a. Kebijakan Anggaran Seimbang (Balance Budget) ahli ekonomi klasik berpendapat untuk
mencapai tingkat ekonomi yang dikehendaki, pemerintah harus melakukan kebijakan
anggaran keseimbangan. Artinya, anggaran belanja negara harus sama dengan
pendapatan negara. bila pemerintah ingin menaikan anggaran belanja maka pemerintah
harus menaikan pendapatan negara sesuai kenaikan belanja tersebut. Sebaliknya, bila
pendapatan negara turun maka anggaran belanja negara juga harus diturunkan agar
APBN berlangsung seimbang.
2. Kebijakan Anggaran Surplus (Kebijakan Fiskal Kontraktif) : Arti kebijakan anggaran surplus
adalah anggaran pendapatan negara lebih besar dari anggaran belanja. Dengan demikian
pemerintah memiliki tabungan. Semakin besar tabungan maka semakin tinggi kemampuan
pemerintah dalam meningkatkan dan memperluas investasi. Selanjutnya, akan memperbanyak
lapangan pekerjaan dan mendorong meningkatkan produksi. Jadi, anggran yang surplus ini akan
mempermudah mengarahkan tingkat kegiatan ekonomi sesuai dengan yang dikehendaki
pemerintah.
3. Kebijakan Anggaran Defisit (Kebijakan Fiskal Ekspansif) : Makna kebijakan anggaran defisit
adalah anggaran pendapatan negara lebih kecil dari anggaran belanja. Jadi, terdapat kekurangan
pendapatan. jika pemerintah memiliki banyak tabungan yang dapat ditimbun sebelumnya,
tabungan tersebut dapat digunakan untuk menutup defisit.
bila pemeritah belum pernah berhutang atau hutangnya relatif sedikit, defisit APBN dapat
ditutup dengan pinjaman. Namun bila pemerintah tidak memiliki tabungan sedangkan utang luar
negeri sudah terlalu banyak, pemerintah dapat menganbil tindakan dengan cara memberi sanksi
hukum melalui pengadilan untuk memperoleh kembali aset-aset negara yang hilang. Langkah-
langkah yang ditempuh antara lain sebagai berikut;
Menyita kekayaan penunggak Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI) yang telah
melanggar kesepakatan dan menyelewengkan BLBI untuk memperkaya diri.
Menyita kekayaan para koruptor yang telah merugian negara dan rakyat.
4. Kebijakan Anggaran Seimbang dan Dinamis: Pengertian APBN seimbang, keadaan dimana
pendapatan pemerinta dan pengeluaran pemerintah aalah sama. adapun arti dari dinamis bahwa
keadaan dimana pendapatan dan belanja negara terus meningkat, sehingga mendorong laju
pembangunan.
e. Asas Akuntabilitas
berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap pengguna anggaran wajib menjawab
dan menerangkan kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang
menjadi tanggung jawabnya.
f. Asas Profesionalitas
mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh tenaga yang profesional.
g. Asas Proporsionalitas
pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional pada fungsi-fungsi
kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai.
h. Asas Keterbukaan
dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan,
penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang
independen.
i. Asas Pemeriksaan Keuangan
oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, memberi kewenangan lebih besar pada Badan
Pemeriksa Keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
secara objektif dan independen.
3. Prinsip Anggaran
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
2. Disiplin Anggaran
3. Keadilan Anggaran
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
5. Disusun Dengan Pendekatan Kinerja
4. Klasifikasi Anggaran
Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan RKP dapat dilihat dalam Siklus APBN
berikut ini. Terlihat bahwa adanya RKP merupakan awal dari sebuah perencanaan APBN, karena
APBN pada dasarnya digunakan untuk Rencana Kerja Pemerintah di segala bidang
Kementerian/Lembaga.
Sementara itu, masih dalam Undang-undang no. 25 tahun 2004, pasal 25 ayat (1)
menyebutkan bahwa :
“ RKP menjadi pedoman penyusunan RAPBN”
3. Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Lembaga (RKA-KL)
Dari siklus dan alur APBN di atas, terlihat bahwa RKA-KL disusun oleh setiap
Kementerian/Lembaga dalam tahap penganggaran APBN, yang merujuk pada RKP yang telah
direncanakan sebelumnya.
Penyusunan APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci
mengenai penerimaan dan pengeluaran Negara untuk suatu jangka waktu tertentu
biasanya satu tahun.
Menurut UU No. 17 tahun 2003 pasal 1 ayat 7, APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
Keputusan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dalam UU meliputi :
- penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah
- penegasan peran DPR dan pemerintah dalam proses penyusunan
- penetapan anggaran pengintegrasian sistem akuntabilitas dan penyatuan anggaran
- penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dalam penyusunan
anggaran
Penyusunan dan Penetapan APBN
Tahap Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain
meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas,
dan penyusunan budget exercise.
Pada tahapan ini juga diadakan rapat komisi antara masing-masing komisi dengan mitra
kerjanya (departemen/lembaga teknis). Tahapan ini diakhiri dengan proses finalisasi penyusunan
RAPBN oleh pemerintah
Tahap Pengajuan dan Pembahasan APBN
1. Tahapan dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan.
2. Pembahasan dilakukan baik antara menteri keuangan dan Panitia Anggaran DPR,
maupun antara komisi-komisi dengan departemen/lembaga terkait. Hasil dari
pembahasan ini adalah UU APBN, yang di dalamnya memuat satuan anggaran. Satuan
anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, subsektor, program, dan proyek/kegiatan.
3. Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan, departemen/ lembaga
mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada
Depkeu dan Bappenas untuk kemudian dibahas menjadi Daftar Isian pelaksanaan
Anggaran (DIPA) dan diversifikasi sebelum proses pembayaran. Proses ini harus
diselesaikan dari Oktober hingga Desember.
Tahap Penetapan APBN
1. Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU tentang APBN dilakukan selambat-
selambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan
2. Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa keputusan presiden (kepres) sebagai
Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan pembayaran, kepala
kantor/pemimpin proyek di masing-masing kementerian dan lembaga mengajukan Surat
Permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara (KPPN)
3. Tahap Pengawasan APBN
Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas fungsional
baik eksternal maupun internal pemerintah. Sebelum tahun anggaran berakhir sekitar bulan
November, pemerintah dalam hal iniMenkeu membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN danmelaporkannya dalam bentuk Rancangan Perhitungan Anggaran Negara(RUU PAN),
yang paling lambat lima belas bulan setelah berakhirnya pelaksanaan APBN tahun anggaran
yang bersangkutan. Laporan ini disusun atas dasar realisasi yang telah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Apabila hasil pemeriksaan perhitungan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN disetujuioleh BPK, maka RUU PAN tersebut
diajukan ke DPR guna mendapatpengesahan oleh DPR menjadi UU Perhitungan Anggaran
Negara (UUPAN) tahun anggaran berkenaan.
Tujuan KPJM/MTEF
Memperbaiki situasi fiskal secara makro, sehingga dapat menurunkan defisit anggaran,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan lebih rasional dalam menjaga stabilitas
ekonomi.
Meningkatkan dampak kebijakan pemerintah dengan cara mengaitkan prioritsa dan
kebijakan pemerintah dengan program-program yang dilaksanakan
Meningkatkan kinerja dan dampak program, salah satunya dengan cara mengubah kultur
birokrasi dari administratif ke manajerial
Menciptakan fleksibilitas manajerial dan inovasi sehingga tercapai rasio cost/output yang
lebih rendah, peningkatan efektifitas program/kebijakan, dan meningkatkan
prediktabilitas sumberdaya.