Anda di halaman 1dari 11

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Pembelajaran.......................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).........................3
B. Kebijakan APBN ................................................................................................4
C. Definisi Hutang....................................................................................................5
D. Klasifikasi dan Jenis Utang Negara......................................................................5
E. Definisi HutangBeban Hutang Negara.................................................................5
F. Beban Hutang Negara..........................................................................................5
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN...................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................9
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR). APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran ( 1 Januari – 31
Desember ). APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan oleh Undang-Undang.1
Tujuan penyusunan APBN adalah sebagai pedoman pengeluaran dan
penerimaan neara agar terjadi keseimbangan yang dinamis dalam rangka
melaksanakan kegiatan-kegiatan kenegaraan demi tercapainya peningkatan produksi,
peningkatan kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta pada
akhirnya ditujukan untuk tercapainya masyarakat adil dan makmur material maupun
spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi
dalam struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu, pengaturan
mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-undang ini. Khususnya
dalam BAB VIII Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV Pasal 23 yang
mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan
negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan
pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional,
mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan
secara umum.2
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang
menjadi kewajiban negara dalam satu tahun anggaran harus dimasukkan dalam
APBN. Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran
negara tahun anggaran berikutnya.3

1
Deddi., Putra, Iswahyudi Sondi, dkk. 2007. Akuntansi Pemerintah. Salemba Empat: Jakarta.
2

3
M. Suparmoko, Keuangan Negara dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1997), 257
Fungsi Otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkkutan. Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada
rakyat.
Fungsi Perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk mendukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembanguan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut
agar bisa berjalan dengan lancar.
Fungsi Pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai
apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu
dibenarkan atau tidak.
Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi
dan efektivitas perekonomian.
Fungsi Dsitribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan
Fungsi Stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
B. Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
1. Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah langkah-langkah pemerintah untuk membuat
perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam perbelanjaannya dengan maksud
untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan memiliki dua prioritas, yang pertama
adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan
masalah-masalah APBN lainnya. Defisit APBN terjadi apabila penerimaan
pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya. Dan yang kedua adalah mengatasi
stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan antara lain; pertumbuhan ekonomi,
tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran.4

4
Tulus TH Tambunan
Sedangkan menurut Nopirin, Ph. D. 1987, kebijakan fiskal terdiri dari
perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakkan dengan tujuan untuk
mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai
adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga
pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak.5
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk
mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa
pajak) pemerintah. Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat yang dijelaskan
diatas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi
yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk
mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-
sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
Fiskal digunakan untuk menjelaskan bentuk pendapatan Negara atau kerajaan
yang dikumpulkan dari masyarakat dan oleh pemerintahan Negara atau kerajaan
dianggap sebagai pendapatan lalu digunakan sebagai pengeluaran dengan program-
program untuk menghasilkan pencapaian terhadap pendapatan nasional, produksi dan
perekonomian serta digunakan pula sebagai perangkat keseimbangan dalam
perekonomian.6
Dan berikut beberapa pengertian tentang kebijakan fiskal, menurut para ahli:7

a) Alam
Menurut Alam (2007:57), pengertian kebijakan fiskal adalah kebijakan yang
menyesuaikan pengeluaran dan penerimaan pemerintah untuk memperbaiki
kondisi ekonomi.
b) Ahman
Menurut Ahman (2007: 126), fiscal policy adalah kebijakan dalam ekonomi
yang digunakan pemerintah untuk mengendalikan atau mengarahkan
perekonomian ke arah yang lebih baik.
c) Tim Visi Adiwijaya
Menurut Tim Visi Adiwidya (2015:92), pengertian kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang dibuat oleh suatu pemerintah untuk mengarahkan ekonomi
negara melalui pendapatan (pajak) dan pengeluaran negara.

