Anda di halaman 1dari 19

Pahami Masyarakat Ekonomi ASEAN

(MEA) 2015
Tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan
ASEAN.

ASEAN terdiri dari sepuluh negara yang


bergabung. (nextupasia.com)

Indonesia tengah bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Dampak
terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja.

Memang tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan


stabilitas  perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-
masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN.

ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana
terdiri dari 10 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, thailand, Brunei
Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja.

Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berawal dari kesepakatan para pemimpin
ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur,
Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi
Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan
lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN.

Pada KTT selanjutnya yang berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN
mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015.
Ada beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-
negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja
terampil, dan dampak arus bebas modal.

Tidak hanya dampak, ada beberapa hambatan Indonesia untuk menghadapi MEA.

Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah
pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64
persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia.

Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga memengaruhi kelancaran
arus barang dan jasa.

Ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi.

Keempat, keterbatasan pasokan energi.

Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok
sudah membanjiri Indonesia.

Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor
industri.

(Sumber: Kompas Cetak)


Apa yang harus Anda ketahui tentang
Masyarakat Ekonomi Asean
 27 Agustus 2014

Kirim
Image caption Pekerja di Indonesia akan menghadapi persaingan dari pekerja-pekerja lain di Asia
Tenggara.

Persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat menjelang pemberlakuan pasar bebas
Asean pada akhir 2015 mendatang.

Ini akan mempengaruhi banyak orang, terutama pekerja yang berkecimpung pada sektor keahlian
khusus.

Berikut lima hal yang perlu Anda ketahui dan antisipasi dalam menghadapi pasar bebas Asia
Tenggara yang dikenal dengan sebutan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Apa itu Masyarakat Ekonomi Asean?


Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin Asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di
kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 mendatang.

Ini dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India untuk
menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.

Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) ini
nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara
lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.

Bagaimana itu mempengaruhi Anda?


Image caption Berbagai profesi seperti tenaga medis boleh diisi oleh tenaga kerja asing pada 2015
mendatang.

Masyarakat Ekonomi Asean tidak hanya membuka arus perdagangan barang atau jasa, tetapi
juga pasar tenaga kerja profesional, seperti dokter, pengacara, akuntan, dan lainnya.

Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menjelaskan bahwa MEA
mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan
tenaga kerja asing.
"Pembatasan, terutama dalam sektor tenaga kerja profesional, didorong untuk dihapuskan,"
katanya.

"Sehingga pada intinya, MEA akan lebih membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi
berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang tertutup atau minim tenaga asingnya."

Apakah tenaga kerja Indonesia bisa bersaing dengan negara


Asia Tenggara lain?
Sejumlah pimpinan asosiasi profesi mengaku cukup optimistis bahwa tenaga kerja ahli di
Indonesia cukup mampu bersaing.

Ketua Persatuan Advokat Indonesia, Otto Hasibuan, misalnya mengatakan bahwa tren
penggunaan pengacara asing di Indonesia malah semakin menurun.

Oke jabatan dibuka, sektor diperluas, tetapi syarat diperketat. Jadi buka tidak asal buka, bebas tidak asal
bebas.Dita Indah Sari

"Pengacara-pengacara kita, apalagi yang muda-muda, sudah cukup unggul. Selama ini kendala
kita kan cuma bahasa. Tetapi sekarang banyak anggota-anggota kita yang sekolah di luar negeri,"
katanya.

Di sektor akuntansi, Ketua Institut Akuntan Publik Indonesia, Tarko Sunaryo, mengakui ada
kekhawatiran karena banyak pekerja muda yang belum menyadari adanya kompetisi yang
semakin ketat.

"Selain kemampuan Bahasa Inggris yang kurang, kesiapan mereka juga sangat tergantung pada
mental. Banyak yang belum siap kalau mereka bersaing dengan akuntan luar negeri."

Bagaimana Indonesia mengantisipasi arus tenaga kerja


asing?
Staf Khusus Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dita Indah Sari, menyatakan tidak ingin
"kecolongan" dan mengaku telah menyiapkan strategi dalam menghadapi pasar bebas tenaga
kerja.

"Oke jabatan dibuka, sektor diperluas, tetapi syarat diperketat. Jadi buka tidak asal buka, bebas
tidak asal bebas," katanya.

