Anda di halaman 1dari 46

KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI GLOBALISASI REGIONAL

PADA ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

(ASEAN ECONOMIC COMMUNITY) 2015

Oleh

JAROT DIGDO ISMOYO


NIM : T311408009

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM
SURAKARTA
2015

1
KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI GLOBALISASI REGIONAL
PADA ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN
(ASEAN ECONOMIC COMMUNITY ) 2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perhimpunan Bangsa – Bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast
Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi negara-negara di kawasan
Asia Tenggara yang didirikan di Bangkok, Thailand, pada 8 Agustus1967
berdasarkan Deklarasi Bangkok yang diprakarsai oleh Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, dan Thailand untuk mengurangi ketegangan politik antar
negara di kawasan Asia Tenggara. Dalam perkembangannya selama lebih dari
empat dekade, ASEAN telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan
mengikuti arus globalisasi menuju tahapan baru yang diharapkan menjadi lebih
integratif dan berwawasan ke depan dengan dibentuknya Komunitas ASEAN
(ASEAN Community) pada tahun 2015.
Pada Bulan Desember 2015, Indonesia akan memasuki era perdagangan bebas
di kawasan regional Asia Tenggara dalam ASEAN Economic Community
(Masyarakat Ekonomi ASEAN, disingkat MEA). MEA merupakan kesepakatan
antara negara – negara yang tergabung dalam wadah Association of South East Asia
Nations (ASEAN) yang ditandatangani sejak tahun 1992 yang mencita – citakan
ASEAN sebagai suatu komunitas yang berpandangan maju, hidup dalam
lingkungan yang damai, stabil dan makmur, serta dipersatukan oleh hubungan
kemitraan. Tekad untuk membentuk Komunitas ASEAN kemudian dipertegas lagi
pada KTT ke-9 ASEAN di Bali pada tahun 2003 dengan ditandatanganinya ASEAN
Concord II yang menegaskan bahwa ASEAN akan menjadi sebuah komunitas yang
aman, damai, stabil, dan sejahtera pada tahun 2020. Dari rencana semula diterapkan
pada tahun 2020, pasar bebas ini dipercepat menjadi berlaku pada Desember 2015.
Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah kerjasama perdagangan bebas antar negara
kawasan ASEAN. Rencananya MEA akan diberlakukan secara bertahap sehingga
kawasan negara ASEAN menjadi satu wilayah perdagangan. Pembentukan pasar
tunggal ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan

2
mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara secara bebas sehingga
kompetisi akan semakin ketat.
Pada era perdagangan bebas yang tidal lain merupakan wujud globalisasi ini,
perekonomian Indonesia dihadapkan pada integrasi ekonomi kawasan ASEAN.
Disamping adanya integrasi tersebut, pada saat ini pun Indonesia juga dihadapkan
pada kenyataan adanya kemajuan yang sangat pesat di bidang teknologi,
transportasi, dan komunikasi. Faktor-faktor inilah yang mengantar Indonesia pada
proses globalisasi ekonomi yang dari tahun ke tahun semakin banyak melibatkan
negara-negara lain, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang,
baik di kawasan ASEAN maupun kawasan yang lebih luas, seperti Asia Pacific
Economic Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO).

Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan diimplementasikan pada tahun 2015


adalah sebuah agenda integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang bertujuan
untuk menghilangkan, atau setidaknya dilakukan dengan cara meminimalisasi
hambatan-hambatan didalam melakukan kegiatan ekonomi lintas kawasan,
misalnya dalam perdagangan barang, jasa dan investasi. Cakupan agenda integrasi
ekonomi melalui Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 sangat luas dan
mencakup hampir seluruh sendi-sendi strategis perekonomian. Tujuan utama MEA
2015 yang ingin menghilangkan secara signifikan hambatan-hambatan kegiatan
ekonomi lintas kawasan tersebut, diimplementasikan melalui 4 pilar utama, yaitu1:

 ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional (single


market and production base) dengan elemen aliran bebas barang, jasa,
investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas
 ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi
(competitive economic region), dengan elemen peraturan kompetisi,
perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan
infrastruktur, perpajakan, dan e-commerce;

1 Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), 2015, Latar Belakang ASEAN Economic Community,
dalam HTTP://APINDO.OR.ID/ID/FTA/ASEAN-ECONOMIC-COMMUNITY/LATAR-
BELAKANG

3
 ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata
(equitable economic development) dengan elemen pengembangan usaha
kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk negara-negara
CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam); dan
 ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan
perekonomian global (integration into the global economy) dengan elemen
pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan
meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global.

Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat serta bisa menyaingi Cina
dan India untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan
kesejahteraan. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang
dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga
kompetisi akan semakin ketat. Dengan terbukanya perekonomian ASEAN, maka
aliran perdagangan barang, jasa, investasi, dan perpindahan tenaga kerja antar
negara ASEAN tak ada lagi hambatannya. Tentu ini akan menghadirkan peluang
sekaligus tantangan tersendiri bagi pembangunan ekonomi semua negara yang
tergabung di ASEAN. Setiap negara punya kesempatan yang sama untuk
memposisikan diri sebagai pasar maupun sebagai pemasar, tergantung dari kesiapan
masing-masing negara tersebut. Besarnya jumlah penduduk yang menghuni
kawasan ASEAN yang lebih dari 500 Juta penduduk sangat menggiurkan menjadi
pasar yang potensial untuk disasar.

Indonesia dengan segala sumberdaya yang dimilikinya ditantang untuk siap


menghadapi MEA. Indonesia akan bersaing antara sesama negara ASEAN secara
terbuka. Setelah itu kita akan bersaing dengan semua bangsa di dunia dalam satu
peraturan permainan yang sama, yang dinamakan "globalisasi". Hal ini akan terjadi,
terlepas kita masih belum dapat keluar dari krisis, yang tentu akan berdampak
negatif. Beragam pandangan tentang MEA mengemuka akhir – akhir ini terutama
di kalangan akademisi, sedangkan para politisi lebih sibuk dengan gegap gempita
tahun politik 2014, pemilu kepala daerah serentak tahun 2015 serta segala dampak
yang ditimbulkannya. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi kesiapan Indonesia

4
dalam memasuki era perdagangan bebas Asia Tenggara. Pada era perdagangan
bebas ini pemerintah mengurangi campur tangan, bahkan tidak punya kewenangan
untuk membatasi keluar masuk barang dan jasa di negaranya. Semuanya diserahkan
pada mekanisme pasar.
Ada optimisme menghadapi MEA karena diramalkan pada tahun 2030
Indonesia berpotensi menjadi negara dengan ekonomi terbesar ketujuh di dunia.
Pada dekade itu juga kita akan menikmati “bonus demografi” karena sekitar 180
juta penduduk (70 persen) ada dalam usia produktif (15 – 64 tahun). Proyeksi lain
memperkirakan populasi Indonesia pada tahun 2020 sebesar 287,9 juta jiwa. Potensi
keunggulan Indonesia semakin membesar karena pada saat yang sama diprediksi
justru profil penduduk sejumlah negara lain di Asia semakin menua : Jepang,
Tiongkok, Singapura, Taiwan dan terutama Korea Selatan, sehingga produktivitas
mereka menurun2. Di sisi lain, banyak pakar dan pengamat yang meragukan
kesiapan Indonesia mengingat berbagai faktor yang membelit Indonesia seperti
ketergantungan yang tinggi pada luar negeri. Faktanya Indonesia dengan jumlah
penduduk sekitar 250 juta saat ini tidak mempunyai ketahanan pangan. Sangat
ironis, sebagai negara agraris Indonesia bahkan tidak dapat mencukupi kebutuhan
beras nasional padahal pada tahun 1985 Indonesia dapat mewujudkan swasembada
pangan. Dalam dekade terakhir ini Indonesia menjadi pengimpor berbagai
kebutuhan pokok seperti beras, daging sapi, kedelai, jagung, gula bahkan garam.
Dengan kondisi seperti ini selalu menjadi pertanyaan apakah Indonesia akan
menjadi subjek atau justru sekedar menjadi objek penderita.

Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
sudah di depan mata. Banyak peluang dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia
menjelang AFTA dan MEA. Era perdagangan kawasan ASEAN (AFTA) dan MEA
yang bakal berlangsung mulai 2015, menjadi tantangan serius bagi pemerintah dan
seluruh stakeholder. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 akan membawa dampak
yang sangat signifikan bagi perkembangan dunia usaha di Indonesia, karena ia tidak
hanya menciptakan sebuah pasar bebas bagi perdagangan barang dan jasa, tetapi
juga menyentuh sampai sendi – sendi perekonomian lainnya seperti aspek
ketenagakerjaan, kebijakan persaingan usaha, hingga ke aspek-aspek yang sangat
relevan untuk pembangunan Indonesia, seperti ambisi untuk membangun dan
2
Yudhistira ANM Massardi, 2015, Bapak, Ibu Bangunlah, Kompas Senin 12 Januari 2015

5
memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di ASEAN serta
pengembangan infrastruktur di kawasan ASEAN untuk meningkatkan mobilitas
perdagangan dan aliran sumber daya manusia di kawasan ASEAN.

Indonesia dituntut siap memasuki pasar bebas regional dengan segenap


kemampuan dengan strategi agar mendapatkan manfaat. Dalam rangka kesiapan
memasuki MEA, Indonesia harus berbenah dan mempersiapkan segala
infrastruktur, termasuk kesiapan hukum nasional. Dengan demikian, maka MEA
tidak dipandang sebagai ancaman bagi dunia usaha karena semakin ketatnya
persaingan bisnis, tetapi sebaliknya dipandang sebagai peluang emas karena
semakin terbuka dan bebasnya melakukan bisnis di wilayah ASEAN, tanpa ada
hambatan yang berarti. Sebagai kekuatan nomor 10 di dunia, melimpah kekayaan
alam, dan basis produksi yang masih kompetitif, dunia usaha semestinya dapat lebih
optimis dan proaktif didalam memenangkan pasar ASEAN3.

B. Permasalahan
1. Apa strategi yang dapat ditempuh Indonesia dalam menghadapi MEA ?
2. Bagaimana efektivitas kelembagaan hukum indonesia dalam menghadapi
MEA ?

3
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), op cit

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori Ekonomi Neo Klasik


Teori ekonomi tradisional memberi perhatian utama pada efisiensi, alokasi dan
pemanfaatan sumber daya langka dengan cara yang paling hemat serta pertumbuhan
optimal dari sumber daya langka tersebut sepanjang waktu guna menghasilkan
produk dan jasa yang cakupannya semakin luas. Pandangan yang juga disebut
sebagai teori ekonomi klasik atau neo-klasik ini sampai sekarang masih banyak
dianut oleh berbagai negara. Semakin banyak negara yang percaya bahwa
perekonomian akan menjadi lebih baik, tumbuh pesat bila memiliki beberapa
persyaratan seperti: tersedianya kapital yang mencukupi di pasar modal; adanya
kedaulatan untuk memilih (adanya persaingan bisnis) bagi konsumen sehingga
mengarah pada terbentuknya mekanisme penyesuaian harga secara otomatis;
keputusan transaksi ekonomi didasarkan pada analisis marginal (rasio pertambahan
input dibanding output, rasio keuntungan dan perhitungan utilitas); dan
keseimbangan luaran (outcome) dalam semua produk dan pasar sumber daya
ekonomi. Semua persyaratan tersebut mengindikasikan adanya rasionalitas dalam
keputusan ekonomi yang sepenuhnya materialistik, individualistik, berorientasi
pada kepentingan diri sendiri4.
Model Neo-Klasik mendasarkan analisa pada peralatan fungsi produksi, sama
halnya dengan analisis pertumbuhan ekonomi nasional. Kelompok Neo-Klasik
berpendapat bahwa unsur-unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional
adalah modal, tenaga kerja, kemajuan teknologi. Namun demikian, ada
kekhususnya teori pertumbuhan regional Neo-Klasik yaitu membahas secara
mendalam pengaruh dari perpindahan penduduk/migrasi dan lalu lintas modal
terhadap pertumbuhan ekonomi regional.
Dalam perkembangannya, ada masa ketika terjadi banyak kasus yang
menunjukkan ekonomi neoklasik tidak dapat diterapkan secara mandiri. Ia
memerlukan dukungan dan intervensi dari institusi lain (sosial dan politik) agar
terus menjadi primadona model pembangunan ekonomi. Interaksi ekonomi dan
praktik politik inilah yang kemudian mewarnai aktivitas ekonomi-politik di seantero

W.I.M. Polii, 2010, Tonggak – Tonggak Sejarah Pemikiran Ekonomi, Brilian Internasional,
4

Surabaya, hal 189

7
bumi ini dalam beberapa dekade terakhir, termasuk ketika ekonomi kapitalis
berhasil meruntuhkan kejayaan regim ekonomi terpusat di negara – negara sosialis-
komunis. Runtuhnya pesaing kapitalis, dan mulai maraknya negara – negara eks
sosialis-komunis mengadopsi ekonomi kapital, memutar jentera teori ekonomi
neoklasik kembali ke posisi puncak.

