A. LATAR BELAKANG
Selama ini pengelolaan keuangan negara ditenggarai masih belum berjalan
secara optimal. Diperlukan upaya ekstra dalam melakukan perbaikan salah satunya
dalam meningkatkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara. Apalagi
belakangan pengelolaan keuangan negara semakin menjadi fokus dan sorotan dari
masyarakat. Hal tersebut menuntut pemerintah untuk terus berupaya meningkatkan
performa pengelolaan keuangan negara yang lebih efektif dan inklusif. Peningkatan
performa tersebut disalurkan melalui pelaksanaan program-program prioritas di
setiap instansi pemerintah dengan memperhatikan tata kelola keuangan yang baik,
termasuk pada Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama. Melalui penerapan
tata kelola keuangan yang baik dipercaya akan mendorong pencapaian target dan
sasaran program pemerintah pada umumnya dan Badan Litbang dan Diklat
Kementerian Agama secara khusus.
Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama sebagai salah
satu unit eselon II di satuan kerja pusat Badan Litbang dan Diklat memiliki tugas
dan fungsi untuk memberikan dukungan dan layanan teknis kegiatan. Salah satu
pelayanan yang diberikan adalah pelayanan dalam pelaksanaan keuangan.
Pelayanan keuangan ini meliputi pelayanan yang dilaksanakan langsung oleh
Bagian Keuangan maupun pelayanan keuangan yang dilakukan oleh para pengelola
yang ada di unit-unit eselon II Badan Litbang dan Diklat. Dengan pagu yang
terbilang besar (sebesar Rp 187.788.074.000,-) tentunya pengelola keuangan harus
dilakukan secara berhati-hati dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu
diperlukan upaya-upaya untuk mencegah dan meminimalisir terjadinya potensi
maladministrasi dalam upaya pelayanan pelaksanaan keuangan. Pencegahan
tersebut dapat dilakukan dengan beberapa hal, salah satunya adalah dengan
meningkatkan transparansi dalam proses bisnis pelaksanaan anggaran.
Transparansi menjadi salah satu indikator utama demi mencapai akuntabilitas
pengelolaan keuangan. Dengan pengelolaan keuangan yang transparan, setiap
pihak terkait dapat saling melakukan monitoring dan evaluasi pada setiap proses
pengelolaan termasuk dalam pelaksanaan anggaran. Pelaksanaan anggaran diyakini
menjadi komponen yang berkaitan langsung dengan ketercapaian tujuan program
pada setiap satuan kerja, tak terkecuali Badan Litbang dan Diklat. Oleh karena itu
pelaksanaan anggaran yang berjalan harus dilakukan secara prima. Apalagi dengan
adanya target realisasi anggaran oleh Menteri Agama sebesar 70% pada bulan Juli
membuat pelaksanaan anggaran harus mendapat akselerasi. Tentunya akselerasi
yang dilakukan jangan sampai bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku.
Salah satu cara untuk meningkatkan transparansi dalam pelaksanaan anggaran
adalah dengan memanfaatkan kemajuan IT. Semakin pesatnya perkembangan IT
saat ini, perlu dimanfaatkan pula oleh Badan Litbang dan Diklat melalui berbagai
fasilitas dan media yang dimiliki, termasuk melalui aplikasi Sistem Informasi dan
Realisasi Anggaran (SIRA). Aplikasi SIRA diyakini dapat membantu akselerasi
pelaksanaan anggaran sehingga target realisasi yang ditetapkan dapat tercapai.
Selama ini
Keuangan negara perlu dikelola dengan baik. Ketika pengelolaannya
dilakukan secara asal, bisa saja efeknya menjadi buruk. Efek buruk tersebut berupa
pengembangan yang tidak berhasil dilakukan. Ketika dikelola dengan baik,
beberapa aspek pasti akan berkembang. Untuk negara berkembang seperti
Indonesia, hal ini sangat dibutuhkan. Beberapa waktu lalu, Indonesia sempat diberi
label sebagai negara maju. Namun, label tersebut tidak berlangsung lama. Label
berkembang kembali disematkan kepada negeri ini. Sebenarnya jika keuangannya
kuat, kondisi tersebut tidak akan terjadi. Ekonomi yang kuat membuat berbagai
macam hal bisa dilakukan. Terlebih lagi, sumber daya alam Indonesia sangat
banyak. Yang kurang hanya tinggal cara pengelolaannya. Jika dilihat secara
umum,ada banyak alasan mengapa keuangan negara perlu dikelola dengan baik.
Namun di antara banyaknya alasan tersebut, terdapat beberapa yang dirasa paling
penting. Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini mari membahas lebih lanjut
mengenai alasan terkuat.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara perlu dilakukan terus menerus. Ketika laju
pertumbuhan ekonomi tersendat, perkembangannya akan terhenti. Hal ini juga
berlaku di Indonesia. Ketika berbicara tentang pertumbuhan ekonomi, faktor
keuangan jelas menjadi hal paling penting. Terlebih ketika cakupannya besar
seperti Indonesia. Apabila keuangannya tidak kuat dan stabil, upaya meningkatkan
perekonomian bangsa tidak akan berjalan baik. Untuk mengelolanya sendiri,
dibutuhkan tenaga ahli yang memang memahami hal tersebut dengan baik. Selain
membicarakan tentang pertumbuhan ekonomi, pengelolaan kemiskinan juga bisa
dilakukan. Masalah kemiskinan di negeri ini semakin hari semakin
memprihatinkan. Untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, diperlukan
pengelolaan keuangan yang baik. Masalah yang berhubungan dengan uang hanya
akan bisa diselesaikan oleh uang. Dengan pengelolaan yang baik, keuangan negara
bisa dialokasikan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan.