"Kita tidak mau tenaga kerja lokal yang sebetulnya berkualitas dan mampu, tetapi karena ada
tenaga kerja asing jadi tergeser.

Sejumlah syarat yang ditentukan antara lain kewajiban berbahasa Indonesia dan sertifikasi
lembaga profesi terkait di dalam negeri.
Image caption Permintaan tenaga kerja jelang MEA akan semakin tinggi, kata ILO.

Apa keuntungan MEA bagi negara-negara Asia Tenggara?


Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau ILO menyebutkan pembukaan pasar tenaga
kerja mendatangkan manfaat yang besar.

Selain dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, skema ini juga dapat meningkatkan
kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara.

Pada 2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41%
atau sekitar 14 juta.

Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara
tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta.

Namun laporan ini memprediksi bahwa banyak perusahaan yang akan menemukan pegawainya
kurang terampil atau bahkan salah penempatan kerja karena kurangnya pelatihan dan pendidikan
profesi.
a. Peranan ASEAN Dibentuk dalam rangka menggalang kerjasama dalam bidang sosial,
ekonomi dan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara. Organisasi regional itu secara resmi berdiri
pada tanggal 8 Agustus 1967. ASEAN dibentuk berdasarkan Deklarasi Bangkok (Bangkok
Declaration) yang ditandatangani oleh 5 utusan dan 5 negara di kawasan Asia Tenggara. Tokoh
pendiri ASEAN yaitu: 1) Adam Malik (Menteri Luar Negeri Indonesia) 2) Tun Abdul Razak
(Wakil Perdana Menteri Malaysia) 3) S. Rajaratnan (Menteri Luar Negeri Singapura) 4) Narciso
Ramos (Menteri Luar Negeri Filipina) 5) Thanat Koman (Menteri Luar Negeri Thailand)
Sekarang ini anggota ASEAN telah berjumlah 10 negara dengan masuknya Brunai, Kampuchea,
Laos, Burma dan Vietnam. Kenyataan perkembangan itu memperlihatkan bahwa ASEAN
merupakan organisasi terbuka bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara tanpa membedakan
sistem politik ataupun ideologi. Tergabungnya negara yang berbeda sistem politik dan ideologi
itu justru merintis terpeliharanya perdamaian regional yang pada gilirannya ikut menentukan
perdamaian internasional. b. Tujuan ASEAN Organisasi ASEAN didirikan di Bangkok pada
tanggal 8 Agustus 1967 dengan dasar-dasar pertimbangan sebagai berikut. 1. Mempercepat
pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan di kawasan Asia
Tenggara. 2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati
keadilan dan tertib hukum. 3. Meningkatkan kerjasama yang aktif dalam bidang ekonomi, sosial,
budaya, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi. 4. Saling memberikan bantuan dalam bentuk
sarana-sarana latihan dan penelitian. 5. Meningkatkan penggunaan pertanian, industri,
perdagangan, jasa, dan meningkatkan taraf hidup. 6. Memelihara kerjasama yang erat dan
bermanfaat dengan organisasi-organisasi internasional dan regional

Read more at: http://jenemeks.blogspot.co.id/2012/04/peranan-dan-tujuan-asean-association-


of.html
Copyright http://jenemeks.blogspot.com Under Common Share Alike Atribution
LATAR BELAKANG
ASEAN Economic Community (AEC) atau dalam bahasa Indonesia sering disebut
sebagai Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), adalah bentuk kerjasama ekonomi
di kalangan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN. ASEAN Economic
Community (AEC) merupakan integrasi ekonomi regional ASEAN yang berupa
kesepakatan untuk menciptakan suatu situasi perdagangan bebas, bebas disini
maksutnya adalah dimana tidak ada hambatan tariff (bea cukai) bagi Negara-
negara anggotanya. Setelah krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia Tenggara,
pada KTT ASEAN ke-9 di  bali, Oktober 2003 para kepala Negara ASEAN
menyepakati pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) dalam
bidang ekonomi, politik , sosial budaya dan Ekonomi yang  bernama
 Declaration of ASEAN concord II 
 atau dikenal sebagai
 Bali concord II 
, kemudian lebih diarahkan kepada integrasi ekonomi kawasan yang
implementasinya mengacu pada ASEAN Economic Community yang merupakan
salah satu pilar perwujudan ASEAN 2020. Pencapaian ASEAN Economic
Community (AEC) sema
kin kuat dengan ditandatanganinya “
Cebu declaration on the acceleration of the establishment of an ASEAN
community by 2015
” yang
dilakukan oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke 12 ASEAN di Cebu Filipina,
pada tanggal 13 Januari 2007 lalu. ASEAN Economic Community (AEC) pada
dasarnya mengacu pada kebijakan yang disusun pada AEC Blueprint. AEC
Blueprint merupakan pedoman bagi Negara-negara anggota ASEAN dalam
mewujudkan AEC, AEC Blueprint memuat 4 pilar antara lain:
 

