Anda di halaman 1dari 11

KERANGKA ACUAN KERJA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGELOLA KEUANGAN


(BIMBINGAN TEKNIS DAN PENGUMPULAN USER REQUIREMENT
APLIKASI SIRA)
BADAN LITBANG DAN DIKLAT KEMENTERIAN AGAMA TAHUN 2023

A. LATAR BELAKANG
Selama ini pengelolaan keuangan negara ditenggarai masih belum berjalan
secara optimal. Diperlukan upaya ekstra dalam melakukan perbaikan salah satunya
dalam meningkatkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Apalagi
belakangan pengelolaan keuangan negara semakin menjadi fokus dan sorotan dari
masyarakat. Hal tersebut menuntut pemerintah untuk terus berupaya meningkatkan
performa pengelolaan keuangan negara yang lebih efektif dan inklusif. Peningkatan
performa tersebut disalurkan melalui pelaksanaan program-program prioritas di
setiap instansi pemerintah dengan memperhatikan tata kelola keuangan yang baik,
termasuk pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Melalui penerapan
tata kelola keuangan yang baik dipercaya akan mendorong pencapaian target dan
sasaran program pemerintah pada umumnya dan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama secara khusus.
Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama sebagai salah
satu unit eselon II di satuan kerja pusat Badan Litbang dan Diklat memiliki tugas
dan fungsi untuk memberikan dukungan dan layanan teknis kegiatan. Salah satu
pelayanan yang diberikan adalah pelayanan dalam pelaksanaan keuangan.
Pelayanan keuangan ini meliputi pelayanan yang dilaksanakan langsung oleh
Bagian Keuangan maupun pelayanan keuangan yang dilakukan oleh para pengelola
yang ada di unit-unit eselon II Badan Litbang dan Diklat. Dengan pagu yang
terbilang besar (sebesar Rp 187.788.074.000,-) tentunya pengelola keuangan harus
dilakukan secara berhati-hati dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu
diperlukan upaya-upaya untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya potensi
maladministrasi dalam upaya pelayanan pelaksanaan keuangan. Pencegahan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa hal, salah satunya adalah dengan
meningkatkan transparansi dalam proses bisnis pelaksanaan anggaran.
Transparansi menjadi salah satu indikator utama demi mencapai akuntabilitas
pengelolaan keuangan. Dengan pengelolaan keuangan yang transparan, setiap
pihak terkait dapat saling melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap proses
pengelolaan termasuk dalam pelaksanaan anggaran. Pelaksanaan anggaran diyakini
menjadi komponen yang berkaitan langsung dengan ketercapaian tujuan program
pada setiap satuan kerja, tak terkecuali Badan Litbang dan Diklat. Oleh karena itu
pelaksanaan anggaran yang berjalan harus dilakukan secara prima. Apalagi dengan
adanya target realisasi anggaran oleh Menteri Agama sebesar 70% pada bulan Juli
membuat pelaksanaan anggaran harus mendapat akselerasi. Tentunya akselerasi
yang dilakukan jangan sampai bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku.
Salah satu cara untuk meningkatkan transparansi dalam pelaksanaan anggaran
adalah dengan memanfaatkan kemajuan IT. Semakin pesatnya perkembangan IT
saat ini, perlu dimanfaatkan pula oleh Badan Litbang dan Diklat melalui berbagai
fasilitas dan media yang dimiliki, termasuk melalui aplikasi Sistem Informasi dan
Realisasi Anggaran (SIRA). Aplikasi SIRA diyakini dapat membantu akselerasi
pelaksanaan anggaran sehingga target realisasi yang ditetapkan dapat tercapai.

Mencermati kondisi saat ini, mayoritas pegawai harus menguasai IT dan


mengetahui peraturan-peraturan mengenai keuangan untuk melaksanakan tugas
sebagai pengelola keuangan, baik sebagai bendahara atau sebagai pengelola
keuangan pada kegiatan yang ada di unit-unit yang lebih kecil. Pekerjaan
berhubungan dengan uang adalah berat resikonya, banyak pekerjaannya,
memerlukan waktu yang banyak, tidak mempunyai cukup waktu luang sehingga di
bikin draf petunjuk teknis verifikasi dan bimbingan teknis verifikasi online melalui
Aplikasi SIRA untuk efisien, efektif dan fleksibilitas waktu pekerjaan.
Merasakan semakin berkembangnya teknologi dan peraturan-peraturan
tentang keuangan, perlu adanya upaya untuk menjaga dan meningkatkan motivasi
bagi para pengelola keuangan yang ada. Mengkader pegawai-pegawai yang
memiliki latar belakang pendidikan ekonomi maupun pegawai yang memiliki IT
yang berkaitan dengan keuangan. Memberikan pengetahuan terkait dengan
pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas utama bagi para pengelola keuangan.
Terkait dengan hal tersebut, Bagian Keuangan Sekretariat Badan Litbang dan
Diklat akan melaksanaan Peningkatan Kemampuan Pengelola Keuangan bagi Para
Pengelola Keuangan. Melalui kegiatan ini diharapkan agar para pengelola
keuangan akan tetap bersemangat dan termotivasi untuk melaksanakan tugasnya.

