Anda di halaman 1dari 11

ESSAY

Tantangan Profesi Akuntan dalam Menyongsong MEA


dan Integrasinya dalam Pendidikan Akuntansi

Tugas Mata Kuliah


AUDITING 1

Oleh:

Rizki Dwi Prasepta

160810301046

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2018
PENDAHULUAN

Saat ini profesi akuntan mengalami perkembangan yang sangat pesat


seiring dengan tuntutan masyarakat di sektor usaha dan pemerintahan semakin
tinggi. Sebagai seorang yang profesional dibidangnya, maka seorang akuntan
harus dapat mengembangkan karirnya di berbagai bidangnya, seperti bidang
pendidikan, keuangan, manajemen, teknologi informasi, serta penyusunan
laopran keuangan. Akuntan juga dapat mengembangkan profesinya sebagi
akuntan publik dan membuka kantor akuntan publik. Tentunya dengan aturan-
aturan yang telah di tetapkan.

Tantangan menghadapi MEA( Masyarakat Ekonomi Asean ) yang mulai


diberlakukan 31 Desember 2015. Indonesia sebagai salah satu negara yang
meramaikan pasar bebas ASEAN, telah mempersiapkan diri agar dapat
bersaing dengan negara kawasan regional lainnya. Aspek yang mampu
meningkatkan kualitas SDM mulai ditingkatkan, sehingga barang dan jasa yang
ditawarkan memiliki nilai jual. Profesi bidang akuntansi seperti akuntan dan
auditor adalah salah satu jasa yang ditawarkan Indonesia pada pasar bebas
ASEAN. Kemungkinan para akuntan dan auditor Indonesia akan sulit bersaing
di dalam negeri dan luar negeri. Karena di beberapa perusahaan asing di
Indonesia mereka menggunakan jasa akuntan asing karena kebijakannya dan
bukan akuntan dalam negeri. Artinya jasa akuntan sendiri masih sulit bersaing
di dalam negeri. Sebagai seorang yang berprofesi di bidang akuntansi dituntut
harus tau apa yang perlu dimiliki dan ditingkatkan agar dapat bekerja secara
profesional.
PEMBAHASAN

Akuntan Indonesia kini menghadapi berbagai tantangan baru, baik


tantangan yang datang dari dalam profesi maupun dari luar profesi. Dari dalam
profesi tantangannya berupa banyaknya standar-standar baru yang harus
diterapkan. Sejalan dengan konvergensi IFRS dan ISA, serta pronouncement
lainnya yang diterbitkan IFAC, maka organisasi akuntan Indonesia terus
menerus melakukan adopsi standar-standar tersebut, melakukan pendidikan
kepada akuntan, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat, perguruan
tinggi, industri, dsb.

Dalam menghadapi persaingan global, terutama dalam level Asia


Tenggara, indonesia harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. Negara-negara
yang tergabung dalam ASEAN akan memasuki era baru dalam bidang
perekonomian, terlebih di area pasar bebas dengan membentuk Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA). Tentunya ini memeberikan tantangan tersendiri bagi
akuntan, dan ini akan semakin berat bagi mereka yang tidak memiliki skill yang
memadai. Kemampuan berbahasa asing, dan kecepatan mengelola teknologi,
dan etos kerja yang tinggi adalah modal soft-skill yang harus dimiliki untuk
menghadapi MEA. Hal ini dilakukan agar daya saing meningkat serta dapat
bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Selain soft-skill dibutuhkan pula kemampuan profesional yang tidak


kalah penting. Jika seorang akuntan ingin profesinya diakui di level ASEAN,
maka akutan harus memiliki sertifikat profesi dari asosiasi atau regulator profesi
di negara masing-masing. Jika akuntan indonesia tidak siap dalam menghadapi
MEA, maka akuntan dari negara lain yang akan datang ke indonesia, terlebih
lagi indonesia memiliki potensi market jasa akuntansi yang sangat besar, tentu
saja hal ini akan dapat menggeser kedudukan akuntan Indonesia.

Dengan meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan


kesejahteraan, maka dibutuhkan penanaman modal asing di wilyah ini. Selain
itu, pembentukan pasar tunggal yang di istilahkan dengan Masyarakat Ekonomi
Asean (MEA) ini nantinnya memungkinkan satu negara menjual barang dan
jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh negara ASEAN sehingga
kompetisi akan semakin ketat.

Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini, semakin


banyak investasi ditempatkan di Indonesia, baik oleh investor dalam negeri
maupun luar negeri. Demikian juga kredit perbankan tumbuh secara positif.
Pada saat investasi dan kredit perbankan bergerak positif maka semakin tinggi
tuntutan kepada akuntan untuk menegakkan governance. Akuntan dipadang
sebagai salah satu pihak yang sangat kompeten untuk menjaga risiko investasi
dan perkreditan dari investor atau kreditur. Kemudian, masih sejalan dengan
tuntutan governance tersebut, pemerintah Indonesia kini aktif membuat
peraturan untuk profesi akuntan publik. Pembatasan rangkap jabatan dan
pemberian jasa, aturan quality control dan independensi sengaja dibuat untuk
memenuhi tuntutan governance di satu sisi, namun disisi lain menjadikan
profesi akuntan penuh dengan aturan.

Untuk mewujudkan harapan itu, dibutuhkan kerjasama semua pihak di


dalam negeri ini. Pelaku usaha harus membangun usahanya secara maksimal
dan semata-mata tidak lagi mengandalkan dukungan pemerintah. Pada saat
yang sama, seluruh elemen pemerintah harus bersinergi agar kebijakan yang
dibuat dapat oprasional dan menciptakan kekuatan ekonomi nasional yang
berdaya saing.

Karena itu ada beberapa startegi untuk menghadapi MEA, seperti


pengembangan profesi akuntansi, memperluas regulasiprofesi, bekerja sama
dengan berbagai pihak yang terkait deangan profesi akuntansi dari negara lain,
serta bersinergi dengan bergbagai pihak yang terkait deang profesi akuntasi,
seperti praktisi, akademisi, asosiasi, dan regulator. Sedangkan dalam
peningkatan kualitas profesional, diperlukan peningkatan kualitas pendidikan,
sertifikasi profesi akuntansi, standar akuntasi, dan standar profesi yang sesuai
dengan standar internasional.

Strategi Profesi Akuntan dalam Menghadapi MEA

Strategi diperlukan untuk menjawab tantangan. Strategi menghadapi


MEA secara garis besar dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu regulasi,
standar kompetensi, dan komitmen pribadi.

A. Kebijakan Pemerintah (Regulasi)

Pemerintah mempunyai strategi untuk menghadapi MEA dalam


mempersiapkan para sarjana akuntansi yang terjun pada jasa akuntan dan
auditor. Secara garis besar strategi tersebut dikelompokkan dalam tiga bagian,
yaitu regulasi( kebijakan pemerintah ), standar kompetensi, dan komitmen
pribadi. Pertama, Kebijakan pemerintah seperti PMK 25/PMK.01/2014
mengatur tentang persyaratan akuntan asing yang akan berpraktik di Indonesia,
dimana profesi akuntan profesional mempunyai dasar hukum yang sinkron
antara profesi dan regulasi. Dengan begitu, seorang calon akuntan memiliki
kejelasan di dalam proses menjadi akuntan profesional dengan memenuhi
standar yang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensinya. Kedua adalah
standar kompetensi. Pemerintah mempersiapkan standar kompetensi lulusan
sarjana akuntansi untuk meningkatkan kualitas para sarjana. Ketiga adalah
komitmen. Hal yang paling penting dalam pokok strategi tersebut. Usaha tak
akan terlaksana jika tidak diiringi dengan kepercayaan antara pemerintah dan
para akuntan. Karena komitmen merupakan hal yang masih sulit apalagi jika
berlangsung lama, tak banyak orang yang dapat mempertahankan
kepercayaannya tersebut. Apalagi akuntan yang bergerak di ilmu ekonomi
konvensional yang dinamis terhadap pembaruan.

IAI telah mempersiapkan diri menghadapi era baru ini dan melaksanakan
amanah PMK. Salah satunya adalah dengan peluncuran Chartered Accountant
(CA) yang telah dilakukan tahun 2012. Tahun ini telah dilaksanakan ujian CA
pertama pada Juni 2014. Secara rinci, kebijakan Pemerintah terkait dengan
MEA meliputi program StandarNasional Indonesia (SNI), program Indonesia
National Single Window (INSW), dan program Pemberian tax holiday dan tax
allowance, yaitu sebagai berikut: (Sumber: BKF, diolah (2014))

1) Pemberlakuan UU Nomor 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik


2) Penetapan PMK Nomor 25/ PMK.01/2014 tentang Akuntan
Beregister Negara
3) Menelaah dan menyusun naskah akademis RUU tentang Pelaporan
Keuangan
4) Pengawasan atas importasi barang impor yang wajib SNI
5) Pengawasan dan penelitian keabsahan dokumen Surat Keterangan
Asal (SKA)
6) Perbaikan kewenangan pemungutan dengan penetapan jenis
pungutan daerah
7) Merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis
di bidang pajak daerah dan retribusi daerah
8) Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) atau Customs
Advance Trade System (CATS) di Pelabuhan Tanjung Priok
9) KPPT atau Cikarang Dry Port
10) Membangun portal Indonesia National Single Window(INSW)
11) Membangun Sistem TPS Online dan Auto Gate System di Pelabuhan
Tanjung Priok
12) Membangun Integrated Cargo Release System (i-care)
13) Prioritas alokasi pengeluaran barang modal
14) Meningkatkan pengeluaran infrastruktur
15) Menyusun mekanisme implementasi Public Private Partnership (PPP)
16) Pemberian tax holiday dan tax allowance

Usaha yang dilakukan oleh pemerintah dan para akuntan serta auditor
adalah bentuk untuk meningkat mutu SDM di bidang akuntansi. Walaupun
begitu, melakukan peningkatan harusnya sebelum MEA di umumkan.
Meningkatkan kualitas hanya dalam beberapa tahun saja tentu tidak akan
merata. Bagaimana seorang mahasiswa jurusan akuntansi sekarang masih
bersantai-santai menghadapi MEA dan sedikit yang mengindahkan bahwa akan
ada kompetensi yang ketat antara para akuntan dan auditor kedepannya.
Bekerja sebagai seorang yang berada pada jantung perusahaan tentu para
akuntan dan auditor dituntut agar dapat dipercaya. Memulai gerak dari hal yang
kecil dan berfikir secara besar juga bentuk yang mesti di terapkan dalam
meningkatkan SDM di Indonesia. Sebab akuntan dan auditor adalah satu
bentuk profesi yang bergerak di bidang jasa.

Hal ini dapat berdampak positif karena dengan semakin dibukanya


peluang bagi masyarakat indonesia dari berbagai kalangan untuk menjadi
akuntan yang terdaftar, maka secara kualitas jumlah akuntan terdaftar yang
memilki kompetensi terjamin karena telah memenuhi kualifikasi yang ketat akan
meningkat. Secara keseluruhan, seorang akuntan yang telah terdaftar, akan
menjalani pendidikan akuntansi, memiliki pengalaman di bidang akuntansi, dan
telah menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntansi.

B. Standar Kompetensi Lulusan Sarjana Akuntansi

Tenaga akuntan harus mempersiapkan diri dengan mengikuti sertifikasi


profesi. Melalui sertifikasi profesi ini, akuntan Indonesia didorong kreatif,
inovatif, terampil, dan memilki daya saing yang sangat tinggi. Akuntan
indonesia harus siap dan ampu menjadi tenaga yang handal dan mampu
bersaing di tingkat internasional.