1.
 
ASEAN sebagai pasar tunggal dan berbasis produksi tunggal yang didukung
dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran
modal yang lebih luas. 2.
 
ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen
peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, ha katas kekayaan intelektual,
pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerse. 3.
 
ASEAN sebagai kawasan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen
pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk
Negara CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam) 4.
 
ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian
global dengan pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan
dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Tujuan dari ASEAN
Economic Community adalah meningkatkan daya saing ekonomi  Negara-negara
ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi bukan hanya menjadi
pasar dari Negara-negara maju, seperti Amerika, Negara-negara Eropa dan Negara-
negara dari Asia Timur, serta menarik investasi dan meningkatkan perdagangan
antar anggota-anggotanya agar bisa bersaing dalam menghadapi tantangan global
dan lebih lanjutnya adalah untuk mengurangi kemiskinan serta kesenjangan social
antara Negara anggota melalui sejumlah kerjasama ekonomi yang saling
menguntungkan.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Perekonomian
Indonesia
Dibuat: Kamis, 12 Februari 2015 08:23

Ditulis oleh G.T. Suroso

Oleh

G.T. Suroso

Widyaiswara BPPK

Abstrak

            Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 merupakan realisasi pasar bebas di Asia Tenggara yang
telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992. Tujuan dibentuknya
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas  perekonomian di kawasan ASEAN,
serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah di bidang ekonomi antar negara ASEAN.
Konsekuensi atas kesepakatan MEA tersebut berupa aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN,
dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak
arus bebas modal. Hal-hal tersebut tentunya dapat berakibat positif atau negative bagi perekonomian
Indonesia. Oleh karena itu dari sisi pemerintah juga dilakukan strategi dan langkah-langkah agar
Indonesia siap dan dapat memanfaatkan momentum MEA.

Kata kunci : MEA, dampak positif, dampak negatif, perekonomian, strategi pemerintah

Dari AFTA menuju MEA

Indonesia termasuk salah satu negara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN
Economic Community (AEC) yang akan bergulir mulai akhir tahun 2015 ini. MEA merupakan realisasi
pasar bebas di Asia Tenggara yang sebelumnya telah disebut dalam Framework Agreement on
Enhancing ASEAN Economic Cooperation pada tahun 1992. Pada pertemuan tingkat Kepala Negara
ASEAN (ASEAN Summit) ke-5 di Singapura pada tahun 1992 tersebut para Kepala Negara mengumumkan
pembentukan suatu kawasan perdagangan bebas di ASEAN (AFTA) dalam jangka waktu 15 tahun.
Kemudian dalam perkembangannya dipercepat menjadi tahun 2003, dan terakhir dipercepat lagi
menjadi tahun 2002. (www.tarif.depkeu.go.id)
  Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat
Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan
daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing
dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN. Saat itu, ASEAN
meluncurkan inisiatif pembentukan integrasi kawasan ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui
ASEAN Vision 2020 saat berlangsungnya ASEAN Second Informal Summit. Inisiatif ini kemudian
diwujudkan dalam bentuk roadmap jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of Action yang disepakati
pada 1998.

