Anda di halaman 1dari 6

Dampak Pelaksanaan MEA Dan Kesiapan UMKM ..............................................

(Nurus Sofia)

DAMPAK PELAKSANAAN MEA DAN KESIAPAN UMKM KOPERASI DALAM


MENGHADAPI MEA

Oleh: Nurus Sofia


Email:nurus.sofia23@gmail.com
(G73217089/Manajemen_Koperasi/Semester
V/Fakultas_Ekonomi_dan_Bisnis_Islam/UIN_Sunan_Ampel_Surabaya)

Abstrak

Sejak tahun 2015 kondisi perkoperasian di Indonesia memasuki atmosfer persaingan


yang sangat ketat. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut negara yang berada di kawasan
Asia Tenggara yang tergabung dalam Association Southeast Asian Nations (ASEAN)
melakukan kerjasama ekonomi regional yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA) atau disebut dengan Economic Asean Community (AEC). Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) bertujuan untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional,
meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan standar hidup
penduduk negara anggota ASEAN (Depdag, 2013). Selain itu Pembentukan kawasan ini
bertujuan membuka pasar bagi negara-negara anggota Asean berbasis produksi dan
kerjasama ekonomi.

Keberadaan Masyarakat Ekonomi Asean (ASEAN) mempercepat perputaran arus


barang dan jasa, mobilitas manusia, kemudahaan akses modal, investasi, serta tenaga kerja.
Percepatan tersebut dapat menjadi peluang dan berdampak positif namun juga dapat menjadi
ancaman karena menimbulkan persaingan yang ketat. Kondisi koperasi di Indonesia dari
tahun ketahun mengalami kenaikan secara kuantitas yakni berdasarkan data BPS pada tahun
2006 terdapat 98,9 ribu unit, tahun 2017 mencapai 152,2 ribu meningkat 53,8% seiring
pertumbuhan ekonomi domestik. Secara kualitas, koperasi masih menyimpan banyak
permasalahan pada beberapa aspek, yaitu aspek organisasi, aspek manajemen, aspek
produktivitas, dan aspek manfaat dan dampak. Bila ini dibiarkan terus maka keberadaannya
akan menjadi pelaku usaha pinggiran (marginal) dalam MEA nanti.

Pembenahannya perlu dirintis sejak sekarang dengan penuh komitmen dan


berkesinambungan dengan merujuk pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha
Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 06/Per/M.KUKM/V/2006 tanggal 1 Mei 2006
tentang Pedoman Penilaian Koperasi Berprestasi/Koperasi Award. Selain itu upaya
pemerintah sangat penting dalam melakukan pemberdayaan terhadap koperasi agar dapat
eksis di era perdagangan bebas tingkat kawasan Asia Tenggara.

Kata Kunci : Dampak, Economic Asean Community (AEC), Koperasi


Dampak Pelaksanaan MEA Dan Kesiapan UMKM ..............................................(Nurus Sofia)

A. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang berada dikawasan asia tenggara dan
tergabung dalam himpunan Association Southeast Asian Nations atau disingkat
ASEAN. ASEAN merupakan sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi dari negara-
negara di kawasan Asia Tenggara, yang didirikan di Bangkok, 8 Agustus
1967 berdasarkan Deklarasi Bangkok oleh sepuluh negara yang berangggotakan
Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand serta negara asia tenggara
lainnya. Perwakilan Indonesia yang menandatangani deklarasi bangkok pada saat itu
adalah Adam Malik yang merupakan menteri luar negeri Indonesia. Sementara itu,
perwakilan dari negara lainnya adalah Narsisco Ramos (Filipina), Tun Abdul
Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand).
Isi Deklarasi Bangkok adalah sebagai berikut:
1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan
kebudayaan di kawasan Asia Tenggara
2) Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional
3) Meningkatkan kerja sama dan saling membantu untuk kepentingan bersama dalam
bidang ekonomi, sosial, teknik, ilmu pengetahuan, dan administrasi
4) Memelihara kerja sama yang erat di tengah-tengah organisasi regional dan
internasional yang ada
5) Meningkatkan kerja sama untuk memajukan pendidikan, latihan, dan penelitian di
kawasan Asia Tenggara
Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan negara-negara anggotanya,
memajukan perdamaian dan stabilitas di tingkat regional, serta meningkatkan
kesempatan untuk membahas perbedaan di antara anggotanya dengan damai.
Selanjutnya terbentuk Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) atau Asean Economic
Community (AEC) adalah bentuk kerjasama integrasi ekonomi ASEAN, yang dirintis
sejak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali, Indonesia, tahun 2003
atau dikenal sebagai Bali Concord II. MEA bertujuan untuk menjaga stabilitas politik
dan keamanan regional, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di
pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta
meningkatkan standar hidup penduduk negara anggota ASEAN (Depdag, 2013).
Dalam kegiatan MEA kerjasama integrasi ekonomi yang dibebaskan adalah
arus barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus modal yang lebih bebas, dan
arus bebas tenaga kerja terampil. Kelima elemen yang dibebaskan itu dapat dijelaskan
sebagai berikut : komponen arus perdagangan bebas barang meliputi penurunan dan
penghapusan tarif secara signifikan maupun penghapusan hambatan non tarif sesuai
skema Asean Free Trade Area (AFTA). Pada liberalisasi jasa bertujuan untuk
menghilangkan hambatan penyediaan jasa-jasa di antara negara-negara Asean yang
dilakukan melalui mekanisme yang diatur dalam Asean Framework Agreement on
Service (AFAS), yang disepakati pada tahun 1995. Prinsip utama dalam
meningkatkan daya Asean menarik penanaman modal asing adalah menciptakan iklim
investasi yang kondusif di ASEAN. Pengertian arus modal yang lebih bebas adalah
hanya akan membuat arus modal menjadi lebih bebas (freer), yang diterjemahkan
Dampak Pelaksanaan MEA Dan Kesiapan UMKM ..............................................(Nurus Sofia)

Dampak Pelaksanaan MEA dengan pengurangan (Relaxing) atas restriksi-restriksi


dalam arus modal misalnya relaxing on capital control. Pembahasan tenaga kerja
dalam AEC Blueprint dibatasi pada pengaturan khusus tenaga kerja terampil (Skilled
Labour), yang diartikan sebagai pekerja yang mempunyai keterampilan atau keahlian
khusus, pengetahun, atau kemampuan dibidangnya, yang bisa berasal dari lulusan
perguruan tinggi, akademisi atau sekolah teknik atau dari pengalaman kerja1
Sejarah perkoperasian di Indonesia dimulai sejak abad ke-20 yang dimulai
dengan adanya usaha kecil yang dilakukan oleh rakyat kecil yang tidak memilik
cukup modal untuk melakukan kegiatan bisnis dalam skala besar. Perkembangan
koperasi semakin maju dibuat peraturan-peraturan Verordening op de Cooperatieve
Vereeniging dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev kemudian
dilanjutkan pada penjajahan Jepang dengan didirikannya koperasi Kumiyai. Setelah
Indonesia merdeka dilakukan beberappa kali kongres koperasi pertama kalinya di
Tasikmalaya. Yang kemudian hari tersebut ditetapkanlah sebagai Hari Koperasi
Indonesia. Selain itu Indonesia mulai menata badan usaha perkoperasian dengan
aturan tersendiri yang diatur dengan undang-undang hingga masa sekarang. Prinsip
Koperasi berdasarkan UU No. 17 Th. 2012, yaitu: Modal terdiri dari simpanan pokok
dan surat modal koperasi(SMK)
Di Indonesia sendiri telah dibuat UU no. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Prinsip koperasi menurut UU no. 25 tahun 1992 adalah :
1) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka
2) Pengelolaan dilakukan secara demokrasi
3) Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-masing
anggota
4) yang Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
5) Kemandirian
6) Pendidikan perkoperasian
7) Kerjasama antar koperasi

B. KONDISI PERKOPERASIAN DI INDONESIA


Kondisi perkoperasian di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami kenaikan
dari segi kuantitas koperasi walaupun secara kualitas perkoperasian Indonesia masih
cenderung stagnan. Kendati demikian dalam kondisi moneter pada tahun 1998 koperasi
mampu bertahan hingga sekarang. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kenaikan
jumlah koperasi di Indonesia Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2019 perkembangan koperasi di Indonesia terjadi dengan sangat pesat dari tahun ke
tahun secara kuantitas. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini yang
menunjukkan pertambahan kuantitas koperasi di Indonesia dari tahun 2006 sampai
pada tahun 2017. Pada tahun 2006 jumlah koperasi di Indonesia mencapai 98,9 ribu
unit. Hingga pada tahun 2017 jumlah koperasi di Indonesia mencapai 152,2 ribu unit
tumbuh 0,66% dibanding tahun sebelumnya. Namun jika dibandingkan dengan data