Selama ini
Keuangan negara perlu dikelola dengan baik. Ketika pengelolaannya
dilakukan secara asal, bisa saja efeknya menjadi buruk. Efek buruk tersebut berupa
pengembangan yang tidak berhasil dilakukan. Ketika dikelola dengan baik,
beberapa aspek pasti akan berkembang. Untuk negara berkembang seperti
Indonesia, hal ini sangat dibutuhkan. Beberapa waktu lalu, Indonesia sempat diberi
label sebagai negara maju. Namun, label tersebut tidak berlangsung lama. Label
berkembang kembali disematkan kepada negeri ini. Sebenarnya jika keuangannya
kuat, kondisi tersebut tidak akan terjadi. Ekonomi yang kuat membuat berbagai
macam hal bisa dilakukan. Terlebih lagi, sumber daya alam Indonesia sangat
banyak. Yang kurang hanya tinggal cara pengelolaannya. Jika dilihat secara
umum,ada banyak alasan mengapa keuangan negara perlu dikelola dengan baik.
Namun di antara banyaknya alasan tersebut, terdapat beberapa yang dirasa paling
penting. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini mari membahas lebih lanjut
mengenai alasan terkuat.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara perlu dilakukan terus menerus. Ketika laju
pertumbuhan ekonomi tersendat, perkembangannya akan terhenti. Hal ini juga
berlaku di Indonesia. Ketika berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, faktor
keuangan jelas menjadi hal paling penting. Terlebih ketika cakupannya besar
seperti Indonesia. Apabila keuangannya tidak kuat dan stabil, upaya meningkatkan
perekonomian bangsa tidak akan berjalan baik. Untuk mengelolanya sendiri,
dibutuhkan tenaga ahli yang memang memahami hal tersebut dengan baik. Selain
membicarakan tentang pertumbuhan ekonomi, pengelolaan kemiskinan juga bisa
dilakukan. Masalah kemiskinan di negeri ini semakin hari semakin
memprihatinkan. Untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, diperlukan
pengelolaan keuangan yang baik. Masalah yang berhubungan dengan uang hanya
akan bisa diselesaikan oleh uang. Dengan pengelolaan yang baik, keuangan negara
bisa dialokasikan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan.
Produktivitas ekonomi suatu negara sangat layak untuk diperhatikan. Produktivitas
ekonomi ini dihitung dari suksesnya suatu program dalam menyelesaikan suatu
masalah ekonomi. Apabila keuangannya tidak dikelola dengan baik, produktivitas
ini pasti menurun. Itu karena, program tersebut bisa saja kekurangan asupan
finansial. Ketika kondisi itu terjadi, produktivitas ekonomi yang coba diusahakan
justru tidak akan didapat. selain berbicara tentang produktivitas ekonomi,
pengelolaan keuangan yang baik juga bisa menjadi negara lebih kompetitif. Ada
banyak negara tetangga yang mengembangkan berbagai hal. Tentu, perkembangan
tersebut dari berbagai macam aspek. Sebagai sebuah negara besar, perkembangan
tersebut juga perlu dilakukan di negeri ini. Namun, perkembangan hanya akan
dilakukan ketika terdapat asupan secara finansial. Disinilah letak pentingnya
pengelolaan keuangan negara. Apabila tidak dikelola dengan baik, keinginan untuk
menjadikan Indonesia lebih kompetitif pasti tidak akan bisa dilakukan.
Infrastruktur di negeri ini tidak berada pada kondisi baik. Mungkin, permasalahan
ini tidak akan nampak apabila Anda berada di kota besar seperti Bandung dan
Jakarta. Namun jika sedang berada di daerah terpencil, masalah ini nampak sangat
jelas. Infrastruktur menjadi masalah yang sangat besar. Sudah banyak cerita yang
memperlihatkan beberapa daerah masih menjadikan jalan berlumpur sebagai jalan
utama. Dengan pengelolaan keuangan secara maksimal, masalah itu pasti bisa
diselesaikan. Selain infrastruktur, kualitas pendidikan di Indonesia juga bisa
diperbaiki. Ketika berbicara tentang pendidikan, salah satu yang paling penting
adalah fasilitas. Di Indonesia sendiri, fasilitas pendidikan ini dirasa sangat kurang.
Tentu, cara menyelesaikannya adalah dengan alokasi keuangan negara pada bidang
ini. 
Kepentingan keuangan negara memiliki cakupan sangat luas. Untuk itu, kita sendiri
tidak bisa menyalahkan pihak pengatur. Itu karena pekerjaan ini tidak mudah.
Diperlukan kehati-hatian tinggi dalam mengelolanya. Akan lebih baik jika berusaha
maksimal di bidang masing-masing dan memberi masukan yang positif.