5
Nopirin, Ph. D. 1987
6
Novia Widya Utami, “Pengertian, Tujuan, dan Macam-macam Kebijakan Fiskal”, Jurnal, diakses dari
https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-tujuan-dan-macam-macam-kebijakan- fiskal/, pada tanggal
21 Maret 2019 pukul 11.11
7
“Kebijakan Fiskal: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis, dan Contoh Kebijakannya”, Maxmanroe, diakses dari
https://www.maxmanroe.com/vid/finansial/pengertian-kebijakan-fiskal.html, pada tanggal 21 Maret 2019
pukul 11.13
d) Haryadi
Menurut Haryadi (2014: 82), fiscal policy adalah kebijakan ekonomi yang
digunakan pemerintah untuk mengarahkan perekonomian suatu negara ke arah
yang lebih baik atau sesuai dengan yang diinginkan dengan cara mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
e) Zain
Menurut Zain (2008:12), instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran
pemerintah dan pajak, di mana pajak adalah pungutan yang dilakukan oleh
negara, baik pemerintah pusat maupun daerah yang diatur oleh undang-undang
untuk pembiayaan umum dari pemerintah dalam rangka menjalan fungsi
pemerintah dan tidak mengandung unsur imbalan individual oleh pemerintah
terhadap pembayaran pajak.

Menurut Tim Visi Adiwidya (2015:92), pengertian kebijakan fiskal adalah


kebijakan yang dibuat oleh suatu pemerintah untuk mengarahkan ekonomi
negara melalui pendapatan (pajak) dan pengeluaran negara.
f) Haryadi
Menurut Haryadi (2014: 82), fiscal policy adalah kebijakan ekonomi yang
digunakan pemerintah untuk mengarahkan perekonomian suatu negara ke arah
yang lebih baik atau sesuai dengan yang diinginkan dengan cara mengubah
penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
g) Zain
Menurut Zain (2008:12), instrumen utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran
pemerintah dan pajak, di mana pajak adalah pungutan yang dilakukan oleh
negara, baik pemerintah pusat maupun daerah yang diatur oleh undang-undang
untuk pembiayaan umum dari pemerintah dalam rangka menjalan fungsi
pemerintah dan tidak mengandung unsur imbalan individual oleh pemerintah
terhadap pembayaran pajak.
C. Definisi Hutang
Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan eksternal yang digunakan
oleh perusahaan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Menurut Munawir (2004)
hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum
terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang
berasal dari kreditor.8
8
Munawir (2004)
Hutang merupakan pengorbanan manfaat ekonomi masa datang yang mungkin
timbul karena kewajiban sekarang. Dalam pengambilan keputusan penggunaan
hutang perlu dipertimbangkan biaya tetap yang timbul akibat dari hutang tersebut,
yaitu berupa bunga hutang yang menyebabkan semakin meningkatnya laverage
keuangan. Hutang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu hutang jangka pendek
dan hutang jangka panjang.
D. Klasifikasi dan Jenis Utang Negara
Hutang negara merujuk kepada jumlah uang yang pemerintah suatu negara harus
membayar kepada kreditur dalam bentuk utang. Ada beberapa jenis utang yang bisa
dimiliki oleh suatu negara, antara lain:

