Anda di halaman 1dari 3

INTEGRASI EKONOMI REGIONAL

Ignatius Rajendra Wijaya 205030400111055


Marshanda Cahya Kumala Shinta 205030401111037
Wahyu Putra 205030401111045
Hanna Rizkyah Lawenussa 205030401111050
Fadillah Nur Quraisy 205030407111048

Setiap negara di dunia ini membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan dalam
negerinya hal ini karena sumber daya yang tersedia di setiap negara berbeda. Dalam memenuhi
kebutuhannya tersebut negara-negara kemudian melakukan hubungan dengan negara lain
dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu bidang ekonomi. Hubungan ekonomi antara satu
negara dengan negara lain akan membentuk sistem ekonomi yang lebih besar, sistem ekonomi
internasional. Dalam sistem ekonomi internasional yang terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan zaman dan perkembangan global saat ini, istilah baru integrasi ekonomi regional
mulai muncul.
Banyak pro dan kontra integrasi ekonomi regional antara lain adalah penurunan harga barang
dan jasa karena tarif yang lebih rendah. Selain itu, aliran bebas memungkinkan faktor-faktor
produksi dialokasikan untuk penggunaannya yang paling berharga, mendorong alokasi sumber
daya yang lebih efisien. Persaingan yang ketat mengarah pada efisiensi dan inovasi teknologi.
Integrasi regional memungkinkan perusahaan untuk secara bebas masuk dan keluar dari negara
anggota, sehingga meningkatkan persaingan, dan pembentukan pasar bersama juga
menciptakan pasar yang lebih besar.
Namun, kerjasama regional juga memiliki beberapa hal kontra antara lain adalah guncangan
dari satu negara dapat dengan mudah menyebar ke negara anggota lainnya dengan cepat.
Meningkatnya persaingan dapat melumpuhkan industri strategis negara-negara anggota. Jika
kualitas sumber daya manusia rendah maka tingkat pengangguran akan meningkat terutama di
negara berkembang, jika mobilitas tenaga kerja rendah maka tingkat pengangguran akan
berlangsung lama.
Argumen mengenai awal terbentuknya ASEAN dimotivasi oleh faktor politik, bukan ekonomi.
Secara historis, ASEAN terbentuk dari rekonsiliasi negara-negara pemrakarsa ASEAN. Selain
itu, ASEAN memilih isu politik internasional sebagai motif dan targetnya. Semenjak tahun
1970, ASEAN baru memulai isu evolusi struktur perekonomian regionalnya. Perkembangan
ekonomi ASEAN ditunjukkan dengan posisinya sebagai salah satu perekonomian terbesar di
dunia. Pada tahun 2012, ASEAN memiliki Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sebesar US$ 2.3
Miliar yang menempatkan ASEAN sebagai perekonomian ke-7 terbesar di dunia dibawah A.S,
China, Jepang, Jerman, Perancis, dan Inggris. Rata-rata pertumbuhan ekonomi ASEAN di
tahun 1989 sampai 2009 berkisar antara 3.8% sampai 7%.
TEORI

AEC merupakan salah satu bentuk integrasi ekonomi regional. Namun, menurut Prof. Tri
Widodo, AEC tidak sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Balassa (1965). Dalam
integrasi ekonomi di sebuah kawasan, terdapat 5 tahap integrasi ekonomi yang seharusnya
dilakukan oleh suatu perekonomian negara, yakni, (1) free trade area; (2) custom union,
(3) common market, (4) economic union; dan (5) complete integration. Kelima tahap tersebut
harus dilakukan untuk mencapai perekonomian yang semakin terintegrasi. Pada prakteknya di
ASEAN saat ini, ASEAN Economic Community (AEC) merupakan bentuk common
market namun dengan tarif perdagangan untuk negara di luar ASEAN yang masih belum
disamakan. Implikasinya, negara-negara di luar ASEAN dapat memanfaatkan hal ini dengan
cara masuk ke negara yang memberikan tarif terendah, dan melakukan perdagangan dari negara
tersebut tanpa harus terkena tarif. Ada pertanyaan yang muncul terkait kemampuan AEC
berjalan sebagai common market yang baik tanpa adanya keseragaman tarif untuk negara di
luar ASEAN. Mulai dari terbentuknya ASEAN hingga tercetusnya AEC membutuhkan proses
yang panjang. Meskipun terdapat kontra mengenai ketidaksesuaian kebijakan dengan teori,
AEC akan tetap dilaksanakan dengan keyakinan “ASEAN Way”. Kebenaran teori integrasi
ekonomi oleh Balassa dan “Asean Way” hanya bisa dibuktikan oleh perkembangannya nanti
dan dijawab oleh waktu.