B. Strategi Pembangunan Ekonomi Indonesia


Pada dasarnya yang dimaksud dengan pembangunan ekonomi adalah semua
usaha yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nyata per kapita
penduduk suatu negara berkembang dalam waktu yang sesingkat – singkatnya.
Pembangunan ekonomi bukan merupakan sekedar perkembangan dari hasil suatu
proses, melainkan mencakup usaha – usaha yang disengaja diarahkan untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki. Dalam keadaan demikian pembangunan
ekonomi hanya akan dapat dikatakan berhasil apabila tingkat pertumbuhan
pendapatan nyata negara yang bersangkutan lebih tinggi daripada tingkat
pertumbuhan penduduknya5. Pembangunan ekonomi meliputi usaha masyarakat
untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan
masyarakatnya, sedangkan keseluruhan usaha-usaha pembangunan meliputi juga
usaha-usaha pembangunan sosial, politik, dan kebudayaan. Dengan demikian maka
pengertian pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk sesuatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang

Sejak Tahun1967, pemerintahan indonesia ada dibawah Rezim militer dibawah


Presiden Soeharto. Pemerintahan ini mewarisi kondisi kemerosotan ekonomi
dengan tingkat inflasi yang tinggi. Secara Harafiah, Indonesia bangkrut dan tidak
mampu memenuhi pembayaran utang luar negeri pada waktunya6. Dalam kondisi
ekonomi dan politik demikian, terdapat ketegangan yang memuncak antara pembuat
kebijakan dengan para intelektual. Hal ini terjadi karena para intelektual,
khususnya yang dididik di luar negeri cenderung mendukung peningkatan

5
B.S. Muljana, 1987, Beberapa Pengertian dan Masalah Mengenai Pembangunan Ekonomi
dalamTeori Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, Kumpulan Esei Untuk Menghormati Sumitro
Djojohadikusumo, PT Gramedia , Jakarta, hal 348
6
Arndt, H.W., 1994, Pembangunan Ekonomi Indonesia, Pandangan Seorang Tetangga, Gajahmada
University press, Yogyakarta, hal 57.

8
pembangunan ekonomi dan sosial di Indonesia melalui kerjasama dengan negara –
negara kapitalis maju. Mereka berpikir demikian karena demokrasi terpimpin gagal
menunjukkan kemajuan pembangunan7. Pemerintah dituntut menyelesaikan
masalah ekonomi secara cepat.
Pemerintah waktu itu lebih memilih melaksanakan teori pertumbuhan Rostow
dan menjadikannya sebagai landasan pembangunan jangka panjang yang
dilaksanakan secara berkala lima tahunan yang terkenal dengan Pembangunan Lima
Tahun (Pelita). Pandangan Rostow diuraikan dalam bukunya The Stage of
Economic Growth (1960) memang sangat mempengaruhi model pembangunan di
hampir semua negara ketiga saat itu8. Pikiran Rostow sebenarnya dituangkan
sebagai manifesto non komunis dalam konteks perang dingin dengan tujuan
membendung pengaruh sosialisme.
Pikiran Rostow dikenal dengan The Five stage Scheme guna menjelaskan lima
tahapan ekonomi dari tradisional ke modern yang maju sebagai berikut :
1. Masyarakat tradisional
2. Masyarakat prakondisi
3. Masyarakat tinggal landas
4. Masyarakat pematangan pertumbuhan
5. Masyarakat modern.
Untuk mencapai masyarakat modern disyaratkan dengan ketersediaan modal
yang dapat diusahakan melalui9 :
1. Penggalian investasi dengan cara memindahkan sumber dana atau kebijakan
pajak.
2. Melalui lembaga – lembaga keuangan atau obligasi pemerintah untuk tujuan
produktif.
3. Melalui devisa dari perdagangan internasional
4. Penarikan investasi modal asing.
Bagi Rostow, dalam tahapan tinggal landas harus diusahakan melakukan
kemampuan melakukan investasi sampai 10 % dari pendapatan nasional untuk
bidang yang menguntungkan seperti industri. Dengan demikian selama
pemerintahan orde baru, Indonesia sepenuhnya mengimplementasikan teori
7
Samuel Hanneman, 2010, Genealogi kekuasaan Ilmu Sosial Indonesia, Kepik Ungu, Depok, hal 141
8
Mansour Fakih, 2012, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, hal 56
9
ibid

9
pembangunan kapitalistik yang bertumpu pada ideologi dan teori modernisasi dan
adaptasi serta implementasi teori pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dengan mengejar performance ekonomi gemilang
ternyata mengalami kegagalan. Krisis ekonomi sejak tahun 1997 telah
meluluhlantakkan komponen fundamental ekonomi Indonesia sehingga tingkat
pertumbuhan ekonomi terukur dengan tanda minus. Sayangnya pada orde
reformasi, pembangunan yang dilakukan seperti dibiarkan mengalir begitu saja
tanpa orientasi. Orientasi jangka pendek para elit politik justru mempersulit
pencapaian konsensus bersama sebagai basis pencarian orientasi pembangunan10.
Kapitalisme terlihat kuat, namun dibalik itu ada penyakit yang selalu
membayanginya. Pada periode sebelum perang dunia I tahun 1914 – 1918,
kapitalisme menunjukkan garis menaik, garis subur, garis “mekar”, sedangkan
kapitalisme setelah perang dunia I adalah “ripuh” atau sakit – sakitan saja. Penyakit
yang selalu menyerang tubuh kapitalisme adalah krisis atau disebut Malaise.
Mampu atau tidaknya kapitalisme itu “menyembuhkan diri kembali” dari pukulan –
pukulan krisis itulah yang menjadi ukuran cukup “vitaliteit” atau tidak. Kapitalisme
yang sehat, kalau kena pukulan krisis dapatlah ia mengalahkan tidak terlalu lama11.

Dewasa ini usaha pembangunan ekonomi Indonesia mengalami hambatan yang


cukup berarti. Dalam keadan demikian akan bermanfaat kita mengingat arti penting
pembangunan ekonomi dalam rangka usaha bangsa untuk mencapai keadaan adil
makmur bagi seluruh rakyat. Di tengah masa krisis akibat kegagalan penerapan
teori pertumbuhan ekonomi, dunia telah memasuki era globalisasi. Memang
disayangkan kegagalan model pembangunan dunia ketiga justru terjadi pada negara
– negara yang dianggap sukses dan paling banyak dijadikan contoh pembagunan
bagi negara – negara lain, yakni negara kapitalis model Newly Industrialist Country
(NIC) seperti Korea, Taiwan, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Sampai saat ini
belum ada penjelasan yang memadai terhadap krisis ini. Ada penjelasan yang
menyalahkan faktor Korupsi rezim negara NIC untuk menjelaskan krisis dan
kejatuhan kapitalisme di Asia. Meski demikian diskursus baru mulai dibangun

10
Adi Sulistiyono, 2009, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima, Masmedia buana Pustaka, Sidoarjo, hal
22
11
Soekarno, 1964, Dibawah Bendera Revolusi, Panitya penerbit, Jakarta, hal 590

10
dengan percobaan memperbaiki atau mereformasi sistem kapitalisme. Diskursus ini
dikenal sebagai globalisasi12.

C. Kesiapan Hukum Indonesia


Globalisasi ekonomi menimbulkan akibat yang sangat besar dalam bidang
hukum, yaitu terjadinya globalisasi hukum. Globalisasi hukum terjadi melalui
upaya-upaya standarisasi hukum, antara lain melalui perjanjianperjanjian
internasional. Terjadinya globalisasi sistem perdagangan berimplikasi pada
globalisasi hukum. Terdapat beberapa macam konotasi istilah globalisasi hukum.
Globalisasi hukum dapat dipandang sebagai sesuatu yang berjalan seiring dengan
globalisasi pasar dan praktek bisnis perusahaan multinasional yang beroperasi di
dalam pasar tersebut. Di dalam dunia itu sendiri telah terjadi pergerakan yang
mengakibatkan keseragaman di bidang kontrak. Perbuatan kontrak itu sendiri
merupakan salah satu sistem dari perbuatan sistem perdata. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa kontrak dapat ditetapkan sebagai hukum antara para pihak dalam
kontrak. Dua pihak atau lebih di dalam kontrak membuat satu set peraturan hukum
yang akan mengatur tentang hubungan hukum mereka, sesuai dengan isi perjanjian
tersebut13. Globalisasi hukum akan menyebabkan peraturan-peraturan negara -
negara berkembang tentang investasi, perdagangan, jasa-jasa dan bidang ekonomi
lainnya akan saling menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada di negara maju.
Dalam bidang hukum, globalisasi ditandai dengan hilangnya batas-batas
kenegaraan dan tidak ada lagi negara yang mengklain bahwa negara tersebut
menganut satu sistem hukum secara absolut. Sudah terjadi percampuran dan
penetrasi satu sistem hukum ke sistem hukum lainnya. Di antara keluarga hukum,
baik sistem Anglo Saxon, Kontinental, Sosialis maupun sistem hukum Timur
Tengah dan Timur Jauh telah saling mengadobsi dan terjadi percampuran hukum14.
Untuk mengatur tata kehidupan masyarakat yang kompleks, akibat pengaruh
globalisasi, maka disinilah peran hukum dalam mengatur segala aspek kehidupan
msyarakat dalam hidup berbangsa, bernegara dalam wujud kehidupan yang tertib,
aman, tentram dan sejahtera.

12
Mansour Fakih, op cit, hal 198
Ni’matul Huda,2007, Kontribusi Pemikiran Untuk 50 Tahun Prof Dr. Moh. Mahfud MD:
13

Retrospeksi Terhadap Masalah Hukum dan Kenegaraan,: FH. UII Press, Yogyakarta.
14
Satjipto Rahardjo,2000, Wajah Hukum di Era Reformasi, PT. Citra Aditya Bakti, Semarang, hal 51

11
Dengan kata lain, tuntutan globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan
akan berdampak buruk pada suatu negara tertentu apabila negara tersebut tidak
mempersiapkan diri sejak awal. Sebagai akibatnya, untuk mengantisipasi dampak
tersebut mengharuskan pemerintah di setiap negara untuk menyusun dan
menyediakan berbagai macam kebijakan yang adequate untuk menghadapi dan
memperlanjar perdagangan bebas ini. Dalam hal ini terkait terkait instrumen
kebijakan pemerintah baik di bidang ekonomi termasuk sumber daya manusia
(SDM) maupun dari segi kesiapan pengambilan kebijakan strategis dan peraturan
perundangan sebagai alat pendukung (aid) untuk mengakomodir tuntutan tersebut.
Maka globalisasi juga harus diikuti dengan pembangunan dan pembaharuan hukum
agar dapat mengikuti serta menyesaikan diri dengan tuntutan jaman. Negara –
negara yang lebih dahulu mempersiapkan strategi yang dituangkan dalam regulasi
dan ketentuan hukum di bidang ekonomi dan perdagangan akan lebih mudah
mencapai kondisi perekonomian yang stabil, efisien dan efektif dibandingkan
negara – negara yang belum mempersiapkan diri, sehingga bukan tidak mungkin
pada akhirnya akan dijadikan sasaran eksploitasi oleh negara – negara maju,
setidak – tidaknya oleh negara – negara yang telah mempersiapkan diri
sebelumnya15.
Menurut studi yang dilakukan Burg mengenai hukum dan pembangunan,
terdapat lima unsur yang harus dikembangkan supaya hukum tidak menghambat
ekonomi yaitu stabilitas (stability), prediksi (predictability), keadilan (fairness),
pendidikan (education) dan pengembangan khusus dari sarjana hukum (the special
development abilities of the lawyer). Pandangan tersebut sesuai dengan pemikiran
J.D. Ny Hart yang mengemukakan konsep hukum yang mempunyai pengaruh bagi
pengembangan kehidupan ekonomi yaitu : Pertama, prediktabilitas, kedua,
kemampuan prosedural, ketiga kodifikasi tujuan – tujuan, keempat, faktor
penyeimbang, kelima akomodasi dan keenam definisi dan kejernihan status16.
Dalam memasuki MEA 2015 Indonesia telah menentukan arah kebijaksanaan
di bidang hukum yang mendukung kegiatan ekonomi, sebagaimana dituangkan
dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVI/MPR/1998 tentang Politik Ekonomi, Garis-Garis Besar Haluan Negara

15
Fajar Sugianto, 2013, Economic Analysis of Law, Seri Analisis Ke-Ekonomian Tentang Hukum,
Penerbit Kencana, Jakarta, Hal 2
16
Adi Sulistiyono, Op cit , hal 20-21

12
(GBHN) 1999-2004, Tap MPR No.IV/MPR/1999 untuk mengantisipasi liberalisasi
perdagangan internasional. Hal ini telah dinyatakan dalam butir 7, bahwa Indonesia
harus mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan
perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tanpa merugikan
kepentingan nasional mengesahkan beberapa peraturan perundangan antara lain.