1. Utang Publik: Ini adalah utang yang dimiliki oleh pemerintah suatu negara kepada
entitas atau individu di dalam maupun di luar negeri. Utang publik seringkali
digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah, seperti pembangunan
infrastruktur, program sosial, dan pengeluaran lainnya.
2. Utang Luar Negeri: Ini adalah utang yang dimiliki oleh pemerintah suatu negara
kepada pihak asing atau lembaga keuangan internasional. Utang luar negeri seringkali
diambil dalam bentuk pinjaman dari organisasi multilateral seperti Dana Moneter
Internasional (IMF), Bank Dunia, atau negara-negara lain.
3. Utang Dalam Negeri: Ini adalah utang yang dimiliki oleh pemerintah suatu negara
kepada individu, perusahaan, atau lembaga keuangan di dalam negara tersebut. Utang
dalam negeri seringkali diambil dalam bentuk obligasi pemerintah atau sekuritas
lainnya.
4. Utang Berjangka Panjang dan Pendek: Utang berjangka panjang adalah utang yang
jatuh tempo dalam waktu lebih dari satu tahun, sedangkan utang berjangka pendek
adalah utang yang jatuh tempo dalam waktu kurang dari satu tahun.
5. Utang Tertutup dan Utang Terbuka: Utang tertutup adalah utang yang diambil
untuk tujuan tertentu dan biasanya dijamin oleh aset tertentu, seperti obligasi proyek
infrastruktur. Sedangkan utang terbuka adalah utang yang diambil tanpa spesifikasi
penggunaan dana dan tidak dijamin oleh aset tertentu.
Setiap jenis utang memiliki implikasi ekonomi dan keuangan yang berbeda
bagi suatu negara. Terlalu banyak utang bisa menyebabkan masalah keuangan seperti
krisis keuangan, inflasi, dan ketidakstabilan ekonomi secara umum. Oleh karena itu,
manajemen utang yang baik penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa utang
tersebut dapat dikelola dengan baik dan tidak memberikan beban berlebihan pada
ekonomi negara tersebut.
E. Pinjaman Negara
Utang negara atau utang pemerintah pusat berdasarkan sumbernya terbagi
menjadi dua yaitu berupa pinjaman dan Surat Berharga Negara (SBN).
1. Pinjaman
Pinjaman adalah sumber pembiayaan berupa utang yang diperoleh pemerintah dari
pemberi pinjaman baik yang berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri yang diikat
oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, serta harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Sumber pembiayaan utang dari
pinjaman terbagi menjadi dua yaitu Pinjaman Luar Negeri (PLN) dan Pinjaman
Dalam Negeri (PDN).
a) Pinjaman Luar Negeri
Pinjaman Luar Negeri (PLN) berdasarkan PP No. 10 Tahun 2011 tentang
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah, didefinisikan sebagai setiap pembiayaan
utang yang diperoleh pemerintah dari pemberi pinjaman luar negeri yang diikat oleh
suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara yang harus
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.9 Sumber pinjaman luar negeri dapat
berasal dari Kreditur Bilateral, Kreditur Multilateral, dan Kreditur Swasta Asing
(KSA). Pinjaman dari Kreditur Bilateral berasal dari pemerintah negara asing atau
lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah negara asing yang memberikan pinjaman
kepada pemerintah.
Contoh Kreditur Bilateral adalah JICA (Japan International Cooperation
Agency), KfW (bank pembangunan dan investasi milik Negara Jerman), AFD (French
Development Agency). Sedangkan, kreditur multilateral berasal dari lembaga
keuangan internasional yang beranggotakan beberapa negara termasuk Indonesia,
yang memberikan pinjaman kepada pemerintah. Contoh lembaga kreditur multilateral
seperti World Bank, ADB (Asian Development Bank), IFAD (International Fund of
Agricultural Development). Kreditur Swasta Asing (KSA) adalah lembaga keuangan
asing, lembaga keuangan nasional, dan lembaga non keuangan asing yang berdomisili
dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah Negara Republik Indonesia yang
memberikan pinjaman kepada pemerintah berdasarkan perjanjian pinjaman tanpa
jaminan dari Lembaga Penjamin Kredit Ekspor. Berdasarkan bentuk pinjaman,
pinjaman luar negeri terbagi menjadi pinjaman tunai/program dan pinjaman kegiatan.
Pinjaman tunai berbentuk devisa dan/atau rupiah yang digunakan untuk pembiayaan
defisit APBN serta pengelolaan portofolio utang, sedangkan pinjaman kegiatan adalah
bentuk pinjaman yang digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu misalnya
transportasi, energi, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain.
b) Pinjaman Dalam Negeri
Pinjaman Dalam Negeri (PDN) adalah pinjaman yang diperoleh dari pemberi
pinjaman dalam negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu,
sesuai dengan masa berlakunya. Ketentuan terkait tata cara pengadaan dan penerusan
pinjaman dalam negeri oleh pemerintah diatur 14 lebih lanjut dalam PP No. 54 Tahun
9
PP No. 10 Tahun 2011 “tentang Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Hibah”
2008. Pinjaman dalam negeri akan dimanfaatkan oleh pemerintah sebagai alternatif
sumber pembiayaan untuk pemenuhan defisit APBN, mendukung pemberdayaan
produksi industri strategis dalam negeri, dan mendukung pembangunan infrastruktur.
2. Surat Berharga Negara (SBN)
Surat Berharga Negara diklasifikasikan ke dalam dua jenis yaitu Surat Utang
Negara (SUN) dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Pada UU No. 24 Tahun
2002, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Surat Utang Negara adalah surat
berharga berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing
yang pembayaran bunga dan pokoknya dijamin oleh Negara Republik Indonesia,
sesuai dengan masa berlakunya.10
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut juga Sukuk Negara
berdasarkan UU No. 19 Tahun 2008 adalah Surat Berharga Negara yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing,
sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN. 11 Adapun beberapa manfaat
yang didapat dari diterbitkannya SBN yaitu sebagai instrumen fiskal, instrumen
moneter, instrumen investasi, serta mendorong terciptanya acuan imbal hasil
(benchmark yield) bagi penilai harga instrumen keuangan lainnya.
a) Surat Utang Negara
Berdasarkan jangka waktu jatuh temponya, SUN terbagi menjadi Obligasi
Negara (ON) dan Surat Perbendaharaan Negara (SPN). Surat Perbendaharaan Negara
adalah SUN yang memiliki jangka waktu jatuh tempo kurang dari 12 bulan dengan
pembayaran bunga secara diskonto dan di beberapa negara lebih 15 dikenal dengan
sebutan T-Bills atau Treasury Bills, sedangkan Obligasi Negara adalah SUN yang
memiliki waktu jatuh tempo di atas 12 bulan. Selain menerbitkan SUN di pasar
domestik, pemerintah juga menerbitkan SUN dalam mata uang asing di pasar perdana
internasional dan pasar perdana Jepang. Untuk Obligasi Negara terdapat Global
Bonds yang diterbitkan dalam mata uang USD dan Euro serta Samurai Bonds yang
diterbitkan dalam mata uang Yen Jepang. Berdasarkan jenis kupon yang diberikan,
obligasi negara terbagi ke dalam dua jenis yaitu fixed rate (bunga kupon tetap) dan
variable rate (bunga kupon berubah) serta digolongkan juga berdasarkan fiturnya
yaitu tradable (dapat diperdagangkan) dan non-tradable (tidak dapat diperdagangkan).
b) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
Pada prinsipnya instrumen ini sama seperti surat konvensional, namun yang
membedakan adalah adanya penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai
pengganti bunga adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa
sejumlah tertentu aset negara yang menjadi dasar penerbitan sukuk serta adanya aqad
atau perjanjian antara pihak yang disusun berdasarkan prinsipprinsip syariah.
Berdasarkan jangka waktu jatuh tempo SBSN terbagi menjadi Sukuk Negara (SBSN)
jangka panjang dengan jatuh tempo lebih dari 12 bulan dan Surat Perbendaharaan
Negara Syariah (SPN-S) dengan jatuh tempo di bawah 12 bulan.
F. Beban Hutang Negara
Beban Hutang Negara Merupakan Permasalahan Yang Signifikan Bagi Banyak
Negara. Beban Hutang Negara Mengacu Pada Jumlah Hutang Suatu Negara Keada
Kreditornya. Beban Hutang Negara Yang Tinggi Dapat Memberikan Dampak Negatif
Pada Perekonomian Dan Masyarakat. Berikut Adalah Dampak Negatif Dari Beban
Hutang Negara Yakni :

