Anda di halaman 1dari 7

Nama : Siska Pristiana

NPM : CA116111108

Mata Kuliah : Kebijakan Fiskal

Dosen : Khairur Raziqiin, SE., ME

Kelas : E ( 17:00 – 19:30)

)
KEBIJAKAN FISKAL MODUL 5

Kuis

1. Apa yang anda ketahui tentang instrument kebijakan fiskal?


Jawab :

Dalam kebijakan fiskal terdapat banyak sekali tujuan untuk mengedepankan urusan Negara,
namun tidak sampai disini, kebijakan fiskal juga memiliki 2 instrumen penting dalam Negara
yaitu Pendapatan Negara (Pajak) adalah instrumen fiskal yang dipakai oleh pemerintah untuk
membiayai pembangunan. Pajak tersebut bersifat memaksa dan tercantum dalam konstitusi,
dimana semua wajib pajak (perorangan dan badan usaha) wajib memberikan kontribusi pada
Negara. Dan Pengeluaran Negara Semua pengeluaran negara disusun dalam Anggaran
Pembelanjaan Negara (APBN). Pengeluaran pemerintah ini ada banyak sekali jenisnya, mulai
dari biaya untuk pembangunan infrastruktur, biaya pembangunan untuk masyarakat umum,
hingga biaya untuk keperluan operasional pemerintah sendiri.

2. Bagaimana kebijakan fiskal bekerja pada instrument penganggaran?


Jawab :

• Anggaran belanja seimbang. Anggaran belanja menggunakan perpaduan antara


anggaran defisit dan anggaran surplus, yaitu dengan memadukan antara konsep
pengeluaran yang lebih banyak daripada pemasukan dan juga menggunakan konsep
pemasukan yang lebih banyak daripada pengeluarannya.
• Pembiayaan fungsional. Kebijakan fiskal fokus pada penyesuaian anggaran negara
dengan menentukan biaya atau anggaran yang digunakan oleh pemerintah. Kebijakan
pembiayaan fungsional ini bertujuan untuk menyerap sebanyak-banyaknya tenaga kerja
dengan membuka berbagai lapangan pekerjaan baru. Dalam kebijakan ini pula, pajak
dan pengeluaran pemerintah ditempatkan atau diposisikan pada tempat yang berbeda.
• Anggaran defisit atau Kebijakan fiskal ekspansif, yang merupakan salah satu kebijakan
pemerintah bertujuan untuk memberikan stimulus pada sebuah perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan cara mengupayakan pengeluaran negara untuk belanja dan
pembangunan lebih besar daripada pemasukan selama kurun waktu tertentu. Anggaran
defisit dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu Defisit konvensional, Defisit moneter,
Defisit operasional, dan Defisit primer.
3. Apa yang harus dilakukan oleh pemangku kebijakan fiskal ketika terjadi inflasi?
Jawab :

Kebijakan Fiskal adalah langkah untuk mempengaruhi penerimaan & pengeluaran pemerintah
kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi, caranya:

• Menghemat Pengeluaran Pemerintah


Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga
permintaan akan barang & jasa berkurang yg pada akhirnya dapat menurunkan harga
• Menaikkan Tarif Pajak
Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tariff pajak. Naiknya tariff pajak
untuk rumah tangga & perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi

4. Bagaimana dampak kenaikan tarif pajak terhadap perekonomian?


Jawab :
Dampak ekonomi dari kenaikan PPh impor pasal 22 ini berpotensi menumbuhkan daya beli dan
konsumsi rumah tangga. Namun dampak ini dinilai tidak sebesar dampak pertumbuhan pada
net ekspor. Jadi dampak positif ke net ekspor mungkin ada potensi dampak daya beli dan
konsumsi rumah tangga. Tapi saya melihat sekarang dampak positif dari net ekspor lebih besar
daripada dampak negatif ke konsumsi rumah tangga,

