PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu kemungkinan ketika individu dalam masyarakat aktif berpartisipasi
politik adalah menduduki jabatan-jabatan di pemerintahan,baik jabatan
administrasi maupun jabatan dalam politik. Jabatan-jabatan tersebut dapat berada
dalam tingkat paling rendah seperti staf perkantoran pemerintahan sampai pada
tingkat lembagga paling tinggi seperti jabatan mentri ataupun jabatan persiden di
lembaga politik eksekutif dan jabatan anggota ataupun ketua Dewan Perwakilan
Rakyat di lembaga politik legislati. Proses politik yang biasanya mengantarkan
untuk menuju jabatan-jabatan tersebut adalah rekrutmen politik (political
recuitement) kenyataan menunjukan bahwa proses rekruitmen politik ini sifatnya
sangat trbatas. Karena itu, rekruitmen politik ini sangat di kenal sebagai proses elitis
daripada proses populis. hal demikian itu tentunya berbeda dengan sosialisasi
politik ataupun partisipasi politik yang cenderung berproses luas dan populis.
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di
dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah
Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses
politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang
berputar menjaga eksistensinya. Dalam sistem politik tersebut terdapat salah satu
faktor penting untuk menjaga eksistensinya, yaitu rekruitmen politik. Rekrutmen
politik merupakan salah satu fungsi yang dimiliki oleh partai politik.
1.3.3 Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bentuk dan
pola rekruitmen politik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Rekrutmen Politik
Rekrutmen politik merupakan fungsi penyeleksian rakyat untuk kegiatan
politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi,
menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan,
dan ujian, terutama dalam rangkaian kehidupan proses sosialisasi dan partisipasi
politik dalam masyarakat.
Berikut ini beberapa pengertian tentang rekrutmen politik menurut beberapa
ahli yaitu sebagai berikut:
1. Secara sederhana, Mariam Budiardjo (2004 : 164) Mendefinisikan rekritmen
politik sebagai seleksi kepemimpinan (selection of leadership), mencari dan
mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik.
2. Ramlan Surbakti (1992 : 118) dalam bukunya Memahami Ilmu
Politik mengemukakan bahwa rekruitmen politik adalah seleksi dan
pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang
untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya
dan pemerintah pada khususnya.
3. Rush dan Althof (2003), Mendefinisikan rekruitmen politik sebagai proses
yang individu-individunya menjamin atau mendaftarkan diri untuk menduduki
suatu jabatan. Lebih lanjut Rush dan Althof mengatakan bahwa rekruitmen
atau perekrutan ini merupakan proses dua arah, dan sifatnya
bisa formal maupun b tidak formal. Dikatakan proses dua arah, dikarenakan
individu-individunya mungkin mendapatkan kesempatan, atau mungkin di
dekati oleh orang lain kemudian menjabat sebagai posisi -posisi tertentu.
Dengan cara yang sama perekrutan itu bisa disebut formal kalau para individu
direkrut dengan terbuka dengan cara melalaui prosedural atau institusonal
berupa seleksi atau pemilihan. Kemudian, disebut sebagai informal manakala
para individunya direkrut secara prive (sendirian) atau “di bawahg tangan”
tanpa melalaui atau sedikit sekali melalui cara institusional.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat ditegaskan bahwan rekruitmn
politik adalah “proses penempatan individu-individu pada suatu jabatan politik atau
jabatan administratif melalui seleksi politik yang di selenggarakan oleh lembaga
Politik, baik secara formal seperti pemilihan umum maupun secara informal seperti
penunjukan”.
Sifat-sifat rekruitmen Politik :
1. Top-down. Artinya rekruitmen politik berasal dari atas atau orang-orang yang
sedang menjabat. Sifat ini misalnya adalah penunjukan pribadi dan seleksi
pengangkatan,
2. Bottom-up Artinya, proses rekruitmen politik yang berasal dari masyarakat
bawah seperti proses mendafatkan diri dari individu-individu untuk menduduki
suatu jabatan.
3. Bersifat campuran, Yaitu proses seleksi tahap pertama dilaksanakan di tingkat
atas, kemudian proses selanjutnya diserahkan ke masyarakat bawah.
Begitupula sebaliknya, proses seleksi pertama di selenggarakan di tingkat
bawah, kemudian di serahkan kepada keputusan tingkat paling atas. Praktik
rekruitmen politik ini biasanya terdapat dalam proses pemilu, baik pemilu
legislatif maupun pemilu eksekutif.
a) Mekanismenya demokratis
b) Tingkat kompetisi politiknya sangat tinggi dan masyarakat akan mampu
memilih pemimpin yang benar-benar mereka kehendaki
c) Tingkat akuntabilitas pemimpin tinggi
d) Melahirkan sejumlah pemimpin yang demokratis dan mempunyai nilai
integritas pribadi yang tinggi.
Berdasarkan beberapa penjabaran tentang prosedur rekrutmen politik di atas,
maka sistem terbuka mencerminkan partai tersebut betul-betul demokratis dalam
menentukan syarat-syarat dan proses yang ditempuh dalam menjaring calon elit
politik. Sistem yang demokratis akan dapat mencerminkan elit politik yang
demokratis pula. Sedangkan mekanisme rekrutmen politik yang tertutup akan dapat
meminimalkan kompetisi di dalam tubuh partai politik yang bersangkutan, karena
proses yang ditempuh serba tertutup. Sehingga masyarakat kurang mengetahui latar
belakang elit politik yang dicalonkan partai tersebut.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rekrutmen politik atau penyeleksian rakyat untuk kegiatan politik dan jabatan
pemerintahan dilakukan agar nantinya pihak-pihak maupun individu-individu yang
terlibat merupakan orang-orang pilihan, sehingga dapat menjalankan peranannya
dengan semestinya.
Rekrutmen politik yang baik seharusnya dimulai dengan pendidikan politik
yang dilakukan secara berkesinambungan oleh partai politik. Namun banyak partai
politik tidak melakukannya karena berbagai kendala. Misalnya masalah keuangan
yang memang menjadi masalah besar dalam perkembangan partai politik di
Indonesia. Selain itu, tidak jelasnya ideologi partai politik berdampak pula pada
visi, misi dan program yang partai politik tersebut. Sukar dinafikan partai politik
di Indonesia belum memiliki tanggung jawab mencerdaskan masyarakatnya
berpolitik. Bahkan partai politik tidak dapat melaksanakan rencana stategisnya
seperti rekrutmen anggota secara berkesinambungan, pembinaan kader secara
konsisten serta pengembangan kader ke tahap pembentukan elite politik. Ini semua
merupakan bukti belum maksimalnya fungsi partai politik di negeri ini.
DAFTAR PUSTAKA
Said Gatara & Dzulkiah Said, Sosiologi Politik (Konsep dan Dinamika
Perkembangan Kajian), Bandung : CV. Pustaka Setia, 2007, hlm.114
Putra Fadilah, Partai Politik Dan Kebijakan Politik, (Bandung: CV. Pustaka
Setia), 2002, hlm.15
http://tifiacerdikia.wordpress.com/lecture/lecture-4/politik/bentuk-bentuk-
rekrutmen-politik/09/11/2013