10
UU No. 24 Tahun 2002
11
UU No. 19 Tahun 2008
 Menurunkan Kredibilitas Negara Hal Ini Dapat Menyebabkan Kenaikan Suku
Bungan Dan Menurunkan Nilai Tukar Mata Uang Negara Tersebut.
 Meningkatkan Resiko Gagal Bayar Jika Suatu Negara Tidak Mampu Membayar
Hutangnya, Maka Akan Terjadi Krisis Keuangan Yang Dapat Merusak
Perekonomian Dan Stabilitas Publik.
 Membatasi Kemampuan Fiskal Untuk Membiayai Program Pembangunan Dan
Sosial Hal Ini Dapat Membantu Ketimpangan Dan Menghambat Pertumbuhan
Ekonomi.
 Meningkatkan Beban Pajak Hal Ini Dapat Menurunkan Daya Beli Masyarakat Dan
Menyelamatkan Ketimpangan Sosial.
 Menurunkan Investasi Dan Domestik Hal Ini Dapat Mengurangi Pertumbuhan
Ekonomi Dan Menciptakan Lapangan Kerja Yang Lebih Sedikit. Dalam Rangka
Mengurangi Dampak Negatif Dari Beban Hutang Negara Yang Tinggi, Pemerintah
Perlu Melakukan Kebijakan Yang Tepat Dan Efektif. Beberapa Kebijakan Yang
Dapat Dilakukan Antara Lain :
1. Mengurangi Subsidi Yang Tidak Efektif
2. Meningkatkan Penerimaan Pajak.
3. Mengurangi Pengeluaran Yang Tidak Penting.
4. Melakukan Restrukturisasi Utang.
5. Meningkatkan Produktivitas Eknomi Untuk Meningkatkan Kemampuan
Fiskal Negara