13
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesepakatan ASEAN Free Trade Area (AFTA) dan Masyarakat


Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community)

Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara atau Association of Southeast


Asian Nations (ASEAN) merupakan sebuah organisasi negara-negara di kawasan
Asia Tenggara yang didirikan di Bangkok, Thailand, pada 8 Agustus1967
berdasarkan Deklarasi Bangkok yang dipelopori oleh oleh Indonesia, Malaysia,
Filipina, Singapura, dan Thailand. Dalam Deklarasi Bangkok dinyatakan bahwa
ASEAN didirikan dengan tujuan untuk meletakkan dasar-dasar yang kokoh bagi
usaha kerjasama regional dalam usaha mempercepat pertumbuhan ekonomi,
kemajuan sosial dan pengembangan kebudayaan. Adapun isi Deklarasi Bangkok
yang disepakati adalah17 :
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara
2. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
3. Meningkatkan kerjasama dan saling membantu untuk kepentingan bersama
dalam bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan dan administrasi.
4. Memelihara kerjasama yang erat di tengah - tengah organisasi regional dan
internasional yang ada
5. Meningkatkan kerjasama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan
penelitian di kawasan Asia Tenggara
Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967,
negara-negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu
agenda utama yang perlu dikembangkan. Sejak tahun 1967, ASEAN tetap pada
usahanya untuk mengembangkan kerjasamanya hingga menuju pembentukan
masyarakat ASEAN dengan upaya meningkatkan kerjasama antar anggota di
berbagai bidang. Dalam hal kerjasama ekonomi, ASEAN telah merintisnya sejak
tahun 1960-an. Namun, pada saat itu kerjasama di bidang ini memang masih sangat

17
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI, 2007. ASEAN Selayang
Pandang. Jakarta: Departemen Luar Negeri RI.

14
terbatas. Seiring dengan meningkatnya hubungan antar anggota, kerjasama di
bidang ekonomi juga makin erat.

Pada dekade 80-an dan 90-an, ketika negara-negara di berbagai belahan dunia
mulai melakukan upaya-upaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan ekonomi,
negara-negara anggota ASEAN menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama
adalah dengan saling membuka perekonomian mereka, guna menciptakan integrasi
ekonomi kawasan. Dalam rangka mewujudkan kerjasama ekonomi, negara anggota
ASEAN sepakat untuk menandatangani suatu kesepakatan untuk bekerjasama
dalam bidang ekonomi guna kemajuan perekonomian di wilayah Asia Tenggara.
Pada KTT ke-5 ASEAN di Singapura pada 28 Januari 1992 telah ditandatangani
Framework Agreement on Enhancing ASEAN Economic Cooperation sekaligus
menandai dicanangkannya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tanggal 1
Januari 1993 dengan Common Effective Preferential Tariff (CEPT) sebagai
mekanisme utama. AFTA menjadi motor penggerak utama dalam sektor
perdagangan ASEAN sekaligus merupakan kerjasama yang paling pesat
pertumbuhannya. Pada saat itu ASEAN terdiri dari enam negara anggota yaitu,
Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Sekarang ASEAN terdiri dari sepuluh negara dengan masuknya Vietnam, Laos,
Myanmar dan Kamboja dimana seluruh negara di ASEAN telah menandatangani
perjanjian.

AFTA merupakan suatu kesepakatan dalam bidang ekonomi mengenai sektor


produksi lokal di negara-negara ASEAN. Dalam kesepakatan, AFTA direncanakan
beroperasi penuh pada tahun 2008 namun dalam perkembangannya dipercepat
menjadi tahun 2003. Pendirian AFTA memberikan impikasi dalam bentuk
pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan-hambatan non-tarif, dan
perbaikan terhadap kebijakan-kebijakan fasilitasi perdagangan. Dalam
perkembangannya, AFTA tidak hanya difokuskan pada liberalisasi perdagangan
barang, tetapi juga perdagangan jasa dan investasi. Tujuan diadakannya perjanjian
ini adalah 18:

18
Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian, Tinjauan Persiapan menuju AEC 2015, Rapat Kerja Kementrian Perindustrian,
Jakarta 12 Februari 2013

15
 Untuk meningkatkan daya saing produksi negara-negara ASEAN dalam pasar
dunia dengan menghilangkan tarriff dan non-tarriff bariers.
 Menarik investasi asing langsung ke negara-negara ASEAN.

Sejalan dengan pesatnya dinamika hubungan antar-bangsa di berbagai


kawasan, ASEAN menyadari pentingnya integrasi negara-negara di Asia Tenggara.
Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diawali dengan komitmen para
pemimpin ASEAN dengan ditandatanganinya ASEAN Vision 2020 di Kuala
Lumpur pada tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai suatu komunitas
yang berpandangan maju, hidup dalam lingkungan yang damai, stabil dan makmur,
serta dipersatukan oleh hubungan kemitraan. Adapun alasan yang dapat
menjelaskan mengenai pentingnya pembentukan MEA ini adalah: Pertama,
munculnya kekuatan ekonomi baru dari negara-negara berkembang yakni Cina dan
India yang secara geografis memiliki kedekatan dengan ASEAN. Kedua, dengan
semakin berkurangnya hambatan tarif melalui skema CEPT diharapkan
perdagangan intra-ASEAN dan arus lalu lintas jasa, investasi, tenaga terampil, dan
tenaga kerja antar negara ASEAN akan semakin bebas. Ketiga, dengan cakupan
penduduk yang mencapai hampir 600 juta, ASEAN memiliki economic scale yang
sangat besar dan menjadi daya tarik pasar yang potensial bagi kekuatan ekonomi di
luar kawasan. Keempat, hambatan besar dalam perundingan WTO telah turut
menjadikan kerja sama ekonomi regional makin intens19.

Pada pertemuan informal para Kepala Negara ASEAN di Kuala Lumpur


tanggal 15 Desember 1997 disepakati ASEAN Vision 2020 yang kemudian
ditindaklanjuti dengan pertemuan di Hanoi yang menghasilkan Hanoi Plan of
Action (HPA). Visi 2020 termasuk HPA berisi antara lain: kondisi yang ingin
diwujudkan di beberapa bidang, seperti orientasi ke luar, hidup berdampingan
secara damai dan menciptakan perdamian internasional. Beberapa agenda kegiatan
yang akan dilaksanakan untuk merealisasikan Visi 2020 adalah dengan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, ekonomi, lingkungan hidup, sosial,
teknologi, hak cipta intelektual, keamanan dan perdamaian, serta turisme melalui

19 Sarah Anabarja, 2008, Kendala dan Tantangan Indonesia dalam Mengimplementasikan


ASEAN Free Trade Area Menuju Terbentuknya ASEAN Economic Community

16
serangkaian aksi bersama dalam bentuk hubungan kerjasama yang baik dan saling
menguntungkan diantara negara - negara anggota ASEAN.
Tekad untuk membentuk Komunitas ASEAN kemudian dipertegas lagi pada
KTT ke-9 ASEAN di Bali pada tahun 2003 dengan ditandatanganinya ASEAN
Concord II yang menegaskan bahwa ASEAN akan menjadi sebuah komunitas yang
aman, damai, stabil, dan sejahtera pada tahun 2020. Pada KTT ini disepakati
pembentukan komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya adalah ASEAN Economic
Community (Masyarakat Ekonomi ASEAN atau disingkat MEA). MEA adalah
tujuan akhir integrasi ekonomi seperti yang dicanangkan dalam ASEAN Vision
2020, adalah : "To create a stable, prosperous and highly competitive ASEAN
economic goods, services, investment, skill labor economic development and
reduced poverty and socio-economic disparities in year 2020.20"
Keinginan ASEAN membentuk MEA didorong oleh perkembangan eksternal
dan internal kawasan. Dari sisi eksternal, Asia diprediksi akan menjadi kekuatan
ekonomi baru, dengan disokong oleh India, Tiongkok, dan negara-negara ASEAN.
Dalam MEA telah disepakati sektor-sektor prioritas menuju momen tersebut dengan
ditetapkan 11 Priority Integration Sectors (PIS). Namun pada tahun 2006 PIS yang
ditetapkan berkembang menjadi 12 yang dibagi dalam dua bagian yaitu tujuh sektor
barang industri dan lima sektor jasa. Ke-7 sektor barang industri terdiri atas produk
berbasis pertanian, elektronik, perikanan, produk berbasis karet, tekstil, otomotif,
dan produk berbasis kayu. Sedangkan kelima sektor jasa tersebut adalah
transportasi udara, e-asean, pelayanan kesehatan, turisme dan jasa logistik.
KTT ke-10 ASEAN di Vientiene tahun 2004 antara lain menyepakati
Vientiane Action Program (VAP) yang merupakan panduan untuk mendukung
implementasi pencapaian MEA di tahun 2020. Hal ini ditindaklanjuti dalam
ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) di Kuala Lumpur bulan Agustus 2006
yang menyetujui untuk membuat suatu cetak biru (blueprint) sebagai tindak lanjut
pembentukan MEA dengan mengindentifikasi sifat-sifat dan elemen-elemen MEA
pada tahun 2015 yang konsisten dengan ASEAN Concord II dan dengan target-
target dan timelines yang jelas serta pre-agreed flexibility untuk mengakomodir
kepentingan negara-negara anggota ASEAN (http://www.aseansec.org, 15
Desember 2014).

20
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, 2014,
Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

17
Bahkan, pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, pada Januari 2007,
komitmen untuk mewujudkan Komunitas ASEAN dipercepat dari tahun 2020
menjadi tahun 2015 dengan ditandatanganinya “Cebu Declaration on the
Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015”. Tujuan dari
pembentukan Komunitas ASEAN adalah untuk lebih mempererat integrasi ASEAN
dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik internasional. ASEAN
menyadari sepenuhnya bahwa ASEAN perlu menyesuaikan cara pandangnya agar
dapat lebih terbuka dalam menghadapi permasalahan-permasalahan internal dan
eksternal. Negara-negara ASEAN memproklamirkan pembentukan komunitas
ASEAN (ASEAN Community) yang terdiri atas tiga pilar yaitu 21:

1. Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC),


2. Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), dan
3. Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/
ASCC).

Tiga pilar pendukung tersebut menjadi paradigma baru yang akan


menggerakkan kerjasama ASEAN ke arah sebuah komunitas dan identitas baru
yang lebih mengikat. Dalam konteks tersebut, para Menteri Ekonomi ASEAN telah
menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk menyusun ”Blueprint ASEAN
Economic Community (MEA)”. Cetak Biru MEA tersebut berisi rencana kerja
strategis dalam jangka pendek, menengah dan panjang hingga tahun 2015 menuju
terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu22 :
a) Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk
sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan modal ;
b) Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi
(regional competition policy, IPRs action plan, infrastructure development,
ICT, energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM);
c) Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of
equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan program-
program Initiative for ASEAN Integration (IAI); dan

21
ASEAN Study Center Universitas Indonesia, 2013, Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia dan
Liberalisasi Jasa ASEAN, UI, Jakarta
22
Kementrian Luar Negeri RI , Cetak Biru Komunitas ASEAN ( ASEAN Economic Community
Blueprint), 2009, Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementrian Luar Negeri RI, Jakarta

18
d) Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam
hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam global
supply network).
ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint tersebut kemudian disahkan
pada Rangkaian Pertemuan KTT ASEAN ke-13 pada bulan November 2007 di
Singapura. AEC Blueprint akan digunakan sebagai peta kebijakan (roadmap) guna
mentransformasikan ASEAN menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi,
kawasan yang kompetitif dan terintegrasi dengan ekonomi global. AEC Blueprint
bertujuan untuk menjadikan kawasan ASEAN lebih stabil, sejahtera dan sangat
kompetitif, memungkinkan bebasnya lalu lintas barang, jasa, investasi dan aliran
modal. Selain itu, juga akan diupayakan kesetaraan pembangunan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan serta kesenjangan sosial ekonomi pada tahun 2015. AEC
Blueprint merupakan suatu master plan bagi ASEAN untuk membentuk
Komunitas Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 dengan mengidentifikasi langkah-
langkah integrasi ekonomi yang akan ditempuh melalui implementasi berbagai
komitmen yang rinci, dengan sasaran dan jangka waktu yang jelas23.

B. Potensi dan peluang Indonesia

Dampak pembukaan pasar sebuah negara kerap terjadi. Di setiap adu pendapat
itu selalu muncul kecemasan mengenai nasib mereka yang tidak memiliki kapasitas
untuk bertarung di pasar. Pembukaan pasar memang seperti buah simalakama. Pasar
yang luas akan didapat, tetapi sangat mungkin ada yang tergilas dalam pasar
tersebut. Penerapan MEA 2015 merupakan pembukaan pasar sebenar – benarnya
karena lalu lintas barang dan jasa antar negara ASEAN tidak lagi mengalami
hambatan. Barang dan jasa diantara sesama anggota ASEAN bisa masuk ke negara
lain tanpa hambatan. Hal ini menarik saat Presiden Joko Widodo menyatakan
komitmennya membangun kedaulatan negeri sebagaimana pidato Presiden
Soekarno yaitu Tri Sakti yang berisi bnagsa Indonesia harus berdaulat secara
politik, berdikari secara ekonomi dan berkepribadian secara sosial budaya.

23
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia, 2011, Perkembangan Masyarakat Ekonomi ASEAN,
Kementrian Perdagangan, Jakarta

19
Komitmen tersebut terlhat bertentangan karena disatu sisi ingin membuka pasar,
tetapi di sisi lain ingin memandirikan ekonomi dalam negeri.
MEA dapat menjadi peluang bagi peningkatkan Pertumbuhan dan
Kesejahteraan di ASEAN. Peluang yang terbuka ini kalau tidak dimanfaatkan kita
akan tertinggal karena proses ini juga diikuti negara lain dan hal itu terus bergulir.
Realisasi MEA pada tahun 2015 akan membuka peluang lebih besar bagi
pertumbuhan sosial ekonomi. Secara makro, Indonesia memiliki sumber daya alam
melimpah. Yang belum banyak dimanfaatkan adalah kekayaan laut. Secara garis
besar peluang Indonesia menyongsong MEA adalah24 :
1. Pasar Potensial Dunia. Indonesia berpenduduk terbesar di kawasan (40%
dari total penduduk ASEAN). Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara
ekonomi yang produktif dan dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN
masa depan dengan penguasan pasar dan investasi. Merupakan pasar
potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah.
2. Negara Tujuan investasi. Indonesia merupakan negara tujuan investor di
ASEAN. Proporsi investasi negara ASEAN mencapai 43 % atau hampir
tiga kali lebih tinggi dari rata – rata proporsi negara – negara ASEAN yang
hanya 15 %.
3. Peluang sebagai negara pengekspor. Indonesia berpeluang sebagai negara
pengekspor dimana ekspor Indonesia ke intra ASEAN hanya 18 – 19 %
sedangkan keluar ASEAN berkisar 80 – 82 % dari total ekspornya. Hal ini
berarti peluang meningkatkan ekspor ke intra ASEAN masih harus
ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor ke intra ASEAN berimbang
dengan laju peningkatan dari intra ASEAN.
4. Liberalisasi Perdagangan Barang ASEAN. Liberalisasi perdagangan barang
ASEAN akan menjamin kelancaran arus barang untuk menjamin pasokan
bahan baku atau bahan jadi di kawasan ASEAN karena hambatan tarif dan
non tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang sudah bebas di kawasan
dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen dan pelaku usaha
lainnya untuk memproduksi dan mendistribusi barang yang berkualitas
secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produk – produk dari

24
Masnur T. Malau, 2013, Aspek Hukum Peraturan dan Kebijakan Pemerintah Indonesia
Menghadapi Liberalisasi Ekonomi Regional, MEA 2015, dalam Jurnal Rechtvinding, Vol 3 No. 2,
Agustus 2014.

20
negara lain. Indonesia sebagai salah satu negara besar juga memiliki tingkat
integrasi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor
berbasis sumber daya alam, berpeluang besar untuk mengembangkan
industri di sektor – sektor tersebut di dalam negeri.
5. Bonus Demografi. Indonesia sebagai negara dengan jumah populasi
terbesar akan memperoleh keunggulan tersendiri yang disebut dengan bonus
demografi. Perbandingan jumlah penduduk Indonesia dengan negara
ASEAN lainnya adalah 38 : 100. Bonus ini diperkirakan masih bisa
dinikmati sampai dengan 2035 yang diharapkan dengan jumlah penduduk
produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan perkapita penduduk Indonesia.
6. Sektor Jasa yang Terbuka. Sektor – sektor jasa yang telah ditetapkan yaitu
pariwisata, kesehatan, penerbangan, e-ASEAN dan disusul logistik.
7. Aliran Modal. Dari sisi penarikan aliran modal asing, ASEAN sebagai
kawasan dikenal sebagai tujuan penanaman modal global.

C. Kelemahan dan Strategi Indonesia dalam Pasar Bebas Regional

Sudah bukan waktunya lagi mempertanyakan kesiapan Indonesia


menghadapi MEA. Siap ataupun tidak, kita tak bisa lari dari kenyataan penerapan
perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara mulai 2015, terlebih Indonesia
sendiri adalah aktor yang aktif dalam pembentukan MEA. Suatu kenyataan yang
tidak dapat dipungkiri bahwa tehadap arus globalisasi tidak ada satu masyarakatpun
yang dapat menutup dirinya. Menutup diri berarti tertinggal dalam gerak perubahan
dunia dan tersingkir dari tata pergaulan dunia. Arus globalisasi merupakan gejala
wajar dalam dinamika perubahan dunia25. Dengan demikian, maka tiba saatnya
mengubah potensi menjadi kekuatan. Potensi tersebut jika tidak dikelola dengan
baik hanya memberi manfaat minimal bagi Indonesia. Potensi tersebut belum
mendukung pertumbuhan kekuatan ekonomi nasional.
Ada dua kendala yang dihadapi Indonesia dalam mengimplementasikan AFTA
menuju MEA. Pertama, besarnya peran pemerintah dalam perdagangan luar negeri.

Hans J. Daeng, 2012, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Tinjauan antropologis, 306 – 307,
25

Pustaka Pelajar, Yogyakarta

21
Peran pemerintah Indonesia dalam perdagangan luar negeri masih lebih besar jika
dibandingkan dengan negara anggota ASEAN lainnya. Kedua, kelemahan
mencolok yang dihadapi Indonesia saat ini adalah lemahnya daya saing produk
Indonesia dalam persaingan global. Kelemahan ini cukup riskan mengingat daya
saing produk merupakan modal bagi Indonesia untuk menjadi pemain unggulan
dalam pasar global. Adapun tiga faktor yang dapat mempengaruhi daya saing
produksi suatu negara adalah akses pasar, kualitas produk, infrastruktur hukum dan
kebijakan dalam negeri.26
Ada juga keraguan akan kemampuan Indonesia menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN 2015. Ketua Bidang Organisasi Ikatan Sarjana Ekonomi
Indonesia Edy Suandi Hamid mengatakan Indonesia belum siap dengan alasan daya
saing ekonomi nasional dan daerah belum siap. Kepala Departemen Ekonomi
Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri menilai
Indonesia perlu membahas strategi dalam menghadapi MEA seperti peningkatan
daya saing dalam berbagai bidang. "Banyak masalah yang harus dibahas terlebih
dahulu, misalnya saat ini biaya logistik masih mahal sehingga menjadi pertanyaan
apakah Indonesia bisa meraup keuntungan. Selain itu pemerintah juga harus
mempersiapkan secara matang infrastruktur, tenaga kerja dan iklim bisnis dalam
negeri. Dia mengatakan diperlukan peraturan yang mendukung dunia usaha seperti
membuat aturan untuk mempermudah seseorang untuk mendirikan usaha di
Indonesia. Sementara Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan
Wanandi mengatakan pemerintah harus menentukan bidang apa yang menjadi
andalan Indonesia menghadapi MEA. Selama ini Indonesia tidak tahu sektor mana
yang akan dibebaskan pada asing dan dikelola sendiri secara maksimal27. Bagi
beberapa pengamat, dari beberapa indikator tersebut diatas melihat secara obyektif,
jawaban dari pertanyaan tersebut adalah “Indonesia Tidak Siap” memasuki MEA.
Hal ini disebabkan karena Indonesia belum memiliki modal yang menjanjikan agar
cukup untuk dikatakan “siap berkompetisi”.
Kekhawatiran dan kecemasan akan serbuan produk asing harus diganti dengan
sika sebaliknya, yaitu ketika pasar dibuka akan menjadi peluang besar. Dalam

26
Dwisaputra, R. dan Aryaji, 2007. Kerjasama Perdagangan Internasional: Peluang dan Tantangan
bagi Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo, hal 340 -341
27
Antaranews.com, Masyarakat Ekonomi ASEAN di depan mata, dalam http:// www. antaranews.
com / berita/391103/masyarakat-ekonomi-asean-di-depan-mata

22
iklim kompetisi, harus mengedepankan sikap berani dalam memasuki kompetisi
yang menjadi ciri dunia masa kini. Presiden Joko Widodo memotivasi para
pengusaha muda dalam musyawarah ke – 15 Hipmi di Bandung agar tidak takut
menghadapi MEA 2015 untuk memasuki pasar negara – negara tetangga di
ASEAN. Pelaku usaha perlu memanfaatkan pasar ASEAN dan menjaga pasar
dalam negeri. Menurut Presiden, dalam pertemuan dengan kalangan pengusaha
selama ini, dirinya kerap mendengar penyampaian kekhawatiran terkait MEA 2015.
Hal ini karena semua pihak masih menerka dan meraba apa yang akan terjadi saat
MEA berlaku. Lebih lanjut Presiden menyatakan saat bertemu dengan pemimpin
pemerintah dan pemimpin negara ASEAN, ternyata ketakutan serupa juga terdengar
dari mereka. Presiden memaparkan program prioritas pembangunan setelah
pengalihan subsidi BBM, sehingga ada ruang fiskal besar dalam APBN yang
difokuskan untuk membangun infrastruktur yang mencapai 290 trilliun. Berikut
pernyataan Presiden :
“kita tidak usah takut menghadapi masyarakat Ekonomi ASEAN, tetapi kita
harus siap menghadapinya. Jangan sampai peluang dalam negeri diambil pengusaha
luar. Bagi pengusaha yang punya kesiapan, segera serbu ke luar negeri. Kita tidak
usah takut, wong yang paling ditakuti adalah Indonesia28”.

Sejauh ini total nilai perdagangan antara anggota ASEAN tumbuh signifikan
sejak 2004. Melonjak dari 260,9 miliar dollar AS menjadi 608,9 miliar dollar AS
pada tahun 2013. Hanya saja nilai perdagangan ini dibandingkan dengan total
nilai perdagangan ASEAN tidak banyak beranjak dari 24,3 persen pada tahun
2004 menjadi 25 persen pada tahun 2011 dan 24,2 persen pada tahun 2013. Dari
posisi ini nilai ekspor Indonesia ke sesama anggota ASEAN terus meningkat.
Pada tahun 2001 masih 17 persen dari total ekspor sebesar 56,3 miliar dollar AS
meningkat menjadi 22 persen dari total nilai ekspor 182,6 miliar dollar AS pada
tahun 201229.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor non migas Indonesia ke


ASEAN pada periode Januari – November 2014 sebesar 26.424 milliar Dollar AS
atau turun 3, 93 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2013 yang
sebesar 27,505 milliar dolla AS. Sementara nilai impor non migas dari ASEAN

28
Kompas, Presiden : Manfaatkan Pasar ASEAN, 13 Januari 2015,
29
Tinjauan Kompas, 2015, Menatap Indonesia 2015, Antara Harapan dan Tantangan, Penerbit
Kompas, Jakarta hal 78

23
pada periode Januari – November 2014 sebesar 27,490 milliar dollar AS atau
turun 1,94 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2013 sebesar 28, 034
milliar dollar AS. Menteri Perindustrian Saleh Husein mengatakan produk
Indonesia yang memiliki daya saing di Pasar ASEAN antara lain produk
otomotif. Produk lain yang dipersiapkan untuk mengisi pasar ASEAN antara lain
produk industri agro, ikan dan produk perikanan, tekstil, produk sepatu, mebel,
makanan dan minuman,pupuk dan petrokimia, serta logam dasar, besi dan baja 30.

Mantan Menteri Tenaga kerja Subroto, Indonesia harus memiliki rancang


bangun pembangunan menuju 100 tahun kemerdekaan pada 2045. Pada saat itu
Indonesia harus menjadi Indonesia raya Sejahtera. Selama 70 tahun Indonesia
belum sejahtera karena baru memanfatkan satu dari empat mesin pembangunan,
yaitu sumber daya alam. Ketiga mesin lain yang belum dioptimalkan adalah
sumber daya manusia, infrastruktur, serta ilmu pengetahuan dan teknologi31.
Diantara kelemahan dan kekuatan yang ada, globalisasi regional harus disikapi
secara optimis. Hal ini bisa dilakukan dengan data kesiapan kita seperti beberapa
produk Indonesia saat ini telah bertarung di pasar global, bukan sekedar jago
kandang. Produk tersebut antara lain 32:
1. Beton kualitas tinggi dari Wiji Karya (WIKA). Hingga saat ini WIKA
bahkan dipercaya mengerjakan berbagai proyek infrastruktur seperti jalan
tol, jembatan, pusat perbelanjaan, pembangkit listrik dan menara di Aljazair,
Timor Leste, Brunei, Myammar, Malaysia dan arab Saudi.
2. Produk kecantikan dan perawatan Sari Ayu dari Martha Tilaar Group
memasuki pasar Malaysia, Brunei, Filipina, Taiwan, Timur Tengah, Kanada
dan beberapa negara eropa.
3. Pelumas Fastron buatan Pertamina menembus pasar Australia, Tiongkok,
Jepang, italy dan Afrika Selatan.
4. PT Telkom Indonesia pada tahun 2014 melakukan ekspansi bisnis global ke
Singapura, Hong Kong, Timor Leste, Australia, Myanmar, Makau, Amerika
Serika, Arab Saudi.
5. PT Medco Energy International,Tbk memenangi tender kontrak jasa
lapangan minyak Karim Fields.

30
Kompas, Presiden : Manfaatkan Pasar ASEAN, 13 Januari 2015
31
Kompas, 2015, Diversifikasi Ekspor Diperlukan, 1 September 2015
32
Kompas, Korporasi Indonesia Sukses Bertarung di Pasar Global, 14 Agustus 2015.

24
6. Produk pangan seperti Kopi Kapal Api, Mie instan Indomie telah diekspor
ke lebih dari 80 negara.
7. Sepeda Polygon dari PT Insera Sena telah diekspor ke 62 negara dengan
merk OEM dan ke 30 negara dengan merk Polygon.
8. Jamu Tolak Angin dari PT Sido Muncul yang menembus pasar Amerika
Serikat, beberapa negara eropa dan Timur Tengah.
9. Produk elektronik seperti Polytron, Maspion yang memproduksi tv, mesin
cuci, kipas angin telah memasuki pasar dunia.
10. Produk garmen Indonesia yang merambah Eropa dimana NATO
mengenakan seragam dari perusahaan garmen nasional.

Tentu saja masih banyak produk Indonesia yang siap bertarung di pasar global.
Untuk dapat memenangkan persaingan dan mendapatkan keuntungan dari MEA
2015 maka tantangan yang dihadapi Indonesia adalah meningkatkan daya saing.
Indonesia perlu berbenah diri agar berani berkompetisi, mulai dari masalah
infrastruktur, pendidikan warga, peningkatan kapasitas masyarakat hingga
pemberantasan korupsi.tantangan terbesar Indonesia dalam memenangi persaingan
regional justru kondisi internal seperti keterpurukan produktivitas sumber daya
manusia, kondisi infrastruktur yang belum memadai dan ekonomi biaya tinggi yang
tak kunjung teratasi. Guna meningkatkan daya saing ada faktor – yang harus segera
diperbaiki, antara lain:

1. Pembangunan Infrastruktur
Kendala yang tengah dihadapi Indonesia adalah minimnya infrastruktur
yang kurang mendukung. Pemerintah sudah sepatutnya menyediakan
infastruktur seperti jalan, jalur kereta api dan Tol laut yang memadai.
Ketiadan infrastuktur atau ada namun dalam keadaan rusak akan berdampak
menghambat proses distribusi barang dan dapat merugikan kepentingan
perdagangan. Berdasarkan laporan The Global Competitiveness Report
2013/2014 yang dibuat oleh World Economic Forum (WEF), daya saing
Indonesia berada pada peringkat ke-38. Sementara itu kualitas infrastruktur
Indonesia menempati peringkat ke-82 dari 148 negara atau berada pada
peringkat ke-5 diantara negara-negara inti ASEAN. Hal ini menunjukkan
bahwa infrastruktur Indonesia masih jauh tertinggal.

25
Untuk itu pemerintahan dalam RPJMN 2014-2019 melakukan
pembenahan serta merencanakan pembangunan infrastruktur di seluruh
Indonesia. Beberapa infrastruktur yang ditingkatkan meliputi : pembangunan
kawasan ekonomi khusus, pembangunan dry port di kawasan pertumbuhan
ekonomi yag tinggi di Kendal dan Paciran, penataan pelabuhan – pelabuhan
dan tol laut di seluruh Indonesia, pembangunan 15 bandara baru dan 9
bandara kargo, pembangunan 49 waduk, pembangunan pembangkit listrik,
pembangunan jalan tol dan rel kereta api sepanjang 3.800 km yang
menghubungkan 12 provinsi dari Sumatra Selatan hingga Papua Barat yang
diproyeksikan rampung pada 201533.
2. Konektivitas Logistik.
Konektivitas logistik adalah kunci dalam pertumbuhan dan pemertaan
ekonomi. Konektivitas dilakukan melalui infrastruktur fisik maupun
hubungan perdagangan. Dampak ekonomi baru akan muncul ketika
infrastruktur maupun hubungan dagang bisa dibangun. Rendahnya
infrastruktur berpengaruh pada semakin mahalnya biaya logistik di Indonesia
sehingga perdagangan menjadi kurang efisien mengingat biaya logistik yang
mahal. Berdasarkan hasil survey Logistic Performance Index Bank Dunia
tahun 2014, Indonesia menempati peringkat ke-53 dari 160 negara yang
disurvey, di bawah peringkat singapura (urutan 5), Malaysia (urutan 45)
Thailand (urutan 35), dan Vietnam (urutan 48)34. Dengan pengurangan biaya
logistik, maka permasalahan dalam bidang perdagangan diharapkan dapat
teratasi sehingga menaikkan daya saing Indonesia.

3. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)


Bonus demografi yang dimiliki Indonesia, tidak akan memberikan
keuntungan apa pun tanpa adanya peningkatan maupun perbaikan kualitas
SDM. Data dari ASEAN Productivity Organization (APO) menunjukkan dari
1000 tenaga kerja Indonesia hanya ada sekitar 4,3% yang terampil, sedangkan
Filipina 8,3%, Malaysia 32,6%, dan Singapura 34,7%. Berdasarkan struktur
pasar, tenaga kerja didominasi oleh pekerja lulusan SD (80%) sementara
lulusan Perguruan Tinggi hanya 7%, dimana saat ini sebagian dunia kerja

33
Kompas,2015, Infrastruktur jadi Target 2015, 25 Januari 2015
34
Nyoman Pujawan, 2015, Logistik nasional dan ASEAN, Kompas 24 Agustus 2015.

26
mensyaratkan lulusan Perguruan Tinggi. Hal ini sangat berbanding terbalik
dengan Malaysia yang sebagian besar penduduknya lulusan S1. Kesempatan
memperoleh pendidikan secara merata di seluruh Indonesia sulit dilakukan
sehingga kesadaran untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
sangat rendah. Kondisi ini mengakibatkan tenaga kerja Indonesia hanya
dilirik sebagai buruh atau tenaga kerja kasar di pasar tenaga kerja
internasional. Untuk itu Pemerintah harus menyiapkan kebijakan peningkatan
kualitas SDM agar mampu bersaing dengan negara ASEAN lainnya.
Pembenahan kurikulum dunia pendidikan dengan dunia kerja harus juga
dilakukan, hal ini dikarenakan seringkali link and match antara dunia
pendidikan dan dunia kerja di Indonesia masih kurang. Bila hal ini terus
dibiarkan, maka pengangguran intelektual akan menambah daftar kesulitan
pemerintah mengatasi persoalan tenaga kerja yang semakin rumit.

4. Penguatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)


Masalah yang masih dihadapi oleh UMKM adalah rendahnya
produktivitas sehingga tidak punya daya saing tinggi. Hal tersebut berkaitan
dengan35:
a. rendahnya kualitas sumberdaya manusia usaha skala mikro,
b. rendahnya kompetensi kewirausahaan usaha skala mikro.
c. terbatasnya terhadap akses permodalan,
d. terbatasnya terhadap akses ke pasar,
e. terbatas akses informasi mengenai sumberdaya dan teknologi.
Menurut Tambunan, UMKM yang berdaya saing tinggi dapat dilihat
dari ciri - cirinya :
(1) kecenderungan yang meningkat dari laju pertumbuhan volume
produksi,
(2) pangsa pasar domestik dan atau pasar ekspor yang selalu meningkat,
(3) untuk pasar domestik, tidak hanya melayani pasar lokal saja tetapi
juga nasional, dan
(4) untuk pasar ekspor, tidak hanya melayani di satu negara tetapi
juga banyak negara.

35
Y. Sri Susilo, Strategi Meningkatkan Daya saing UMKM Dalam Menghadapi Implementasi CAFTA
dan MEA, Buletin Ekonomi Universitas Atma Jaya, Vol 8 No. 2 Agustus 2010 hal 71

27
UMKM memegang peranan yang cukup signifikan dalam
perekonomian. Kontribusi termaksud terutama pada penyerapan tenaga
kerja Pada tahun 2005, UMKM di Indonesia mampu menyerap
77.678,498 ribu orang atau sebesar 96,77% dari total tenaga kerja yang
mampu diserap oleh usaha skala kecil, menengah, dan besar. Pada masa krisis
moneter, UMKM mampu bertahan dan terus berkembang, hal tersebut dapat
memberikan peluang peningkatan daya saing. Cakupan UMKM harus
ditingkatkan agar dapat menembus pasar internasional.
Untuk itu menteri perdagangan RI berupaya melakukan pemberdayaan
UMKM dengan meningkatkan akses informasi pasar dan permintaan melalui
situs UKM ASEAN. Pemerintah bertekad meningkatkan ases pendanaan dan
mempromosikan UMKM di ASEAN36. Keanekaragaman yang dimiliki
UMKM Indonesia berpeluang untuk membentuk pasar ASEAN, salah satu
contohnya adalah kerajinan tangan, furniture, makanan daerah, dan industri
lainnya.
5. Pemberdayaan Ekonomi Kreatif.
Ekonomi kreatif adalah kekuatan ekonomi yang tumbuh di Indonesia untuk
menjawab tantangan globalisasi dan mencapai pembangunan yang
berkelanjutan. Saat ini Indonesia memiliki keunggulan komparatif yang
berbasis sumber daya alam dan budaya. Banyak kreativitas orang Indonesia
yang dapat dikembangkan seperti kerajinan bambu, batik, tenun atau jamu.
Posisi sektor ekonomi kreatif akan makin penting bagi masa depan
perekonomian Indonesia. pada tahun 2014 estimasi BPS menyebut 15
subsektor ekonomi kreatif menyumbang 7,1 persen atau Rp. 716,7 triliun dari
produk domestik bruto. Terdapat 5, 5 juta usaha kreatif atau 10,6 persen dari
seluruh usaha UMKM yang menyerap12,3 juta orang dari 114,6 juta angkatan
kerja. Agar ekonomi kreatif makin berkembang, pelaku ekonomi kreatif
harus dilindungi ide dan hak intelektualnya serta didukung pembiayaannya37.
6. Meningkatkan mutu produk Pertanian.
Salah satu jantung perekonomian Indonesia adalah pertanian. Peningkatan
keunggulan komparatif di sektor prioritas integrasi, antara lain adalah

36
Kompas, 2015, UKM jadi Fokus ASEAN, Akses dana dan Promosi Ditingkatkan, 24 Agustus 2015.
37
Kompas, 2015, Globalisasi, kekuatan ekonomi baru dan pembangunan berkelanjutan, Pidato
Pengukuhan Guru Besar FE Universitas Indonesia Mari Elka Pangestu, 9 Agustus 2015

28
pembangunan pertanian perlu terus dilakukan. Hambatan yang selama ini
terjadi harus segera diatasi yaitu revitalisasi saluran irigasi, distribusi pupuk
dan benih, pendampingan penyuluhan pertanian. Tindakan pemerintah untuk
menopang komitmen Indonesia dalam mewujudkan MEA melalui penerbitan
Peraturan Presiden Nomor 39 Tahun 2014 tentang Daftar Usaha yang
Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal, dipandang hanya akan memberikan keuntungan bagi
pihak-pihak tertentu, bukan petani Indonesia.
Dalam acara Forum CEO Kompas 100 di Jakarta, 7 November 2014, Presiden
Joko Widodo menjelaskan target kabinet selama lima tahun. Target itu antara lain
swasembada beras, kedelai dan jagung dalam tiga tahun dan karena itu diperlukan
waduk untuk mengairi lahan pertanian, membangun 27 pelabuhan laut dalam, serta
jaringan transportasi kereta api dan jalan raya. Presiden juga menjelaskan
pengalihan biayansubsidibahan bakar minyak untuk sektor lebih produktif. Target
tersebu terdengar fantastis. Akan tetapi presiden mengataka sebagai bangsa harus
berani bermimpi dan menerapkan target tinggi. Dengan demikian ada keberanian
menyelesaikan segala hambatan38.

D. Belajar Dari China dan India


Cina dan India diprediksi menjadi negara super power masa depan dalam
perekonomian dunia. Kedua negara secara kreatif memainkan berbagai peran baik
sebagai konsumen, suppliers, pesaing, pembaharu (innovator) dan penyedia
sumber daya manusia yang handal. Cina dan India akan mempengaruhi
perekonomian dunia. Kedua negara tersebut menjadi pemain yang tangguh dalam
penekanan biaya produksi, peningkatan teknologi dan jasa, serta memiliki
pertahanan yang kuat dalam memajukan negara.
Pertengahan dekade 90-an, China dan India semakin meneguhkan eksistensi
model perekonomiannya yang baru. Model perekonomian China ditandai dengan
mobilisasi modal dan tenaga kerja secara besar-besaran, investasi asing, industri
dalam skala besar, dan campur tangan pemerintah. Kemampuan China dalam
memobilisasi modal dan tenaga kerja telah meningkatkan pendapatan per kapita

38
Tinjauan Kompas, op Cit, hal 4

29
hingga tiga kali lipat dalam satu generasi, dan mengurangi lebih dari 300 juta
kemiskinan. Sedangkan model perekonomian India ditandai dengan tingginya
teknologi dan jasa, modal sendiri, bisnis yang terfokus pada barang dan jasa
berkualitas dengan harga rendah, dan sedikit industri manufaktur. India sangat
berperan dalam rantai inovasi teknologi global. Banyak perusahaan teknologi
besar, seperti Motorola dan Hewlett-Packard, yang mempercayakan ilmuan India
untuk merancang software dan multimedia feature pada produk-produk mereka
selanjutnya39.
China dan India menerapkan teori neo klasik. Pemikiran kaum neo klasik
sendiri adalah evolusi dari pemikiran – pemikiran sebelumnya yang disesuaikan
dengan perkembangan kehidupan sosial politik masyarakat suatu negara. Sejak
dari Adam Smith semua kaum klasik beerja dengan asumsi berlakunya kekuatan
pasar bebas. Dibawah asumsi ini perhatian pokok mereka ditujukan kepada
pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan di dalam masyarakat. Sementara
itu kaum neo klasik masih bekerja dibawah asumsi yang sama, tetapi perhatian
mereka lebih ditujukan pada alokasi sumber daya yang efisien dengan
memberikan perhatian pada perilaku individual konsumen dan produsen
memenuhi kebutuhannya. Pikiran pokok yang mempertemukan kaum klasik dan
neo klasik ialah adanya pasar dimana para pelakunya bertindak rasional untuk
mencapai kepuasannya yang maksimum sebagai produsen dan konsumen40.
Pelopor neo klasik adalah Alfred Marshal dengan karyanya Priciples of
Economics (1890) yang menjadi bacaan pokok di Eropa dan Amerika Serikat.
Marshal bekerja dengan asumsi adanya pasar bebas. Ia berpendapat bahwa
persaingan tidak selalu berakhir dengan alokasi sumber daya yang efisien. Karena
itu, sampai pada tahap tertentu ada peluang tampilnya intervensi pemerintah untuk
mengimbangi kekurangan yang muncul dari persaingan bebas. Dengan perkataan
lain, intervensi tangan pemerintah (visible hand) bukan hanya meniadakan,
melainkan memperlancar bekerjanya kekuatan pasar (invisibe hand). Marshall
memberikan defnisi ilmu ekonomi sebagai berikut : Political economy or
economics is a study of mankind in the ordinary bussiness of life ; it examines that
part of individual and social action which is most closely connected with the

39
Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, 2010, Dibalik Sukses Ekonomi China dan India, Makalah, hal 1
W.I.M. Polii, 2010, Tonggak – Tonggak Sejarah Pemikiran Ekonomi, Brilian Internasional,
40

Surabaya, Hal 187 - 188

30
attainment and with the use of the material requisites of wellbeing41. Dari definisi
ini ada dua unsur kajian yaitu, pertama, kajian tentang alat pemenuhan kebutuhan
material manusia, yaitu kekayaan material dan kedua, manusia sebagai pelaku
yang bertindak berdasarkan motivasi tertentu. Dengan asumsi bahwa manusia
cenderung bertindak rasional (rational economic man), maka kajian tentang
perilaku manusia mencapai dan menggunakan alat – alat pemenuhan kebutuhan
materialnya terbagi dalam dua kelompok yaitu Kajian tentang perilaku konsumen
dan Kajian tentang perilaku produsen. Pertemuan permintaan dan penawaran
suatu barang menghasilkan harga dari barang tersebu. Dengan pemikiran ini
gugurlah teori nilai dan harga berdasarkan biaya produksi seperti dikemukakan
Adam Smith, David Ricardo yang kemudian dikembangkan oleh Karl Marx42.
Demikian juga dengan China dan India yang menerapkan teori neoklasik dan
ekonomi politik. Perekonomian Cina berkembang dengan pesat sejak
pemerintahan Deng Xiaoping mulai membuka belenggu perekonomian negara
pada tahun 1979. Deng Xiao Ping menyadari semakin terpuruknya perekonomian
China, namun masih berkeras diri ingin memertahankan komunisme. Hasilnya
sebuah kompromi, investasi asing diterima, namun intervensi politik ditolak.
Karpet merah digelar bagi investor asing yang membawa masuk modal ke China
dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI). Tak heran, hingga akhir 1990-an
Cina tercatat sebagai negara tujuan FDI terbesar di Asia. Setiap dorongan
pertumbuhan ekonomi ditandai dengan gelombang baru china fever oleh
perusahaan asing. Peningkatan ini didukung dengan munculnya manifestasi baru
dari kapitalisme Cina, seperti perusahaan-perusahaan pribadi, kemakmuran
konsumen, pabrik-pabrik ekspor, bursa saham, dan kantor partai komunis dalam
suatu bisnis43.
India di pihak lain, selama kurang lebih 15 tahun yang lalu berada dalam
pengawasan negara maju seperti Amerika dan Inggris. Bagi India, demokrasi
sudah menjadi tradisi yang tidak mungkin dihapus. Namun disadari demokrasi
akan mengalami banyak hambatan ketika ekonomi rakyat selalu dalam kesulitan.
Solusinya, menghimpun investasi domestik, meningkatkan kualitas pendidikan,
membangun akses ke pasar global, memilih teknologi yang tepat, dan pemerataan

41
Ibid, hal 181
42
Ibid, hal 196
43
Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, op cit, hal 2

31
hasil pembangunan dengan menyediakan pembiayaan bagi usaha kelas kecil dan
menengah. Reformasi ekonomi yang diawali tahun 1991 menghasilkan kemajuan
dramatis yang membayangi keberhasilan India. Keberhasilan India tidak hanya
dapat dilihat dari indikator GDP dan daya saing, namun juga tercermin dari
harapan hidup warganya yang semakin panjang. Berbeda dengan China yang
mengundang FDI, pada awalnya, keberhasilan India lebih banyak disokong oleh
investasi domestik. Sampai akhir 90-an, meski industrialisasi di India cukup
sukses, seperti software, desain semi konduktor, dan back-office call centers,
namun sangat sedikit yang terlihat di pasar global44.
Kedua negara tersebut menjadi sangat kuat terutama dikarenakan kemampuan
mereka yang saling melengkapi. China akan tetap mendominasi barang-barang
manufaktur tetapi lemah dalam industri teknologi, sedangkan India sebaliknya.
Dalam setiap dimensi perekonomian, seperi konsumen, investor, produsen, dan
penggunaan energi dan komoditi, kedua negara termasuk dalam kelas berat.
Konsumen dan perusahaan China dan India selalu menuntur teknologi dan feature
terbaru. Pada dekade selanjutnya, China dan India akan dapat menguasai buruh,
industri, perusahaan dan pasar di dunia dan menggantikan dominasi Amerika.
Dibandingkan dengan China dan India, Indonesia memiliki banyak kesamaan
seperti Populasi, geografi, demografi dan nilai – nilai budaya ketimuran yang
saling memengaruhi. Dengan demikian yang menjadi persoalan adalah dengan
titik awal yang relatif sama instropeksi dan selanjutnya membuat kebijakan
perubahan dan sekaligus mengimplementasikanya secara kontinyu dan konsisten
dengan dukungan anggaran sebagaimana dilakukan oleh China dan India.

E. Sistem Ekonomi di Indonesia dalam era Perdagangan Bebas


Berbicara tentang pembangunan hukum ekonomi, mau tidak mau tidak mau
kita harus memahami sistem ekonominya. Terdapat hubungan yang sangat erat
dan timbal balik antara sistem hukun dengan sistem ekonomi. Berkaitan dengan
hal ini sebaiknya disepakati sistem ekonomi yang digunakan di Indonesia apakah
akan menggunakan sistem ekonomi kapitalis yang mengkultuskan pasar bebas

44
Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, op cit, hal 3

32
atau sistem ekonomi Pancasila yang cenderung berpihak pada ekonomi rakyat
sebagaimana sitegaskan Pasal 33 UUD 194545.
Menurut Gregory dan Stuart, sistem ekonomi kapitalis ditandai antara lain
dengan penguasaan atau kepemilikan faktor – faktor produksi oleh swasta,
sedangkan pembuatan keputusan apa yang ingin diproduksi berada di tangan siapa
yang memiliki faktor produksi tersebut. Keputusan yang dibuat dipandu oleh
mekanisme pasar yang menyediakan informasi yang diperlukan, sementara
insentif kebendaan menjadi motivator utama bagi para pelaku ekonomi. Sistem
ekonomi kapitalis sering dilawankan dengan sistem sosialisme, yang secara
akademik dibagi menjadi dua yaitu sosialisme pasar dan sosialisme terencana.
Dalam sistem sosialisme pasar, ciri – cirinya adalah kepemilikan faktor produksi
oleh negara dan/atau kepemilikan secara kolektif oleh publik. Sementara
sosialisme terencana dicirikan oleh kepemilikan negara atas setiap faktor produksi.
Apa yang harus diproduksi disesuaikan dengan perencanaan pusat dan para pelaku
ekonomi terikat untuk melaksanakan apa apa yang telah direncanakan oleh pusat
tersebut 46.
Indonesia memiliki sistem ekonomi sendiri yang berbeda. Indonesia dengan
sistem ekonomi Pancasila mempunyai ciri yang tidak sama dengan sistem
ekonomi kapitalis maupun sistem sosialisme. Sistem ekonomi yang dikembangkan
oleh Bung Hatta dilandasi pemikiran sosialis yang sebenarnya merupakan gugatan
terhadap perekonomian liberal yang dianggap sebagai wajah kapitalisme. Konsep
ini sesungguhnya konsep untuk melemahkan konsep ekonomi kolonial Belanda.
Dengan semangat kapitalis, upah atas modal jauh melampaui upah atas tanah dan
tenaga. Akibatnya terjadi penghisapan kekayaan sumber alam dan ketimpangan
kemakmuran. Dengan struktur seperti ini, menurut Hatta tak mungkin seseorang
dengan tenaganya sendiri bisa maju keatas. Ketidakadilan ini bisa dibendung
dengan tiga jurus :
1. Pengasaan asset oleh negara.
2. Kontrol terhadap usaha swasta.
3. Tumbuhnya perekonomian rakyat yang mandiri.
Faktor penguasaan asset nasional bukan berarti monopoli pemerintah atas
produksi listrik, telepon, air minum dan kereta api, tapi juga kekuasaan atas

45
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 34
46
Adi Sulistiyono, op cit hal 35

33
industri pokok seperti pertambangan, kehutanan, bahkan juga perbankan.
Pendeknya tidak ada cabang produksi yang menguasai hajat hidup orang banyak
yang terlepas dari genggaman negara. Untuk memberi modal hajat raksasa ini,
negara bisa memanfaatkan pinjaman luar negeri dan tenaga asing. Syaratnya utang
itu harus bisa diangsur dari kelebihan produksi sehingga tak mengrangi
pendapatan negara dari pajak. Selain itu secara bertahap harus ada pengalihan
ketrampilan pengelolaan perusahaan dari ahli asing kepada tenaga lokal.
Sementara itu pihak swasta tetap diberi ruang, tapi tidak mendapat tempat
sentral yang menentukan. Inisiatif partikelir hanya boleh bermain di wilayah yang
tidak dikuasai pemerintah atau dikelola koperasi. Agar bisa diawasi, kredit untuk
usaha swasta harus diberikan oleh pemerintah.
Faktor yang terakhir digalang melaui koperasi. Bung Hatta yakin koperasi
akan menjadi motor perekonomian yang membebaskan ketergantungan pada
kapital. Koperasi adalah persekutuan orang, bukankumpulan setoran modal,
seperti perusahaan. Keputusan bisnis, bahkan pembagian keuntungan dihitung
berdasarkan suara anggota, bukan dari besar kecilnya saham. Dengan modal
kekayaan alam yang melimpah, jumlah penduduk yang besar dan kultur tolong
menolong, Bung Hatta yakin bahwa paham sosialisme seperti itu akan menjadi
resep yang tepat dan manjur. Tiga jurus Hattanomics inilah yang menjiwai
landasan perekonomian negara seperti yang dimuat dalam UUD 1945. Resep ini
pula yang dijadikan patokan The Brain Trust (Panitia Pemikir Siasat Ekonomi)
dalam menyusun politik perekonomian47.
Jika dicermati, maka keseluruhan norma dalam Pasal 33 UUD 1945 ternyata
tidak sejalan dengan ide pasar, efisiensi atau globalisasi. Beberapa istilah lebih
dekat dengan paham sosial demokrasi, misalnya kebersamaan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan dan kemandirian. Nilai – nilai itu muncul sebagai reaksi
terhadap perkembangan ekonomi global. Istilah itu sebenarnya merupakan
penjelasan terhadap usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan. Secara prinsip,
asas inilah yang menjadi substansi utama dari sistem ekonomi Pancasila. Pancasila
sebagai ideologi terbuka yang artinya nilai dasarnya tetap namun penjabarannya
dapat dikembangkan secara kreatif dan dinamis sesuai dengan dinamika

47
Dwi Setyo Irawanto, 2015, Tiga Jurus Hattanomics, dalam HATTA, Jejak yang Melampaui Jaman,
KPG dan Majalah Tempo, Jakarta, hal154 - 157

34
perkembangan masyarakat Indonesia48. Untuk mencapai tujuan perekonomian
dalam negeri serta kepentingan nasional, dalam sistem ekonomi Pancasila bidang
perdagangan luar negeri perlu diusahakan49 :
1. Peningkatan ekspor.
2. Merendahkan nisbah ekspor terhadap pendapatan nasional
3. Diversifikasi ekspor
4. Perluasan pasar ekspor
5. Komposisi impor yang lebih baik
6. Kebijakan tarif dan subsidi
7. Kebijakan terhadap pendapatan modal asing
8. Kebijakan terhadap modal asing
9. Saluran distribusi
10. Kebijakan harga
11. Kebijakan mengenai keanggotaan lembaga – lembaga ekonomi
internasional
12. Keanggotaan dalam persekutan negara pengekspor bahan – bahan mentah.

F. Kesiapan Hukum Indonesia menghadapi MEA


Untuk memahami apakah suatu negara bercorak kapitalisme atau sosialisme
indikator yang paling mudah adalah dengan melihat seberapa besar pihak – pihak
yang menguasai sektor ekonominya. Jika sektor ekonominya dikuasai oleh pihak
swasta, negara tersebut cenderung bercorak kapitalisme. Sebaliknya jika ekonomi
lebih banyak dikendalikan oleh negara, lebih bercorak sosialisme50. Sunaryati
Hartono mengemukakan bahwa selama ini sistem ekonomi Indonesia adalah
sistem ekonomi malu – malu, sehingga peraturan perundang – undangan di bidang
ekonomi lebih banyak mengabdi pada konglomerasi dibanding rakyat kecil
(petani, nelayan atau usaha kecil). Untuk menerapkan sistem ekonomi Pancasila
sebagai sistem ekonomi Indonesia memang tidak mudah, karena selama ratusan

48
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 43
49
Sulistyo dan Soediyono,1981, Hubungan Ekonomi Luar Negeri Dalam Ekonomi Pancasila, dalam
Ekonomi Pancasila, BPFE UGM Yogyakarta, hal 151 - 155.
50
Ai Siti Farida, 2011, Sistim Ekonomi Indonesia, CV Pustaka Setia, Bandung, hal 86

35
tahun kita telah mengkonsumsi sistem hukum ekonomi yang berkualitas liberal
atau mengabdi pada kepentingan negara kapitalis51.
Tuntutan liberalisasi ekonomi memang mengharuskan birokrasi untuk
menyerahkan sebagian kewenangannya pada mekanisme pasar. Maka peran
birokrasi tidak lagi bersifat controlling, akan tetapi lebih bersifat influencing dan
directing. Ini dilakukan melalui kebijakan kebijakan ekonomi makro yang
menciptakan rambu – rambu ke arah mana kegiatan ekonomi tadi diarahkan. Oleh
karena itu liberalisasi ekonomi yang pada hakikatnya berorientasi pada
pertumbuhan perlu diimbangi kebijakan yang memfokuskan pada pemerataan. Ini
dapat diwujudkan dengan keberpihakan pada ekonomi rakyat yang pada
hakekatnya merupakan usaha – usaha kecil dan menengah.
Melalui intervensi kebijakan baik melalui instrumen langsung (direct attack)
seperti alokasi dana, subsidi pada pengusaha besar, menengah dan kecil,
membangun linkage antara perusahaan besar, menengah dan kecil, maupun
melalui instrumen tidak langsung seperti insetif kebijakan harga dan tingkat
bunga, serta peningkatan akses pengusaha menengah dan kecil kepada berbagai
peluang, diharapkan tumbuh pelaku – pelaku ekonomi baru dalam skala kecil dan
menengah yang dalam keseuruhannya dapat meningkatkan ketahanan ekonomi
nasional. Karena itu, tanpa kebijakan – kebijakan yang bersifat memitigasikan
dampak – dampak negatif itu, liberalisai ekonomi dapat menimbulkan
disequalizing effect dan kurang efektif untuk menanggulangi kemiskinan52.
Sebagai sebuah konsep yang diharapkan menjadi salah satu fondasi
pencapaian visi Indonesia 2030, pembangunan hukum ekonomi menempati posisi
penting untuk diprioritaskan karena fungsi vital yang dikandungnya. Konsep
pembangunan hukum ekonomi merupakan titik temu antara sistem hukum dan
sistem ekonomi dalam upayanya mewujudkan pembangunan hukum dan ekonomi
dalam rangka pembangunan bangsa. Erman rajagukguk mencatat terdapat tiga
peranan penting pembangunan hukum ekonomi yaitu dalam peran mewujudkan
persatuan nasional, mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas
kesejahteraan nasional53.

51
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 42
52
Moeljarto Tjokrowinoto, 2012, Pembangunan, Dilema dan Tantangan, Pustaka pelajar,
Yogyakarta, hal 229
53
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 44

36
Sebenarnya setiap produk peraturan perundangan di bidang ekonomi sudah
mencantumkan Pasal 33 UUD 1945 sebagai dasar hukum. Namun demikian pasal
– pasal yang ada dalam perundang – undangan tersebut belum konsisten senafas
dengan amanat konstitusi. Bakan tidak jarang justru isi pasal – pasalnya
bertentangan. Hal demikian menunjukkan bahwa produk perundang – undangn
tidak lebih dari tumpukan peraturan yang sarat kepentingan dan telah kehilangan
rohnya, yaitu nilai luhur yang dikandungnya. Pada saat era reformasi, sebenarnya
pemerintah beserta badan legislatif telah banyak menghasilkan perundang –
undangan di bidang ekonomi. Namun demikian, keberadaan peraturan
perundangan tersebut belum mampu berperan optimal untuk menciptakan suasana
kondusif bagi investor, meningkatkan kehadiran investasi asing dan menopang
pertumbuhan ekonomi dalam rangka mengurangi pengangguran maupun menekan
angka kemiskinan54.
Dapat dicatat pasca amandemen empat kali atas UUD 1945 telah diputus
beberapa Judicial Review atas berbagai ketentuan perndang – undangan untuk
menguju konsistensinya dengan UUD 1945. Beberapa kasus Judicial Review
tersebut antara lain UU No. 20 tahun 2002 tentang Tenaga Listrik yang diputuskan
untuk dibatalkan karena dianggap tidak memihak pada usaha bersama dan asas
kekeluargaan. Kasus lain menyangkut upaya Judicial Review atas UU No. 25
tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang dianggap melanggar UUD 194555.
Berikutnya beberapa peraturan perundangan dibatalkan oleh Mahkamah
konstitusi. Pada tanggal 16 Mei 2013, Mahkamah Konstitusi dalam Putusan No.
35/PUU-X/2012 menyatakan bahwa hutan adat bukan lagi hutan negara. Putusan
tersebut meluruskan konsep penguasaan tanah di dalam kawasan hutan. Selama ini
pemerintah meyakini bahwa kawasan hutan adalah kawasan yang bebas dari
penguasaan tanah oleh warga negara. Berikutnya Mahkamah Konstitusi dalam
Putusan Nomor 85/PUU-XI/2013 membatalkan UU Nomor 7 tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air karena bertentangan dengan UUD 1945. Dalam
pertimbangannya, MK menyatakan sebagai unsur yang menguasai hajat hidup
orang banyak, air sesuai Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) haruslah dikuasai negara.
Sehingga, dalam pengusahaan air harus ada pembatasan ketat sebagai upaya
menjaga kelestarian dan ketersediaan air bagi kehidupan. Hak pengelolaan air

54
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 105
55
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 42

37
mutlak milik negara, maka prioritas utama yang diberikan pengusahaan atas air
adalah BUMN atau BUMD.
Strategi pembangunan hukum ekonomi di Indonesia perlu juga
memperhatikan konsep pembangunan hukum ekonomi berkelanjutan (sustainable
economic law development) yang melakukan pembangunan tidak lagi hanya
sekedar melakukan bongkar pasang pasal – pasal dalam suatu undang – undang
atau pembuatan undang – undang baru saja, tetapi juga memperhatikan dan
memberdayakan daya dukung aspek yang lain, yaitu56 ;
1. Pendidikan hukum
2. Reformasi substansi hukum
3. Menakisme penyelesaian sengketa yang berwibawa dan efisien
4. Pemberdayaan etika bisnis
5. Menumbuhkan jiwa nasionalis pada anggota legislatif
6. Komitmen presiden dan wakil presiden yang aktivitasnya dilakukan
secara mengait, bersama - sama dan terus menerus saling mendukung.
Reformasi substansi hukum ekonomi atau perombakan hukum secara
mendasar yang mempunyai kualitas paradigmatik, membutuhkan perjalanan dan
langkah – langkah politik yang tidak sederhana. Pembuatan peraturan
perundangan di bidang ekonomi pada hakikatnya merupakan kristalisasi
pertempuran beberapa kepentingan yang disominasi kekuatan politik dan
kepentingan bisnis. Disamping itu, juga merupakan suatu pekerjaan meramu
sistem hukum dan sistem ekonomi yang berlaku di suatu negara. Berkaitan dengan
pengaruh sistem hukum di Indonesia, setidaknya mengalami dua fenomena
kolaboratif diametral yang acapkali tidak menunjukkan warna yaitu tarikan dari
atas dan ke bawah terhadap sistem hukum Indonesia. Tarikan kebawah adalah
kebangkitan sistem hukum adat dan sistem hukum Islam yang memperlihatkan
identitasnya. Adapun tarikan dari atas pada sistem hukum Indonesia berupa
pengaruh adanya globalisasi hukum. Globalisasi hukum terjadi melalui
standarisasi, antara lain hukum berupaya untuk melintasi atau membongkar ruang
dan waktu dengan menisbikan perbedaan sistem hukum57.
Pekerjaan besar kedepan bagi pembuat undang – undang adalah bagaimana
agar secara konsisten mampu merealisasikan amanah konstitusi dalam setiap

56
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 75
57
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 102

38
peraturan perundang – undangan bidang ekonomi. Para perancang undang –
undang baik di tingkat pusat maupun di daerah harus mampu mengakomodasikan
tarikan kebawah dan tarikan keatas pada sistem hukum yang secara cerdas diramu
dengan isi Pasal 33 UUD 1945. Dengan ketegasan ini diharapkan pembangunan
hukum ekonomi bisa menghasilkan peraturan perundangan yang tidak hanya
mengabdi pada pasar bebas dan merespon keinginan konglomerat atau perusahaan
– perusahaan transnasional, tapi lebih mengutamakan asas kekeluargaan untuk
kemakmuran rakyat58.
Berbagai upaya pemerintah dalam menghadapi MEA antara lain penerbitan
Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2008 tentang Fokus Program Ekonomi 2008 –
2009 yang intinya menginstruksikan agar dilakukan upaya sungguh – sungguh
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, kelestarian Sumber daya
alam, peningkatan keahanan energi dan kualitas lingkungan. Lalu Inpres Nomor
11 Tahun 2011 Tentang pemenuhan komitmen cetak biru AEC tahun 2015.
Bentuk konkret komitmen pemerintah ini juga akan ditopang secara kelembagaan
dengan akan dibentuknya komite nasional yang terdiri dari perwakilan
pemerintah, Gubernur, dunia usaha, pengamat dan masyarakat untuk
mempersiapkan seluruh elemen bangsa dalam menyambut komunitas ASEAN
2015. Di sektor perikanan, kementrian perikanan dan kelautan mempersiapkan
inpres peningkatan kesiapan daya saing nasional sektor perikanan. Di kementrian
perdagangan dibentuk dirjen standarisasi dan perlindungan konsumen melalui
Permendag Nomor 31 tahun 2010 yang direvisi dengan Permendag Nomor 57
tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Perdagangan dengan
misi meningkatkan daya saing ekspor, meningkatkan pengawasan dan
perlindungan konsumen.
Guna menyambut era perdagangan bebas ASEAN di ke-12 sektor yang telah
disepakati, Indonesia telah melahirkan regulasi penting yaitu UU No 7 Tahun
2014 tentang perdagangan yang telah diperkenalkan ke masyarakat sebagai salah
satu strategi Indonesia membendung membanjirnya produk impor masuk ke
Indonesia. UU ini antara lain mengatur ketentuan umum tentang perijinan bagi
pelaku usaha yang terlibat dalam kegiatan perdagangan agar menggunakan bahasa
Indonesia didalam pelabelan, dan peningkatan penggunaan produk dalam negeri.

