Anda di halaman 1dari 7

2.

PENGARUH BUDAYA TERHADAP POLITIK

"Budaya Mempengaruhi Karakter Politik"

Feodalisme, Alam Gaib dan Modernisasi sebagai Karakter Politik


*Yoyarib Mau

Budaya adalah kependekan kata dari kebudayaan yang memiliki arti keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar. dengan demikian bahwa budaya adalah hasil
interaksi social antara manusia yang menghasilkan tindakan atau konsep tertentu yang terjadi
setiap waktu yang kemudian manusia menyimpulkan perilaku atau tindakan ini menjadi
sebuah gagasan atau konsep yang baku. Pada dasarnya budaya adalah hasil perilaku manusia
yang terus menerus di dilakukan dan menjadi kebenaran mutlak bagi komuniatas atau
masyarakat yang menjalaninya.

Budaya setiap komunitas masyarakat tidak selamanya sama ada factor pembeda yang
sangat di pengaruhi oleh factor alam atau letak geografis serta rutinitas keseharian dan
termasuk juga agama. Budaya itu menjadi bagian yang melekat pada kehidupan masyarakat,
bahkan budaya tersebut menjadi stigma bagi kelompok, suku atau agama tertentu yang
dinyakininya.

Yang menjadi permasalahannya, budaya hadir dan terkadang semuanya itu di serap dan
di telan mentah-mentah oleh masyarakat tanpa melalui proses atau mekanisme formal di
tengah masyarakat untuk membedakan mana yang layak dan mana yang tidak boleh.

Pembahasan mencoba mengulas peranan budaya dalam kehidupan manusia, dimana


budaya dapat memberikan efek yang baik bagi kehidupan manusia apabila budaya tersebut
digunakan dalam kehidupan bermasyarakat, tetapi terkadang ada gagasan budaya yang ada
dalam masyarakat memberikan dampak yang tidak baik bagi kehidupan masyarakat bahkan
menyebabkan masyarakat di perbudak oleh budaya tesebut.

Bagaimana manusia memandang dan menggunakan budaya itu dalam kehidupan


kesehariannya? Demi sebuah harapan guna tidak dengan mudah masyarakat mengcopi budaya
yang telah mengalami pencampuran dengan teknologi dan peradaban yang telah maju, dan
juga masyarakat tidak menagalami ketertinggalan yang diakibatkan merasa alergi dengan
kemajuan teknologi perlu adanya internalisasi budaya dalam institusi keluarga, masyarakat
ataupun agama sehingga budaya tersebut dapat di pakai atau di manfaatkan untuk kehidupan
manusia. Budaya dalam pembahasan ini hanya di batasi pada modernisasi dan dampaknya
bagi manusia Indonesia.

Ada beberapa teori yang dapat di gunakan menjadi pembanding dalam penulisan ini
yakni Teori Modernisasi yakni teori yang menganggap bahwa penyebab keterbelakangan
suatu negara adalah factor internal. Factor internal yang di maksud di sini adalah manusianya
dimana sangat berhubungan dengan gagasan dan perilaku yang dimiliki oleh manusia yang
mempengaruhi terhadap kinerja dan kehidupan manusia.

Teori yang berikut adalah Teori ketergantungan teori ini adalah antithesis dari teori
sebelumnya, teori ketergantungan adalah suatu teori yang muncul atas dasar penolakan
terhadap teori modernisasi, berbeda dengan para penganut teori modernisasi yang
beranggapan bahwa penyebab terbelakangnya suatu negara adalah di sebabkan factor-faktor
internal para penganut teori ketergantungan menganggap bahwa penyebab terjadinya
keterbelakangan suatu negara justru di karenakan campur tangan dari pihak asing.
Ketergantungan disini adalah manusia mengalami ketergantungan pada dunia luar atau
intervensi asing sebagai penentu kemajuan (neoliberalisme).

Teori ini dapat di gunakan guna menolong memahami pembahasan ini sehingga dapat
memetakan permasalahan budaya yang menghambat dan budaya yang memberikan dampak
positif serta konsep ke depan dengan berbagai pertimbangan terutama pemikiran Alex
Inkeles, untuk Negara Indonesia yang sangat multicultur.

