Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Tugas-tugas Pembelanjaan(Expenditure Assignments)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan Fiskal dan Moneter

Dosen Pengampu :SAIJUN,SE.,MM

Disusun oleh:
DWI LASMUL WAHYUDI (501180070)

4B EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebutka nama Allah SWT. Yang maha pengasih lagi maha penyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
daninayah, kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Tugas-tugas
Pembelanjaan(Expenditure Assignments)” Dan harapan kami semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah kami ini, oleh karena itu kami sangat mengaharap kan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 31 Mei 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran
perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian pada kedua sisi. Misalnya,
sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangat tergantung pada ada atau tidaknya
perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yang memilikinya.
Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi
perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran perusahaan
banyak ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang dipengaruhi oleh daya
beli masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi.
Adapun sisi pengeluaran anggaran perusahaan dipengaruhi antara lain oleh
perubahan harga bahan baku, tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM), perubahan
ketentuan upah, yang secara umum mengikuti perubahan tingkat harga secara umum.
Ketidakpastian yang dihadapi rumah tangga dan perusahaan dalam menyusun anggaran juga
dihadapi oleh para perencana anggaran negara yang bertanggungjawab dalam penyusunan
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Setidaknya terdapat
enam sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan volume APBN yakni
(i) harga minyak bumi di pasar internasional; (ii) kuota produksi minyak mentah yang
ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan ekonomi; (iv) inflasi; (v) suku bunga; dan (vi) nilai tukar
Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD). Penetapan angka-angka keenam unsure diatas
memegang peranan yang sangat penting dalam penyusunan APBN. Hasil penetapannya
disebut sebagai asum-asumsi dasar penyusunan RAPBN. Penerimaan dan pengeluaran untuk
anggaran negara lazim disebut pendapatan dan belanja.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah
untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untuk mengelola
perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanya menyangkut keputusan
ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik. Dalam konteks ini, DPR dengan hak
legislasi, penganggaran, dan pengawasan yang dimilikinya perlu lebih berperan dalam
mengawal APBN. sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk
mensejahterakan rakyat dan mengelola perekonomian negara dengan baik.
Dalam rangka mewujudkan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan
negara, sejak beberapa tahun yang lalu telah diintrodusir Reformasi Manajemen Keuangan
Pemerintah. Reformasi tersebut mendapatkan landasan hukum yang kuat dengan telah
disahkannya UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004
tentang PerbendaharaanNegara, dan UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

B.     Rumusan Masalah


Adapun rumusan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui peranan dan fungsi APBN
dalam pengalokasian sumber-sumber pendapatan suatu Negara untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat dan bangsa dan Negara
1.      Pengertian Ruang Lingkup APBN
2.      Mengetahui berbagai bentuk Struktur dan susunan APBN
3.      Dapat mengetahui tentang Prinsip-prinsip dalam APBN
4.      Bagaimanakah bentuk Anggaran pendapatan dan pengeluaran Negara
5.      Mengetahui Tentang Surplus Dan Keseimbangan dalam APBN

C.    Tujuan
Selain sebagai tugas, tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini yaitu dapat
memberikan suatu solusi yang tepat agar di dalam suatu Negara bisa memberikan wujud yang
nyata dalam pengolahan dana dan pengalokasian sumber – sumber pendapatan Negara atau
pengeluaran Negara, jadi kami sebagai penyusun makalah ini sangat berharap sekali agar
prekonomian Negara kita ini tidak mengalami keterpurukan dan masyarakat Indonesia bisa
hidup dengan sejahtera