Pada KTT selanjutnya Indonesia merupakan salah satu inisiator pembentukan MEA yaitu dalam
Deklarasi ASEAN Concord II di Bali pada 7 Oktober 2003 dimana Para Petinggi ASEAN mendeklarasikan
bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015 (nationalgeographic.co.id). Pembentukan Komunitas ASEAN
ini merupakan bagian dari upaya ASEAN untuk lebih mempererat integrasi ASEAN. Selain itu juga
merupakan upaya evolutif ASEAN untuk menyesuaikan cara pandang agar dapat lebih terbuka dalam
membahas permasalahan domestik yang berdampak pada kawasan tanpa meninggalkan prinsip-prinsip
utama ASEAN, yaitu: saling menghormati (Mutual Respect), tidak mencampuri urusan dalam negeri
(Non-Interfence), konsensus, diaog dan konsultasi. Komunitas ASEAN terdiri dari tiga pilar yang termasuk
di dalamnya kerjasama di bidang ekonomi, yaitu: Komonitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security
Comunity/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) dan Komunitas Sosial
Budaya ASEAN (ASEAN Sosio-Cultural Community/ASCC).

Tujuan dibentuknya MEA untuk meningkatkan stabilitas  perekonomian dikawasan ASEAN, serta
diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN. Selama hampir
dua dekade , ASEAN terdiri dari hanya lima negara - Indonesia , Malaysia , Filipina , Singapura , dan
Thailand - yang pendiriannya pada tahun 1967. Negara-negara Asia Tenggara lainnya yang tergabung
dalam waktu yang berbeda yaitu  Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995 ) , Laos dan Myanmar
(1997 ) , dan Kamboja (1999 ).

Dampak MEA

Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi
yang berdaya saing tinggi; kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil; dan kawasan yang
terintegrasi ke dalam ekonomi global. Dampak terciptanya MEA adalah terciptanya pasar bebas di
bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni
dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas
investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal.

.Dari karakter dan dampak MEA tersebut di atas sebenarnya ada peluang dari momentum MEA
yang bisa diraih Indonesia. Dengan adanya MEA diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik.
Salah satunya pemasaran barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke negara ASEAN
lainnya. Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang. Pada MEA, pangsa pasar ASEAN
sejumlah 625 juta orang bisa disasar oleh Indonesia. Jadi, Indonesia memiliki kesempatan lebih luas
untuk memasuki pasar yang lebih luas. Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih
murah. Tenaga kerja dari negara-negara lain di ASEAN bisa bebas bekerja di Indonesia. Sebaliknya,
tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di negara-negara lain di ASEAN.

Dampak Positif lainnya yaitu investor Indonesia dapat memperluas ruang investasinya tanpa ada
batasan ruang antar negara anggota ASEAN. Begitu pula kita dapat menarik investasi dari para pemodal-
pemodal ASEAN. Para pengusaha akan semakin kreatif karena persaingan yang ketat dan para
professional akan semakin meningkatakan tingkat skill, kompetansi dan profesionalitas yang dimilikinya.

Namun, selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan menghadapi MEA yang
harus kita perhatikan. Hambatan tersebut di antaranya : pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih
rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat
sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua,
ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi kelancaran arus barang
dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index (GCI) 2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal
dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. .Ketiga, sektor industri yang
rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat, keterbatasan pasokan
energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor, dan sekarang produk impor Tiongkok
sudah membanjiri Indonesia. Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA
justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia. 

MEA dan kebijakan pemerintah      

            Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat
mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor industri.
Dalam menghadapi MEA, Pemerintah Indonesia menyiapkan respon kebijakan yang berkaitan dengan
Pengembangan Industri Nasional, Pengembangan Infrastruktur, Pengembangan Logistik, Pengembangan
Investasi, dan Pengembangan Perdagangan (www.fiskal.depkeu.go.id). Selain hal tersebut masing-
masing Kementrian dan Lembaga berusaha mengantisipasi MEA dengan langkah-langkah strategis.

            Pemerintah berusaha mengubah paradigma kebijakan yang lebih mengarah ke kewirausahaan
dengan mengedepankan kepentingan nasional. Untuk bisa menghadapi persaingan MEA, tidak hanya
swasta (pelaku usaha) yang dituntut harus siap namun juga pemerintah dalam bentuk kebijakan yang
pro pengusaha.