Budaya Primitife (Alam Gaib) Jalan Pintas

Alam gaib masih menjadi tempat bahkan perhatian masyarakat, berdialog dengan alam
untuk mendapatkan magic, bahkan melakukannya dengan tujuan mendapatkan keuntungan
ekonomi, kekuatan fisik untuk menjadi sakti. Hal ini menghasilkan budaya instant dan tidak
mau bekerja mengolah alam yang telah di berikan oleh Sang Pencipta, padahal pengetahuan
telah hadir di tengah peradaban baru dimana penguasaan akan teknologi yang dapat
menentukan kemajuan bangsa, namun hal supranatural sebenarnya telah di patahkan oleh
hadirnya Agama dimana kekuasaan alam ada dalam pengusaan Sang Pencipta, sehingga
agama yang di anut sebenarnya mengarahkan manusia atau umat untuk tidak memikirkan
akhirat saja tetapi bagaimana menghadirkan suasana akhirat itu di bumi. Etika Protestan yang
dilahirkan Max Weber hanyalah orang sukses bekerja di dunialah yang menjadi penghuni
surga maksudnya nilai-nilai agama ini di terapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak
mencari sesuatu dengan tidak di terima oleh rasio namun pemikiran agama mengalami
pertarungan dengan kekusaan yang diperoleh dari alam gaib.

Tahapan perkembangan ini menghasilkan orang-orang sakti yang berperan sebagai


penguasa di wilayah-wilayah tertentu dan bahkan melegenda dalam kehidupan masyarakat,
seperti; Si Pitung, Jaka Tengkir di Jawa dan lainya, namun budaya ini lebih pada pertarungan
Hukum Rimba/alam siapa yang kuat dialah yang berkuasa akhirnya tercipta budaya kekerasan
dimana sesorang yang berkuasa atau sakti semua orang akan tunduk kepadanya jika tidak
tunduk maka akan di bantai sehingg tercipta budaya tunduk dan setia karena tekanan
(pressure), alam demokrasi tidak memberikan ruang bagi pola atau karakter budaya seperti
ini, namun kelihatannya track record dari para politisi kita banyak yang memiliki atau di
besarkan dari budaya ini sehingga sebaiknya rakyat memiliki kepekaan dan pengetahuan yang
cukup untuk mampu memilih pemimpinnya.

Budaya Feodalisme Harap Gampang

Budaya feodal hadir akibat pewarisan dan perlakukan khusus penjajah (colonial) bagi
raja-raja kerajaan wilayah nusantara, dimana penjajah membangun hubungan dengan raja
dengan berbagai perjanjian tertentu dan seluruh hasil bumi harus ada penyerahan upeti kepada
raja, dari pemikiran ini menghasilkan batasan-batasan cultural yang sangat menghambat akses
masyarakat terhadap peradaban, suara raja mewakili keseluruhan rakyat.
Dalam bidang Pendidikan Belanda dengan politik etisnya hanya memberikan akses
pendidikan bagi kaum ningrat atau turunan raja dan tidak semua masyarakat di berikan
kesempatan untuk menikmati pembangunan yang memberikan kemajuan, karena pendidikan
yang dapat memberikan kemajuan karena pendidikan yang mampu memberikan kemampuan
kreatif atau inovatif. Namun budaya feodal mengental dalam kehidupan masyarakat Indonesia
adalah mereka yang dapat memberikan perubahan adalah turunan ningrat, darah biru, dan
juga memiliki postur tubuh yang ganteng dan berperawakan besar semua hal ini hampir di
miliki oleh pra penguasa feodal ( Tokoh Gajah Mada).

Pemikiran ini memasung dan mematahkan kaum kecil atau rakyat untuk memberikan
sumbangsih bagi pembangunan, karena Pembangunan ada karena tersedianya Sumber Daya
Manusia yang memadai. Budaya ini sangat mengental dalam proses perekrutan dan
keikutsertaan mereka dalam perpolitikan Indonesia, mereka adalah anak dari bangsawan atau
anak raja (konteks nusantara) ataupun pejabat tinggi Negara mulai dari anak President seperti,
Edi Baskoro anak SBY yang maju lewat Partai Demokrat, Puan Maharani anak Megawati
maju lewat PDIP. Dan juga alat elit-elit politik senior yang sedangk berkuasa seperti Maruarar
Sirait anak Sabam Sirait dan lainnya. Dan tidak hanya di tingkat pusat tetapi di daerah,
sejumlah anak mantan Pejabat di daerah seperti di Kalimantan Tengah dimana keluarga
Gubernur Teras Narang hampir semuanya menjadi anggota legislative, mereka menang
karena kekuatan birokrasi dan lembaga yang dipimpin oleh bapak, Ibu nya, pengetahuan
minim dan apakah mereka lantang untuk menyeruakan kepentingan rakyat, apa yang akan
mereka kerjakan di parlement? Apalagi umur yang belum matang seperti anak Gubernur
Kalimantan Barat Karolin Margaret Natasa yang baru berusia 26 tahun lolos sebagai Anggota
DPR RI terpilih mampukah mereka berargumen untuk memperjuangakan kepentingan rakyat
serta mampu melaksanakan fungsi legislasi dan pengawasan serta control terhadap
pemerintah atau sebaliknya hanya melakukan peran kompromistis.

Masa Otonomi Daerah ini pun kekuasaan Feodal kembali tampil karena mereka mampu
memobilisasi diri sebagai penguasa local yang perlu mendapatkan perlakuan khusus, dan
tercermin dalam pemerintahan Bupati atau Gubernur di daerah investor yang akan melakukan
penanaman modal di daerah untuk mendapatkan surat ijin maka Investor tersebut harus
menyerahkan sejumlah uang sebagai bentuk upeti dengan demikian jika hal ini terus
sipertahankan maka para Investor akan meninggalkan Indonesia.

Budaya digit remote control modernisasi

Membiaknya mesin-mesin kecepatan tombol speed, dial pada telephone, remote control,
handphone, electric digital diary. Semua ini untuk meningkatkan profesionalisme dan makna
kehidupan karena barang siap pakai dan memberikan dampak melakukan segala sesuatu
dengan cepat, bekerja cepat, bicara cepat, menonton cepat, bisnis cepat semuanya serba cepat
tanpa di batasi oleh ruang waktu. Kemajuan ini membuat manusia untuk dapat menghargai
waktu dan berorientasi ke depan. Apabila tidak menguasai teknologi maka tidak dapat
melakukan apa-apa karena untuk mengoperasikannya perlu kemampuan intelektual atau
keahlian. Barack Obama President Amerika terpilih karena mampu memanfaatkan kemajuan
teknologi dengan media sosialisasi terkini yakni Friendster, Facebook bahkan mereka
memakai tim kerja yang khusus menangani website serta blog yang khusus untuk
memperkenalkan dirinya, bahkan saat pemilu legislative yang telah berlalu kebanyakan para
politisi berusaha untuk memanfaatkan media media ini semaksimal mungin

Semua masyarakat memiliki budaya tersendiri untuk mengembangkan diri serta


mencapai kepentingannya dengan memilih budaya mana yang tepat untuk bisa mencapai
keinginan atau target yang akan dicapai. Menjadi persoalan apakah budaya ini menjadi
kebutuhan dan milik pribadi-pribadi tertentu yang memiliki akses dan kemudahan untuk
mendapatkan semua ini dan mereka yang tidak memiliki kesempatan dalam hal rakyat hanya
menjadi sapi perahan atau sapi yang bisa di beli dengan sejumlah uang?

Tanggung jawab Negara untuk mencerdaskan masyarakat untuk berkompetensi dengan


demikian maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni membudayakan penghargaan
(reward) kepada orang lain dengan menghargai hasil karya sesorang dalam segala bidang.
Kebanyakan yang dilakukan selama ini hanya menghukum mereka yang salah (sanksi)
dengan demikian mematahkan semangat serta mengkerdilkan naluri inovasi dalam diri.
Akhirnya tercipta kecenderungan untuk bertahan hidup, tetapi tidak membudayakan
penghargaan kepada mereka yang berkarya atau menghasilkan sesuatu karya melalui
perjuangan dan kemampuan yang dimiliki.

Jika hal ini di lakukan bagi setiap orang maka dapat menghasilkan atau menciptkan
etnerpreunership-eterpreneurship baru yang terus berinovasi dan berkreasi menghasilkan
temuan-temuan baru dan bukan menghasilkan pemimpin yng karena kesaktian karena
pengaruh alam gaib ataupun karena citra turunan raja atau pengusa orde baru ataupun pejabat
Negara yang berkuasa. Sebaiknya pemerintah menciptakan ruang bagi semua orang guna
berlomba untuk mendapatkan award yang di tawarkan atau di sediakan dan tercipta
kompetisi-kompetisi yang sehat untuk kemajuan bersama dengan kompetisi ini membangun
rasa percaya diri bangsa dengan mengikuti perkembangan dunia luar (baru sebatas bidang
musik dan perfilman) dan tidak bergantung kepada negara asing serta mampu menciptkan
profesionalisme dan lapangan kerja yang terbuka luas. Sehingga harapan terbesar adalah para
capres- cawapres yang kita harapkan adalah pasangan yang mampu mengembangkan budaya
masyarakat Indonesia yang sesuai dengan kebutuhan jaman, Pengembangan Budaya yang
benar akan mampu menghadirkan anak-anak bangsa yang mampu membangun ekonomi dan
kemajuan bangsa Indonesia. Seperti apa yang di katakan the founding father kita Soekarno
dengan konsep Berdikari (Berdiri diatas Kaki Sendiri).

Kebudayaan mengacu pada keyakinan ideologi, dan mitos, yaitu citra citra kolektif
dan suatu komunitas, yang disebut elemen spiritual dan psikologis kebudayaan. Kebudayaan
dalam arti luas yaitu mengacu pada bentuk-bentuk yang unik yang merupakan gabungan dari
semua unsur, yaitu citra kolektif, keyakinan, ideologi, lembaga-lembaga sosial, teknologi dan
bahkan faktor-faktor goegrafis dan demografis.

2.1 Keyakinan Ideologi dan Mitos

Ideologi adalah keyakinan yang lebih rasional, ada rumusannya. Sedangkan mitos adalah
keyakinan yang irasional, yang lebih bersifat spontan. Itu tidak berarti bahwa yang disebut
ideologi itu selalu rasional, dan mitos itu selalu irasional. Terkadang ideologi juga tidak
irasional. Dan mitos pun bisa menjadi rasional. Ideologi adalah kumpulan keyakinan
keyakinan yang dirasionalkan dan sistematisasikan, yang mencerminkan situasi masyarakat
pemiliknya. Ideologi mengungkapkan kecenderungan psikologisnya sendiri serta konflik
batinnya dalam doktrin doktrin yang dirumuskannya. Tetapi ia juga mengungkapkan
aspirasi sosial, harapan, dan cita citanya bersam. Penerimaan dan penolakan terhadap suatu
sistem ideologi tergantung dari sejauh mana ideologi yang bersangkutan mencerminkan
kebutuhan kebutuhan komunitas dan kekuatan kekuatan sosial didalamnya. Sedangkan
mitos adalah keyakinan yang kurang jelas, kurang rasional, dan diolah secara teliti pula jika
dibandingkan dengan ideologi.

2.2 Pengaruh Keyakinan Terhadap Kehidupan Politik

Pengaruh keyakinan terhadap kehidupan politik bersifat sekunder. Karena keyakinan itu
hanyalah cerminan atau pantulan dari struktur sosio-ekonomis.
2.3 Entitas Kultural dan Pengaruhnya Terhadap Politik

Entitas kultural adalah suatu istilah yang mengacu pada semua unsur yang membentuk
kebudayaan. Dengan kata lain, entitas kultural merupakan sintesis dari semua faktor kultural.
Dapat dikatakan bahwa setiap kelompok sosial adalah entitas kultural. Entitas kultural
berbeda menurut periode sejarah dan lokasi lokasi geografis. Ada periode dimana kelompok
suku atau etnik yang kecil membentuk entitas kultural dasar. Pada periode yang lain,
terbentuk kota kota, negara kota, dan kini terbentuk bangsa bangsa dan negara negara
besar. Dengan demikian tampak adanya korelasi antara hakikat entitas kultural dan karakter
kelompok kelompok sosial yang mempunyai organisasi organisasi politik yang paling
kuat.

REFERENSI

Fika's Blogers. SOSIOLOGI POLITIK. http://srirafika.blogspot.co.id/2013/04/sosiologi-


politik.html, diakses pada tanggal 13 Oktober 2015 pukul 20.00 WITA

hamid darmadi. LEMBAGA SOSIAL DAN PERUBAHAN SOSIAL


http://hamiddarmadi.blogspot.co.id/2012/04/lembaga-sosial-dan-perubahan-sosial.html,
diakses pada tanggal 13 Oktober 2015 pukul 20.00 WITA

Agnie Nanditha. SosPol. http://agnienanditha.blogspot.co.id/2011/11/sospol.html, diakses


pada tanggal 14 Oktober 2015 pukul 08.00 WITA

Anda mungkin juga menyukai