5. Menurut pandangan anda bagaimana proses koordinasi antara pemangku kebijakan


fiskal dan pemangku kebijakan moneter di Indonesia dalam menghadapi gejolak dalam
perekonomian?
Jawab : Mengingat bahwa laju inflasi di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
permintaan (demand pull) namun juga faktor penawaran (cost push), maka agar pencapaian
sasaran inflasi dapat dilakukan dengan efektif, kerjasaama dan koordinasi antara pemerintah
dan BI melalui kebijakan makroekonomi yang terintegrasi sangatlah diperlukan. Sehubungan
dengan hal tersebut, di tingkat pengambil kebijakan, Bank Indonesia dan Pemerintah secara
rutin menggelar Rapat Koordinasi untuk membahas perkembangan ekonomi terkini. Di sisi lain,
Bank Indonesia juga kerap diundang dalam Rapat Kabinet yang dipimpin oleh Presiden RI
untuk memberikan pandangan terhadap perkembangan makro ekonomi dan moneter terkait
dengan pencapaian sasaran inflasi. Koordinasi kebijakan fiskal dan moneter juga dilakukan
dalam penyusunan bersama Asumsi Makro di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang dibahas bersama di DPR. Selain itu, Pemerintah juga berkoordinasi dengan Bank
Indonesia dalam melakukan pengelolaan Utang Negara. Di tataran teknis, koordinasi antara
Pemerintah dan BI telah diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran,
Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun 2005. Anggota TPI,
terdiri dari Bank Indonesia dan departmen teknis terkait di Pemerintah seperti Departemen
Keuangan, Kantor Menko Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen Perhubungan, dan
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak
tahun 2008 pembentukan TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi antara
Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif dengan dukungan forum TPI baik pusat
maupun daerah sehingga dapat terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
MODUL 6

Kuis

1. Jelaskan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan anggaran


pemerintah?
Jawab:
a. Transparansi dan akuntabilitas anggaran
Anggaran harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan
manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan.

Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran
karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban
atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut.

b. Disiplin Anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat
dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap
pos atau pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.

Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan


dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan atau proyek yang
belum atau tidak tersedia anggarannya. Dengan kata lain, bahwa penggunaan setiap pos
anggaran harus sesuai dengan kegiatan atau proyek yang diusulkan

c. Keadilan Anggaran
Pemerintah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya secara adil agar dapat dinikmati
oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi dalam pemberian pelayanan, karena
pendapatan pemerintah pada hakikatnya diperoleh melalui peran serta masyarakat secara
keseluruhan.

d. Efisiensi dan efektivitas Anggaran


Penyusunan anggaran hendaknya dilakukan berlandaskan azas efisiensi, tepat guna, tepat
waktu pelaksanaan, dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan. Dana yang tersedia
harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan dan
kesejahteraan yang maksimal untuk kepentingan masyarakat.

e. Disusun dengan pendekatan kinerja


Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian hasil
kerja (output atau outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan.
Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan.
Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap organisasi kerja yang
terkait.
2. Jelaskan secara singkat prinsip penyusunan anggaran daerah?
Jawab :
a. Partisipasi Masyarakat
Dalam menyusun APBD, masyarakat did aerah tersebut harus dilibatkan, agar APBD bisa tepat
sasaran, dan masyarakat harus mengetahui hak dan kewajibanya dalam penyusunan APBD
tersebut.
b. Transparansi dan Akuntabilitas
Anggaran APBD yang disusun harus bersifat etrbuka dan mudah diakses oleh masyarakat. Hal
ini untuk menghindari penyelewengan dan agar APBD tersebut dapat dieprtanggungjawabkan.
c. Disiplin Anggaran
Dalam menyusun APBD, pendapatan yang direncanakan harus rasional (masuk akal) yang
dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan berada
dalam batas belanja sesuai peraturan yang berlaku. APBD tersebut juga harus didukung
dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak
dibenarkan melaksanakan kegiatan yang tidak tersedia anggarannya.
d. Keadilan Anggaran
Pajak daerah harus mempertimbangkan kemampuan masyarakat untuk membayar. Kemudian
dalam pembeanjaannya dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan
keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa
diskriminasi.
e. Efisiensi dan Efektivitas
Anggaran yang tersedia harus dimanfaatkan seoptimal (secara efektif dan efisien) mungkin
untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.
f. Taat Azas
Dalam perancangan APBD harus tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan tidak bertentangan
dengan peraturan daerah lainnya.

3. Jelaskan siklus penganggaran di pemerintahan daerah?


Jawab :
Siklus anggaran terdiri atas penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran, pengawasan
anggaran, dan pelaporan dan pertanggungjawaban anggaran

1) Penyusunan Anggaran

Pada tahap awal penyusunan anggaran, Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok


kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
Berdasarkan hasil pembahasan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,
Pemerintah Pusat bersama DPR membahas kebijaksanaan umum dan prioritas anggaran untuk
dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.

Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna


anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (RKA-KL) tahun berikutnya. RKA-KL disusun berdasarkan prestasi kerja yang
akan dicapai, disertai dengan perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran
yang sedang disusun. RKA-KL tersebut disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam
pembicaraan pendahuluan rancangan APBN. Hasil pembahasan RKA-KL disampaikan kepada
Menteri Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN tahun
berikutnya.

2) Pelaksanaan Anggaran

Pelaksanaan anggaran diawali dengan disahkannya dokumen pelaksanaan anggaran oleh


Menteri Keuangan. Terhadap dokumen anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan
disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Gubernur,
Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait,
dan Kuasa Pengguna Anggaran. Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan anggaran
adalah Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen lain yang dipersamakan
dengan DIPA. Sedangkan dokumen pembayaran antara lain terdiri dari Surat Permintaan
Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D).