Negara lain sudah berpikir secara entrepreneurial (wirausaha), bagaimana agar pemerintah


berjalan dan berfungsi laksana seubah organisasi entrepreneurship yang berorientasi pada hasil. Maka
dengan momentum MEA ini sudah tiba saatnya pemerintah Indonesia mengubah pola pikir lama yang
cenderung birokratis dengan pola pikir entrepreneurship yang lebih taktis, efektif dan efisien. Sebagai
contohnya adalah kebijakan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 300 triliun (US$ 30 miliar)
yang kurang produktif diarahkan kepada pembiayayaan yang lebih produktif misalnya investasi
infrastruktur.
            Dalam bidang pendidikan, Pemerintah juga dapat melakukan pengembangan kurikulum
pendidikan yang sesuai dengan MEA. Pendidikan sebagai pencetak sumber daya manusia (SDM)
berkualitas menjadi jawaban terhadap kebutuhan sumber daya manusia. Oleh karena itu meningkatkan
standar mutu sekolah menjadi keharusan agar lulusannya siap menghadapi persaingan.
Kegiatan sosialisasi pada masyarakat juga harus ditingkatkan misalnya dengan Iklan Layanan Masyarakat
tentang MEA yang berusaha menambah kesiapan masyarakat menghadapinya.

Mendikbud Anies Baswedan mengatakan, meningkatkan standar mutu pendidikan salah satunya
dengan menguatkan aktor pendidikan, yaitu kepala sekolah, guru, dan orang tua. Menurutnya,
kepemimpinan kepala sekolah menjadi kunci tumbuhnya ekosistem pendidikan yang baik. Guru juga
perlu dilatih dengan metode yang tepat, yaitu mengubah pola pikir guru.

Dalam bidang Perindustrian, Menteri Perindustrian Saleh Husin juga memaparkan strategi
Kementrian Perindustrian menghadapi MEA yaitu dengan strategi ofensif dan defensif. Strategi ofensif
yang dimaksud meliputi penyiapan produk-produk unggulan. Dari pemetaan Kemenperin, produk
unggulan dimaksud adalah industri agro seperti kakao, karet, minyak sawit, tekstil dan produk tekstil,
alas kaki kulit, mebel, makanan dan minimum, pupuk dan petrokimia, otomotif, mesin dan peralatan,
serta produk logam, besi, dan baja. Adapun strategi defensive dilakukan melalui penyusunan Standar
Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur.(www.kemenperin.go.id)

Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel punya langkah-langkah yang akan dilakukan untuk
menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2019. Salah satunya adalah mencanangkan Nawa Cita
Kementerian Perdagangan, dengan menetapkan target ekspor sebesar tiga kali lipat selama lima tahun
ke depan. Cara tersebut bisa dilakukan dengan membangun 5.000 pasar, pengembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) serta peningkatan penggunaan produk dalam negeri. Adapun target
ekspor pada 2015 dibidik sebesar US$192,5 miliar. Selanjutnya pemerintah juga menyiapkan strategi
subsititusi impor untuk meningkatkan ekspor, dan memberi nilai tambah produk dalam negeri. Pada
saat ini 65 persen ekspor produk Indonesia masih mengandalkan komoditas mentah.Pemerintah
berusaha membalik struktur ekspor ini yaitu dari komoditi primer ke manufaktur, dengan komposisi 35
persen komoditas dan 65 persen manufaktur. Oleh karena itu, industri manufaktur diharapkan tumbuh
dan fokus pada peningkatan kapasitas produksi, untuk meningkatkan ekspor sampai 2019.

Pemerintah juga mendekati industri yang berpotensi menyumbang peningkatan ekspor,


misalnya industri otomotif. Diketahui, industri otomotif berencana mengekspor 50 ribu sepeda motor ke
Filipina. Kementerian Perdagangan juga mendorong sektor mebel untuk semakin menggenjot
ekspornya. Selain itu, sektor perikanan juga memberikan optimisme terhadap peningkatan ekspor
Indonesia.

Tak hanya itu, pemerintah juga akan memperkuat produk UKM dengan membina melalui
kemasan, sertifikasi halal, pendaftaran merek, dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Lalu,
mereka juga memfasilitasi pelaku UKM dalam pameran berskala internasional. Melalui fasilitas itu,
Kementerian Perdagangan berharap, produk serta merek yang dibangun oleh pelaku UKM di Indonesia
dapat dikenal secara global.
Lukman Hakim
Mahasiswa STAIN Jurai Siwo Metro, Lampung
Aktivis KAMMI

Hiruk pikuk politik di Indonesia menjadi perhatian utama media, pemerintah, dan seluruh
masyarakat saat ini. Bahkan pemerintah belum bisa mengambil keputusan terkait konflik yang
terjadi antara dua institusi penegak hukum KPK-POLRI. Padahal tahun 2015, Indonesia
dihadapkan pada persaingan pasar bebas masyarakat Asia Tengggara yang disebut Masyarakat
Ekonomi ASEAN.