1
Ibidh., 16.
Dampak Pelaksanaan MEA Dan Kesiapan UMKM ..............................................(Nurus Sofia)

2006, jumlah koperasi telah meningkat 53,8% seiring pertumbuhan ekonomi domestik.
Jumlah koperasi terbanyak berada di Jawa Timur, yakni mencapai 27.683 unit atau
sekitar 18% dari total koperasi. Selanjutnya, Jawa Tengah dengan 21.667 unit koperasi
dan Jawa Barat 16.203 unit. Sementara wilayah yang mengalami pertumbuhan koperasi
paling pesat adalah Papua. Pada 2006, jumlah koperasi di provinsi paling timur
Indonesia tersebut hanya 944 unit, tapi pada 2017 telah meningkat 128% menjadi 2.158
unit. Sedangkan volume usaha di Indonesia pada tahun 2017 menurut BPS mencapai
189,8 juta rupiah per 24 April 2018 volume usaha tersebut juga menggambarkan omset
usaha.

C. DAMPAK PELAKSANAAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)


TERHADAP KOPERASI
Sejak keberadaan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di Indonesia pergerakan
arus barang dan jasa, mobilitas SDM, akses modal, dan tenaga kerja semakin cepat
dan semakin mudah. Hal ini menciptakan kondisi persaingan usaha yang semakin
ketat. Koperasi yang merupakan badan usaha yang berasaskan kekeluargaan cukup
sulit untuk memasuki persaingan bisnis global yang semakin bebas. Pasalnya koperasi
di Indonesia di dominasi oleh Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang unit
kegiatan usahanya dalam skala kecil. Selain itu berbagai masalah terkait manajerial,
Kualitas SDM, legalitas koperasi masih banyak mengalami permasalahan.
Keberadaan MEA tentu saja menjadi tantangan sekaligus ancaman bagi UMKM
untuk dapat terus eksis dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya.

Dampak positif (Peluang) MEA terhadap koperasi:


 Terbukaanya pasar untuk produk-produk ekspor di ASEAN.
 Kemudahaan untuk mengakses modal investasi antar Negara ASEAN.
 Kemudahaan memperoleh barang atau jasa yang diproduksi diluar Negara
kita.
 Meningkatkan kegiatan pariwisata, mobilitas orang dan uang yang tinggi
serta perubahan sistem kehidupan masyarakat.
Dampak Negatif (tantangan) MEA terhadap koperasi:
 Memperketat persaingan usaha antara koperasi nasional dan koperasi
internasional
 Koperasi yang memiliki usaha skala kecil tidak mampu bersaing.
 Hilangnya pasar produk ekspor kita karena kalah bersaing karena harga dan
kualitas produk kita halah dibanding Negara lain di ASEAN.
 Banjir produk impor di pasaran dalam negeri yang akan mematikan usaha-
usaha di Negara kita.
 Kemungkinan adanya spekulasi di sektor keuangan, yang bisa
menghancurkan stabilitas ekonomi Negara
 Masuknya SDM dari Negara lain yang lebih berkualitas dari professional,
yang akan menggusur tenaga kerja dalam negeri.
Dampak Pelaksanaan MEA Dan Kesiapan UMKM ..............................................(Nurus Sofia)

D. UPAYA PEMERINTAH DALAM PEMBERDAYAAN KOPERASI


Upaya pemerintah menjadi faktor yang paling penting dalam
memberdayakan koperasi agar tetap eksis dan mampu bersaing dalam lingkungan
MEA yang semakin ketat. Pasalnya pemerintah memiliki peran sebagai regulator
yang dapat megatur segala bentuk kegiatan usaha yang ada di Indonesia termasuk
koperasi. Oleh karena itu, pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan peraturan
harus memperbaiki sistem legalitas usaha perkoperasian dan tidak mempersulit
ruang gerak koperasi dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Selain itu upaya-
upaya pemberdayaan koperasi diperlukan untuk meningkatkan kualitas
perkoperasian di Indonesia dengan berbagai pelatihan dan penyuluhan. Dalam
setiap kegiatan-kegiatan koperasi telah diatur dalam undang-undang yang telah
dibuat oleh pemerintah seperti dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992
tentang pengkoperasian. Peranan pemerintah dalam gerakan koperasi antara lain
dengan:2
1. Memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun melakukan
penelitian bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi terhadap
permasalahan koperasi.
2. Melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap koperasi
berupa penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil diusahakan oleh
koperasi untuk tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya.
3. Memberi fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan jaringan
usaha dan kerja sama.