58
Adi Sulistiyono, Op cit, hal 43

39
Melalui UU ini pula pemerintah diwajibkan mengendalikan ketersediaan bahan
kebutuhan pokok bagi seluruh wilayah Indonesia. Kemudian menentukan larangan
atau pembatasan barang dan jasa untuk kepentingan nasional misalnya untuk
melindungi keamanan nasional. Regulasi tersebut terasa penting bila
mempertimbangkan kondisi perdagangan Indonesia selama ini belum optimal
memanfaatkan potensi pasar ASEAN.
Pada hari Rabu 9 Oktober 2015, pemerintah meluncurkan paket deregulasi
ekonomi guna mendorong pertumbuhan dan menyelamatkan ekonomi nasional
yang berfokus pada tiga hal besar, yakni 59:

1. Meningkatkan daya saing industri,


2. Mempercepat proyek-proyek strategis nasional, dan
3. Mendorong investasi di sektor properti.

Presiden Joko Widodo mengatakan, beberapa langkah yang akan diambil


pemerintah adalah mendorong daya saing industri melalui debirokratisasi dan
kepastian usaha. Untuk mencapai langkah ini, pemerintah akan merombak 89
peraturan untuk menghilangkan duplikasi perizinan. "Selain itu, kami juga
menyiapkan 17 rancangan peraturan pemerintah dan peraturan presiden, 2
instruksi presiden, 63 peraturan menteri, dan 5 peraturan lain60. Paket kebijakan
ekonomi tersebut adalah :

1. Mendorong daya saing industri nasional melalui deregulasi dan


debirokrasi. Sebanyak 89 peraturan akan dirubah Sehingga bisa
menghilangkan duplikasi, bisa memperkuat, dan memangkas peraturan yang
tidak relevan, atau menghambat industri nasional.”
2. Mempercepat proyek strategis nasional, termasuk penyediaan lahan dan
penyederhanaan izin, serta pembangunan infrastruktur.

59
Kompas.com, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/09/09/182042026/ Pemerintah.
Terbitkan .Paket.Ekonomi.Ini.Poin-poin.Utamanya
60
Rapler.com, http://www.rappler.com/indonesia/105296-pemerintah-jokowi-luncurkan-paket-
kebijakan- ekonomi

40
3. Meningkatkan investasi di bidang properti dengan mendorong pembangunan
rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Mendorong layanan berbasis elektronik agar perizinan lebih konsisten.
5. Mempercepat realisasi proyek strategis, yakni dengan mempercepat izin dan
pengadaan serta diskresi hukum.
6. Hal lain yang juga akan didorong oleh pemerintah adalah dengan
mempercepat investasi sektor properti untuk masyarakat berpendapatan
rendah.
7. Mempercepat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR). Caranya adalah
dengan menurunkan suku bunga dari sekitar 23 persen menjadi 12 persen
per tahun. Hal ini dilakukan karena pemerintah akan memberi subsidi bunga.

Diharapkan kebijakan ini akanmembuka peluang investasi yang lebih besar di


sektor properti. Paket kebijakan tahap pertama ini akan memperkuat industri
nasional. “Akan mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi,
akan memperlancar perdagangan antar daerah, akan membuat pariwisata semakin
bergairah, akan menyejahterakan nelayan.

41
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dalam menghadapi MEA 2015 beberapa strategi dapat dilakukan antara lain :
a. Pembangunan Infrastruktur
b. Konektivitas logistik
c. Peningkatan Sumber daya manusia
d. Penguatan UMKM
e. Pemberdayaan ekonomi kreatif
f. Meningkatkan mutu produk pertanian.
g. Kebijakan ekonomi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
2. Efektivitas kelembagaan hukum Indonesia menghadapi MEA masih mengalami
banyak kendala antara lain :
a. Banyak peraturan perundangan yang isi pasal – pasalnya justru
bertentangan dengan sistem ekonomi Indonesia sebagaimana tercantum
dalam Pasal 33 UUD 1945. Terbukti beberapa undang – undang
dibatalkan oleh Mahkamah konstitusi.
b. Keberadaan peraturan perundangan di bidang ekonomi yang belum
mampu berperan optimal menciptakan suasana kondusif bagi investor,
meningkatkan kehadiran investasi asing dan menopang pertumbuhan
ekonomi dalam rangka mengurangi pengangguran maupun menekan
angka kemiskinan.

B. Saran

1. Pemerintah harus tetap fokus dan bekerja keras dalam melaksanakan strategi
pembangunan yang dicanangkan menghadapi MEA 2015
2. Pemerintah harus berani mengeluarkan kebijakan ekonomi dengan
merombak peraturan perundangan yang sudah tidak sesuai dalam
menghadapi globalisasi regional.
3. Strategi pembangunan hukum ekonomi di Indonesia perlu juga
memperhatikan konsep pembangunan hukum ekonomi berkelanjutan

42
(sustainable economic law development) yang juga memperhatikan dan
memberdayakan daya dukung aspek yang lain.
4. Para perancang undang – undang baik di tingkat pusat maupun di daerah
harus mampu mengakomodasikan tarikan kebawah dan tarikan keatas pada
sistem hukum yang secara cerdas diramu dengan isi Pasal 33 UUD 1945.

43
Daftar Pustaka

Buku

Adi Sulistiyono, 2009, Hukum Ekonomi Sebagai Panglima, Masmedia Buana


Pelajar, Sidoarjo
Ai Siti Farida, 2011, Sistim Ekonomi Indonesia, CV Pustaka Setia, Bandung.
Arndt, H.W., 1994, Pembangunan Ekonomi Indonesia, Pandangan seorang
tetangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta
ASEAN Study Center Universitas Indonesia, 2013, Pemetaan Pekerja Terampil
Indonesia dan Liberalisasi Jasa ASEAN, Universitas Indonesia, Jakarta
B.S. Muljana, 1987, Beberapa Pengertian dan Masalah Mengenai Pembangunan
Ekonomi dalamTeori Ekonomi dan Kebijakan Pembangunan, Kumpulan Esei
Untuk Menghormati Sumitro Djojohadikusumo, PT Gramedia , Jakarta
Departemen Perdagangan RI, 2010, Menuju ASEAN Economic Community 2015,
Kementrian Perdagangan, Jakarta.

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Departemen Luar Negeri RI, 2007. ASEAN
Selayang Pandang. Departemen Luar Negeri RI, Jakarta.

Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kementrian Luar Negeri RI, 2009, Cetak
Biru Komunitas Ekonomi ASEAN, Kemenlu, Jakarta

Dwi Setyo Irawanto, 2015, Tiga Jurus Hattanomics, dalam HATTA, Jejak yang
Melampaui Jaman, KPG dan Majalah Tempo, Jakarta
Dwisaputra, R. dan Aryaji, 2007. Kerjasama Perdagangan Internasional: Peluang
dan Tantangan bagi Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Fajar Sugianto, 2013, Economic Analysis of Law, Seri Analisis Ke-Ekonomian
Tentang Hukum, Penerbit Kencana, Jakarta
Hans J Daeng, , 2012, Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan, Tinjauan
Antropologis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Kementrian Perdagangan RI, 2011, Perkembangan Masyarakat Ekonomi ASEAN,


Kemendag, Jakarta

44
Mansour Fakih, , 2013, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta

Masnur T. Malau, 2013, Aspek Hukum Peraturan dan Kebijakan Pemerintah


Indonesia Menghadapi Liberalisasi Ekonomi Regional, MEA 2015, dalam
Jurnal Rechtvinding, Vol 3 No. 2, Agustus 2014
Moeljarto Tjokrowinoto, 2012, Pembangunan, Dilema dan Tantangan, Pustaka
pelajar, Yogyakarta.
Ni’matul Huda,2007, Kontribusi Pemikiran Untuk 50 Tahun Prof Dr. Moh. Mahfud
MD: Retrospeksi Terhadap Masalah Hukum dan Kenegaraan,: FH. UII Press,
Yogyakarta.
Samuel Hannenman, 2010, Genealogi kekuasaan Ilmu Sosial Indonesia, Dari
Kolonialisme hingga Modernisme Amerika, Kepik Ungu, Depok.

Satjipto Rahardjo,2000, Wajah Hukum di Era Reformasi, PT. Citra Aditya Bakti,
Semarang
Soekarno, 1964, Dibawah Bendera Revolusi Jilid I, Panitya penerbit, Jakarta,

Sulistyo dan Soediyono,1981, Hubungan Ekonomi Luar Negeri Dalam Ekonomi


Pancasila, dalam Ekonomi Pancasila, BPFE UGM Yogyakarta.
Tinjauan Kompas, 2015, Menatap Indonesia 2015, Antara Harapan dan
Tantangan, Penerbit Kompas, Jakarta hal 78
W.I.M Poli, , 2010, Tonggak – Tonggak Sejarah Pemikiran Ekonomi, Brilian
Internasional, Surabaya
Y. Sri Susilo, Strategi Meningkatkan Daya saing UMKM Dalam Menghadapi
Implementasi CAFTA dan MEA, Buletin Ekonomi Universitas Atma Jaya,
Vol 8 No. 2 Agustus 2010

Makalah dan Koran


Deputi Bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, 2013, Disampaikan pada : Rapat Kerja
Kementerian Perindustrian “Hilirisasi Industri dalam Rangka Mencapai Target
Pertumbuhan Industri Nasional”.
Kompas, 2015, Diversifikasi Ekspor Diperlukan, 1 September 2015

45
Kompas, 2015, Globalisasi, kekuatan ekonomi baru dan pembangunan
berkelanjutan, Pidato Pengukuhan Guru Besar FE Universitas Indonesia Mari
Elka Pangestu, 9 Agustus 2015
Kompas, 2015, Pertumbuhan Meroket, Ketimpangan berkurang, Kompas, Selasa
13 Januari
Kompas, 2015, Presiden : Manfaatkan Pasar ASEAN, Kompas 13 Januari .
Kompas, 2015, UKM jadi Fokus ASEAN, Akses dana dan Promosi Ditingkatkan, 24
Agustus 2015
Kompas, Korporasi Indonesia Sukses Bertarung di Pasar Global, 14 Agustus 2015.
Kompas,2015, Infrastruktur jadi Target 2015, 25 Januari 2015
Mas Wigrantoro Roes Setiyadi, 2010, Dibalik Sukses Ekonomi China dan India,
Makalah
Nyoman Pujawan, 2015, Logistik nasional dan ASEAN, Kompas 24 Agustus 2015.
Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR
RI, 2014, Peluang Indonesia Dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015,
Bulletin Info Singkat Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014
Sarah Anabarja, 2008, Kendala dan Tantangan Indonesia dalam
Mengimplementasikan ASEAN Free Trade Area Menuju Terbentuknya ASEAN
Economic Community,

Yudhistira ANM Massardi, 2015 , Bapak, Ibu Bangunlah, Kompas Senin 12


Januari

Sumber internet
Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), 2015, Latar Belakang ASEAN Economic
Community, dalam HTTP://APINDO.OR.ID/ID/FTA/ASEAN-ECONOMIC-
COMMUNITY/LATAR-BELAKANG
Antaranews.com, Masyarakat Ekonomi ASEAN di depan mata, dalam http://
www. antaranews. com / berita/391103/masyarakat-ekonomi-asean-di-depan-
mata
Kompas.com, http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/09/09/182042026/
Pemerintah. Terbitkan .Paket.Ekonomi.Ini.Poin-poin.Utamanya

Rapler.com, http://www.rappler.com/indonesia/105296-pemerintah-jokowi-
luncurkan-paket-kebijakan- ekonomi

46

Anda mungkin juga menyukai