HASIL

Asean Economic Community merupakan bentuk common market namun dengan tarif
perdagangan untuk negara di luar ASEAN yang masuk belum disamakan. Implikasinya,
negara-negara di luar ASEAN dapat memanfaatkan hal ini dengan cara masuk ke negara yang
memberikan tarif terendah, dan melakukan perdagangan dari negara tersebut tanpa harus
terkena tarif. Meskipun ada ketidaksesuaian dengan teori ini, negara-negara ASEAN memiliki
jalannya sendiri dalam mengintegrasikan perekonomian dan menyebutnya “ASEAN Way”.
Menurut Prof Tri Widodo, ia percaya bahwa teori yang dikemukakan oleh Balassa sudah teruji
dengan baik. Hasil dari integitas ekonomi ASEAN membutuhkan proses yang panjang. Oleh
karena itu, kebenaran teori integrasi ekonomi oleh Balassa hanya bisa dibuktikan seiring
berjalannya waktu.
PEMBAHASAN

Pemerintah Indonesia terus berupaya memperkuat kerja sama dagang dengan negara Asean
melalui forum Asean Economic Community Council (AECC). Dilansir dari DDTC (2020),
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah telah memberikan berbagai
masukan untuk memperkuat AECC yang menguntungkan semua negara anggota. Menurutnya,
kerja sama tersebut akan mempercepat pemulihan ekonomi kawasan setelah pandemi Covid-
19.

Terdapat sejumlah isu untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi di masa yang akan datang.
Salah satunya adalah pembahasan dan kesepakatan terhadap sejumlah isu mengenai
penyelesaian 7 dari 13 pembahasan program prioritas bersama. Salah satu yang dibahas dalam
progam tersebut adalah penyusunan roadmap transformasi digital dan revolusi industri 4.0
serta smart manufacturing. Indonesia dan negara negara Asean telah menyepakati rancangan
penerapan perspektif strategi regional, dan global serta dampaknya terhadap integrasi ekonomi
di kawasan sampai 2025.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan perkembangan isu dan berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan


Komunitas Ekonomi ASEAN AEC maka kemungkinan besar pasar tunggal ASEAN belum
dapat diwujudkan pada 2015. Hal ini disebabkan masih banyak permasalahan politik dan
ekonomi yang belum diselesaikan terutama tarik menarik kepentingan antar negara anggota
ASEAN dapat mempengaruhi proses ekonomi tersebut seperti perbedaan tingkat pertumbuhan
ekonomi yang relatif belum setara kemudian juga masalah standarisasi atau sertifikasi produk
maupun keahlian.
Saran

Negara anggota ASEAN melalui ASEAN Economic Community secara tidak langsung telah
berkomitmen untuk meletakkan isu ekonomi regional sebagai masalah bersama dan mencari
upaya penyelesaiannya melalui berbagai kerja sama multilateral. Komunitas Ekonomi ASEAN
juga menjadi sarana bagi para anggota ASEAN untuk melakukan interaksi dengan saling
bertemu. Peningkatan kerja sama ekonomi dalam rangka menuju terciptanya sebuah
Komunitas Ekonomi ASEAN merupakan salah satu contoh upaya nyata dalam membangun
sense of community ASEAN.
REFERENSI

Abidin,Andi Muhammar Qadafi.(2019). Integrasi Ekonomi Regional Dalam ASEAN Free


Trade. Jurnal Education and Devolopment Vol.7 no.4,162-167.
DDTC News.2020.Ada Pandemi Covid-19 Asean Tetap Komitmen Jalankan Integrasi
Ekonomi.https://news.ddtc.co.id/ada-pandemi-covid-19-asean-tetap-komitmen-
jalankan-integrasi-ekonomi-25451?page_y=1049. (diakses 26 oktober 2021)
Jurnal Kompilasi Ilmu Ekonomi;Zubaidah Nasution/Achmad Saiful Ulum dkk;Diterbitkan
oleh: LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
(LPPM) SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESUMA NEGARA BLITAR
ISU ISU STRATEGIS MENUJU PEMBENTUKAN KOMUNITAS EKONOMI
ASEAN Oleh Adriana Elisabeth http://www.aseansec.org/12021.htm diakses 8
September 2009
Yunita, P. (1919). Analisis Perkembangan Integrasi Ekonomi Asean Menuju Pemberlakuan
Asean Economic Community (AEC) Tahun 2015. Journal of World Trade
Studies, 5(2), 67-83.

Anda mungkin juga menyukai