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dan Ruang Lingkup APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan PerwakilanRakyat. (Pasal 1 angka 7, UU
No. 17/2003). Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004. tentang Perbendaharaan Negara, APBN
dalam satu tahun anggaran meliputi:1
a.    Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
b.    Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan
c.    Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui rekening kas umum
negara. (Pasal 12 ayat (2) UU No. 1/2004)Tahun anggaran adalah periode pelaksanaan
APBN selama 12 bulan. Sejak tahun 2000, Indonesia menggunakan tahun kalender sebagai
tahun anggaran, yaitu dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember.
Sebelumnya, tahun anggaran dimulai tanggal 1 April sampai dengan 31 Maret tahun
berikutnya. Penggunaan tahun kalender sebagai tahun anggaran ini kemudian dikukuhkan
dalam UU Keuangan Negara dan UU Perbendaharaan Negara (Pasal 4 UU No. 17/2003 dan
Pasal 11 UU No. 1/2004).1
Sebagaimana ditegaskan dalam Bagian Penjelasan UU No. 17/2003, anggaran adalah
alat akuntabilitas, manajemen, dan kebijakan ekonomi. Sebagai fungsi akuntabilitas,
pengeluaran anggaran hendaknya dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan hasil
(result) berupa outcome atau setidaknya output dari dibelanjakannya dana-dana publik
tersebut. Sebagai alat manajemen, sistem penganggaran selayaknya dapat membantu aktivitas
berkelanjutan untuk memperbaiki efektifitas dan efisiensi program pemerintah.Sedangkan
sebagai instrumen kebijakan ekonomi, anggaran berfungsi untukmewujudkan pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara.1
Merujuk Pasal 3 Ayat (4) UU No. 17/2003, APBN mempunyai fungsi otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi dan stabilisasi. Fungsi otorisasi mengandung
arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara
menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. 1
Fungsi alokasi mengandung arti bahwa Anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektifitas perekonomian. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran
negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Fungsi stabilisasi mengandung arti
bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian.1

  Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN )


1.    Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat dialokasikan untuk
pengeluaran yang bersifat umum, seperti pembangunan jembatan, jalan dan taman umum.
2.    Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan untuk kepentingan
umum, tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan dana pensiun.
3.    Fungsi stabilisasi, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) berfungsi sebagai
pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keunagn negara teratur sesuai dengan di terapkan.
Jika pemndapatan dipakai sesuai dengan yang di terapkan, Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) berfungsi sebagai stabilisator.

  Asumsi Dasar dalam Penyusunan APBN


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menjadi dasar dalam
penggunaan biaya dalam pelaksanaan program-program negara disusun melalui berbagai
indikator ekonomi makro. Indikator ekonomi makro tersebut dijadikan tolak ukur sebelum
menyusun anggaran yang dibutuhkan dan dikeluarkan oleh negara.
Adapun indikator ekonomi makro yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan
APBN tersebut adalah pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, suku bunga, harga minyak
internasional, produksi minyak Indonesia, kebijakan fiskal dan jumlah pengangguran:2,3

