ASEAN didirikan dengan latar belakang semangat kerjasama antar negara-negara Asia
Tenggara untuk terus maju dan berkembang setelah sebelumnya sama-sama berjuang
meraih kemerdekaan dari kolonialisme Eropa.
Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN ikut beradaptasi dengan cara memperkuat
hubungan antar negara. Hubungan antar negara seperti itu diwujudkan dalam bentuk
kerjasama di berbagai bidang. Masyarakat Ekonomi Asean atau yang biasa disingkat
menjadi MEA adalah salah satunya.
Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan sebuah upaya dari berbagai negara di Asia
Tenggara untuk menghadapi perdagangan bebas, khususnya di antara negara Asia
Tenggara sendiri. Negara-negara yang tergabung dalam MEA antara lain adalah Indonesia,
Malaysia, Singapura, Filipina, Vietnam, Kamboja, Laos, Brunei Darussalam, Thailand, dan
Myanmar.
Lalu, apakah MEA itu? MEA bisa disebut sebagai bentuk implementasi dari salah satu
tujuan ASEAN, yakni mempererat kerjasama ekonomi di antara anggotanya. Konsep MEA
awalnya tercetus pada 2003 saat diselenggarakannya Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN
di Bali. Para pemimpin ASEAN mencoba untuk mengintegrasikan kegiatan ekonomi
masing-masing negara demi menciptakan stabilitas ekonomi di Asia Tenggara.
Konsep awal itulah yang kemudian diresmikan dalam cetak biru MEA 2015, yang
ditandatangani oleh para menteri ekonomi ASEAN di dalam Pertemuan Menteri Ekonomi
se-Asia Tenggara di Kuala Lumpur pada Agustus 2006. Cetak biru tersebut berisi
kesepakatan tahap awal integrasi ekonomi ASEAN yang akan dimulai sejak 2008 hingga
2015.
Tujuan MEA
Salah satu tujuan MEA yang utama adalah untuk menjadikan wilayah Asia Tenggara
sebagai pasar tunggal yang membebaskan arus barang, jasa, investasi, dan tenaga terampil.
Hal yang peredarannya tidak dibatasi di antara negara-negara Asia Tenggara, yaitu arus
barang, arus jasa, arus modal, arus investasi, dan arus tenaga kerja terampil.
Tujuan MEA ini disimpulkan dalam empat pilar utama dalam cetak biru MEA 2015.
Dengan kata lain, empat pilar ini merupakan tujuan MEA yang perlu dicapai pada 2015.
Apa saja empat pilar tersebut?
Untuk mengiringi usaha negara-negara anggota dalam memenuhi tujuan MEA tersebut,
ada beberapa hal yang juga perlu dipenuhi pada 2015, antara lain:
Menciptakan Asia Tenggara sebagai wilayah yang ramah investasi dan business-
friendly.
Tidak adanya hambatan dalam bentuk tarif di dalam perdagangan antar negara Asia
Tenggara.
Mengurangi biaya perdagangan antar negara Asia Tenggara dengan
menyederhanakan proses kepabeanan dan kebijakan arus keluar-masuk barang.
Saat batas cetak biru MEA 2015 berakhir, ASEAN ternyata sudah mampu berkembang
menjadi kekuatan ekonomi terbesar keenam di dunia dengan Produk Domestik Bruto
gabungan sebesar US$2,4 triliun.
Bukan hanya itu, nilai total perdagangan di ASEAN pun bertumbuh US$700 miliar antara
2007 hingga 2014. Perdagangan antar negara Asia Tenggara mengambil porsi besar dari
angka tersebut.
Para pemimpin negara-negara anggota ASEAN kemudian sepakat untuk membuat cetak
biru MEA kedua, yang diberi nama AEC Blueprint 2025. Tak berbeda dengan cetak biru
2015, kali ini pun ada lima pilar utama yang perlu dipenuhi pada tahun 2025. Lima pilar
tersebut adalah:
Ekonomi yang terpadu dan terintegrasi penuh
ASEAN yang berdaya saing, inovatif, dan dinamis
Peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral
ASEAN yang tangguh, inklusif, serta berorientasi dan berpusat pada masyarakat.
ASEAN yang global.
Ada 5 strategi yang tercantum pada AEC Blueprint 2025 mengenai Good Regulatory
Practice (GRP). Good Regulatory Practice sendiri adalah proses, sistem, alat, dan metode
yang diakui secara internasional untuk meningkatkan kualitas regulasi. Berikut 5 strategi
tersebut.
a. Menjamin peraturan yang pro-kompetitif, sepadan dengan tujuan, dan non-
diskriminatif.
b. Melakukan review program regional terpadu regular pada proses implementasi
peraturan dan prosedur yang ada untuk perampingan lebih lanjut dan jika perlu,
rekomendasi untuk perubahan dan langkah-langkah lain yang sesuai.
c. Melembagakan konsultasi GRP dan informasi percakapan regulasi dengan berbagai
pemegang kepentingan untuk mengidentifikasi masalah.
d. Agenda regulasi mencakup pengaturan dari target untuk memfasilitasi regular
assessment dari peraturan dan peninjauan berkala dari kemajuan dan dampak di
wilayah tersebut.
e. Menargetkan program capacity building dengan mitra seperti Organisation for
Economic Cooperation and Development (OECD) dan Economic Research
Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) untuk membantu Negara-negara
Anggota ASEAN dalam inisiatif reformasi regulasi yang memperhitungkan tingkat
pembangunan yang berbeda, kebutuhan pembangunan dan ruang peraturan
kebijakan masing-masing negara anggota ASEAN.
Singkatnya, MEA 2025 adalah kelanjutan dari MEA 2015. Tujuan MEA 2025 antara lain
untuk membuat ekonomi ASEAN semakin terintegrasi dan kohesif; berdaya saing dan
dinamis; peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral; tangguh, inklusif, berorientasi
serta berpusat pada masyarakat; serta ASEAN yang global.
Manfaat MEA bagi Indonesia
Cakupan kerjasama ekonomi ASEAN mencakup banyak hal, seperti bidang perindustrian,
perdagangan, investasi, jasa dan transportasi, telekomunikasi, pariwisata, serta keuangan.
Selain itu mencakup juga bidang pertanian dan kehutanan, energi dan mineral, serta usaha
mikro kecil dan menengah atau UMKM.
Cakupan bidang yang banyak ini, otomatis menghadirkan manfaat MEA yang tidak sedikit
bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Indonesia merupakan salah satu negara yang tergabung dalam ASEAN dan juga bagian
dari MEA. Hal ini semestinya juga menghadirkan manfaat MEA bagi Indonesia sendiri.
Berikut berbagai manfaat MEA bagi Indonesia.
Adanya kerjasama antar negara seperti MEA secara tidak langsung menjadikan
pengelolaan tenaga kerja semakin berkembang. Pemilik bisnis atau perusahaan semestinya
lebih jeli dan paham mengenai regulasi yang berlaku mengenai ketenagakerjaan.
Setelah mengenal dan memahami apa itu MEA dan manfaat MEA bagi Indonesia maka
kamu sebagai pemilik bisnis sepertinya sudah harus mulai memikirkan cara dan strategi
yang tepat agar bisnismu bisa terus berjalan baik dengan SDM yang memenuhi syarat dan
mampu beradaptasi dengan teknologi, ide dan strategi bisnis yang penuh dengan inovasi,
dan juga yang tidak kalah penting adalah arus keuangan yang lancar.