Persiapan seorang yang memilih profesi akuntan harus di siapkan


matang sejak dasar , pendidikan akuntan harus di tekuni dan di pahami, hal-hal
yang terkait dengan persiapan seorang profesi harus di miliki, baik itu dari
wawasan serta keahlian.hal ini dapat mulai di terapkan misalnya sejak sma
atau smk sehingga saat di bangku kuliah ilmu yang di miliki dapat di tambah
dan berkembang, selain itu kebiasaan menghadapi akuntansi dari dasar akan
menumbuhkan kebiasaan belajar dan mendorong seseorang untuk menekuni
bidang tersebut. dengan segala persiapan yang telah di miliki sejak dasar maka
akan tumbuh bibit calon akuntan yang berkualitas yaitu siap dan dapat bersaing
di dalam maupun luar negeri. hal ini juga penting di terapkan baik oleh para
pendidik dalam mendidik calon akuntan dengan sungguh-sungguh bukan
sekedarnya sehingga yang menerima pendidikan juga tidak sekedarnya dalam
bercita-cita. tumbuhkan motivasi dalam calon anak didik agar tumbuh bibit
calon profesi akuntan yang siap menghadapi MEA, siap bersaing di dalam dan
di luar negri. Banyak yang belum siap kalau mereka bersaing dengan akuntan
luar negeri. Untuk itu perlu ditetapkan standar kompetensi lulusan sarjana
akuntansi sebagai berikut:
Kompetensi Utama:

1) Mampu menyusun laporan keuangan perusahaan jasa, dagang, dan


manufaktur sesuai dengan standar akuntansi;
2) Mampu menganalisis informasi keuangan untuk kebutuhan internal
perusahaan;
3) Mampu mendesain sistem akuntansi manual dan berbasis teknologi
informasi;
4) Mampu mendesain Kertas Kerja Audit dan melakukan pengauditan
laporan keuangan;
5) Mampu menyusun dan menganalisis laporan keuangan sektor publik;
6) Mampu menghitung, melaporkan, dan menyetorkan pajak sesuai
peraturan perpajakan;
7) Mampu melakukan riset/menulis karya ilmiah;

Kompetensi Pendukung:

1) Mampu belajar secara mandiri dan berkelanjutan (longlife learner);


2) Mampu menganalisis studi kasus akuntansi dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif;
3) Mampu menyampaikan pendapat secara jelas baik secara lisan
maupun tulisan serta menghargai pendapat orang lain
(communication skills);
4) Mampu bekerja dalam tim untuk menyelesaikan kasus (working in
team skills);
5) Kreatif dan inovatif dalam memberikan solusi terhadap studi kasus
(problem solving and creative skills);
6) Terampil dalam mengaplikasi berbagai teknologi dalam penyelesaian
masalah akuntansi pada berbagai entitas;
7) Menghayati dan mengamalkan tujuan hidup untuk kesejahteraan
bersama yang berlandaskan pada nilai-nilai kehidupan (ethical skill);

Kompetensi Lainnya:

1) Mampu berbahasa Indonesia dan Inggris dengan baik dan benar;


2) Berkemampuan mengendalikan diri, memiliki intergritas dan
disiplin tinggi;
3) Beriman, berakhlak mulia dan cinta tanah air;
4) Memahami estetika, etika sosial dan akademik;
5) Adaptif dan cepat tanggap/peduli terhadap lingkungan;
6) Mampu membangun jejaring dan kerjasama di bidang akuntansi;
C. Komitmen

Komitmen pribadi lulusan sarjana akuntansi menghadapi MEA 2015


adalah sebagai berikut:

1. Menjelang kelulusan kuliah, pastikan untuk mencari tahu dengan


pasti ingin dibawa kemana gelar S.E. yang akan disandingkan di
belakang nama lulusan. Lulusan jurusan akuntansi saja akan
mendapat gelar S.E. saja jika tidak mengambil pendidikan profesi
akuntan.
2. Pemahaman bahasa Inggris pasif dan aktif menjadi keunggulan
tersendiri pasalnya bahasa Inggris sudah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dalam dokumen-dokumen bisnis termasuk pencatatan
dan pelaporan keuangan.
3. Ikuti program pelatihan kerja di kampus. Program ini biasanya
dilakukan oleh perguruan tinggi sebagai pemantapan pemahaman
kerja setelah diselenggarakannya wisuda sarjana. Di sini, akan
dilatih bagaimana cara membuat lamaran kerja, kiat menghadapi
tes psikologi dan wawancara, sikap wibawa di hadapan Human
Resources Department (HRD) atau user, dan jenjang karier.
4. Pahami pekerjaan yang cocok dengan lulusan tersebut namun
jangan sekali-kali menutup peluang untuk bekerja dengan bidang
yang bertentangan dengan gelar yang dimaksud. Tentunya ini
adalah langkah akhir jika sebelumnya lamaran di bidang akuntansi
tidak diterima. Tidak jarang seorang lulusan akuntansi berprofesi
sebagai staf marketing, manajer customer service, dan lain-lain.
Sebaliknya, lulusan teknik informatika bisa bekerja sebagai teller
atau manajemen risiko di sebuah bank. Jadi, perlu ilmu-ilmu
terapan sebagai nilai tambah keunikan yang dimiliki.
5. Mencari perusahaan tidak harus yang memiliki gedung kantor
menjulang tinggi dan berada di kawasan niaga elite. Tidak ada
jaminan jenjang karier yang cerah hanya dengan memandang
suatu identitas fisik. Carilah setidaknya perusahaan yang bonafide
dan memang secara nyata menjamin kesejahteraan karier ke
depan. Jadikan awal bekerja sebagai pengalaman kerja yang
menarik dan mengasah kemampuan di dunia pekerjaan yang
sesungguhnya. Dari sinilah para lulusan sarjana akuntansi harus
dapat membuktikan kemampuan akuntansi dan kontribusi
maksimal untuk perusahaan. Perlu diketahui bahwa perusahaan
besar lebih banyak yang menyukai calon pegawai lulusan
akuntansi yang memiliki pengalaman kerja, lain halnya dengan
program Management Training (MT) yang memerlukan tenaga
yang masih segar (fresh graduated).
6. Ilmu pajak sangat diperlukan oleh perusahaan. Sebagai lulusan
akuntansi, perpajakan sangat berkaitan erat. Oleh karena itu,
jangan ragu untuk memantapkan ilmu ini dengan mengambil
program brevet pajak A, B, atau C sesuai dengan keperluan. Jika
masih buta pajak, kesempatan untuk dapat diterima oleh
perusahaan menjadi berkurang. Brevet pajak banyak
diselenggarakan oleh perguruan tinggi dan Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI).
7. Akuntansi dapat dikatakan juga sebagai teknologi. Akuntansi
kontemporer menggunakan sistem terpadu untuk menjalankan
siklus akuntansi secara otomatis, tepat, dan akurat. Lulusan
akuntansi harus mahir menggunakan sistem akuntansi yang sudah
banyak diciptakan dalam bentuk software.
8. Jika memutuskan untuk harus bekerja sesuai dengan latar
belakang pendidikan akuntansi yaitu sebagai akuntan sebagai
keputusan mutlak, pastikan harus mencoba menjadi auditor junior
(eksternal) terlebih dahulu di Kantor Akuntan Publik terpandang.
KAP selalu selektif dalam menyaring calon auditor yang betul-betul
kompeten dalam lingkup auditing. Oleh itu, mengambil pendidikan
profesi akuntan menjadi hal yang harus dilakukan sebagai nilai
tambah. Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) banyak
diselenggarakan oleh berbagai universitas atau institusi pendidikan
lainnya.
KESIMPULAN

Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia memiliki peluang untuk


memanfaatkan keunggulan skala ekonomi dalam negeri sebagai basis
memperoleh keuntungan. Namun demikian, Indonesia masih memiliki banyak
tantangan dan risiko-risiko yang akan muncul bila MEA telah
diimplementasikan. Oleh karena itu, para risk professional diharapkan dapat
lebih peka terhadap fluktuasi yang akan terjadi agar dapat mengantisipasi
risiko-risiko yang muncul dengan tepat. Selain itu, kolaborasi yang tepat antara
otoritas negara dan para pelaku usaha diperlukan, infrastrukur baik secara fisik
dan social (hukum dan kebijakan) perlu dibenahi, serta perlu adanya
peningkatan kemampuan serta daya saing tenaga kerja dan perusahaan di
Indonesia.
REFERENSI

https://zahiraccounting.com/id/blog/peluang-dan-tantangan-bagi-akuntan-
indonesia-dalam-menghadapi-mea/

http://aroqqib.blogspot.co.id/2015/11/kesiapan-akuntan-dan-auditor-
menghadapi.html

https://www.kompasiana.com/lulukwidyastuti/tantangan-profesi-akuntan-
indonesia-menuju-tahun-2020_5535b1a06ea8340a23da4325

http://hmjakt-unnes.blogspot.co.id/2015/03/peran-akuntan-dalam-mea-
2015.html

Anda mungkin juga menyukai