Produktivitas ekonomi suatu negara sangat layak untuk diperhatikan. Produktivitas
ekonomi ini dihitung dari suksesnya suatu program dalam menyelesaikan suatu
masalah ekonomi. Apabila keuangannya tidak dikelola dengan baik, produktivitas
ini pasti menurun. Itu karena, program tersebut bisa saja kekurangan asupan
finansial. Ketika kondisi itu terjadi, produktivitas ekonomi yang coba diusahakan
justru tidak akan didapat. selain berbicara tentang produktivitas ekonomi,
pengelolaan keuangan yang baik juga bisa menjadi negara lebih kompetitif. Ada
banyak negara tetangga yang mengembangkan berbagai hal. Tentu, perkembangan
tersebut dari berbagai macam aspek. Sebagai sebuah negara besar, perkembangan
tersebut juga perlu dilakukan di negeri ini. Namun, perkembangan hanya akan
dilakukan ketika terdapat asupan secara finansial. Disinilah letak pentingnya
pengelolaan keuangan negara. Apabila tidak dikelola dengan baik, keinginan untuk
menjadikan Indonesia lebih kompetitif pasti tidak akan bisa dilakukan.
Infrastruktur di negeri ini tidak berada pada kondisi baik. Mungkin, permasalahan
ini tidak akan nampak apabila Anda berada di kota besar seperti Bandung dan
Jakarta. Namun jika sedang berada di daerah terpencil, masalah ini nampak sangat
jelas. Infrastruktur menjadi masalah yang sangat besar. Sudah banyak cerita yang
memperlihatkan beberapa daerah masih menjadikan jalan berlumpur sebagai jalan
utama. Dengan pengelolaan keuangan secara maksimal, masalah itu pasti bisa
diselesaikan. Selain infrastruktur, kualitas pendidikan di Indonesia juga bisa
diperbaiki. Ketika berbicara tentang pendidikan, salah satu yang paling penting
adalah fasilitas. Di Indonesia sendiri, fasilitas pendidikan ini dirasa sangat kurang.
Tentu, cara menyelesaikannya adalah dengan alokasi keuangan negara pada bidang
ini.
Kepentingan keuangan negara memiliki cakupan sangat luas. Untuk itu, kita sendiri
tidak bisa menyalahkan pihak pengatur. Itu karena pekerjaan ini tidak mudah.
Diperlukan kehati-hatian tinggi dalam mengelolanya. Akan lebih baik jika berusaha
maksimal di bidang masing-masing dan memberi masukan yang positif.
B. DASAR HUKUM
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Aku
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 233/PMK.05/2011 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintahan Pusat;
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010 tentang Tata Cara
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Bagi Pejabat Negara, PNS, Anggota
TNI, Anggota Polri dan Pensiunannya atas Penghasilan yang menjadi Beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/PMK.03/2015 tentang Jenis Jasa
Lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c Angka 2 UU
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008;
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Agama;
9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 178/PMK.05/2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara
Pembayaran Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara;
10. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan
Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 sehubung dengan Pekerjaan,
Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 83/PMK.02/2022 tentang Standar Biaya
Masukan Tahun Anggaran 2023;
D. BENTUK KEGIATAN
Kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi Dokumen
Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran 2023 dilaksanakan dalam bentuk
Fullboard.
E. MATERI
Materi kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi Dokumen
Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran 2023 adalah Rekomendasi Hasil
Pemeriksaan BPK dan Bimbingan Teknis Verifikasi Dokumen
Pertanggungjawaban Keuangan dalam aplikasi SIRA.
F. PESERTA
Peserta kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi Dokumen
Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran 2023 berjumlah 45 orang yang
terdiri dari pejabat dan pelaksana pada lingkungan Sekretariat Badan Litbang dan
Diklat, Pengelola, dan Pelaksana dengan komposisi sebagai berikut:
Peserta
No Unit Kerja Kasu Jumlah
Kabag Pengelola Pelaksana
bbag
1 Puslitbang Bimas Agama dan
1 1 2
Layanan Keagamaan
2 Puslitbang Pendidikan Agama dan
1 1 2
Keagamaan
3 Puslitbang Lektur Khazanah
Keagamaan dan Manajemen 1 1 2
Organisasi
4 Pusdiklat Tenaga Adminisrasi 1 1 2
5 Pusdiklat Tenaga Teknis Keagamaan 1 1 2
6 Sekretariat
a. Bagian Perencanaan 1 1 2
b. Bagian Keuangan 1 3 21 25
c. Bagian Organisasi Kepegawaian
1 1 2
dan Hukum
d. Bagian Umum dan Perpustakaan 1 1 2
7 K/L lainnya 2 2
8 Unit Eselon I lainnya 2 2
Jumlah 1 3 8 33 45
G. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi
Dokumen Pertanggungjawaban Keuangan Tahun Anggaran 2023 dilaksanakan
dalam bentuk:
1. Diskusi
2. Tanya jawab
3. Penyelesaian masalah
I. PEMBIAYAAN
Seluruh pembiayaan yang diperlukan terkait penyelenggaraan pelaksanaan
kegiatan Koordinasi dan Rapat Teknis Verifikasi Dokumen Pertanggungjawaban
Keuangan Tahun Anggaran 2023 akan dibebankan kepada DIPA Badan Litbang
dan Diklat Kementerian Agama Tahun Anggaran 2023.