ALOKASI INVESTASI
ANTAR WILAYAH
150
ditetapkankan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah mulai
tahun 1999 yang lalu. Bab ini membahas secara rinci logika dan
formulasi model alokasi investasi antar wilayah tersebut berikut
kekuatan dan kelemahannya masing-masing..
151
Y(t) = Y1(t) + Y2(t) (6.1)
Y(t) = b1 (t) + b2
1 2 (t)
(6.2)
dimana 1 dan 2 masing-masingnya adalah jumlah stok
kapital di wilayah 1 dan wilayah 2.
I(t) = (t) +
1 2 (t) = g1 1 (t) + g2 (t)
2 (6.6)
152
Persamaan (6.6) menunjukkan bahwa invstasi secara nasional
pada periode t ditentukan oleh nilai stok capital yang terdapat
pada kedua wilayah pada periode waktu yang sama.
I2 = 2 = 1- β(t)[ g1 (t) + g2
1 2 (t)] (6.11)
153
Untuk dapat memecahkan permasalahan optimisasi
dinamis diatas, perlu diformulasikan fungsi Hamilton sebagai
berkut:
154
wilayah yang paling produktif untuk keseluruhan periode
perencanaan. Didasarkan pada suatu Incremental Capital Output
Ratio (ICOR) tertentu maka faktor utama yang sangat
menentukan adalah tingkat tabungan yang terdapat pada wilayah
bersangkutan. Bilamana wilayah yang lebih maju juga mempunyai
tingkat tabungan yang lebih tinggi, wilayah yang kurang maju
tidak mempunyai tuntutan untuk mengambil kabijakan alokasi
investasi antar wilayah yang menguntungkannya.
(6.17)
(6.18)
(6.19)
(6.20)
(6.21)
(6.22)
(6.23)
(6.24)
(6.25)
155
Dimana adalah jumlah produksi atau pendapatan
(PDRB) wilayah I pada tahun t, adalah tabungan
wilayah i pada tahun t, adalah tabungan yang disalurkan (net
transfer) antara kedua wilayah dan adalah stok capital di
wilayah I pada permulaan periode t.
(6.26)
156
(6.27)
(6.28)
dan (6.29)
(6.30)
157
tahun sekurangnya setahun sebelumnya bila akan mengambil
kebijakan untuk tahun sekarang. Disini terlihat bahwa model
alokasi investasi antar wilayah ini menghasilkan kesimpulan yang
mirip dengan Rahman Model yaitu memprioritaskan alokasi
investasi ke wilayah yang mempunyai produktipitas tinggi.
158
15% untuk wilayah selanjutnya dibagi pula sebesar 6% untuk
daerah penghasil dan sisanya untuk daerah tetangga yang
berdekatan. Sistem alokasi DBH ini sengaja ditetapkan untuk
mewujudkan keadilan antara daerah penghasil yang ternyata juga
banyak yang masih tertinggal pembangunan dan kesejahteraanya
dibandingkan dengan pemerintah pusat dan perekonomian
nasional secara keseluruhan.
159
dengan Undang-undang No. 33 tahun 2004. Penyesuaian ini
dilakukan setelah melihat berbagai kelemahan yang terdapat pada
alokasi dana berdasarkan formulasi awal yang telah dilakukan
sebelumnya.
160
tahap awal pelaksanaan otonomi daerah ditetapkan berdasarkan
jumlah SDO yang dinaikkan 30% dari tahun sebelumnya dan dana
INPRES yang dinaikkan 10% dari alokasi tahun sebelumnya.
161
miskin dan Cost adalah indek biaya hidup daerah setempat,
sedangkan subscript T menunjukkan jumlah
162
Dimana n adalah jumlah daerah yang mendapat alokasi dana.
163
tingkat produktipitas tinggi. Sedangkan kesimpula kedua adalah
bahwa alokasi sebaiknya dilakukan dengan menggunakan prinsip
“bang-bang” yang berarti bahwa alokasi diberikan seluruhnya
pada suatu daerah dan kemudian setelah waktu tertentu
(switching time) baru pindah kedaerah lainnya.
164
oo0oo
165