Dengan semakin terbukanya informasi publik, masyarakat semakin


memperhatikan dan mengawasi bagaimana pertanggungjawaban keuangan
negara dilakukan. Negara melalui instansi pemerintah seperti
kementerian/lembaga yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) untuk menjalankan programnya, tentunya harus mendapat
pengawasan dari semua pihak. Setiap kementerian/lembaga harus dapat
mempertanggungjawabkan semua anggaran yang digunakan secara transparan,
mulai dari tahap pengajuan anggaran hingga pelaporan keuangan.
Pengawasan dalam pengelolaan keuangan negara perlu diwujudkan demi
terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik. Pengawasan tersebut dilakukan
guna menegakkan disiplin dalam pelaksanaan anggaran, yaitu ketaatan terhadap
pedoman dan ketentuan peraturan lain yang ditetapkan. Pengawasan pengelolaan
anggaran secara dini dilakukan dengan melakukan pengujian atas bukti
pengeluaran anggaran tersebut sebelum dilakukan pembayaran. Pengujian
tersebut dalam terminologi keuangan disebut verifikasi. Verifikasi
pertanggungjawaban anggaran yang selanjutnya disebut verifikasi adalah salah
satu bentuk pengawasan melalui pengujian terhadap dokumen
pertanggungjawaban anggaran secara administratif sesuai dengan peraturan
perundang-undangan sebelum dilakukan pembayaran.
Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama menjadi salah satu entitas
yang proaktif melakukan proses verifikasi dokumen pertanggungjawaban
anggaran. Proses verifikasi tersebut dilaksanakan setelah dokumen SPJ disusun
oleh pengelola keuangan dan diketahui oleh PPK masing-masing unit kerja.
Sehingga, proses verifikasi di Badan Litbang dan Diklat berada di bawah
PPSPM, bukan di PPK. Hal tersebut dilakukan guna mencegah terjadinya
kekeliruan dalam pemeriksaan berkas oleh PPK.
Dengan enam unit kerja yang berada di bawah satker pusat Badan
Litbang dan Diklat, tentunya terdapat berbagai tantangan yang dihadapi oleh
para verifikator (petugas yang melakukan verifikasi). Pagu anggaran yang cukup
besar serta intensitas pengajuan dokumen yang tinggi membuat proses verifikasi
harus berjalan dengan efektif dan efisien, serta tetap dapat memenuhi unsur
ketelitian dan kehati-hatian. Jangan sampai dengan volume pengajuan yang
tinggi, membuat proses pengujian dokumen tidak maksimal. Selain itu, dengan
volume yang tinggi, terkadang membuat proses verifikasi sulit dipantau
keterselesaiannya. Sehingga, hal tersebut kerap menjadi pertanyaan bagi setiap
unit kerja apakah dokumen yang diajukan sudah selesai atau belum proses
verifikasinya.
Selain hal di atas, rekomendasi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga
menjadi bahan pengembangan proses verifikasi. Selama ini proses verifiaksi masih
dilakukan secara manual menggunakan halaman depan setiap SPP.
Permasalahannya adalah berkas SPP yang ingin ditandatangani oleh PPSPM harus
bersih dan tidak ada lagi catatan perbaikan dari verifikator. Sehingga catatan yang
sudah diberikan oleh verifikator ketika proses verifikasi dilakukan menjadi tidak
terekam. Hal tersebut membuat penilaian kinerja dari petugas verifikator pun sulit
dilakukan. Selain itu, setiap pengelola di masing-masing unit kerja juga kesulitan
dalam melakukan evaluasi terhadap kinerjanya dalam menyusun dokumen
pertanggungjawaban anggaran.
Dengan semakin berkembangnya teknologi, termasuk dalam sektor
keuangan pemerintah, Badan Litbang dan Diklat telah menggunakan aplikasi
Sistem Informasi Realisasi Anggaran (SIRA) dalam melakukan proses pelaksanaan
anggaran. Melalui aplikasi SIRA, proses perekaman transaksi hingga proses
verifikasi dapat terekam dan terlihat jelas alurnya. Kesulitan dalam pemantauan
penyelesaian verifikasi oleh verifikator dapat diatasi, karena durasi proses verifikasi
dapat terekam di SIRA. Selain itu setiap pengelola kegiatan juga dapat memonitori
lokasi dokumen mereka berada, apakah masih di verifikator atau sudah divalidasi
oleh Subkoordinator Verifikasi.
Proses verifikasi dokumen keuangan menjadi salah satu proses penting yang
tak bisa dilewatkan dalam proses pelaksanaan anggaran. Sehingga, Badan Litbang
dan Diklat berkomitmen untuk memperkuat sistem dan prosedur pelaksanaan
anggaran di SIRA melalui beberapa fitur baru yang secara langsung membantu
proses verifikasi menjadi lebih efektif dan efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut,
dibutuhkan kerja sama dan kolaborasi yang baik dari pihak terkait, terutama
pengelola kegiatan dan verifikator. Dengan kerja sama dan kolaborasi yang baik
diharapkan dapat mempercepat pencapaian target realisasi anggaran yang
ditetapkan oleh Kepala Badan. Oleh karena itu, Bagian Keuangan Sekretariat
Badan Litbang dan Diklat akan melaksanakan kegiatan “Koordinasi dan Rapat
Teknis Verifikasi Dokumen Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran
2023”.