E. KESIAPAN UMKM KOPERASI DALAM MENGHADAPI MEA


Pada dasarnya bukanlah hal yang sulit bagi koperasi untuk dapat eksis dalam era
MEA hal ini dikarenakan koperasi merupakan badan usaha yang berasaskan
kekeluargaan dan gotong royong dengan tujuan mensejahterakan anggotanya. Pada
era MEA tersedia segala bentuk kemudahan akses dalam memperoleh modal maupun
investasi. Hal ini cukup dijadikan peluang bagi kegiatan UMKM koperasi untuk
meningkatkan volume kegiatan bisnisnya ke skala besar. Walaupun dari segi kualitas
produk barang dan jasa akan sulit bersaing tetapi dengan adanya kemudahan akses
modal dan perbaikan regulasi koperasi dari pemerintah maka UMKM koperasi dan
wirausaha koperasi dapat meningkatkan kualitas kegiatan bisnisnya untuk memperleh
keuntungan yang lebih. Selain itu upaya pemberdayaan pemerintah dan apresiasi
terhadap koperasi yang berprestasi akan membuat UMKM lebih siap menghadapi
persaingan global di era MEA.

F. PENUTUP
Dengan adanya dukungan oleh pemerintah terkait pemberdayaan koperasi di
Indonesia serta kebijakan dan perbaikan peraturan perundang-undangan di Indonesia
terkait legalitas dan kegiatan usaha koperasi maka bukanlah hal sulit bagi koperasi

2
Damayanti, Dina. 2016. Majalah Ilmiah Inspiratif (Peran Pemerintah Terhadap Perkembangan Koperasi di
Kabupaten Kendal). Vol. 2 No. 2. Januari 2016. Diakses pada [31/08 06:10]
Dampak Pelaksanaan MEA Dan Kesiapan UMKM ..............................................(Nurus Sofia)

untuk dapat terus eksis dalam era MEA. Hanya saja perbaikan manajerial dan
sumberdaya manusia yang merupakan anggota koperasi harus lebihb terlatih dan
profesional sehingga koperasi di Indonesia tidak hanya mengalami kenaikan kuantitas
melainkan kualitas dan UMKM koperasi maupun wirausaha koperasi mampu
bersaing di era MEA.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ismeth, 2004, Berbagai Masalah Yang Dihadapi Oleh Usaha Simpan Pinjam
Koperasi Sebagai Lembaga Keuangan Mikro, Jurnal, Infokop Nomor 24 Tahun XIX, 2004.
Larto, 2013, Koperasipreneur : Jurus Jadi Pengusaha Kaya Anti Bangkrut, Jakarta: Naga
Media.
Nurwahid, Hidayat, 2004, Pengembangan Koperasi Indonesia Masa Depan, Jakarta: Jurnal,
Infokop Nomor 24 Tahun XIX, 2004.
Norvadewi, 2007, Tinjauan Syariah Terhadap Badan Hukum Koperasi Untuk Baitul Mal Wat
Tamwil (BMT), Mazahib, Vol. IV, No.2, Desember 2007.
Sijabat, Saudin, 2010, Prediksi Dampak Pelaksanaan ACFTA Terhadap Koperasi dan
UMKM, Jakarta: Jurnal, Infokop Volume 18-Juli 2010.
Sitompul, Anwar, 2010, Strategi dan Langkah-Langkah UMKM dan Koperasi Dalam
Menghadapi ACFTA, Jakarta: Jurnal, Infokop Volume 18-Juli 2010.
Soetrisno, 2004, Model Pengembangan Koperasi Yang Berorientasi Pada Usaha Yang Kuat,
Jakrta: Jurnal, Infokop Nomor 24 Tahun XIX, 2004
Tambunan, Tulus, dkk, 2013, Masyarakat Ekonomi Asean 2015 : Peluang dan Tantangan
Bagi UMKM Indonesia. Jakarta: Kadin Indonesia.
Tulung, Freddy H., dkk, 2011, Memasyarakatkan Koperasi : Tanya Jawab Praktek-Praktek
Aktual Pemberdayaan Koperasi. Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai