Anda di halaman 1dari 11

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

MEA merupakan singkatan dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang memiliki


pola mengintegrasikan ekonomi ASEAN dengan cara membentuk sistem perdagangan
bebas atau free trade antara negara-negara anggota ASEAN. Para anggota ASEAN
termasuk Indonesia telah menyepakati suatu perjanjian Masyarakat Ekonomi
ASEAN tersebut. MEA adalah istilah yang hadir dalam indonesia tapi pada dasarnya
MEA itu sama saja dengan AEC atau ASEAN ECONOMIC COMMUNITY.
Pembentukan MEA dilandaskan pada empat pilar. Pertama, menjadikan
ASEAN sebagai pasar tunggal dan pusat produksi. Kedua, menjadi kawasan ekonomi
yang kompetitif. Ketiga, menciptakan pertumbuhan ekonomi yang seimbang, dan
pilar terakhir adalah integrasi ke ekonomi global.
Penyatuan ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing kawasan, mendorong
pertumbuhan ekonomi, menekan angka kemiskinan dan untuk meningkatkan standar
hidup masyarakat ASEAN. Integrasi ini diharapkan akan membangun perekonomian
ASEAN serta mengarahkan ASEAN sebagai tulang punggung perekonomian Asia.
Dengan dimulainya MEA maka setiap negara anggota ASEAN harus
meleburkan batas teritori dalam sebuah pasar bebas. MEA akan menyatukan pasar
setiap negara dalam kawasan menjadi pasar tunggal. Sebagai pasar tunggal, arus
barang dan jasa yang bebas merupakan sebuah kemestian. Selain itu negara dalam
kawasan juga diharuskan membebaskan arus investasi, modal dan tenaga terampil.
MEA memang sebuah kesepakatan yang mempunyai tujuan yang luar biasa
namun beberapa pihak juga mengkhawatirkan kesepakatan ini. Arus bebas barang,
jasa, investasi, modal dan tenaga kerja tersebut tak pelak menghadirkan
kekhawatiran tersendiri bagi beberapa pihak. Dalam hal ini pasar potensial domestik
dan lapangan pekerjaan menjadi taruhan. Sekedar bahan renungan, indek daya saing

global Indonesia tahun 2013-2014 (rangking 38) yang jauh di bawah Singapura (2),
Malaysia (24), Brunai Darussalam (26) dan satu peringkat di bawah Thailand (37). Di
sisi lain coba kita lihat populasi Indonesia yang hampir mencapai 40% populasi
ASEAN. Sebuah pasar yang besar tapi tak didukung daya saing yang maksimal.
Jangan sampai Indonesia mengulang dampak perdagangan bebas ASEAN China.
Berharap peningkatan perekonomian malah kebanjiran produk China.
Awal mula MEA berawal pada KTT yang dilaksanakan di Kuala Lumpur pada
tanggal 1997 dimana para pemimpin ASEAN akhirnya memutuskan untuk melakukan
pengubahan ASEAN dengan menjadi suatu kawasan makmur, stabil dan sangat
bersaing dalam perkembangan ekonomi yang berlaku adil dan dapat mengurangi
kesenjangan dan kemiskinan sosial ekonomi (ASEAN Vision 2020).
Kemudian dilanjutkan pada KTT bali yang terjadi pada bulan Oktober pada
tahun 2003, para pemimpin ASEAN mengaluarkan pernyataan bahwa Masyarakat
Ekonomi ASEAN atau MEA akan menjadi sebuah tujuan dari perilaku integrasi
ekonomi regional di tahun 2020, ASEA SECURITY COMMUNITY dan beberapa
komunitas sosial Budaya ASEAN merupakan dua pilar yang tidak bisa terpisahkan
dari komunitas ASEA. Seluruh pihak diharapkan agar dapat bekerja sama secara
kuat didalam membangun komunitas ASEAN di tahun 2020.
Kemudian, selanjutnya pada pertemuan dengan Menteri EKonomi ASEAN yang
telah diselenggarakan di bulan Agustus 2006 yang ada di Kuala Lumpur, Malaysia
mulai bersepakat untuk bisa memajukan masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA
dengan memiliki target yang jelas dan terjadwal dalam pelaksanaannya.
Di KTT ASEAN yang ke-12 di bulan Januari 2007, para pemimpin mulai
menegaskan