B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Aku
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintahan Pusat;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota
TNI, Anggota Polri dan Pensiunannya atas Penghasilan yang menjadi Beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 tentang Jenis Jasa
Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Angka 2 UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008;
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Agama;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
10. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubung dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.02/2022 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2023;

C. TUJUAN DAN SASARAN


1. Tujuan
a. Memantau pelaksanaan anggaran yang meliputi kesesuaian antara dokumen
pertanggungjawaban dengan perencanaan yang disusun dalam RKAKL dan
peraturan yang berlaku;
b. Mengetahui permasalahan yang dihadapi pengelola keuangan dalam
mengelola dan membuat pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara;
c. Melakukan penelaahan dan analisis terhadap penggunaan anggaran yang
disertai pertanggungjawaban/pembuktiannya;
d. Melakukan pembenahan dan perbaikan terhadap kesalahan dalam
pertanggungjawaban penggunaan keuangan negara.
2. Sasaran
a. Terpantaunya pelaksanaan anggaran yang meliputi kesesuaian antara
dokumen pertanggungjawaban dengan perencanaan yang disusun dalam
RKAKL dan peraturan yang berlaku;
b. Terhindarnya kesalahan yang sama secara berulang-ulang dalam pelaksanaan
anggaran dan pertanggungjawaban keuangan negara;
c. Tertibnya pengadministrasian keuangan dan kelengkapan dokumen di
lingkungan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama;
d. Lancarnya proses penyelesaian dokumen pertanggungjawaban keuangan.

D. BENTUK KEGIATAN
Kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi Dokumen
Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran 2023 dilaksanakan dalam bentuk
Fullboard.

E. MATERI
Materi kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi Dokumen
Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran 2023 adalah Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan BPK dan Bimbingan Teknis Verifikasi Dokumen
Pertanggungjawaban Keuangan dalam aplikasi SIRA.

F. PESERTA
Peserta kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi Dokumen
Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran 2023 berjumlah 45 orang yang
terdiri dari pejabat dan pelaksana pada lingkungan Sekretariat Badan Litbang dan
Diklat, Pengelola, dan Pelaksana dengan komposisi sebagai berikut:
Peserta
No Unit Kerja Kasu Jumlah
Kabag Pengelola Pelaksana
bbag
1 Puslitbang Bimas Agama dan
1 1 2
Layanan Keagamaan
2 Puslitbang Pendidikan Agama dan
1 1 2
Keagamaan
3 Puslitbang Lektur Khazanah
Keagamaan dan Manajemen 1 1 2
Organisasi
4 Pusdiklat Tenaga Adminisrasi 1 1 2
5 Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan 1 1 2
6 Sekretariat
a. Bagian Perencanaan 1 1 2
b. Bagian Keuangan 1 3 21 25
c. Bagian Organisasi Kepegawaian
1 1 2
dan Hukum
d. Bagian Umum dan Perpustakaan 1 1 2
7 K/L lainnya 2 2
8 Unit Eselon I lainnya 2 2
Jumlah 1 3 8 33 45

G. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi
Dokumen Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran 2023 dilaksanakan
dalam bentuk:
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Penyelesaian masalah

H. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN


1. Waktu Pelaksanaan
Hari, tanggal: Rabu s.d. Jumat, 25 s.d. 27 Januari 2023
2. Tempat Pelaksanaan
Amaroossa Royal Hotel Bogor
Jl. Otto Iskandardinata No.84, RT.04/RW.02, Baranangsiang, Kec. Bogor Tim.,
Kota Bogor, Jawa Barat 16143

I. PEMBIAYAAN
Seluruh pembiayaan yang diperlukan terkait penyelenggaraan pelaksanaan
kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi Dokumen Pertanggungjawaban
Keuangan Tahun Anggaran 2023 akan dibebankan kepada DIPA Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama Tahun Anggaran 2023.

Jakarta, Januari 2023


Koordinator Keuangan
Nani Sutiati

Anda mungkin juga menyukai