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, N. F. (2021, July 6). Mengenal Tujuan Penyusunan APBN Berikut Fungsi dan
Landasan Hukumnya. Diambil kembali dari Merdeka.com:
https://www.merdeka.com/jabar/mengenal-tujuan-penyusunan-apbn- berikut-
fungsi-dan-landasan-hukumnya-kln.html
Kementerian Keuangan. (2021, January 18). Retrieved from djpb.kemenkeu.go.id:
https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi-umum/publikasi-
djpb/ikpa.html
Kementerian Keuangan. (2021, Januari 6). Paparkan Realisasi Pelaksanaan APBN 2020,
Menkeu Ungkap Belanja Negara Berperan Penting dalam Pemulihan Ekonomi
Nasional. Diambil kembali dari djpbn.kemekeu.go.id:
https://djpbn.kemenkeu.go.id/portal/id/berita/berita/berita-nasional/3554- paparkan-
realisasi-pelaksanaan-apbn-2020,-menkeu-ungkap-belanja- negara-berperan-
penting-dalam-pemulihan-ekonomi-nasional.html
Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-4/PB/2020 tentang Petunjuk Teknis
Penilaian Indikator Kinerja Pelaksanaan Anggaran Belanja Kementerian
Negara/Lembaga.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.02/2018 tentang Klasifikasi Anggaran.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran
Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2017 tentang Rencana Penarikan Dana,
Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 208/PMK.02/2019 tentang Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan
Pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.05/2013 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
Surat Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor S-369/PB/2020 tentang Pemutakhiran
Akun Dalam Rangka Penanganan Pandemi COVID-19.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.01/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Perppu No. 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem
Keuangan untuk Penanganan Pandemi Covid-19 dan/atau Dalam Rangka
Menghadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau
Stabilitas Sistem Keuangan.
Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suparmoko, M. (2011). Keuangan Negara Dalam Teori dan Praktik Edisi Keenam.
Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Anda mungkin juga menyukai