komitmen mereka

tentang

melakukan

percepatan

pembentukan

komunitas ASEAN di tahun 2015 yang telah diusulkan oleh ASEAN Vision 2020 dan
ASEAN Concord II, dan adanya penandatanganan deklarasi CEBU mengenai
percepatan pembentukan komunitas ekonomi ASEAN di tahun 2015 dan untuk
melakukan pengubahan ASEAN menjadi suatu daerah perdagangan yang bebas
barang, investasi, tenaga kerja terampil, jasa dan aliran modal yang lebih bebas lagi.
MEA atau Masyarakat Ekonomi ASEAN ialah suatu realisasi dari tujuan akhir
terhadap integrasi ekonomi yang telah dianut didalam ASEAN Visi 2020 yang
berdasarkan atas konvergensi kepentingan para negara-negara anggota ASEAN
untuk dapat memperluas dan memperdalam integrasi ekonomi lewat inisiatif yang
ada dan baru dengan memiliki batas waktu yang jelas. Didalammendirikan
masyarakat ekonomi ASEAN atau MEA, ASEAN mesti melakukan tidakan sesuai
dengan pada prinsip-prinsip terbuka, berorientasi untuk mengarah ke luar, terbuka,
dan mengarah pada pasar ekonomi yang teguh pendirian dengan peraturan
multilateral serta patuh terhadap sistem untuk pelaksanaan dan kepatuhan
komitmen ekonomi yang efektif berdasarkan aturan.
MEA akan mulai membentuk ASEAN menjadi pasar dan basis dari produksi
tunggal yang dapat membuat ASEAN terlihat dinamis dan dapat bersaing dengan
adanya mekanisme dan langkah-langkah dalam memperkuat pelaksanaan baru yang
berinisiatif ekonomi; mempercepat perpaduan regional yang ada disektor-sektor
prioritas; memberikan fasilitas terhadap gerakan bisnis, tenaga kerja memiliki
bakat dan terampil; dapat memperkuat kelembagaan mekanisme di ASEAn. Menjadi
langkah awal dalam mewujudkan MEA atau MAsyarakat Ekonomi ASEAN.
Di saat

yang

sama, MEA

akan

dapat

mengatasi

kesenjangan

pada

pembangunan dan melakukan percepatan integrasi kepada negara Laos, Myanmar,

VIetnam dan Kamboja lewat Initiative for ASEAN integration dan inisiatif dari
regional yang lainnya.
Adapun bentuk kerjasamanya ialah

Pengembangan pada sumber daya manusia dan adanya peningkatan kapasitas


Pengakuan terkait kualifikasi profesional
Konsultasi yang lebih dekat terhadap kebijakan makro keuangan dan ekonomi.
Memiliki langkah-langkah dalam pembiayaan perdagangan.
Meningkatkan infrastruktur.
Melakukan pengembangan pada transaksi elektronik lewat e-ASEAN.
Memperpadukan segala industri yang ada diseluruh wilayah untuk dapat

mempromosikan sumber daerah.


Meningkatkan peran dari sektor swasta untuk dapat membangun MEA atau
Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Pentingnya digalakkannya perdagangan eksternal kepada ASEAN dan keperluan
dalam komunitas ASEAN yang secara keseluruhan untuk tetap dapat menatap
kedepan.
Adapun ciri-ciri utama MEA, yaitu :

Kawasan ekonomi yang sangat kompetitif.


Memiliki wilayah pembangunan ekonomi yang merata.
Daerah-daerah akan terintegrasi secara penuh dalam ekonomi global
Basis dan pasar produksi tunggal.
Ciri-ciri ini akan sangat saling berkaitan dengan kuat. Dengan memasukkan
pada unsur-unsur yang paling dibutuhkan dari setiap masing-masing ciri-ciri dan
mesti dapat memastikan untuk konsisten dan adanya keterpaduan dari unsur-unsur
dan pelaksanaannya yang tepat dan bisa saling mengkoordinasi antara para
pemangku kekuasaan atau kepentingan yang punya relevansi.

DAMPAK POSITIF Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


1. Pada Sisi Perdagangan
Menurut Santoso pada tahun 2008 Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi
kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang
bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor
yang pada akhirnya akan meningkatkan GDP Indonesia.

2. Pada Sisi Investasi


Kondisi ini dapat menciptakan iklim yang mendukung masuknya Foreign Direct

Investment (FDI)

yang

dapat

menstimulus

pertumbuhan

ekonomi

melalui

perkembangan teknologi, penciptaan lapangan kerja, pengembangan sumber daya


manusia (human capital) dan akses yang lebih mudah kepada pasar dunia.

3. Pada Sisi Ketenagakerjaan


Terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena
dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan keahlian
yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka
mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan
tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para wirausahawan untuk
mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Para tenaga kerja
Indonesia juga dapat bekerja di negara anggota ASEAN dengan bebas dan sesuai
dengan keterampilan yang dimilikinya.

Dampak Positif lainnya yaitu :


Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia dapat
menstabilkan perekonomian negara menjadi lebih baik. Salah satu contohnya yaitu

dengan adanya pasar bebas, barang indonesia dapat memperluas jangkauan ekspor
dan impor tanpa ada biaya dan penahanan barang terlalu lama di bea cukai. Para
investor dapat memperluas ruang investasinya tanpa ada batasan ruang antar
negara anggota ASEAN.
Para pengusaha akan semakin kreatif karena persaingan yang ketat, para
tenaga kerja akan semakin meningkatakan tingkat profesionalitas dan bakat yang
dimilikinya. Para penanam modal dari indonesia semakin jeli dalam memilih,dan
banyak hal positif lainnya yang dapat di nikmati indonesia atas adanya Asean
Economic Community 2015 mendatang.
Kita bangsa Indonesia akan mampu mengahadapi berbagai macam tantangan
dalam menyambut datangnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Apabila kita
mempunyai daya saing yang kuat, persiapan yang matang, produk-produk dalam
negeri akan menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan kita mampu memanfaatkan
kehadiran MEA 2015 untuk menikmati dampak positif bagi kepentingan bersama dan
untuk kemakmuran rakyat indonesia.

DAMPAK NEGATIF Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


1. Pada Sisi Kompetisi
Kompetisi akan muncul dengan banyaknya barang impor yang akan mengalir
dalam jumlah banyak ke Indonesia yang akan mengancam industri lokal dalam
bersaing dengan produk-produk luar negri yang jauh lebih berkualitas. Hal ini pada
akhirnya akan meningkatkan defisit neraca perdagangan bagi Negara Indonesia
sendiri.
2. Pada sisi Ekploitasi

Exploitation dengan skala besar terhadap ketersediaan sumber daya alam


oleh perusahaan asing yang masuk ke Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah
sumber daya alam melimpah dibandingkan negara-negara lainnya. Tidak tertutup
kemungkinan juga eksploitasi yang dilakukan perusahaan asing dapat merusak
ekosistem di Indonesia, sedangkan regulasi investasi yang ada di Indonesia belum
cukup kuat untuk menjaga kondisi alam termasuk ketersediaan sumber daya alam
yang terkandung.

3. Pada Sisi Ketenagakarejaan


Dampak negatif pada sisi ketenagakerjaan dapat dilihat dari sisi pendidikan
dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal
dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia
sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN. Menurut
Media Indonesia, Kamis 27 Maret 2014, dengan adanya pasar barang dan jasa
secara bebas tersebut akan mengakibatkan tenaga kerja asing dengan mudah masuk
dan bekerja di Indonesia sehingga mengakibatkan persaingan tenaga kerja yang
semakin ketat di bidang ketenagakerjaan.

Dampak Negatif Lainnya yaitu


Sesuai dengan pilar MEA 2015, pembatasan dalam tenaga kerja profesional
akan dihapuskan. Hal tersebut memberikan kesempatan tenaga kerja asing untuk
masuk dalam lapangan kerja di Indonesia. Dampaknya adalah kesempatan untuk
mendapatkan pekerjaan di Indonesia semakin kecil. Dilihat dari sisi pendidikan dan
produktivitas, Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal
dari Malaysia, Singapura, dan Thailand serta fondasi industri yang bagi Indonesia
sendiri membuat Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika
Online, 2013). Selain itu, kemampuan berbahasa tenaga kerja Indonesia juga masih

dianggap kurang, dan kesiapan tenaga kerja Indonesia hanya bergantung pada
mental (BBC Indonesia, 2014).
Dampak arus bebas investasi menimbulkan eksploitasi sumber daya yang ada
di Indonesia oleh perusahaan asing. Apabila Indonesia tidak dapat menanganinya
dengan baik maka eksploitasi besar-besaran akan membuat Indonesia mengalami
kerugian. Selain itu, Indonesia juga masih bergantung pada impor barang luar
negeri. Indonesia kebanyakan hanya mengekspor barang mentah atau barang
setengah jadi. Apabila kegiatan ekspor-impor tersebut tidak dapat dijalankan
dengan baik maka Indonesia akan diserbu oleh barang impor. Perusahaan Indonesia
juga melemah karena tidak sanggup bertahan dengan serbuan barang impor.
Ketersediaan dan kualitas infrastruktur di Indonesia juga masih kurang.
Jalur-jalur darat, air maupun udara untuk menghubungkan pulau-pulau di Indonesia
dan Indonesia dengan negara lain belum memadai. Hal tersebut memberi dampak
pada kelancaran arus ekspor dan impor di Indonesia.