Pemerintah belum mengoptimalkan persiapan menghadapai gelombang persaingan yang semakin


kompetitif. Baru sebatas sosialisas yang informasinya hanya dipahami oleh segelintir orang.
Mayoritas masyarakat belum tahu bahwa mereka akan menghadapi akan bersaing dengan
masyarakat Asia Tenggara di pasar bebas.

Padahal negara lain menganggap bahwa MEA harus disambut dengan persiapkan yang matang
agar masyarakat mampu bertahan dengan negara-negara lain sebagai kompetitior. Thailand
misalnya, persiapan yang dilakukan pemerintah thailand dilakukan jauh sebelum waktu MEA
datang. Langkah strategis mendukung usaha masyarakat dan pengesahan peraturan yang
melindungi kepentingan masyarakat sudah dilakukan agar masyarakat benar-benar siap
mengahadapai arus MEA.

Persaingan pasar bebas ASEAN tidak hanya terbatas pada sektor barang dan jasa, juga pada
kompetisi tenaga profesional seperti dokter, perawat, pengajar dan tenaga profesional lain. Untuk
itu pemerintah harus memberikan perhatian serius untuk menghadapi gelombang Masyarakat
Ekonomi ASEAN dengan langkah strategis yang berpihak pada kepentingan rakyat.

Peningkatan mutu sumber daya manuisa, proteksi pemerintah terhadap industri rakyat, dan
pelibatan pengusaha mutlak diperlukan agar masyarakat Indonesia tidak sekedar menjadi
penonton dan konsumen di pasar bebas tersebut. Peran pemerintah mensinergikan sektor usaha
yang digeluti oleh pengusaha dan masyarakat sebagai upaya menjadi production base yang
menghasilkan produk bermutu dan siap bersaing dengan produk lain.

Kebijakan one village one product misalnya, adalah upaya tidak membatasi kreativitas
masyarakat untuk melakukan inovasi terhadap barang yang dihasilkan. Ketika produksi barang
dan jasa bisa dioptimalkan maka tugas pemerintah memproteksi agar produk yang dihasilkan
bisa bertahan dan selalu dicari dipasaran.

Komitmen pemerintah melindungi kepentingan rakyat Indonesia dalam arus pasar bebas negara-
negara ASEAN sesungguhnya menjadi momentum pembuktian janji Jokowi-JK untuk
membangun ekonomi rakyat. Apakah pemerintah concern dalam upaya menepati janjinya
sebagai wakil rakyat yang mengemban amanat dari rakyat, wallahu alam.
Pandangan Tentang Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) dan Dampak Pasar Bebas di
Indonesia dilihat Dari Segi Pendidikan
Mahasiswa Indonesia
Sejak akhir tahun kemarin, tahun 2014, berita tentang AFTA atau ASEAN Free Trade Area
sudah banyak kita dengar di media-media bahwa AFTA dan MEA sudah di depan mata.
MEA/AFTA adalah satu kesepakatan yang dibuat oleh 10 negara pada waktu ASEAN Summit di
Singapura tahun 1992, para kepala negara –negara ini bersepakat untuk membentuk suatu
kawasan perdangangan bebas di ASEAN dalam kurun waktu 15 tahun. Akan banyak tantangan
dan peluang yang kita hadapi menjelang kesepakatan ini di berlakukan.

Sebelum kita lebih jauh membahas dampak dan pengaruh kesepakatan ini terhadap negara kita
tercinta mari kita bahas apa itu AFTA dan MEA? Apakah AFTA itu sama dengan MEA?
Ataukah berbeda?

ASEAN Free Trade Area (AFTA) sejatinya adalah satu bentuk kesepakatan yang dibuat oleh
negara-negara ASEAN untuk melahirkan kawasan bebas, bebas perdangan diantara para negara-
negara ASEAN. AFTA sendiri memiliki tujuan, tujuan utama dari AFTA adalah untuk
meningkatkan daya saing ekonomi dan bisnis ASEAN di rana dunia. Dan adapun harapan
dibentuknya AFTA ini adalah negara-negara ASEAN bisa menjadi basis produksi dunia.

Sedangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah masyarakat yang masuk dalam
kawasan bebas area ini, atau negara-negara yang masuk dalam AFTA. Jadi kawasan ekonomi
suatu negara yang termasuk dalam MEA ini akan menjadi lebih luas, adanya perekonomian yang
menglobal diantara para negara-negara ASEAN.

Kita bisa melihat bahwa MEA dan AFTA tidak lah sama, AFTA adalah kesepakatan sedangkan
MEA adalah para negara-negara yang ikut dalam pasar bebas ini.

Pelaksanaan persetujuan ini akan berdampak pada banyak sektor, terhadap inovasi teknologi,
terhadap perdagangan dan terhadap SDM. Karna MEA ini tidak hanya membuka arus perdangan
barang, tetapi juga jasa. Bebasnya tenaga asing masuk ke Indonesia dapat sangat mempengaruhi
dan para tenaga kerja asing ini akan dapat mengisi jabatan yang dulunya terhalang oleh peraturan
yang nanti akan dihilangkan karna berlakunya MEA/AFTA ini. Pengaruh pasar bebas ini akan
sangat kita rasakan terutama pada sektor SDM, kebutuhan akan SDM yang berkualitas akan
sangat tinggi karna persaingan yang sangat ketat. Dan untuk menciptakan SDM yang memiliki
kualitas yang baik kita harus memulainya dari bagaimana kita menciptakan SDM ini, sistem
pendidikan, pendidikan merupakan landasan dasar untuk membangun sembuah negara,
pendidikan ini akan di jadikan senjata bagi sebuah bangsa untuk bersaing dalam era globalisasi
ini dan ini tidak bisa kita pungkiri bahwa untuk bersaing dengan negara lain adalah pendidikan
lah sebagai landasan awalnya. Dengan kata lain kita bisa melihat daya saiang sebuah bangsa dan
negara dari pengetahuan dan pendidikan SDM dari negeri itu. Bisa di kita simpulkan bahwa ada
hubungan antara sistem pendidikan dengan penerapan kawasan bebas perdagangan ini, dan
berarti juga akan ada dampak terhadap pendidikan di Indonesia dalam pemberlakuan kawasan
bebas perdagangan ini. Hubungan akan dapat kita lihat jika melihat kesiapan kita sendiri,
kesiapan Indonesia terhadap MEA/AFTA, kesiapan dalam faktor SDM-nya. Mahasiswa,
mahasiswa calon sarjana (S1) merupakan angkatan kerja tertinggi di Indonesia, dan pertahun ada
banyak mahasiswa yang lulus atau sarjana yang menganggur ini di sebabkan kurangnya daya
serap tenaga kerja sarjana pun masih kurang, ini merupakan masalah yang harus di selesaikan
oleh pemerintah. Ada banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah
yang telah lama ada dalam negeri kita, salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah
mengeluarkan kebijakan Permendikbud 49/2014 tentang standar nasional pendidikan tinggi.
Permendikbud 49/2014 berisi bahwa mahasiswa harus selesai dalam waktu 4-5 tahun atau 8-10
semester dengan beban 144 sks, Permendikbud ini memiliki tujuan untuk memenuhi permintaan
tenaga kerja perusahaan multinasional dengan keahlian yang cukup untuk bersaing. ini juga
menjadi bukti bahwa adanya hubungan antara sistem pendidikan di Indonesia dengan penerapan
sistem kawasan perdangan bebas. Tetapi akan muncul pertanyaan apakah penerapan
Permendikbud 49/2014 ini sudah tepat sasaran untuk menyelesaikan masalah SDM dan
penyerapan tenaga kerja ? sedangkan masalah tentang SDM sangat lah penting karena SDM ini
atau tenaga kerja merupakan asset negara yang menjadi tanggung jawab negara.

