Anda di halaman 1dari 15

PENGERTIAN KEBIJAKAN ANGGARAN & KEBIJAKAN FISKAL

A. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL


Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi
perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran
pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar,
namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada instrumen pengaturan pendapatan (pajak) dan
belanja (pengeluaran) pemerintah.
1. Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini
dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G),
jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).
2. Instrumen Kebijakan Fiskal
a. Pembiayaan fungsional
- Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung
terhadap pendapatan nasional.
- Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk meningkatkan
penerimaan pemerintah.
- Pinjaman dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana yang
ada di masyarakat.
b. Pengeluaran Anggaran
- Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dipergunakan secara terpadu untuk
mencapai kestabilan ekonomi.
- Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran belanja seimbang. Namun pada masa
depresi digunakan anggaran defisit
3. Analisis Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal secara umum diarahkan pada empat sasaran utama :
a. Menciptakan stimulus fiskal
Guna menciptakan stimulus fiskal dengan sasaran penerimaan manfaat yang lebih tepat,
pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan administratif dan menciptakan
mekanisme penyaluran dana secara transparan.
b. Memperkuat Basis Penerimaan
Upaya memperkuat basis penerimaan ditempuh melalui perbaikan administrasi dan
struktur pajak, ekstensifikasi penerimaan pajak dan bukan pajak, seperti penjualan saham
BUMN, penjualan asset BPPN.
c. Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan
Upaya untuk menunjang program rekapitalisasi dan penyehatan perbankan dilakukan
dengan memasukkan biaya restruktursiasi perbankan ke dalam APBN.
d. Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit
- Pemerintah tetap mempertahankan prinsip untuk tidak menggunakan pembiayaan defisit
anggaran dari bank sentral dan bank-bank di dalam negeri.
- Pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari luar negeri, yang diperboleh dari
lembaga keuangan internasional seperti bank Dunia, ADB, dan OECF serta sejumlah negara
sahabat secara bilateral, terutama dalam kerangka CGI.
4. Contoh Kebijakan Fiskal
Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi,
pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil
pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut
dengan pengelolaan anggaran.

B. PENGERTIAN KEBIJAKAN ANGGARAN


 Kebijakan anggaran adalah suatu kegiatan anggaran negara / daerah dimulai dari perencanaan
anggaran, pelaksanaan anggaran, evaluasi anggaran, pembuatan laporan, dan pengawasan
anggaran, dimana kebijakan tersebut dilaksanakan pada satu kurun tertentu, biasanya tiap
tahun.
 Tapi ada juga yang membuat kebijakan anggaran bersifat tahunan (multiyear) misalnya 3 th, 5
th untuk kegiatan-kegiatan tertentu yang penyelesaiannya tidak mungkin dilaksanakan hanya
satu tahun, harus berlanjut.
1. Macam-macam Kebijakan Anggaran

a. Kebijakan Anggaran Seimbang (Balance Budget) ahli ekonomi klasik berpendapat untuk
mencapai tingkat ekonomi yang dikehendaki, pemerintah harus melakukan kebijakan
anggaran keseimbangan. Artinya, anggaran belanja negara harus sama dengan
pendapatan negara. bila pemerintah ingin menaikan anggaran belanja maka pemerintah
harus menaikan pendapatan negara sesuai kenaikan belanja tersebut. Sebaliknya, bila
pendapatan negara turun maka anggaran belanja negara juga harus diturunkan agar
APBN berlangsung seimbang.
2. Kebijakan Anggaran Surplus (Kebijakan Fiskal Kontraktif) : Arti kebijakan anggaran surplus
adalah anggaran pendapatan negara lebih besar dari anggaran belanja. Dengan demikian
pemerintah memiliki tabungan. Semakin besar tabungan maka semakin tinggi kemampuan
pemerintah dalam meningkatkan dan memperluas investasi. Selanjutnya, akan memperbanyak
lapangan pekerjaan dan mendorong meningkatkan produksi. Jadi, anggran yang surplus ini akan
mempermudah mengarahkan tingkat kegiatan ekonomi sesuai dengan yang dikehendaki
pemerintah.
3. Kebijakan Anggaran Defisit (Kebijakan Fiskal Ekspansif) : Makna kebijakan anggaran defisit
adalah anggaran pendapatan negara lebih kecil dari anggaran belanja. Jadi, terdapat kekurangan
pendapatan. jika pemerintah memiliki banyak tabungan yang dapat ditimbun sebelumnya,
tabungan tersebut dapat digunakan untuk menutup defisit.
bila pemeritah belum pernah berhutang atau hutangnya relatif sedikit, defisit APBN dapat
ditutup dengan pinjaman. Namun bila pemerintah tidak memiliki tabungan sedangkan utang luar
negeri sudah terlalu banyak, pemerintah dapat menganbil tindakan dengan cara memberi sanksi
hukum melalui pengadilan untuk memperoleh kembali aset-aset negara yang hilang. Langkah-
langkah yang ditempuh antara lain sebagai berikut;
 Menyita kekayaan penunggak Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI) yang telah
melanggar kesepakatan dan menyelewengkan BLBI untuk memperkaya diri.
 Menyita kekayaan para koruptor yang telah merugian negara dan rakyat.
4. Kebijakan Anggaran Seimbang dan Dinamis: Pengertian APBN seimbang, keadaan dimana
pendapatan pemerinta dan pengeluaran pemerintah aalah sama. adapun arti dari dinamis bahwa
keadaan dimana pendapatan dan belanja negara terus meningkat, sehingga mendorong laju
pembangunan.

Meningkatkan penerimaan dilaksanakan oleh pemirintah dengan meningkatkan semua


unsur seperti pajak dan sektor penerimaan lainnya. Indonesia sangat sulit mencapai kebijakan
APBN seimbang dan dinamis. Namun, bila ada kemauan polotik yang kuat dan kerja keras,
tujuan tersebut bisa saja tercapai secara bertahap. Dengan meningatkan pendapatan negara,
menutup kebocran pembelanjaan dan menghukum para koruptor dengan hukuman maksimal.
FUNGSI, ASAS-ASAS, PRINSIP-PRINSIP, DAN KLASIFIKASI ANGGARAN
1. Fungsi Anggaran
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu manajemen
dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman
kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan.
a. Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan salah
satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
lainnya.
b. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan.
Pengawasan itu merupakan usaha-usaha yang ditempuh agarrencana yang telah disusun
sebelurnnya dapat dicapai.
c. Fungsi Koordinasi
Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau
bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan.
d. Anggaran Sebagai Pedoman Kerja
Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam
unit moneter.
2. Asas-asas Anggaran
a. Asas Tahunan
memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara tahunan yang harus mendapat
persetujuan dari badan legislatif (DPR).
b. Asas Universalitas (kelengkapan)
memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan terjadinya percampuran antara penerimaan
negara dengan pengeluaran negara.
c. Asas Kesatuan
mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti semua pengeluaran harus
tercantum dalam anggaran.
d. Asas Spesialitas
mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata anggaran tertentu/tersendiri dan
diselenggarakan secara konsisten baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

e. Asas Akuntabilitas
berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap pengguna anggaran wajib menjawab
dan menerangkan kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang
menjadi tanggung jawabnya.
f. Asas Profesionalitas
mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh tenaga yang profesional.
g. Asas Proporsionalitas
pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional pada fungsi-fungsi
kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai.
h. Asas Keterbukaan
dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan,
penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang
independen.
i. Asas Pemeriksaan Keuangan
oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, memberi kewenangan lebih besar pada Badan
Pemeriksa Keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara
secara objektif dan independen.
3. Prinsip Anggaran
1. Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran
2. Disiplin Anggaran
3. Keadilan Anggaran
4. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran
5. Disusun Dengan Pendekatan Kinerja

4. Klasifikasi Anggaran

1. Klasifikasi Menurut Organisasi 


merupakan pengelompokan alokasi anggaran belanja sesuai dengan struktur organisasi
Kementerian Negara/Lembaga (K/L).
2. Klasifikasi Menurut Fungsi 
merupakan pengelompokan alokasi anggaran belanja menurut fungsi dan sub fungsi yang
mencerminkan tugas-tugas pemerintahan.
3. Klasifikasi Menurut Ekonomi
merupakan pengelom-pokan alokasi anggaran belanja menurut jenis belanja sesuai dengan
karakteristik transaksi dan peruntukannya.