a.      Pertumbuhan ekonomi


Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan
perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan
bagi penduduk suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang merupakan hasil  output yang
dibentuk oleh berbagai sektor ekonomi ini memengaruhi proses penyusunan APBN dengan
dasar dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang telah dicapai oleh
sektor ekonomi tersebut pada suatu waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian yang akan menghasilkan tambahan
pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada dasarnya aktivitas
perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan
output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap
faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Dengan
melihat kondisi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, akan dapat dilihat gambaran terkait
dengan komponen-komponen kegiatan yang dimasukkan ke dalam APBN.1
b.      Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak
lancaran distribusi barang. Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi merupakan salah satu penyakit ekonomi yang tidak bisa diabaikan, karena
dapat menimbulkan dampak yang sangat luas. Oleh karena itu inflasi sering menjadi target
kebijakan pemerintah. Inflasi yang tinggi bisa menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang
lambat dan pengangguran yang meningkat.  Dengan keadaan yang demikian, stabilitas APBN
juga dipertimbangkan dengan tinggi atau rendahnya inflasi yang terjadi. Maka dari itu, inflasi
menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun APBN.
c.       Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan variabel dalam perekonomian terbuka seperti dewasa ini. Dalam
penentuan nilai APBN selalu berdasarkan pada asumsi nilai tukar. Karena dalam APBN
terdapat komponen belanja pembayaran bunga hutang luar negeri yang harus dibayarkan
dalam mata uang asing. Jika suatu ketika nilai tukar terhadap mata uang Indonesia tinggi,
maka akan semakin rendah pembayaran hutang negara tersebut. Dan sebaliknya, jika suatu
ketika nilai tukar terhadap mata uang Indonesia rendah, maka Indonesia berupaya untuk
menyediakan anggaran yang lebih. Selain itu juga ada beberapa jenis penerimaan yang
diterima dalam bentuk mata uang asing.  Maka dari itu, nilai tukar ini sangat penting
diketahui dalam menyusun APBN.
d.      Suku bunga
Tingkat suku bunga merupakan salah satu variabel yang memengaruhi masyarakat dalam
memilih bentuk kekayaan yang ingin dimilikinya, apakah dalam bentuk uang,  financial asset,
atau benda-benda riil seperti tanah, rumah, mesin, barang dagangan dan lain-lain. Mana yang
memberikan tingkat bunga yang lebih tinggi akan lebih diminati. Tingkat suku bunga
digunakan sebagai salah satu variabel dalam kebijakan menyusun APBN di Indonesia. Hal ini
didasari bahwa suku bunga dapat menggambarkan kondisi perekonomian negara dengan
kekayaan-kekayaan yang dimiliki oleh negara.
e.       Harga Minyak Internasional
Harga minyak internasional tentunya memberikan dampak terhadap penyusunan
anggaran APBN. Jika harga minyak internasional naik, maka dampak terhadap APBN adalah
negatif, yaitu beban subsidi BBM dan listrik jauh lebih tinggi dari kenaikan penerimaan
negara dari kenaikan harga minyak. Hal ini akan menyebabkan pemerintah harus memotong
anggaran-anggaran lainnya, agar APBN tetap dapat sehat dan tidak kolaps, yang akan
menyebabkan krisis ekonorni yang lebih besar, karena masyarakat kehilangan kepercayaan
terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola anggaran dan perekonomian Indonesia
secara keseluruhan. Jika ini terjadi, maka orang akan memindahkan investasi dan uangnya
keluar negeri. Arus modal keluar akan mengakibatkan nilai tukar rupiah melemah. Nilai tukar
rupiah yang melemah akan mengakibatkan harga-harga komoditas naik lebih tinggi lagi.
Harga-harga yang naik akan semakin memberatkan perekonomian
f.       Produksi Minyak Mentah
Seperti yang diketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memproduksi
minyak mentah ke internasional. Dengan kekayaan alam berupa minyak mentah yang
dimiliki oleh Indonesia tersebut, dapat menjadi salah satu penerimaan anggaran yang diterima
oleh negara. Semakin besar produksi minyak mentah di Indonesia, maka akan semakin besar
penerimaan yang diterima oleh Indonesia. Dan sebaliknya, semakin kecil produksi minyak
mentah di Indonesia, maka akan semakin kecil penerimaan yang diterima oleh Indonesia.
Tentunya hal ini akan berpengaruh pada penyusunan APBN yangmana didasarkan pada besar
atau kecilnya penerimaan yang diterima oleh negara.
g.      Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam rangka
mendapatkan dana-dana dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk
membelanjakan dananya tersebut dalam rangka pelaksanaan pembangunan.  APBN sendiri
mempunyai dua sisi, yaitu sisi mencatat pengeluaran dan sisi yang mencatat penerimaan. Sisi
pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang memerlukan uang untuk
pelaksanaannya. Salah satu sumber penerimaan tersebut adalah pajak. Disinilah perencanaan
dalam penyusunan APBN diperlukan. Pemerintah harus dapat menentukan besarnya pajak
yang akan dipungut dari setiap masyarakat karena dari hasil pajak itulah sumber dana yang
didapatkan dalam menjalankan kegiatan yang telah disusun dalam APBN.
h.      Jumlah Pengangguran
Pengangguran adalah masalah makro ekonomi yang memengaruhi manusia secara
langsung dan menyebabkan penurunan standar kehidupan dan tekanan psikologis atau semua
orang dalam referensi waktu tertentu. Pada umumnya pengeluaran agregat yang sebenarnya
adalah lebih rendah dari pada yang diperlukan untuk mencapai kesempatan kerja penuh.
Keadaan seperti ini akan menimbulkan pengangguran. Ada kalanya permintaan agregat
melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksikan barang dan jasa. Keadaan ini
menyebabkan harga-harga atau inflasi. Inflasi itu sendiri berkaitan dengan pendapatan riil
masyarakat yang pada akhirnya dapat berimbas pada kesejahteraan masyarakat.
  
  Siklus APBN
1.    Tahap penyusunan dan penetapan:4
       Pemerintah menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (bulan mei)
       Pemerintah pusat dan DPR membahas kebijaksanaan umum dan prioritas anggaran sebagai
acuan bagi Kementrian Lembaga dalam penyusunan anggaran.
       Menteri/pimpinan lembaga menyusun Rencana Kerja dan  Anggaran Kementrian Lembaga
(RKA-KL) dan dibahas dengan DPR, hasilnya disampaikan ke Menteri Keuangan sebagai
bahan rancangan Undang-Undang APBN tahun berikutnya.
       Pemerintah pusat menyampaikan RUU APBN dan Nota Keuangan kepada DPR untuk
dibahas (bulan Agustus)
       DPR menyetujui RUU APBN selambat-lambatnya 2 bulan sebelum Tahun Anggaran yang
bersangkutan berakhir.
2.      Tahap pelaksanaan:4
       Setelah UU APBN ditetapkan, rincian pelaksanaannya dituangkan dalam peraturan presiden
tentang rincian APBN.
       Menkeu memberitahu K/L agar menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran berdasarkan
alokasi dalam peraturan presiden tentang rincian APBN.
       Menkeu mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran dan disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Gubernur, Direktur Jendral
Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala kantor wilayah Ditjen Perbendaharaan
terkait, Kuasa Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran
       Penanggung jawab kegiatan mengajukan  dana dengan menerbitkan Surat Pemerintah
Membayar (SPM) kepada kuasa BUN
       Pemerintah menyusun laporan realisasi semester I APBN dan prognosis dan disampaikan ke
DPR selambat-lambatnya akhir juli tahun anggaran yang bersangkutan.
       Jika ada penyesuaian pemerintah pusat mengajukan RUU perubahan APBN
3.      Tahap pengawasan pelaksanaan:4
       Pengawasan dilakukan atasan kepala kantor/satker K/L
       Inspektorat Jenderal melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBN
       Pengawasan oleh DPR
4.      Tahap pertanggungjawaban:4
       Menteri/pimpinan lembaga membuat laporan keuangan : 1. Laporan Realisasi Anggaran 2.
Neraca 3. Catatan atas laporan keuangan
       Laporan keuangan disampaikan ke Menkeu paling lambat 2 bulan setelah TA ybs berakhir.
       Menkeu meyusun rekapitulasi LK dan disampaikan ke presiden
       Presiden menyampaikan LK ke BPK untuk diaudit
       LK yang diaudit disampaikan presiden ke DPR sebagai RUU pertanggungjawaban
pelaksanaan APBN

  Asas Penyusunan APBN


1.    Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.5
2.    Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.5
3.    Penajaman prioritas pembangunan, artinya pembelanjaan dalam APBN harus mengutamakan
pembangunan di sektor-sektor yang lebih bermanfaat.5
4.    Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara.5

  Struktur APBN
Struktur APBN terdiri dari pendapatan negara dan hibah, belanja negara,
keseimbangan primer, surplus/defisit, dan pembiayaan. Sejak Tahun 2000, Indonesia telah
mengubah komposisi APBN dari T-account menjadi I-account sesuai dengan standar statistik
keuangan pemerintah, Government Finance Statistics (GFS).1

1.       Pendapatan Negara dan Hibah.


Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber. Secara umum yaitu penerimaan
pajak yang meliputi pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Cukai, dan
Pajak lainnya, serta Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan ekspor) merupakan
sumber penerimaan utama dari APBN.
Selain itu, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) meliputi penerimaan dari sumber
daya alam, setoran laba BUMN, dan penerimaan bukan pajak lainnya, walaupun memberikan
kontribusi yang lebih kecil terhadap total penerimaananggaran,jumlahnya semakin meningkat
secara signifikan tiap tahunnya Berbeda dengansistem penganggaran sebelum tahun anggaran
2000, pada system penganggaran saat ini sumber-sumber pembiayaan (pinjaman) tidak lagi
dianggap sebagai bagian dari penerimaan.
Dalam pengadministrasian penerimaan negara, departemen/ lembaga tidak boleh
menggunakan penerimaan yang diperolehnya secara langsung untuk membiayai
kebutuhannya. Beberapa pengeculian dapat diberikan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan terkait.
2.       Belanja Negara.
Belanja negara terdiri atas anggaran belanja pemerintah pusat, dana perimbangan,
serta dana otonomi khusus dan dana penyeimbang.nSebelum diundangkannya UU No.
17/2003, anggaran belanja pemerintah pusat dibedakan atas pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan. UU No. 17/2003 mengintrodusing uniffied budget sehingga tidak
lagi ada pembedaan antara pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Dana
perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum (DAU), dan dana alokasi khusus
(DAK). Sementara itu, dana otonomi khusus dialokasikan untuk provinsi Daerah Istimewa
Aceh dan provinsi Papua.
3.       Defisit dan Surplus.
Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.
Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya, penerimaan yang melebihi
pengeluaran disebut surplus. Sejak Tahun 2000, Indonesia menerapkan anggaran defisit
menggantikan anggaran berimbang dan dinamis yang telah digunakan selama lebih dari tiga
puluh tahun. Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu:
keseimbangan primer (primary balance) dan keseimbangan umum (overall balance).
Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran
bunga. Keseimbangan umum adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk
pembayaran bunga.
4.       Pembiayaan.
Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber
pembiayaan yang penting saat ini adalah: pembiayaan dalam negeri (perbankan dan non
perbankan) serta pembiayaan luar negeri (netto) yang merupakan selisih antara penarikan
utang luar negeri (bruto) dengan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri.

  Prinsip-prinsip Dalam APBN


1.    Prinsip Anggaran APBN
2.    Prinsip Anggaran dinamis
3.    Prinsip Anggaran Fungsional
Sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggaran berimbang dalam menyusun APBN.
APBN disusun berdasarkan prinsip anggaran defisit.

a.      Prinsip Anggaran Defisit


Bedanya dengan prinsip anggaran berimbang adalah bahwa pada anggaran defisit
ditentukan:1
      Pinjaman LN tidak dicatat sebagai sumber penerimaan melainkan sebagai sumber
pembiayaan.
      Defisit anggaran ditutup dengan sumber pembiayaan DN + sumber pembiayaan LN (bersih)
      Anggaran Defisit
PNH – BN = DA
DAP = AP – TP
PbDN = PkDN + Non-Pk DN
PbLN = PPLN – PC PULN
Keterangan :
PNH = pendapatan negara dan hibah
BN = belanja negara
DA = defisit Anggaran
PbDN= pembiayaan DN
PkDN= Perbankan DN
Non-PkDN = Non-Perbankan DN
PbLN= pembiayaan LN
PPLN= penerimaan pinjaman LN
PCPULN = pembayaran cicilan pokok Utang luar Negeri
BLN = bantuan luar negeri
      Anggaran Berimbang
PDN – PR = TP
DAP = AP – TP
Keterangan :
PDN = Pendapatan DN
PR = Pengeluaran Rutin
TP = Tabungan Pemerintah
DAP = Defisit Anggaran Pembangunan
AP = Anggaran Pembangunan

b.      Prinsip Anggaran Dinamis


Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif:1
      Anggaran bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP) dari tahun ke tahun
terus meningkat.
      Anggaran bersifat dinamis relatif apabila prosentase kenaikan TP (DTP) terus meningkat atau
prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan dari pinjaman luar negeri terus
menurun.

c.       Prinsip Anggaran Fungsional


      Anggaran fungsional berarti bahwa bantuan/ pinjaman LN hanya berfungsi untuk membiayai
anggaran belanja pembangunan (pengeluaran pembangunan) dan bukan untuk membiayai
anggaran belanja rutin.1
      Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai pelengkap” dalam
pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan bantuan/ pinjaman luar negeri
terhadap pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin besar fungsionalitas anggaran.1

  Instrumen Kebijakan Fiskal


a.       Pembiayaan fungsional:1
         Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung terhadap
pendapatan nasional.
         Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta, bukan untuk meningkatkan penerimaan
pemerintah.
         Pinjaman dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana yang ada di
masyarakat.
b.      Pengeluaran Anggaran:1
         Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dipergunakan secara terpadu untuk
mencapai kestabilan ekonomi.
         Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran belanja seimbang. Namun pada masa
depresi digunakan anggaran defisit
  Analisis Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal secara umum diarahkan pada empat sasaran utama:1
a.       Menciptakan stimulus fiskal
Guna menciptakan stimulus fiskal dengan sasaran penerimaan manfaat yang lebih tepat,
pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan administratif dan menciptakan
mekanisme penyaluran dana secara transparan.
b.      Memperkuat Basis Penerimaan
Upaya memperkuat basis penerimaan ditempuh melalui perbaikan administrasi dan
struktur pajak, ekstensifikasi penerimaan pajak dan bukan pajak, seperti penjualan saham
BUMN, penjualan asset BPPN.
c.       Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan
Upaya untuk menunjang program rekapitalisasi dan penyehatan perbankan dilakukan
dengan memasukkan biaya restruktursiasi perbankan ke dalam APBN.
d.      Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit
         Pemerintah tetap mempertahankan prinsip untuk tidak menggunakan pembiayaan defisit
anggaran dari bank sentral dan bank-bank di dalam negeri.
         Pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari luar negeri, yang diperboleh dari lembaga
keuangan internasional seperti bank Dunia, ADB, dan OECF serta sejumlah negara sahabat
secara bilateral, terutama dalam kerangka CGI.

  Surat Utang Negara (SUN)


Pada tahun 2002 pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 24 Tahun 2002
tentang Surat Utang Negara (SUN). Sebelum undang-undang ini disahkan, istilah Surat
Utang Negara lebih dikenal sebagai “obligasi pemerintah”. Beberapa point yang penting
mengenai SUN adalah :1
a.    Tema pokok UU SUN adalah memberikan “standing appropriation”, yaitu jaminan
pemerintah kepada pasar untuk membayar semua kewajiban pokok dan bunga utang yang
timbul akibat penerbitan SUN.
b.    Surat Utang Negara terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) semacam T-Bills di AS
dan Obligasi Negara (ON).
Catatan :
      SPN merupakan SUN berjangka waktu sampai dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga
secara diskonto (mirip SBI)
      ON merupakan SUN berjangka waktu lebih dari 12 bulan dengan kupon dan/ atau
pembayaran bunga secara diskonto
c.    Tujuan penerbitan SUN adalah :
      Membiayai defisit APBN
      Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan
dan pengeluaran pada rekening kas negara dalam satu tahun anggaran
      Mengelola portofolio utang negara.

B.     Kebijakan Anggaran Defisit


Sejak Indonesia ditimpa sejumlah gejolak ekonomi eksternal, pemerintah akhirnya
memastikan revisi APBN 2008 lebih awal dari waktu biasanya, bulan Juli. Salah satu
perubahan pokok terletak pada peningkatan defisit anggaran dari 1,7% PDB menjadi 2%
PDB. Selain defisit, beberapa asumsi dan target makro ekonomi dipastikan mengalami revisi
seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, lifting minyak, harga minyak mentah, dan lain-lain.1
Pada dasarnya terdapat tiga gejolak eksternal yang berimbas pada perekonomian
Indonesia:1
Pertama, lonjakan drastis harga minyak mentah dunia hingga sempat menyentuh
level psikologis USD 100 per barel. Beruntunglah, harga minyak kembali turun dan
berfluktuasi di posisi USD 80-90 per barel. Namun, angka ini tergolong masih tinggi dari
harga normal yaitu kisaran USD 60 per barel, atau sesuai asumsi APBN 2008, sehingga
subsidi BBM yang dibiayai APBN tetap membengkak.
Kedua, lonjakan harga internasional beberapa produk dan bahan pangan, salah
satunya kedelai yang mengalami kenaikan dramatis hingga di atas 100%. Masalahnya,
beberapa produk dan bahan pangan yang harganya melonjak, sebagian diimpor untuk
memenuhi kekurangan produksi domestik. Dalam kondisi krisis pangan, lonjakan harga ini
mendorong pemerintah meningkatkan anggaran subsidi pangan yang juga dibiayai APBN.
Ketiga, perlambatan ekonomi Amerika Serikat, terutama disebabkan efek multiplier
(ganda) krisis kredit macet perumahan. Krisis ini berlangsung lebih lama, melebihi prediksi
ahli ekonomi, sebab respon positif pasar terhadap kebijakan pemerintah berupa pengucuran
dana miliaran dolar dan penurunan suku bunga utama Bank Sentral AS, tidak banyak berarti.
Dengan demikian, perbankan di AS masih ragu-ragu mengucurkan kredit untuk menghindari
kerugian bila bernasib sama dengan kredit perumahan. Tidak optimalnya perbankan
menjalankan fungsi intermediasi membuat beberapa sektor usaha yang bergantung pada
kredit jadi stagnan, dan akhirnya berpengaruh pada perlambatan ekonomi. Padahal,
perekonomian AS merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi dunia. Karena itu,
bila ekonomi AS melambat, secara langsung menurunkan rata-rata pertumbuhan ekonomi
dunia. Kondisi Indonesia yang makin terintegrasi dengan perekonomian dunia yang dijalin
melalui perdagangan internasional, tidak bisa dimungkiri tidak mengalami perlambatan
pertumbuhan ekspor, sehingga ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Fenomena pertama dan kedua merupakan penyebab utama membengkaknya belanja,
seiring peningkatan subsidi. Subsidi BBM diperkirakan meningkat dari Rp 45,8 triliun
menjadi Rp 116,8 triliun dan subsidi listrik meningkat dari Rp 29,8 triliun menjadi Rp 54,2
triliun. Untuk menjaga stabilitas harga pangan dalam negeri, anggaran subsidi pangan Rp 7,2
triliun di APBN tentu jauh di bawah kebutuhan stabilisasi, sehingga dibutuhkan tambahan
anggaran yang tidak sedikit.1
Karena itu, dalam revisi APBN 2008, pemerintah mengusulkan kenaikan defisit
APBN dari rencana awal Rp 73,3 triliun atau 1,7% PDB menjadi Rp 87,3 triliun atau 2%
PDB. Penerimaan negara naik dari Rp 781,3 triliun menjadi Rp 823,3 triliun. Sedangkan
belanja negara juga meningkat dari Rp 854,6 triliun menjadi Rp 910,6 triliun.1
Dengan demikian, pembengkakan belanja terus terjadi meski revisi plus sembilan
langkah penyelamatan APBN diimplementasikan. Sembilan langkah tersebut adalah
optimalisasi perpajakan, PNBP, dan dividen BUMN; penggunaan dana cadangan APBN;
penghematan dan penajaman prioritas belanja kementerian/lembaga negara; perbaikan
parameter produksi dan subsidi BBM dan listrik; program hemat energi dan efisiensi di
Pertamina dan PLN; pemanfaatan dana kelebihan di daerah; penerbitan obligasi dan
optimalisasi pinjaman program; pengurangan beban pajak komoditas pangan strategis;
penambahan subsidi pangan. Namun, dampak lebih parah lagi bila langkah-langkah tersebut
tak diimplementasikan. Diperkiran defisit membengkak menjadi 4,2% PDB atau Rp 185,4
triliun.1
Defisit anggaran terjadi bila belanja pemerintah melebihi penerimaan. Selisih atau
kelebihan belanja dari penerimaan sama jumlahnya dengan besarnya defisit. Dengan
demikian, besaran defisit selalu sama dengan utang pemerintah yang dibutuhkan untuk
menutupi belanja. Peningkatan jumlah defisit anggaran sampai batas tertentu, biasanya
proporsi PDB, secara teoritis dibenarkan. Sebab dalam suatu siklus, perekonomian tidak
selalu mengalami posisi di mana penerimaan di atas belanja, apalagi bila terdapat gejolak
ekonomi eksternal seperti saat ini. Namun, defisit yang terlalu berlebihan dikhawatirkan
mengancam stabilitas keuangan negara, seperti kejadian di AS, sehingga pasar kurang
percaya pada kemampuan fiskal pemerintah. Di negara berkembang, biasanya batas aman
defisit tidak melebihi 3% PDB.1
Posisi APBN sebagai alat penyelamat perekonomian dari gejolak eksternal harus
benar-benar dioptimalkan. Meski sifatnya jangka pendek, harapannya APBN tetap mampu
menjalankan tiga fungsi utamanya yakni stabilisasi, alokasi, dan distribusi. Karena itu,
kebijakan anggaran dengan peningkatan defisit merupakan langkah paling tepat saat ini.
Namun, letak masalah yang kerapkali disoroti adalah sumber pembiayaan. Akumulasi utang
pemerintah dari domestik dan asing telah menjadi masalah tersendiri bagi perekonomian.
Apalagi bila si kreditor mensyaratkan ikut campur tangan pada perumusan kebijakan
pemerintah. Trauma atas penyakit utang yang dimunculkan rezim orde baru, nampaknya akan
menggeser sumber pembiayaan defisit pada penerbitan obligasi atau surat utang pemerintah.
Langkah ini dinilai lebih aman, bisa dikontrol, dan lepas dari intervensi kreditor. 1
Di tengah gejolak eskternal, harapan kita agar langkah yang ditempuh pemerintah
merupakan yang terbaik buat kesehatan keuangan negara dan keberlanjutan pembangunan
ekonomi. Bagaimanapun juga, perekonomian Indonesia yang makin terintegrasi dengan
dunia memang menjadi risiko tersendiri bila terjadi gejolak seperti saat ini. Sebagai negara
ekonomi kecil, Indonesia tidak punya kuasa mengentikan gejolak yang layaknya badai yang
siap memporak-porandakan perekonomian. Namun, kita tetap punya kuasa memperkokoh
“rumah” ekonomi yang dibangun oleh multi landasan, salah satunya melalui kebijakan fiskal
yang ditopang APBN.1

C.    Surplus Dan Seimbang


Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran
yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya, penerimaan yang melebihi pengeluaran
disebut surplus. Sejak Tahun 2000, Indonesia menerapkan anggaran defisit menggantikan
anggaran berimbang dan dinamis yang telah digunakan selama lebih dari tiga puluh tahun.
Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu: keseimbangan primer
(primary balance) dan keseimbangan umum (overall balance). Keseimbangan primer adalah
total penerimaan dikurangi belanja tidak termasuk pembayaran bunga. Keseimbangan umum
adalah total penerimaan dikurangi belanja termasuk pembayaran bunga.1
Jadi di sini yang di maksud dengan keseimbangan surplus dapat di nilai dari penerimaan
suatu Negara dengan belanja pemerintah yang sama-sama akan mencapai titik keseimbangan
antara penerimaan dan belanja Negara. Kita dapat menilai hasil dari suatu proses
pengimplementasikan semua peranan struktur dan sudah menjalankan tugas dan fungsi
sebagai orang yang mengatur dan menjalankan suatu prekonomian Negara yang baik.1
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa dalam APBN (anggara
pendapatan belanja Negara), adalah hasil dari perencanaan yang berupa daftar mengenai
bermacam-macam kegiatan terpadu,baik yang menyakut penerimaan maupun pengeluarannya
yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangkah waktu tertentu, biasanya adalah satu
tahun.

B.     Saran
Dalam perencanaan pembagunan yang tercermin dalam APBN mempengaruhi
rencana-rencana sector swasta dan menyakinkan lembaga-lembaga lain mengenai apa yang
akan ditempuh oleh Negara yang bersangkutan (Indonesia) dimasa mendatang, serta yang
lebih penting lagi adalah bahwa pemerintah yang bersangkutan lebih efesien dalam
mengambil keputusan dimasa mendatang.
Di sini juga kami mengharapkan kepada teman-teman pembaca atau pun di lain pihak
agar memberikan suatu masukan atau hal-hal yang berkaitan dalam penulisan makalah ini,
karena disini kami membutuhkan kritik dan saran untuk membangun atau memberikan
motivasi kedepanya agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bisa sempurna.

Anda mungkin juga menyukai