Melaksanakan persetujuan AFTA mungkin bukan pilihan yang cocok, namun merupakan opsi
yang lebih baik dibandingkan menunda sampai datang kondisi dan pilihan yang pas, sebelum
semua akan merasa ragu dam akan terjadi peundaan dan terjadi berulang seterusnya. Seperti
yang di katakana sebelumnya akan ada banyak tantangan dan peluang yang kita hadapi
kedepannya dalam menghadapi MEA/AFTA, dengan meningkatkan daya saing kita dalam era
globalisasi kita dapat memaksimalkan peluang dan meminimalisasikan tantangan-tantangan yang
kita hadapi. Masih banyak cara yang bisa kita pilih untuk menghadapi pasar bebas yang sudah
ada depan mata kita ini, salah satu contoh untuk mengatasi masalah yang akan dihadapi pada
sektor tenaga kerja asing yang akan banyak menggeser tenaga kerja lokal, pasar bebas mungkin
akan membuka luas kesempatan tenaga kerja asing tapi kita bisa memperketat syarat dan
memaksimalkan potensi tenaga kerja lokal kita dengan penguasaan bahasa asing yang biasanya
menjadi salah satu halangan tenaga kerja lokal.

Ditulis Oleh : Pengurus Komisariat Management Telkom University


 

1
Pendahuluan
MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya sistem
perdagaangan bebas antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara
anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Pada KTT di Kuala
Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan untuk
mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif
dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan
kesenjangan sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020). Pada KTT Bali pada bulan
Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional pada tahun
2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua
pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan
untuk bekerja secara yang kuat dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun
2020. Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan
pada bulan Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk
pelaksanaan. Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin
menegaskan komitmen mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan
Komunitas ASEAN pada tahun 2015 yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan
ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi Cebu tentang Percepatan
Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara khusus, para pemimpin
sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN pada
tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan
bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih
bebas. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari
integrasi ekonomi yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi
kepentingan negara-negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas
integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang
jelas. Dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus
bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan
berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta
kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi
yang efektif berbasis aturan. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN
lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk
memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi
regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja
terampil dan
 

2
bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal
untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada saat yang sama,
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan
dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan
Vietnam melalui
Initiative for ASEAN Integration
 dan inisiatif regional lainnya. Bentuk Kerjasamanya adalah : 1.
 
Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas; 2.
 
Pengakuan kualifikasi profesional; 3.
 
Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan; 4.
 
Langkah-langkah pembiayaan perdagangan; 5.
 
Meningkatkan infrastruktur 6.
 
Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN; 7.
 
Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber
daerah; 8.
 
Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan
kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke
depan, karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA): 1.
 
Pasar dan basis produksi tunggal, 2.
 
Kawasan ekonomi yang kompetitif, 3.
 
Wilayah pembangunan ekonomi yang merata 4.
 
Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global. Karakteristik ini saling berkaitan
kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari masing-masing
karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur
serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para
pemangku kepentingan yang relevan. Demi menyongsong Masyarakat Ekonomi
ASEAN yang akan dimulai tahun 2015, umumnya reaksi pebisnis dalam negeri
diliputi oleh
 fear based
daripada
opportunity based.
Sebagai contoh, yang bergerak dibidang taksi mulai berpikir, apa yang terjadi jika
armada taksi SIngapura mulai masuk Jakarta? Sektor pendidikan tinggi dan
kesehatan mulai kwatir kalau pelanggan tradisional mereka akan hengkang.
Rasanya, tidak banyak yang mendiskusikan, seandainya industri taksi kita
berseliweran di Singapura atau Kuala Lumpur. Atau perguruan tinggi Indonesia
membuktikan dirinya bukan jago kandang saja, tetapi bisa berkokok kencang di
pasar regional, dengan menjajakan kurikulum. Bagaimana dunia bisnis akan
terpengaruh bila tahun 2015 tiba? Apa yang bisa mereka perbuat untuk
memaksimalkan peluang yang tersedia? Bagaimana mengatasi semua konsekuensi
yang tidak dikehendaki. Dan yang lebih penting lagi, apakah semua negara,
terutama Indonesia siap
 

3
bersaing di dalam sebuah masyarakat terpadu? Membiarkan semua tandatanya itu
tidak terjawab tidak hanya akan menyebarkan kebingungan dan kesangsian di
kalangan pihak-pihak berkepentingan, tapi juga bisa menuntun kepada ancaman
yang jauh lebih berbahaya - yakni kepuasan diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai