksi global .
Jika AEC dicapai pada tahun 2015, hal tersebut akan menjadi peluang serta ancaman bagi
Indonesia untuk meningkatkan target pasar di wilayah ASEAN. Menurut laporan dari AEC Scorecard
yang dikeluarkan oleh Sekretariat ASEAN, tingkat implementasi Indonesia adalah 80,37 % dari 107
langkah-langkah untuk periode tersebut, dan berada di posisi ke-7. Tingkat implementasi tertinggi
dicapai oleh Singapura (93.52%), sedangkan terendah adalah Brunei Darussalam (74,57%). Kondisi
yang dihadapi oleh Indonesia hingga saat ini adalah yang pertama, untuk akses pasar Indonesia
sebenarnya memiliki pasar ASEAN yang besar. Setidaknya sebanyak 550 juta penduduk ASEAN
terdapat banyak pasar potensial bagi produk-produk Indonesia. Namun, komoditas perdagangan yang
relatif sama antara negara-negara ASEAN telah menciptakan sejumlah besar pesaing. Dalam sektor
industri , Indonesia masih sangat tergantung pada padat karya, kualitas sumber daya manusia yang tidak
memadai serta ketersediaan infrastruktur yang tidak sama di seluruh wilayah negara. Selain itu, sasaran
pengembangan ekspor dari Indonesia ke ASEAN dibandingkan dengan total ekspor tidak menunjukkan
perkembangan yang signifikan, yaitu dari 13,6 %. Pengembangan investasi dalam ASEAN di wilayah
Indonesia memiliki aliran negatif. Selama lima tahun berturut-turut dari 1999 sampai 2004, Indonesia
berada di posisi ke-7 setelah 6 negara ASEAN.
Kedua, kelemahan signifikan yang dihadapi oleh Indonesia adalah rendahnya daya saing produk
Indonesia dalam persaingan global, terutama AFTA. Ini adalah kelemahan cukup berisiko karena daya
saing produk adalah salah satu aset Indonesia untuk menjadi pemain unggul di pasar AFTA. Kualitas
daya saing produk Indonesia juga lebih rendah dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
Ketiga, hukum dan kebijakan infrastruktur yang tidak mapan dibandingkan dengan negara-
negara tetangga ASEAN lainnya. Kondisi ini memberikan dampak terhadap iklim ekonomi di Indonesia,
terutama untuk sektor investasi yang telah menjadi dasar untuk ketersediaan modal. Sebagai hasil dari
ketidakpastian kebijakan perdagangan dan kondisi yang berkaitan dengan masalah investasi, Indonesia
tidak mampu bebas dari masalah investasi asing. Selain itu, tingkat ketidakpastian hukum yang masih
belum mampu meyakinkan investor penyebab fluktuasi investasi di Indonesia. Oleh karena itu,
meskipun AFTA telah menciptakan manfaat bagi negara di Asia Tenggara, masih ada yang memiliki
banyak kelemahan salah satunya Indonesia. Selain kelemahan-kelemahan yang muncul, banyak
tantangan yang potensial muncul dalam pelaksanaan AFTA yang perlu dipertimbangkan.
Kasus nyata yang harus dihadapi adalah dalam pelayanan kantor pos sebagai hasil dari pelaksanaan post
liberalization konstitusi nomor 38 tahun 2009, tentang Pos. Selain itu, tantangan dan peluang yang
harus dihadapi mengenai Asean Economic Community Implementation 2015. Seiring disahkannya
Undang-Undang (UU) Pos yang baru yaitu UU No. 38 Tahun 2009 tentang Pos dalam Rapat Paripurna
DPR-RI. Peraturan ini menggantikan UU No 6 Tahun 1984 tentang Pos yang sekaligus mengakhiri era
monopoli PT Pos Indonesia di bidang jasa pengiriman dokumen. Karena disahkannya UU ini, maka
monopoli dan ekslusivitas yang selama ini dipegang PT Pos Indonesia telah dihapus. Kini persaingan
sepenuhnya diserahkan pada pasar. Penyelenggaraan pos mempunyai peranan penting dan strategis
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Penyelenggaraan pos yang semula bersifat
monopolistik yang ditandai dengan beberapa jenis layanan pos yang hanya dapat dilaksanakan oleh
suatu badan usaha maka dalam pada perkembangan saat ini tidak lagi dibedakan adanya suatu
penyelenggara pos yang dapat melaksanakan jenis layanan tertentu. Dalam UU No. 38 Tahun 2009
tentang Pos ditegaskan bahwa kegiatan pos yang dapat diselenggarakan oleh badan usaha meliputi
layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik , layanan transaksi
keuangan dan layanan keagenan pos. Kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta dan Koperasi yang lingkup usahanya yaitu
penyelenggaraan pos. Dengan demikian, berbagai jenis layanan pos dapat dilaksanakan oleh berbagai
badan usaha sehingga tidak lagi terdapat monopoli terhadap suatu layanan tertentu. Pos Indonesia
menghadapi persaingan yang sangat ketat karena tidak hanya perusahaan domestik tetapi juga
perusahaan asing telah beroperasi di Indonesia seperti DHL (Netherland) , FedEx (Amerika), dan TNT
(Australia). Pos Indonesia, telah dikaitkan dengan lebih dari 200 negara, telah secara aktif berpartisipasi
dalam kerjasama bisnis antar layanan pos di seluruh dunia. Banyak strategi yang harus disusun untuk
menghadapi pasar tunggal ASEAN dan AEC (Asean Economic Community 2015). Khususnya dalam
menghadapi pemberlakuan UU tersebut secara optimal pada 2015 mendatang. PT Pos harus melakukan
beberapa perubahan terutama penguatan infrastruktur dan penguatan sumber daya manusia (SDM). PT
Pos akan mendapat pesaing baru. Oleh karena itu, pemerintah berencana melakukan penyegaran di
tubuh perusahaan ini dalam jangka waktu lima tahun. Tidak cuma dana, tapi juga berupa kajian supaya
ada kompetensi dan perbaikan layanan serta memperkuat fungsi sumber daya manusia (SDM). Selain
itu, PT pos juga perlu melakukan perbaikan-perbaikan dalam berbagai hal terutama terkait dengan
kesiapan sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan yang cukup besar dalam Asean Economic
Community Implementation 2015.
PT. Pos Indonesia (Persero) di seluruh Indonesia terutama
yang terdapat di Jember sebagai objek penelitian dapat memberikan pelayanan prima terhadap
kepentingan publik sehingga mampu mencapai target yang diinginkan dengan memperkuat fungsi
sumber daya manusia (SDM). Sesuai dengan visi dan misi PT. Pos Indonesia (Persero). Dengan
demikian, apabila perusahaan ingin tetap unggul dalam persaingan di era pos liberazation dan mampu
mewujudkan visi misi perusahaan, maka perusahaan harus melakukan perbaikan secara rutin.
Diharapkan dengan adanya rekomendasi hasil audit manajemen, nantinya dapat digunakan sebagai dasar
penilaian terhadap berjalannya fungsi sumber daya manusia dalam entitas tersebut.
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Paramudhita ( 2007) mengenai audit manajemen sumber
Daya Manusia pada PT. Coca-Cola Bottling Indonesia (CCBI). Hasil menunjukkan bahwa pengelolaan
sumber daya manusia melalui fungsi sumber daya manusia (Human Resource Development) sudah
cukup baik. Fungsi bagian Sumber Daya Manusia sudah melakukan prosedur-prosedur yang berlaku.
Karyawan sebagai sumber daya manusia dikelola dengan baik sehingga menghasilkan output yang
maksimal atau sesuai yang diinginkan oleh perusahaan.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Tiffani dan Rustam (2012) mengenai audit majemen sumber
daya manusia untuk menilai efektivitas sumber daya manusia pada fakultas X. Hasil menunjukkan bahwa
Fungsi sumber daya manusia yang telah berjalan efektif antara lain perencanaan SDM, seleksi sumber
daya manusia, pelatihan dan pengembangan tenaga kerja, perencanaan dan pengembangan karier,
penilaian kinerja, perlindungan tenaga kerja, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pensiun.
Sedangkan fungsi sumber daya manusia yang tidak efektif adalah fungsi perekrutan tenaga kerja dan
kompensasi.
Objek penelitian pada skripsi ini adalah PT. Pos Indonesia (Persero) Jember yang bergerak dalam
bidang usaha jasa layanan suratpos, paket, dan logistik serta jasa keuangan. Peneitian ini merupakan
replikasi dari penelitian Tiffani dan Rustam. Perbedaannya terletak pada objek penelitian yaitu pada
penelitian sebelumnya audit manajemen SDM ini dilakukan pada fakultas X sedangkan untuk penelitian
selanjutnya dilakukan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember. Audit manajamen sumber daya
manusia ini dilakukan untuk memastikan pelaksanaan fungsi SDM pada entitas yang bersangkutan telah
berjalan secara efektif, mengidentifikasi kelemahan-kelemahan yang ditemukan selama pencapaian
tujuan fungsi SDM, serta memberikan rekomendasi tindakan korektif yang perlu dilakukan perusahaan
untuk mencapai efektivitas fungsi sumber daya manusia dan juga untuk mencapai keunggulan bersaing
dengan usaha lainnya yang sejenis.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik
melakukan pembahasan audit manajemen fungsi sumber daya manusia dalam sebuah skripsi dengan
judul “Audit Manajemen untuk Menilai Efektivitas Fungsi Sumber Daya Manusia (Studi Kasus pada PT
Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember)”.
Pembahasan
Penyelenggara fungsi SDM pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember dilaksanakan oleh bagian
Manajemen Sumber Daya Manusia dan dipimpin oleh Supervisor Sumber Daya Manusia (SDM).
Supervisor ini membawahi asisten manajer. Penyelenggara fungsi SDM di PT. Pos Indonesia (Persero)
Cabang Jember bertanggungjawab atas fungsi fungsi perencanaan tenaga kerja; rekruitmen, seleksi, dan
orientasi; fungsi pelatihan; fungsi penilaian prestasi kerja; fungsi pengembangan karir; fungsi
kompensasi dan imbalan; fungsi perlindungan pegawai; fungsi hubungan karyawan; dan fungsi
pemutusan hubungan kerja. Hasil dari review dan pengujian pengendalian manajemen atas fungsi SDM
PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember yaitu perusahaan sudah memiliki struktur organisasi yang
cukup jelas disertai dengan job description masing-masing bagian, perusahaan memiliki standar
operasional perusahaan yang secara rinci menjelaskan alur kerja setiap bagian dari fungsi, pelaksana
fungsi SDM pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember terdiri dari Supervisor SDM dan Asisten
SDM, proses rekruitmen, seleksi, dan orientasi dilakukan langsung oleh kantor pusat di Bandung,
pemberian pelatihan hanya terbatas pada bagian atau fungsi tertentu, dan penilaian prestasi kerja
dilakukan melalui manajer masing-masing fungsi dan melalui sistem manajemen kinerja individu
maupun unit (SMKI/SMKU). Hal-hal lain yang digambarkan pada fungsi SDM PT. Pos Indonesia
(Persero) Cabang Jember adalah jam kerja dalam sehari dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hari kerja
yakni 6 hari dalam seminggu, yaitu dimulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. Berlaku
jam kerja di jadwal shift, pekerja yang bertugas dijadwal shift berlaku ketentuan hari kerja 6 hari dalam
seminggu, yaitu berlaku shift satu dimulai pukul
07.30 sampai dengan pukul 16.00 WIB, dan shift 2 dimulai
pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 22.00 WIB; hak-hak pekerja PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang
Jember memberikan imbalan kerja atau upah sesuai dengan surat keputusan pimpinan tentang peraturan
pengupahan pekerja PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember. Peraturan tersebut mengatur mengenai
bentuk-bentuk pengupahan seperti gaji pokok, tunjangan, bonus, dan insentif yang diberikan kepada
pegawai; jaminan Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja, PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang
Jember juga melaksanakan perlindungan pekerja tentang peraturan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
pekerja. Peraturan tersebut mengatur mengenai jaminan pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja
yang diberikan seperti jamsostek; dan sistem manajemen kinerja Sistem pengendalian manajemen
berupa standart operating procedure (SOP) yang diterapkan PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember
menjadi pedoman yang digunakan oleh pemimpin cabang dalam mengendalikan proses yang berjalan
agar tidak keluar dari ketentuan yang telah ditetapkan. Disamping itu, sistem pengendalian ini juga
mengandalkan proses agar berjalan secara efektif untuk mencapai tujuan perusahaan. Berdasarkan hal
tersebut PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember mengaplikasikan sistem manajemen kinerja
individu (SMKI) dan sistem manajemen kinerja unit secara online mengendalikan aktivitas fungsi
sumber daya manusia. Berikut hasil pemeriksaan terinci beserta rekomendasi atas kelemahan yang
ditemukan :
Perencanaan tenaga kerja pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember dilakukan dengan
menggunakan analisis kebutuhan tenaga kerja dilapangan. Dalam jangka waktu 1 tahun sebelum
terdapat tenaga kerja yang pensiun, bagian SDM membuat rencana perekrutan tenaga kerja untuk
mengisi bagian tenaga kerja yang akan pensiun 1 tahun yang akan datang. Estimasi yang digunakan
dalam menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk proses rekruitmen didasarkan pada
beberapa aspek yaitu beban kerja, ikhtisar jam kerja, dan volume pekerjaan.
b. Penyebab
Perencanaan sumber daya manusia pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember, melalui fungsi
sumber daya manusia telah dilakukan sesuai dengan ketetapan yang berlaku di perusahaan. Fungsi
sumber daya manusia meminta kepada setiap manajer dari fungsi atau seksi dalam perusahaan yang
berkaitan untuk mengajukan permintaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Dari hasil analisis perencanaan
kebutuhan pegawai yang dilakukan oleh fungsi sumber daya manusia PT. Pos Indonesia (Persero)
Cabang Jember akan dikirimkan ke kantor pusat untuk digunakan sebagai dasar penentuan jumlah
pegawai yang akan direkrut.
c. Akibat
Dalam aktivitas perencanaan tenaga kerja pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember yang
dilakukan oleh fungsi sumber daya manusia telah dirumuskan dengan baik, tetapi hasil dari perumusan
tenaga kerja belum diimplementasikan secara konsisten. Permintaan tenaga kerja yang dilakukan PT.
Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember tidak selalu dipenuhi secara tepat waktu atau mengalami
keterlambatan. Sehingga jika permintaan tenaga kerja tidak dipenuhi, maka fungsi sumber daya manusia
mengambil inisiatif untuk membebankan pekerjaan tersebut pada bagian fungsi itu sendiri untuk
mengatasi kekurangan tenaga kerjanya dengan membagi beban kerja pada anggotanya jika hal itu masih
bisa diatasi oleh fungsi tersebut, dan sebaliknya jika dimungkinkan ketika beban kerja tersebut masih
membutukan tenaga kerja maka fungsi SDM mengambil tenaga kerja di bagian atau seksi yang
kelebihan untuk ditempatkan di bagian atau seksi yang membutuhkan dan sebaliknya.
d.Rekomendasi
Pilihan perusahaan untuk mengambil inisiatif dalam membebankan beban kerja pada fungsi itu sendiri
atau bahkan menempatkan tenaga kerja yang kelebihan pada fungsi yang kekurangan dirasakan kurang
tepat. Karena dengan kebijakan demikian akan menghambat kinerja dari masing-masing individu yang
bersangkutan. Ketika beban kerja tersebut diberikan kepada individu tertentu dalam fungsi tersebut, hal
itu akan menambah beban kerja yang akan ditanggung dari biasanya dan hasil kerja akan kurang
maksimal. Oleh karena itu, sebaiknya perusahaan dapat mengambil kebijakan tertentu dengan
menggunakan tenaga outsourching untuk menempati kekurangan tenaga kerja dengan kebijakan bahwa
memprioritaskan rekruitmen untuk mengisi posisi kunci dan tenaga pelaksana sebaiknya menggunakan
tenaga outsourching.
3. FungsiPelatihan a.Kriteria
Program pelatihan yang terdapat pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember ditentukan oleh
kantor pusat yang terletak di wilayah Bandung. Bentuk pelatihan yang akan diberikan kepada pegawai
maupun calon pegawai semuanya ditentukan sesuai dengan kebijakan dan ketentuan kantor pusat.
Pelatihan juga diberikan secara periodik sesuai dengan kebutuhan. Kantor pusat mengirimkan surat
pemberitahuan kepada kantor cabang akan diadakannya suatu pelatihan kepada masing-masing cabang
area maupun wilayah. Timbal balik dari surat pemberitahuan tersebut yaitu dengan mengirimkan nama-
nama pegawai yang akan ikut serta dalam pelatihan tersebut. Semua kegiatan yang memerlukan
anggaran khusus dilakukan oleh kantor pusat. Termasuk pengadaan pelatihan tersebut. Pelatihan
tersebut diberikan sesuai dengan fungsi dan jabatan yang ditanggung oleh masing-masing fungsi yang
terdapat dalam perusahaan. Pelatihan yang dilakukan merupakan proses pengembangan diri bagi
pegawai yang baru maupun pegawai lama untuk menambah pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan terutama terhadap pengaplikasian sistem baru yang akan diterapkan. Bentuk evaluasi dari
hasil pelatihan dapat langsung dilihat dari pengaplikasian atau penerapan dari pelatihan tersebut dalam
sebuah laporan.
b. Penyebab
Program pelatihan yang dilaksanakan PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember untuk calon pegawai
baru maupun pegawai lama dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan
sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi dan informasi serta meningkatkan kualitas pelayanan.
Pelatihan diberikan sesuai dengan tuntutan atau perintah langsung dari kantor pusat. Terdapat beberapa
pelatihan yang diselenggarakan di area atau daerah cabang sendiri sesuai dengan surat keputusan
pimpinan. Misalnya seperti pelatihan pajak bagi fungsi sumber daya manusia (SDM). Program
pelatihan merupakan bentuk pengetahuan, kemampuan, dan keahlian dalam bidang yang dikuasai
pegawai tersebut. Program pelatihan yang dijalankan PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember telah
berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Akibat
Program pelatihan yang dilaksanakan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember sifatnya terbatas
sesuai dengan fungsi dan jabatan yang dituju dalam pelatihan tersebut. Selain itu, keterbatasan dana juga
menyebabkan pemberian pelatihan menjadi terbatas bagi fungsi-fungsi tertentu.
d. Rekomendasi
Mengingat adanya keterbatasan tersebut, maka perusahaan harus mengintensifkan analisis kebutuhan
pelatihannya, sehingga pelatihan dapat diberikan pada bagian atau fungsi yang benar-benar
membutuhkan sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya.
Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil temuan audit pada PT. Pos Indonesia (Persero) Cabang Jember.
Kegiatan audit manajemen yang dilakukan untuk menilai efektivitas fungsi sumber daya manusia
menggunakan tiga indikator yaitu cause (penyebab), (effect) akibat, dan criteria (kriteria) perusahaan
yang telah ditetapkan. Hasil menunjukkan bahwa fungsi rekruitmen, seleksi, dan orientasi, fungsi
pengembangan karir, fungsi kompensasi dan imbalan, fungsi perlindungan pegawai, dan fungsi
pemutusan hubungan kerja telah berjalan secara efektif sesuai dengan kriteria dan ketentuan yang
berlaku dalam perusahaan. Sedangkan untuk fungsi yang belum efektif adalah fungsi perencanaan kerja,
fungsi pelatihan, fungsi penilaian prestasi kerja, dan fungsi hubungan karyawan. Fungsi perencanaan
kerja dikatakan belum efektif karena terdapat keterlambatan respon dari pusat mengenai pengajuan
permintaan tenaga kerja berakibat pada inisiatif melakukan pembagian beban kerja ke anggota fungsi
yang bersangkutan (fungsi yang kekurangan tenaga kerja), fungsi pelatihan dikatakan belum efektif
karena adanya keterbatasan dana yang diberikan sehingga pemberian pelatihan hanya terbatas pada
fungsi tertentu dalam perusahaan, fungsi penilaian prestasi kerja dikatakan belum efektif karena Sistem
manajemen Kinerja Individu (SMKI) hanya dilakukan setahun sekali dan penilaian prestasi kinerja
secara manual hanya dilakukan sesekali apabila terdapat acara tertentu, dan fungsi hubungan karyawan
dikatakan belum efektif karena belum terdapat prosedur yang jelas dalam penyampaian keluhan bagi
karyawan. Sehingga karyawan merasa kurang mendapatkan perhatian dalam hal penyampaian pendapat.
Fungsi-fungsi tersebut belum dilaksanakan sesuai dengan kriteria dan belum diimplementasikan secara
konsisten sesuai dengan ketentuan perusahaan yang berlaku. Sehingga peneliti memberikan beberapa
rekomendasi perbaikan atas kelemahan-kelemahan tersebut yaitu bagi fungsi perencanaan tenaga kerja
sebaiknya perusahaan dapat mengambil kebijakan penggunaan analisis perencanaan tenaga kerja lebih
awal dari biasanya untuk mengantisipasi keterlambatan respon dari pusat serta mengambil kebijakan
menggunakan tenaga outsourching untuk menempati kekurangan tenaga kerja dengan memprioritaskan
rekruitmen untuk mengisi posisi kunci dan tenaga pelaksana menggunakan tenaga outsourching. Bagi
fungsi pelatihan sebaiknya perusahaan harus mengintensifkan analisis kebutuhan pelatihannya, sehingga
pelatihan dapat diberikan pada bagian atau fungsi yang benar-benar membutuhkan sesuai dengan fungsi
dan tanggung jawabnya. Bagi fungsi penilaian prestasi kerja sebaiknya penilaian prestasi kerja dapat
dilakukan minimal dua kali dalam setahun sehingga perusahaan dapat memantau pencapaian target yang
telah ditentukan dengan seksama dan dapat memeberikan motivasi bagi pegawainya. Bagi fungsi
hubungan karyawan sebaiknya perusahaan membuat prosedur yang jelas mengenai penyampaian keluhan
serta menyediakan media penyalur keluhan yang dapat menampung pendapat para karyawan serta
menindaklanjutinya dengan segera. Dengan demikian, rekomendasi tersebut dapat dijadikan evaluasi
manajemen dalam menghadapi tantangan dan peluang Implementation Asean Economic Community
2015 serta mempercepat pencapaian tujuan perusahaan melalui pengelolan SDM yang efektif.
Keterbatasan
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini masih menghadapi beberapa kendala dan keterbatasan, yaitu
keterbatasanwaktu, tenaga, biaya, dan luasnya lingkup SDM yang mengakibatkan adanya kemungkinan
informasi yang penting tidak dapat diteliti secara mendetail. Karena keterbatasan tersebut, peniliti tidak
dapat berpartisipasi langsung dalam kegiatan fungsi Sumber Daya Manusia yang dilakukan misalnya
dalam kegiatan pelatihan, rekruitmen, seleksi, dan orientasi yang dilakukan langsung oleh kantor
pusat.Data- data yang bersifat rahasia terkait dengan anggaran dan penilaian level gaji tidak diberikan
oleh entitas yang bersangkutan.