Anda di halaman 1dari 4

Perspektif Teoritis Sistem Politik Indonesia Pada Masa Orde Baru

Fenomena Politik Orde Baru


Pada masa Orde Baru, kekuatan negara lebih dominan, sementara kekuatan masyarakat
terbatas. Banyak kebijakan politik yang kontroversial pada masa ini, beberapa diantaranya ialah
militer yang terlibat dalam politik dengan diberlakukannya Dwifungsi ABRI, yaitu peran ganda
ABRI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan sebagai kekuatan sosial politik. Sebagai
kekuatan sosial politik ABRI diarahkan untuk mampu berperan secara aktif dalam pembangunan
nasional. ABRI juga memiliki wakil dalam MPR yang dikenal sebagai Fraksi ABRI, sehingga
kedudukannya pada masa Orde Baru sangat dominan.
Selain itu, sistem politik yang semakin bobrok ditandai dengan terdapatnya
penyelewengan yang dilakukan oleh kaum elit politik yang berkuasa. Realita ini dapat ditinjau
dari memusatnya kekuasaan yang berada pada badan eksekutif, sedangkan peran legislative dan
yudikatif hanya dianggap sebagai ekuatan pelengkap semata. Semakin menurunnya partisipasi
masyarakat dalam pemilu yang hanya diikuti oleh tiga partai besar (Golongan Karya, Partai
Persatuan Pembangunan, dan Parta Demokrasi Indonesia) semakin menegaskan bahwa rakyat
sudah mulai lelah dengan pemerintah.
Beragam fenomena politik Orde Baru tersebut mendorong para akademisi dan peniliti
untuk memahami secara sistematis dan ilmiah melalui tulisan . Andrew MacIntyre telah
meringkas berbagai kajian-kajian studi Orde Baru ke dalam enam pendekatan dasar terhadap
studi politik Indonesia pada masa Orde Baru dalam bukunya yang berjudul Business and Politics
in Indonesia (1992).

Pendekatan Teoritis Sistem Politik Indonesia Pada Masa Orde Baru


1. Pendekatan sejarah politik Indonesia sebagai sub-ordinasi dari kepentingan sosial negara (the
State-Qua-State)
Orde Baru dikaitkan dengan karakteristik pemerintahan pada masa kolonial. Pemerintah
di masa ini, secara keseluruhan, mengabaikan atau menekan aspirasi dari masyarakat karena
didasari dari munculnya perbedaan kepentingan secara fundamental antara negara dan
masyarakat. Kesimpulan Anderson adalah adanya karakteristik yang sama antara negara-
masyarakat pada periode Orde Baru dengan masa kolonial. Hal itu tampak dalam proses
pengambilan keputusan, peran dominan berasal dari negara, sedangkan peran masyarakat
diabaikan.
2. Pendekatan ‘Bureaucratic Polity’ (negara birokratik) dan patrimonial
Pendekatan ini menekankan pada jaringan yang terbentuk antara patron dan klien,
hubungan ini ditandai dengan adanya hubungan personal antara tiap individu di mana klien
bergantung pada bantuan patron dalam perebutan pengaruh. Karl Jackson adalah analis ahli
pertama yang meninjau politik Orde Baru melalui pendekatan ini, ia menggambarkan politik
Indonesia sebagai situasi di mana partisipasi dalam pembuatan kebijakan hanya dimiliki secara
eksklusif oleh birokrasi dan militer. Satu-satunya cara rakyat berpartisipasi hanyalah dengan ikut
serta dalam implementasi kebijakan tersebut
3. Pendekatan pluralisme birokrasi
Pandangan Pluralis konsep “negara” merupakan sebuah bentukan imajiner dimana para
Pluralis menggambarkan bahwa negara merupakan suatu bentukan yang digagas oleh para elit –
elit politik dalam pencapaian kepentingan (interest) mereka dengan dalih atas nama kepentingan
masyarakat (public interest) dalam wujud yang mereka sebut “birokrasi”.
4. Pendekatan birokrasi-otoriterianisme
Teori negara otoriter birokratik (NOB) termasuk ke dalam pemikiran politik (atau lebih
tepat kajian ekonomi-politik) dunia ketiga yang salah satu varian pemikirannya dicetuskan oleh
Guillemo O’Donnell. Beliau berhasil mengaitkan gejala otoriterisme politik yang muncul,
tumbuh dan berkembang di negara-negara dunia ketiga dengaan proses pembangunan ekonomi.
5. Pendekatan strukturalis
Dalam konteks Orde Baru, kelas-kelas kapitalis sudah mulai muncul dan tumbuh.
Walaupun negara memiliki kepentingannya sendiri, tetapi negara masih belum bisa lepas dari
kelompok kapitalis tersebut. Tetapi, di sisi lain, muncul dan tumbuhnya kelas-kelas kapitalis ini
belum cukup kuat untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan masa Orde Baru.
Dalam pendekatan ini, disimpulkan bahwa negara tak seharusnya dikendalikan oleh kelas
tertentu. Sebaliknya, negara berkepentingan untuk menjaga keberlangsungan sistem yang ada,
termasuk sistem kapitalisme yang mulai muncul dan tumbuh pada masa Orde Baru.
6. Pendekatan pluralisme terbatas
Pendekatan ini melihat bahwa adanya aktor negara yang memainkan peran utama, namun
di sisi lain ada kesempatan-kesempatan bagi aktor negara lainnya (extra state-actor) untuk
memengaruhi proses pengambilan keputusan di tingkat nasional. Secara umum politik di
Indonesia cenderung lebih plural. Di tingkat pusat ada elite politik yang memainkan perannya
untuk merumuskan kebijakan nasional di Indonesia.

Pendekatan Yang Paling Merepresentasikan Sistem Politik Indonesia Masa Orde Baru
Hampir setiap dimensi kenegaraan baik dalam aspek sosial, politik maupun ekonomi,
Pemerintahan Orde Baru, dalam perumusan kebijkan nasional, aktor-aktor yang berperan
sangatlah terbatas hanya pada pegawai negara, terutama korps perwira dan tingkat tertinggi dari
birokrasi, sedangkan rakyat hanya dapat berpartisipasi selama penerapan kebijakan dalam level
yang rendah. Hal ini juga tercermin pada pemilu tahun 1971 , sebagian anggota DPR tidak
dipilih melalui pemilu, melainkan diangkat melalui penunjukan dari unsur kelompok masyarakat
dan unsur Angakatan Bersenjata atau ABRI. Rakyat yang dipangkas haknya dan sangat
lemahnya demokrasi pada masa ini sesuai dengan konsep hubungan patron dan klien pendekatan
‘Bureaucratic Polity’ (negara birokrasi) dan patrimonial. Pemerintah Orde Baru dideskripsikan
sebagai sang patron atau pemimpin yang ditinggikan sedangkan masyarakat sebagai klien atau
pihak yang bergantung terhadap kekuasaan pemimpin.
Realita-realita lain seperti ; (1) Presiden yang dipilih oleh MPR, tidak ada pemilihan
langsung oleh rakyat, seperti sekarang ini. Kata 'Ganti Presiden' (suksesi) menjadi haram pada
zaman itu. Presiden Soeharto selalu menjadi calon tunggal sehingga tanpa pemilu pun seluruh
rakyat Indonesia sudah tau siapa yang akan menjadi Presiden. (2) Hanya ada tiga partai yaitu :
Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Demokrasi Indonesia (PDI), dan Golkar. Gubernur
dipilih langsung oleh Presiden Suharto dan diwajibkan untuk memenangkan Golkar di
wilayahnya masing-masing. Bila Golkar kalah di wilayahnya maka Gubernur dianggap tidak
berprestasi dan pembangunan oleh pemerintah pusat di wilayahnya tidak menjadi prioritas. Juga,
semua pegawai negeri sipil masuk dalam organisasi Korpri (Korps Pegawai Republik Indonesia)
dan diwajibkan memilih Golkar dalam pemilihan umum. (3) Perlu Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers (SIUPP) untuk memiliki perusahaan penerbitan majalah atau surat kabar. Bila media massa
berani memuat tulisan yang mengritik Presiden Suharto maka SIUPP akan dicabut. Itu artinya
pemilik perusahaan dan semua karyawan (wartawan dan pegawai administrasi) akan kehilangan
pekerjaan.
Momen terpisahnya kepentingan masyarakat dari kepentingan negara ini sesuai dengan
pendekatan The State-Qua-State dimana negara hadir sebagai entitas yang tidak memiliki
kesadaran serta tanggungjawab kepada masyarakat. Kebijakan yang dibentuk oleh negara
bukanlah atas dasar kepentingan masyarakat, namun lebih sebagai aktualisasi dari kepentingan-
kepentingan negara. Kesesuaian fakta yang telah disebutkan diatas , semakin mempertegas
bahwa pendekatan ‘Bureaucratic Polity’ (negara birokrasi) dan patrimonial serta pendekatan
sejarah politik Indonesia sebagai sub-ordinasi dari kepentingan sosial negara (the State-Qua-
State) merupakan pendekatan yang tepat merepresentasikan keadaan politik pada masa Orde
Baru dengan menjelaskan berbagai macam penyelewengannya, serta hubungan antara
pemerintahan dengan rakyatnya. Melalui 2 konsep ini, kita dapat mengkaji, meneliti dan
memahami Sistem Politik Indonesia Masa Orde Baru secara teoritis dan terarah.

Referensi
Marijan, Kacung. 2010. Sistem Politik Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group
Kusumaatmadja, Sarwono. 1988. Sketsa Politik Orde Baru. Jakarta: Alumni
https://www.qureta.com/post/6-pendekatan-memahami-orde-baru
https://www.slideshare.net/LaunaUsni/teori-negara-otoriter-birokratik

Anda mungkin juga menyukai