PENYUSUNAN, PERENCANAAN, & PENETAPAN APBN


1. Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan Sistem Perencanaan Anggaran
(Sispena)
APBN direncanakan dan disusun secara teknis berpedoman pada Sistem
Perencanaan Anggaran sebagai awal dari ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN).
Sispena merupakan suatu sistem pengaturan tentang bagaimana suatu anggaran
direncanakan.
2. Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional pasal 4 ayat (3) menyebutkan bahwa :
“RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk
arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/ Lembaga, lintas Kementerian/ Lembaga,
kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.”

TAHAPAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RKP PASAL 18.


Tahapan Penyusunan dan Penetapan RKP :
1. Penyiapan Rancangan Awal RKP
2. Penyiapan Rancangan Renja KL
3. Penyusunan Rancangan Interim RKP
4. Pelaksanaan Musrenbang Tahunan
5. Penyusunan Rancangan Akhir RKP
6. Penetapan RKP
 Rancangan Akhir RKP berdasarkan hasil Musrenbang Tahunan.
 RKP akan ditetapkan Presiden dengan Peraturan Presiden Paling Lambat Pertengahan
Mei.
 RKP akan dibahas oleh DPR : Pedoman Penyusunan Rancangan UU tentang Anggaran
Pendapatan Belanja Negara
 RKP : Pedoman Penyelesaian Renja KL
 Renja KL : Pedoman Penyusunan RKAKL

Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan RKP dapat dilihat dalam Siklus APBN
berikut ini. Terlihat bahwa adanya RKP merupakan awal dari sebuah perencanaan APBN, karena
APBN pada dasarnya digunakan untuk Rencana Kerja Pemerintah di segala bidang
Kementerian/Lembaga.

Sementara itu, masih dalam Undang-undang no. 25 tahun 2004, pasal 25 ayat (1)
menyebutkan bahwa :
“ RKP menjadi pedoman penyusunan RAPBN”
3. Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Lembaga (RKA-KL)
Dari siklus dan alur APBN di atas, terlihat bahwa RKA-KL disusun oleh setiap
Kementerian/Lembaga dalam tahap penganggaran APBN, yang merujuk pada RKP yang telah
direncanakan sebelumnya.
Penyusunan APBN
 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci
mengenai penerimaan dan pengeluaran Negara untuk suatu jangka waktu tertentu
biasanya satu tahun.
 Menurut UU No. 17 tahun 2003 pasal 1 ayat 7, APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
Keputusan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dalam UU meliputi :
- penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah
- penegasan peran DPR dan pemerintah dalam proses penyusunan
- penetapan anggaran pengintegrasian sistem akuntabilitas dan penyatuan anggaran
- penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dalam penyusunan
anggaran
Penyusunan dan Penetapan APBN
 Tahap Pendahuluan
Tahap ini diawali dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain
meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas,
dan penyusunan budget exercise.
Pada tahapan ini juga diadakan rapat komisi antara masing-masing komisi dengan mitra
kerjanya (departemen/lembaga teknis). Tahapan ini diakhiri dengan proses finalisasi penyusunan
RAPBN oleh pemerintah
 Tahap Pengajuan dan Pembahasan APBN
1. Tahapan dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan.
2. Pembahasan dilakukan baik antara menteri keuangan dan Panitia Anggaran DPR,
maupun antara komisi-komisi dengan departemen/lembaga terkait. Hasil dari
pembahasan ini adalah UU APBN, yang di dalamnya memuat satuan anggaran. Satuan
anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, subsektor, program, dan proyek/kegiatan.
3. Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan, departemen/ lembaga
mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada
Depkeu dan Bappenas untuk kemudian dibahas menjadi Daftar Isian pelaksanaan
Anggaran (DIPA) dan diversifikasi sebelum proses pembayaran. Proses ini harus
diselesaikan dari Oktober hingga Desember.
 Tahap Penetapan APBN
1. Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU tentang APBN dilakukan selambat-
selambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan
2. Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa keputusan presiden (kepres) sebagai
Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan pembayaran, kepala
kantor/pemimpin proyek di masing-masing kementerian dan lembaga mengajukan Surat
Permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara (KPPN)
3. Tahap Pengawasan APBN
Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas fungsional
baik eksternal maupun internal pemerintah. Sebelum tahun anggaran berakhir sekitar bulan
November, pemerintah dalam hal iniMenkeu membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBN danmelaporkannya dalam bentuk Rancangan Perhitungan Anggaran Negara(RUU PAN),
yang paling lambat lima belas bulan setelah berakhirnya pelaksanaan APBN tahun anggaran
yang bersangkutan. Laporan ini disusun atas dasar realisasi yang telah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK). Apabila hasil pemeriksaan perhitungan dan pertanggungjawaban
pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN disetujuioleh BPK, maka RUU PAN tersebut
diajukan ke DPR guna mendapatpengesahan oleh DPR menjadi UU Perhitungan Anggaran
Negara (UUPAN) tahun anggaran berkenaan.

4. Kebijakan dalam APBN Terkait dengan KPJM dan Penganggaran Berbasis


Kinerja

Kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) dalam APBN


Kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) atau multi-term expenditure framework
(MTEF) merupakan konsep terbaik dalam pengelolaan keuangan publik (public expenditure
management/PEM) saat ini, khususnya di negara berkembang yang memiliki kelemahan dalam
manajemen keuangan publiknya. MTEF mengintegrasikan kebijakan ekonomi makro dan fiskal
dalam beberapa tahun anggaran, dan menghubungkan antara kebijakan (policy), perencanaan
(planning), dan penganggaran (budgeting) secara komprehensif.

Tujuan KPJM/MTEF
 Memperbaiki situasi fiskal secara makro, sehingga dapat menurunkan defisit anggaran,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan lebih rasional dalam menjaga stabilitas
ekonomi.
 Meningkatkan dampak kebijakan pemerintah dengan cara mengaitkan prioritsa dan
kebijakan pemerintah dengan program-program yang dilaksanakan
 Meningkatkan kinerja dan dampak program, salah satunya dengan cara mengubah kultur
birokrasi dari administratif ke manajerial
 Menciptakan fleksibilitas manajerial dan inovasi sehingga tercapai rasio cost/output yang
lebih rendah, peningkatan efektifitas program/kebijakan, dan meningkatkan
prediktabilitas sumberdaya.

Menurut World Bank (1998) tujuan MTEF adalah:


 Mengembangkan keseimbangan dalam kebijakan ekonomi makro dan penegakan disiplin
fiskal;
 Mengalokasikan sumberdaya sektoral secara lebih baik;
 Prediktabilitas anggaran yang lebih baik untuk setiap urusan atau kewenangan;
 Akuntabilitas politik yang lebih baik untuk outcome pengeluaran publik dalam suatu
proses pembuatan keputusan yang legitimate;
 Menghasilkan pengambilan keputusan penganggaran yang lebih kredibel.
World Bank (1998: 47-51) menyebutkan enam tahapan dalam MTEF, yakni:
 Pembentukan kerangka ekonomi makro dan fiscal: Tahap ini dicirikan dengan
pembentukan model ekonomi kamro yang dapat pemproyeksi pendapatan dan
pengeluaran dalam jangka menengah (multi-year);
 Pengembangan program-program sektoral, yang dilaksanakan dengan melakukan: (a)
kesepakatan atas objectives, outputs, dan activities setiap sektor, (b) mereviu dan
mengembangkan program dan sub-program, dan (c) membuat estimasi kebutuhan biaya
untuk masing-masing program.
 Pengembangan kerangka pengeluaran sektoral, yakni dengan menganalisis trade-off yang
terjadi antar-sektor dan di dalam sektor sendiri dan membangun konsensus terkait dengan
pengalokasian sumberdaya dalam jangka panjang (stratejik).
 Mendefinisikan alokasi-alokasi sumberdaya sektoral dengan cara menentukan budget
ceilings sektor untuk jangka menengah (3-5 tahun).
 Penyiapan anggaran sektoral: program-program sektoral yang bersifat jangka menengah
didasarkan pada budget ceilings.
 Pengesahan MTEF secara politik, yakni melalui pemaparan estimasi anggaran ke kabinet
dan parlemen untuk disahkan.

KPJM/MTEF dalam Pengelolaan Keuangan Daerah di Indonesia


Pasal 1 angka 33 Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 dan pasal 1 angka 35
Peraturan Menteri Dalam Negeri No13/2006 menyatakan: Kerangka Pengeluaran Jangka
Menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan
keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun
anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan
pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.
Prakiraan maju (forward estimate) adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun
anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program
dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
Konsep yang juga tidak dapat dipisahkan adalah anggaran terpadu (unified budgeting), yang
didefinisikan sebagai penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi
untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada
prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.
Berdasarkan kedua definisi di atas, dapat ditemukan beberapa hal penting dalam KPJM, yakni:
 Penggunaan pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan.
 Implikasi biaya atau kebutuhan dana.
 Pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih
dari satu tahun anggaran.
 Memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui.
 Menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya.
 Terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan.

KPJM/MTEF dalam RKA-SKPD


Format RKA-SKPD telah mengakomodasi konsep KPJM ini. Dalam format Formulir
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)  2.2.1, yakni
dokumen yang memuat rencana kegiatan (dengan menggunakan anggaran belanja langsung),
dapat ditemukan anggaran untuk tahun sebelumnya (n-1), tahun berjalan/yang akan dilaksanakan
(n), dan tahun yang akan datang (n + 1).
a. Anggaran Berbasis Kinerja ( Performance Based Budgeting )
Anggaran Berbasis Kinerja ( Performance Based Budgeting ) adalah penyusunan anggaran
yang didasarkan atas perencanaan kinerja, yang terdiri dari program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan serta indikator kinerja yang ingin dicapai oleh suatu entitas anggaran ( budget
entity). Dengan penyusunan anggaran berbasis kinerja diharapkan rencana dan program-program
pembangunan yang disusun dapat mengarah kepada :
 Terwujudnya sasaran yang telah ditetapkan.
 Dicapainya hasil yang optimal dari setiap investasi yang dilakukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan publik.
 Tercapainya efisiensi serta peningkatan produktifitas di dalam pengelolaan sumberdaya
dan peningkatan kualitas produk serta jasa untuk mewujudkan kesinambungan
pembangunan dan kemandirian nasional.
 Mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
Visi dalam Anggaran Kerja
 Mencerminkan apa yang akan dicapai organisasi dalam jangka panjang
 Memberi arah dan fokus yang jelas agar organisasi dapat eksis, antisipatif dan inovatif
 Mudah diingat, ringkas dan sederhana
 Sebaiknya hanya di tingkat Kabupaten/Kota
 Misi dalam anggaran kinerja merupakan sedikit turunan dalam visi anggaran
kinerja.dimana dalam hal ini lebih menfokuskan apa yang akan dilakukan.Menetapkan
kerangka tujuan dan sasaran yang akan dicapai Visi akan dicapai melalui beberapa
misi ,Mendukung pernyataan visi Menjelaskan tujuan organisasi idealnya tidak lebih dari
3 pernyataan
 Tujuan dalam anggaran kinerja diantaranya yaitu,Tujuan Mendukung Pencapaian
Misi,Menggambarkan arah yang jelas ,Menantang serta Realistik ,Sasaran ,Bagaimana
mencapai tujuan,Program ,Sekumpulan kegiatan untuk mencapai sasaran
,Kegiatan,Tindakan/langkah-langkah yang dilaksanakan untuk mencapai program

Indikator Penilaian Kinerja


1) Indikator masukan (inputs)
2) Indikator proses (process)
3) Indikator keluaran (outputs)
4) Indikator efisiensi (efficiency)
5) Indikator kualitas (quality)
6) Indikator hasil (outcomes)
7) Indikator manfaat (benefits)
8) Indikator dampak (impacts)

Persyaratan Indikator Kinerja


1) Spesific (spesifik dan jelas)
2) Measurable (dapat diukur dengan objektif)
3) Attributable (bermakna)
4) Relevant (sesuai)
5) Timely (tepat waktu)
1. Perencanaan kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan ke depan untuk
menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang.
2. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrument kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga
untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi
penggunaan anggaran berbasis kinerja, yaitu :
1) Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi.
2) Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus.
3) Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu dan
orang).
4) Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas.
5) Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Penyusunan anggaran Berbasis Kinerja


Dalam menyusun ABK perlu diperhatikan prinsip-prinsip penganggaran sebagai
berikut :
1) Transparansi dan akuntabilitas anggaran APBD harus dapat menyajikan informasi
yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari
suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan.
2) Disiplin anggaran Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja
yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja.
3) Keadilan anggaran
4) Efisiensi dan efektifitas anggaran
5) Disusun dengan pendekatan kinerja

Anda mungkin juga menyukai