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan anggaran belanja, pasal 17 Undang-Undang


Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
melaksanakan kegiatan yang tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran yang telah
disahkan dan berwenang mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas
anggaran yang telah ditetapkan. Lebih lanjut, pedoman dalam rangka pelaksanaan anggaran
diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan
Presiden Nomor 72 Tahun 2004.

3) Pengawasan Anggaran

Tahap pengawasan pelaksanaan APBN ini memang tidak diungkap secara nyata dalam
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Namun, Keputusan
Presiden Nomor 42 Tahun 2002 jo Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan APBN pada Bab IX memuat hal-hal yang mengatur pengawasan
pelaksanaan APBN. Pada tahap ini pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh
atasan/kepala kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga dalam lingkungannya. Atasan
langsung bendahara melakukan pemeriksaaan kas bendahara sekurang-kurangnya tiga bulan
sekali. (Yang berlaku sekarang sesuai dengan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor
47/PB/2009 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 bahwa pemeriksaan kas
bendahara tersebut dilaksanakan sekurang-kurangnya satu bulan sekali.)

Inspektur Jenderal masing-masing kementerian negara/lembaga dan unit pengawasan pada


lembaga melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN di lingkungan kementerian
negara/lembaga bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Inspektur Jenderal
kementerian negara/lembaga dan pimpinan unit pengawasan lembaga wajib menindaklanjuti
pengaduan masyarakat mengenai hal-hal yang terkait dengan pelaksanaan APBN.

Selain pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksekutif, terdapat pula pengawasan yang
dilakukan oleh DPR atau legislatif baik secara langsung mupun tidak langsung. Pengawasan
secara langsung dilakukan melalui mekanisme monitoring berupa penyampaian laporan
semester I kepada DPR selambat-lambatnya satu bulan setelah berakhirnya semester I tahun
anggaran yang bersangkutan. Laporan tersebut harus pula mencantumkan prognosa untuk
semester II dengan maksud agar DPR dapat mengantisipasi kemungkinan ada atau tidaknya
APBN Perubahan untuk tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan semester I dan prognosa
semester II tersebut dibahas dalam rapat kerja antara Panitia Anggaran DPR dan Menteri
Keuangan sebagai wakil pemerintah. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui
penyampaian hasil pemeriksaan BPK atas pelaksanaan APBN kepada DPR. Pemeriksaan
yanag dilakukan BPK menyangkut tanggung jawab pemerintah dalam melaksanakan APBN.

4) Pelaporan dan Pertanggungjawaban Anggaran

Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang menyusun


pertanggungjawaban pelaksanaan APBN di lingkungan kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya berupa Laporan Keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) yang dilampiri Laporan Keuangan Badan
Layanan Umum (BLU) pada kementerian negara/lembaga masing-masing. Laporan Keuangan
kementerian negara/lembaga oleh menteri/pimpinan lembaga disampaikan kepada Menteri
Keuangan selambat-lambatnya dua bulan setelah tahun anggaran berakhir. Kemudian Menteri
Keuangan menyusun rekapitulasi laporan keuangan seluruh instansi kementerian negara.
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara juga menyusun Laporan Arus Kas. Selain
itu, Menteri Keuangan sebagai wakil Pemerintah Pusat dalam kepemilikan kekayaan negara
yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan perusahaan negara. Semua laporan
keuangan tersebut disusun oleh Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal sebagai wujud
laporan keuangan pemerintah pusat disampaikan kepada Presiden dalam memenuhi
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Presiden menyampaikan Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat kepada BPK paling lambat tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir. Audit
atas laporan keuangan pemerintah harus diselesaikan selambat-lambatnya dua bulan setelah
laporan keuangan tersebut diterima oleh BPK dari Pemerintah.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 30 menyebutkan


bahwa Presiden menyampaikan Rancangan Undang-undang tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya enam bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, serta dilampiri dengan
laporan keuangan perusahaan negara dan badan lainnya. Mengenai bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disusun dan disajikan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintah.
4. Sebutkan dan jelaskan prinsip – prinsip standar pelayanan minimum?
Jawab :

• Prosedur
• Waktu Pelayanan
• Biaya
• Produk / Hasil
• Sarana Prasarana
• Kapasitas Petugas

5. Apa saja keuntungan penerapan standar pelayanan minimum?


Jawab :

Penerapan Standar Pelayanan Minimum dilakukan untuk kepentingan masyarakat yg gunanya


untuk membebaskan biaya untuk memenuhi dasar secara minimal, dengan memprioritaskan
bagi masyarakat miskin atau tidak mampu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, memberikan bantuan berupa bantuan tunai, barang dan jasa, kupon, subsidi atau
bentuk bantuan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai