Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

UTANG/ PINJAMAN NEGARA


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keuangan Negara
Dosen :

Lokal 3 D Non Reguler

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI


PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI PUBLIK
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantiasa
memberkati kami dalam menyelesaikan makalah ini, Sehingga kami bisa
menyelesaikannya tepat pada waktunya. Dan semua pihak yang telah memberi
bantuan dan dukungan kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah
ini. Khususnya terima kasih kepada Ibu Munawarah Noor, Sebagai Dosen mata
kuliah Keuangan Negara yang membimbing dan mengarahkan kami dalam
membuat dan menyelesaikan makalah ini.

Penulis membuat makalah ini, bertujuan untuk menjelaskan tentang


Unsur-unsur Kalimat, Pola Kalimat Dasar, Jenis Kalimat Dasar, Kalimat Inti dan
inti Kalimat, Kalimat Efektif, dan Kesalahan dalam Kalimat.

Selaku manusia biasa, kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu kami
membutuhkan kritik dan saran untuk menyempurnakan pembuatan makalah
selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya di mata kuliah Bahasa Indonesia ini.

Amuntai, 24 November 2021

Windi Gunawan
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3


A. Pengertian Kalimat ....................................................................... 3
B. Unsur-unsur Dalam Kalimat ......................................................... 5
C. Pembagian Jenis Kalimat .............................................................. 7
D. Kalimat Efektif ............................................................................. 13
E. Kesalahan Dalam Kalimat ............................................................ 18

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 24


A. Kesimpulan ................................................................................... 24
B. Saran ............................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2003, keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Keuangan negara merupakan aspek terpenting dalam proses
penyelenggaraan negara. Proses pembangunan tidak akan berjalan lancar
apabila keuangan negara terganggu atau tidak stabil. Keuangan negara
sesungguhnya mempunyai arti luas, yaitu di samping meliputi milik
negara atau kekayaan negara yang bukan semata mata terdiri dari semua
hak, juga meliputi semua kewajiban.
Hak dan kewajiban tersebut baru dapat dinilai dengan uang apabila
dilaksanakan. Sehingga rumusan pengertian keuangan negara (Syamsi,
1994) adalah semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu (baik uang maupun barang) yang menjadi
kekayaan negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
Pembangunan merupakan upaya sistematis dan terencana oleh
masing-masing maupun seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu
keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dengan cara memanfaatkan
sumber daya yang tersedia secara optimal, efektif, efisien, dan akuntabel,
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat menjadi lebih
sejahtera. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional, diperlukan
pendanaan yang memadai yang dapat dipenuhi dari berbagai sumber
antara lain dari pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Terkait dengan
sumber pendanaan pemerintah, penerimaan negara saat ini belum
sepenuhnya mencukupi kebutuhan pendanaan pembangunan sebagaimana
ditargetkan dalam rencana pembangunan nasional, oleh karena itu,
pemerintah menerapkan kebijakan pembiayaan defisit anggaran. Sejak
tahun 2000, sumber pembiayaan defisit sebagian besar berasal dari utang
yang diperoleh dari penerbitan obligasi pemerintah dalam bentuk Surat
Berharga Negara (SBN), pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri.
Utang negara jenis pinjaman adalah pembiayaan melalui utang
yang diperoleh Pemerintah dari pemberi pinjaman dalam negeri atau luar
negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk
surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu.
Ketertinggalan infrastruktur dan masalah konektivitas
menimbulkan tingginya biaya ekonomi yang harus ditanggung oleh
masyarakat hingga rendahnya daya saing nasional. Inilah yang menjadi
dasar pemerintah mengakselerasi pembangunan infrastruktur demi
mengejar ketertinggalan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Saat
ini pemerintah mengambil kebijakan fiskal ekspansif dimana Belanja
Negara lebih besar dari pada Pendapatan Negara untuk mendorong
perekonomian tetap tumbuh.
Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia
pada akhir Februari 2021 adalah sebesar US$422,6 miliar. atau sekitar
Rp6.169,96 triliun. Posisi ini meningkat 4,0 persen secara tahunan, lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar
2,7 persen secara tahunan. Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin
Haryono menyampaikan peningkatan pertumbuhan ULN pada periode
tersebut didorong oleh baik ULN pemerintah maupun swasta.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji masalah
utang negara.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1. Apa itu pinjaman/ utang negara ?
2. Fungsi dan tujuan pinjaman/ utang negara ?
3. Apa jenis-jenis pinjaman/ utang negara ?
4. Apa faktor penyebab besarnya pinjaman/ utang negara ?
5.
6. Apa dampak positif dan negatif pinjaman/ utang negara ?
7.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pinjaman/ Utang Negara


Pinjaman adalah suatu jenis hutang yang dapat melibatkan semua
jenis benda berwujud walaupun biasanya lebih sering diidentikkan dengan
pinjaman moneter. Seperti halnya instrumen hutang lainnya, suatu
pinjaman memerlukan distribusi ulang aset keuangan seiring waktu antara
peminjam dan penghutang.
Utang negara jenis pinjaman adalah pembiayaan melalui utang
yang diperoleh Pemerintah dari pemberi pinjaman dalam negeri atau luar
negeri yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk
surat berharga negara, yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu.
Utang atau dalam konteks ini utang negara berdasarkan Undang-
Undang nomor 1 tahun 2004 merupakan jumlah uang yang wajib dibayar
pemerintah pusat dan/atau kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai
dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
perjanjian, atau berdasarkan sebab lain yang sah.
Utang sering kali menjadi permasalahan yang pelik dalam lingkup
nasional, karena telah tertanam dalam benak mayoritas masyarakat sebuah
doktrin general yang memberikan sinyal buruk terhadap utang, khususnya
utang negara. Namun ternyata utang merupakan salah satu bagian penting
dalam menetapkan kebijakan fiskal (APBN) dimana juga merupakan
begian dari suatu sistem besar yang disebut pengelolaan ekonomi.

B. Fungsi dan Tujuan Pinjaman/ Utang Negara


a. Fungsi dari adanya utang negara ini diantaranya :
1. Menutupi Defisit Anggaran.
2. Menutupi kekurangan kas atas kebutuhan kas jangka pendek dalam
pelaksanaan belanja yang tidak dapat ditunda.
3. Solusi dalam penataan portofolio utang pemerintah yang tentu
dimaksud untuk mengurangi beban belanja untuk membiayai utang
dalam APBN di tahun-tahun berikutnya.

Dari fungsi-fungsi tersebut, dapat disimpulkan bahwa utang


merupakan cara untuk menyelesaikan masalah tanpa menyebabkan
permasalahan baru. Namun pendefinisian ini baru bisa dibenarkan bila
utang dapat dikelola dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah
ditetapkan.

b. Tujuan Pengelolaan Utang Negara


Tujuan pengelolaan utang negara dibagi menjadi dua yaitu tujuan
jangka panjang & jangka pendek.
1. Tujuan jangka panjang :
 Mengamankan Kebutuhan Pembiayaan APBN melalui
utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali,
sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara.
 Mendukung upaya untuk menciptakan pasar surat berharga
negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid
2. Tujuan jangka pendek :
 Memastikan tersedianya dana untuk menutup defisit dan
pembayaran kewajiban pokok utang secara tepat waktu dan
efisien.
C. Pinjaman Dalam Negeri (PDN)
Pinjaman Dalam Negeri (PDN) adalah setiap pinjaman oleh
Pemerintah yang diperoleh dari pemberi pinjaman dalam negeri yang
harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu, sesuai dengan masa
berlakunya (Pasal 1 Angka 1 PP Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara
Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh Pemerintah).
Berdasarkan bentuknya, PDN merupakan pinjaman kegiatan,
sehingga PDN digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu pada
Kementerian Negara/Lembaga, kegiatan tertentu Pemda melalui penerusan
pinjaman, kegiatan tertentu BUMN melalui penerusan pinjaman dan
kegiatan tertentu Perusahaan Daerah melalui penerusan pinjaman ke
Pemda.
Lantas apakah yang dimaksud dengan kegiatan tertentu ? Pasal 5
PP Nomor 54 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan
Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah menyebutkan :
1. kegiatan tertentu Kementerian Negara/Lembaga meliputi
kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri
dan pembangunan infrastruktur.
2. kegiatan tertentu Pemda melalui penerusan pinjaman meliputi
kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk
pelayanan umum dan kegiatan investasi yang menghasilkan
penerimaan.
3. kegiatan tertentu BUMN melalui penerusan pinjaman meliputi
kegiatan dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk
pelayanan umum diluar kerangka pelaksanaan penugasan
khusus pemerintah dan kegiatan investasi yang menghasilkan
penerimaan.
4. kegiatan tertentu Perusahaan Daerah melalui penerusan
pinjaman ke Pemda terdiri atas pembangunan infrastruktur
untuk pelayanan umum dan kegiatan investasi yang
menghasilkan penerimaan.

Jadi tidak semua kegiatan dapat dibiayai dengan pinjaman dalam


negeri. Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah Daerah atau BUMN
menyusun rencana kegiatan yang dapat dibiayai dari PDN dengan
menggunakan prioritas RJPM untuk disampaikan kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Rencana kegiatan
ini kemudian akan dinilai dengan memperhatikan batas maksimum PDN.
Jika disetujui, maka rencana kegiatan tersebut akan dimasukkan dalam
daftar kegiatan prioritas untuk diserahkan kepada Menteri Keuangan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengadaan pembiayaan. Mengapa
harus Menteri Keuangan ? Karena Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara yang diberikan kewenangan untuk mengadakan pinjaman
dalam negeri (Pasal 38 ayat (1) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara) dan menyusun rencana batas maksimum PDN
selama setahun anggaran (Pasal 7 ayat (1) PP Nomor 54 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri Oleh
Pemerintah). Setelahnya, oleh Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah
Daerah atau BUMD, kegiatan prioritas akan dicantumkan dalam rencana
kerja dan Menteri Keuangan akan mengesahkan dokumen pelaksanaan
anggaran kegiatan yang akan dibiayai PDN.
Selain itu, Menteri Keuangan (dhi. Dirjen Pengelolaan Utang) juga
memiliki kewenangan untuk melakukan seleksi calon pemberi PDN.
Memang pada prinsipnya, pemberi PDN adalah BUMN, Pemerintah
daerah dan Perusahaan Daerah, namun tetap harus dilakukan pemilihan
pemberi PDN dengan mekanisme pelelangan terbatas atau dengan
penunjukan langsung bilamana hanya terdapat 1(satu) calon pemberi PDN.
Bagi BUMN atau Perusahaan Daerah yang ingin menjadi calon
pemberi PDN harus memenuhi kualifikasi memiliki laba bersih selama 3
(tiga) tahun terakhir berturut-turut, mendapat persetujuan dari pihak
berwenang sesuai AD/ART BUMN/Perusahaan Daerah dan memiliki
modal yang ditempatkan dan disetor penuh paling sedikit satu triliun
rupiah. Sedangkan untuk calon pemberi PDN yang berasal dari Pemda
harus memenuhi kriteria telah melakukan pemenuhan urusan wajib sesuai
ketentuan peraturan perundang- undangan, tidak mempunyai tunggakan
pembayaran bunga, cicilan pokok dan kewajiban lain terkait dengan
pinjaman kepada pihak lain, mendapat persetujuan dari DPRD dan
mendapat pertimbangan dari Mendagri.
Calon pemberi PDN yang telah memenuhi kriteria diatas dapat
mengajukan proposal penawaran kepada Panitia Lelang dengan syarat
ditandatangani oleh direksi atau pejabat yang berwenang, bertanggal dan
bermaterai cukup serta jangka waktu penawaran tidak kurang dari yang
ditetapkan dalam dokumen lelang. Kemudian panitia lelang melakukan
evaluasi administratif dan evaluasi pendanaan terhadap proposal
penawaran yang diajukan, dan menyusun peringkat hasil evaluasi untuk
dilaporkan kepada Dirjen Pengelolaan Utang.
Dalam hal terdapat nilai evaluasi yang sama, panitia lelang
melakukan beauty contest dengan mengonfirmasi syarat-syarat dan
ketentuan dan kesiapan operasional calon pemberi PDN atau dengan
ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan dalam dokumen lelang. Atas
usulan panitia lelang, Dirjen Pengelolaan Utang kemudian menetapkan
pemenang dan panitia lelang menyampaikan pengumuman tersebut
kepada para peserta paling lambat 2 (dua) hari setelah menerima surat
penetapan pemenang.
Setelahnya Menkeu dan Direktur Utama BUMN/Perusahaan
Daerah atau Kepala Daerah pemenang lelang, menandatangani Naskah
Perjanjian PDN yang memuat minimal jumlah pinjaman, peruntukan
pinjaman dan ketentuan serta persyaratan PDN.
Sebagai konsekuensi dari adanya Naskah Perjanjian PDN, PDN
dapat ditarik sesuai dengan alokasi anggaran (DIPA) dengan mekanisme
APBN, melalui pembayaran langsung (PL)1, rekening khusus (Reksus)2,
Letter of Credit (L/C)3, atau pembiayaan pendahuluan (PP)4.

D. Pinjaman Luar Negeri


Pinjaman Luar Negeri adalah sejumlah dana yang diperoleh dari
negara lain (bilateral) atau (multilateral) yang tercermin dalam neraca
pembayaran untuk kegiatan investasi, menurut saving-investment gap dan
foreign exchange gap yang di lakukan baik oleh pemerintah maupun
swasta.
Menurut SKB No.185/KMK.03/1995 dan Nomer
KEP.031/KET/5/1995 antara Menteri Keuangan dan Ketua Bappenas :
Pinjaman Luar Negeri adalah penerimaan negara baik dalam bentuk devis
atau devisa yang dirupakan maupun dalam bentuk barang dan jasa yang
diperoleh dari peneriman pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali
dengan persyaratan tertentu.
Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri, adalah sebagian dari
total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara
tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan,
atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank
swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional
seperti IMF dan Bank Dunia.
Pinjaman ini dapat berbentuk Pinjaman Program dan atau Pinjaman
Proyek,

Anda mungkin juga menyukai