KESIMPULAN
Perlu kita ketahui bahwa kondisi perekonomian Indonesia semakin jauh dari
harapan. Selama sepuluh tahun terakhir, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia ratarata 5,2%. Namun, angka kemiskinan dan pengangguran tetap tinggi akibat
pertumbuhan ekonomi yang terlalu eksklusif. Hanya sebagian masyarakat yang
menikmati pertumbuhan ekonomi ini. Dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) ini dapat berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan
meningkatkan GDP Indonesia. Selain itu dengan adanya Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja

karena dapat banyak tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan akan
keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi keluar negeri dalam
rangka mencari pekerjaan menjadi

lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada

hambatan tertentu. MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi para
wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Para tenaga kerja Indonesia juga dapat bekerja di negara anggota ASEAN dengan
bebas dan sesuai dengan keterampilan yang dimilikinya.
Namun, memang dengan adanya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini juga
memiliki dampak negatif seperti dari sisi kompetisi, eksploitasi, ketenagakerjaan,
dan sebagainya. Untuk mengurangi dampak-dampak yang dihasilkan oleh Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) , menurut saya, Indonesia perlu membuat langkah-langkah
seperti sistem ekonomi nasionalisme atau merkantilisme. Pemerintah Indonesia
sebaiknya tetap ikut campur tangan dalam arus perdagangan internasional yang
diberlakukan dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dengan memberlakukan
syarat terhadap barang maupun jasa yang masuk ke dalam Indonesia untuk
melindungi perekonomian Indonesia. Untuk menangani dampak arus bebas investasi,
Indonesia dapat memberikan syarat bagi perusahaan-perusahaan yang ingin
berinvestasi di Indonesia. Selain itu, Indonesia juga perlu melindungi sumber
dayanya terlebih dahulu agar tidak dieksploitasi oleh perusahaan asing. Indonesia
juga perlu melindungi UMKM dari persaingan dalam perdagangan internasional.
Perlindungan ini juga sebaiknya tidak berlebihan dalam membatasi aktivitas ekonomi
perusahaan kecil maupun asing. Selanjutnya, Indonesia juga perlu memberlakukan
syarat-syarat tertentu terhadap tenaga kerja asing yang masuk ke lapangan kerja
Indonesia. Indonesia juga sebaiknya memberikan pelatihan bagi tenaga kerja
domestik agar tidak kalah saing di lapangan kerja pada saat diberlakukannya

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pembangunan infrastruktur di Indonesia perlu


di selesaikan dengan baik agar tidak mengganggu jalannya arus ekspor-impor. Selain
itu, pembangunan infrastruktur juga diperlukan untuk meningkatkan pendidikan
masyarakat Indonesia agar lebih siap dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA).

VIVA.co.id - Indonesia yang sebentar lagi memasuki Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
dinilai masih banyak dihadapkan sejumlah masalah, baik itu dari segi kesiapan pemerintah dalam
menghadapi persaingan pasar bebas hingga masalah kualitas tenaga kerja Indonesia yang ada
saat ini.
Lembaga Penelitian, Pengembangan dan Pengkajian Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) Indonesia menyatakan, jika Indonesia telah memasuki MEA maka akan ada
dampak negatif dan positif.
"Negatifnya, jika kita kalah bersaing, produk dan jasa kita tidak laku dan itu akan membuat
pengangguran bertambah," ujar Ketua LP3E Kadin, Didik J Rachbini di kantor Kadin, Jakarta,
Rabu, 30 Desember 2015.
Untuk segi positifnya, yakni produk dan jasa dalam negeri memiliki daya saing, lapangan kerja
baru bertambah karena bertambahnya perusahaan baik perusahaan dalam negeri maupun
perusahaan asing.
"Begitu juta dari sisi kependudukan, kita sudah mendapat bonus demografi. Jika dimanfaatkan
dengan baik bisa menjadi engines of growth. Jika tidak maka akan menjadi bencana
kependudukan," kata dia.
Didik juga menjelaskan, jika dilihat dari kualitas tenaga kerja Indonesia saat ini, pemerintah
harus berputar otak supaya para tenaga kerja Indonesia bisa bersaing di MEA.

Hal ini dikarenakan, hingga kini hampir separuh atau 47,1 persen dari tenaga kerja Indonesia
adalah lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah. "Sehingga ini sulit mendapat tenaga kerja dengan
kualifikasi keterampilan dan keahlian yang cukup," kata dia.
Didik menambahkan, hal ini juga tercemin dengan kondisi kualitas sumber daya manusia dan
Ketenagakerjaan yang kurang berkualitas dan masih kalah dari negara tetangga yang ada di
ASEAN.
"Ini terlihat dari peringkat Human Development Index yang dikeluarkan UNDP. Di antara negara
Asean peringkat Indonesia ini masih kalah dibandingkan Singapura, Brunei, Malaysia dan
Thailand," ujarnya.

Anda mungkin juga menyukai