Anda di halaman 1dari 8

Analisis Kebijakan Anggaran dalam APBN 2020

Kebijakan fiskal atau yang biasa juga disebut kebijakan anggaran adalah suatu kebijakan ekonomi yang
ditetapkan oleh pemerintah dalam hal pemasukan dan pengeluaran pendapatan negara dengan tujuan
untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara.

Melalui APBN Tahun 2020 yang telah ditetapkan oleh DPR RI pada Rapat Paripurna tanggal 24
September 2019, kebijakan fiskal/kebijakan anggaran akan diarahkan untuk mendukung akselerasi daya
saing melalui inovasi dan penguatan kualitas sumber daya manusia. Berbagai kebijakan di bidang
pendidikan dan kesehatan akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar siap
berkompetisi dan beradaptasi dengan kemajuan industri dan teknologi. Di sisi lain, Pemerintah akan
melanjutkan pembangunan infrastruktur yang semakin merata, mengalokasikan sumber daya ekonomi
dengan lebih efisien dan efektif, serta mendorong birokrasi yang efektif, melayani, dan bebas korupsi.

Dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat mengawal setiap rupiah yang ada di
dalam APBN, sudah semestinya publik mendapatkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti atas
berbagai kebijakan yang akan dijalankan Pemerintah melalui APBN. Dengan demikian, rasa memiliki
yang tinggi terhadap APBN akan tertanam pada masyarakat sehingga menjadi bagian dari Pemerintah
dalam mengawasi setiap rupiah yang dibelanjakan, sehingga dapat dirasakan manfaatnya secara
maksimal oleh seluruh rakyat Indonesia.

Berbagai program Pemerintah terus diarahkan untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat
dan penurunan ketimpangan pendapatan.

 Pemberian Insentif Perpajakan

Dalam rangka mendukung peningkatan sumber daya manusia dan daya saing, yaitu :

 Super deduction untuk kegiatan vokasi & litbang


 Super deduction untuk R&D
Pengurangan pendapatan kotor paling banyak 300% dari biaya aktivitas R&D activities
yang dilakukan di Indonesia.
 Super deduction untuk Pelatihan Vokasional
Pengurangan pendapatan kotor paling banyak 200% dari total biaya aktivitas vokasional.
 Investment Allowance untuk industri padat karya
Pengurangan pendapatan bersih sebesar 60% dari total investasi untuk industri padat
karya.
 Mini tax holiday untuk investasi di bawah Rp500 miliar
 Investment allowance untuk industri padat karya

 Kepabeanan dan Cukai

Peningkatan penerimaan Kepabeanan dan Cukai melalui penguatan pengawasan dan instrumen
tarif.
Kebijakan :

 Penyesuaian tarif Cukai Hasil Tembakau dan pemberantasan pita cukai ilegal
 Ekstensifikasi barang kena cukai baru (a.l. kantong plastik)
 Penerapan fleksibilitas earmarking pada pungutan cukai
 Melanjutkan program pemberantasan penyelundupan dan penertiban barang kena cukai ilegal
 Melanjutkan kebijakan penertiban importir, eksportir dan cukai berisiko tinggi
 Penyempurnaan implementasi Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa (SKPJ)
 Pengembangan/perluasan fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) untuk industri
kecil dan menengah (IKM)

 PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)

Peranan PNBP sektor Nonmigas terus diperkuat disertai peningkatan layanan kepada masyarakat.
 Pengelolaan dan Pemanfaatan SDA yang Optimal, Efektif dan Efisien
 Penyempurnaan regulasi dan kontrak
 Efisiensi kegiatan
 Peningkatan kepatuhan dan intensifikasi pengawasan

 Peningkatan Pelayanan dan Penyesuaian Tarif


 Mempertimbangkan daya beli dan pengembangan dunia usaha
 Optimalisasi pengelolaan Barang Milik Negara (BMN)

 Peningkatan Efisiensi BUMN dan Kinerja BLU


 Mempertimbangkan cashflow BUMN dan kemampuan keuangan BUMN
 Pengembangan usaha dan penugasan Pemerintah
 Pelayanan BLU yang lebih profesional

 Penyempurnaan Tata Kelola


 implementasi UU PNBP dan penyempurnaan regulasi pelaksanaan UU PNBP
 Perluasan penggunaan teknologi informasi dalam rangka pelaksanaan dan peningkatan
pelayanan

 Anggaran Pendidikan
Diarahkan untuk perluasan akses pendidikan, peningkatan skill SDM, dan keberlanjutan
pendanaan pendidikan.
Kebijakannya yaitu :
 Perluasan akses pendidikan dari usia dini sampai dengan pendidikan tinggi
 Melanjutkan bantuan pendidikan melalui
 KIP dan BOS - KIP Kuliah (perluasan/penyempurnaan bidik misi)
 Melanjutkan percepatan dan peningkatan kualitas sarpras pendidikan (melalui Kemen PUPR
dan DAK Fisik)
 Meningkatkan kualitas dan keterampilan SDM
 Pendidikan vokasi --> penguasaan skill, entrepreneurship dan ICT sesuai kebutuhan
industri
 Kartu Pra kerja
 Mendukung keberlanjutan pendanaan terkait pendidikan melalui investasi Pemerintah :
 Dana Abadi Pendidikan
 Dana Abadi Penelitian
 Dana Abadi Perguruan Tinggi
 Dana Abadi Kebudayaan

 Peningkatan Kualitas SDM dan Perlindungan Sosial

 Kartu Indonesia Pintar Kuliah, kartu ini mendukung kelanjutan pendidikan pada
masyarakat miskin ke jenjang yang lebih tinggi. Kartu ini diarahkan untuk perluasan akses
pendidikan, peningkatan skill SDM, dan keberlanjutan pendanaan pendidikan. KIP Kuliah
ditujukan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi lulusan SMA tidak mampu
untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi.
 Kartu Sembako, mendukung penguatan perlindungan masyarakat miskin akan akses
pangan. Tujuannya antara lain yaitu, mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin dalam
memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan ketepatan sasaran, memberikan pilihan dan
kendali dalam memenuhi kebutuhan pangan , memberikan akses keluarga miskin terhadap
bahan pokok dengan kandungan gizi yang diperlukan, sehingga akan memiliki pengaruh
terhadap penurunan stunting.
 Kartu Pra Kerja, merupakan kartu yang diberikan kepada pencari kerja atau pekerja untuk
mendapatkan layanan pelatihan vokasi (skilling dan re-skilling) dan/atau sertifikasi
kompetensi kerja. Kartu ini untuk peningkatan produktivitas bagi pencari kerja.

 Percepatan penyelesaian 5 destinasi pariwisata super prioritas

Pengembangan destinasi wisata Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang
dengan sinergi lintas K/L dan Pemda.

 Penguatan Transfer ke Daerah dan Dana Desa


 Penguatan DAK Fisik pada 2 bidang baru yaitu sosial dan transportasi laut
 Pengalokasian DAU Tambahan untuk Penyetaraan Penghasilan Tetap (Siltap) Kepala Desa
dan Perangkat Desa serta Dukungan Penggajian Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK)

 Penguatan Neraca Transaksi Berjalan

Mendukung penurunan defisit neraca transaksi berjalan baik dalam jangka panjang maupun
pendek.

 Dana Abadi untuk SDM dan Kebudayaan

Pemanfaatan hasil investasi dana abadi antara lain untuk pemajuan kebudayaan nasional dan
peningkatan kualitas perguruan tinggi, melalui :

 Dana abadi kebudayaan


 Dana abadi perguruan tinggi
 Penambahan dana abadi penelitian secara signifikan
 Fokus Belanja Pemerintah Pusat
 SDM yang berkualitas : Anggaran Pendidikan Rp508,1 T dan Anggaran Kesehatan
Rp132,2 T
 Penguatan Program Perlindungan Sosial : Anggaran Perlindungan Sosial Rp372,5 T
 Akselerasi Pembangunan Infrastruktur : Anggaran Infrastruktur Rp 423,3 T
 Birokrasi yang efisien, melayani, dan bebas korupsi : Anggaran Birokrasi Rp261,3 T
 Antisipasi Ketidakpastian Ekonomi Global & Domestik

Analisis Kebijakan Anggaran dalam APBD Provinsi Jawa Barat

Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah
diajukan, merupakan perwujudan dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2020 yang
dijabarkan dalam Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang telah
disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dengan DPRD.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi Jawa Barat dan Gubernur Jawa Barat telah menetapkan
Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Jawa Barat tahun anggaran 2020.
Dalam APBD provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2020, anggaran pendapatan dan belanja daerahnya
berjumlah Rp 46.095.261.227.603,00, dengan rincian sebagai berikut :

 Pendapatan Daerah : Rp 41.583.152.865.173,00


Pendapatan Daerah terdiri dari :
 Pendapatan Asli Daerah : Rp 25.223.220.670.289,00
Pendapatan asli daerah ini terdiri dari :
 Pajak Daerah
 Retribusi Daerah
 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
 Lain-lain Pendapatan asli Daerah yang Sah
 Dana Perimbangan : Rp 16.336.732.772.500,00
Dana perimbangan terdiri dari jenis pendapatan :
 Dana Bagi Hasil
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus
 Lain-lain Pendapatan yang Sah : Rp 23.199.422.384,00
Lain-lain pendapatan yang sah terdiri dari jenis pendapatan :
 Pendapatan Hibah
 Dana Darurat
 Dana Bagi Hasil Pajak
 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
 Bantuan Keuangan dari Provinsi atau dari Pemerintah Daerah lainnya
 Lain-lain penerimaan

 Belanja Daerah : Rp 45.995.261.227.603,00


Belanja daerah ini terdiri dari :
 Belanja Tidak Langsung : Rp 34.171.929.075.666,00
Terdiri dari :
 Belanja Pegawai
 Belanja Bunga
 Belanja Subsidi
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Bagi Hasil
 Belanja Bantuan Keuangan
 Belanja Tidak Terduga
 Belanja Langsung : Rp 11.823.332.151.937,00
Terdiri dari :
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan Jasa
 Belanja Modal
 Pembiayaan Daerah
 Penerimaan : Rp 4.512.108.362.430,00
Penerimaan ini terdiri dari jenis pembiayaan :
 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya (SiLPA)
 Pencairan Dana Cadangan
 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
 Penerimaan Pinjaman Daerah
 Peerimaan Kembali Pemberian
 Penerimaan Piutang Daerah
 Pengeluaran : Rp 100.000.000.000,00
Pengeluaran terdiri dari jenis pembiayaan :
 Pembentukan Dana Cadangan
 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
 Pembayaran Pokok Utang
 Pemberian Pinjaman Daerah
 Dana Brgulir
Ketika dalam keadaan darurat, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. Keadaan darurat yang
dimaksud adalah keadaan yang memenuhi kriteria berikut :

 Bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas Pemerintah Daerah dan tidak dapat
diprediksikan sebelumnya
 Tidak diharapkan terjadi secara berulang
 Berada di luar kendali dan pengaruh Pemerintah Daerah
 Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang
disebabkan oleh keadaan darurat

Analisis Kebijakan Anggaran dalam APBD Kota Bogor

Dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Bogor dan Walikota Bogor telah
menetapkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran 2020.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 sebagai berikut :

 Pendapatan : Rp 2.434.344.617.189,00
Pendapatan Daerah ini terdiri dari :
 Pendapatan Asli Daerah sejumlah : Rp1.083.412.298.220,00
 Pajak Daerah
 Retribusi Daerah
 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
 Dana Perimbangan sejumlah : Rp1.054.615.992.000,00
 Dana Bagi Hasil
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus
 Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sejumlah : Rp296.316.326.969,00
 Hibah
 Dana Bagi Hasil Pajak
 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
 Belanja : Rp 2.604.493.955.763,00
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud yaitu terdiri dari :
 Belanja Tidak Langsung sejumlah : Rp1.278.245.715.100,00
Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud diatas yaitu terdiri dari jenis belanja
sebagai berikut :
 Belanja Pegawai
 Belanja Bunga
 Belanja Hibah
 Belanja Bantuan Sosial
 Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa
 Belanja Tidak Terduga
 Belanja Langsung sejumlah : Rp1.326.248.240.663,00
Belanja Langsung sebagaimana yang dimaksud diatas terdiri dari jenis belanja sebagai
berikut :
 Belanja Pegawai
 Belanja Barang dan Jasa
 Belanja Modal
 Pembiayaan Daerah
 Penerimaan Pembiayaan Daerah sejumlah : Rp345.805.535.434,00
Pembiayaan diatas terdiri dari jenis pembiayaan :
 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun anggaran sebelumnya
 Penerimaan Pinjaman Daerah
 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
 Penerimaan Piutang Daerah
 Pengeluaran Pembiayaan Daerah sejumlah : Rp175.656.196.860,00
Pengeluaran yang dimaksud diatas terdiri dari jenis pembiayaan :
 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
 Pembayaran Pokok Utang

Lalu ketika dalam keadaan darurat, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Keadaan darurat yang dimaksud yaitu paling
sedikit memenuhi kriteria sebagai berikut :

 bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas Pemerintah Daerah dan tidak dapat
diprediksikan sebelumnya
 tidak diharapkan terjadi secara berulang
 berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah
 memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang
disebabkan oleh keadaan darurat

Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya dapat menggunakan belanja tidak terduga.
Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara berikut ini :

 menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berjalan
 memanfaatkan uang kas yang tersedia dari selisih lebih realisasi pendapatan atau selisih lebih
realisasi penerimaan pembiayaan sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kriteria belanja untuk keperluan mendesak yaitu mencakup hal berikut ini :

 program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun
anggaran berjalan
 keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar
bagi pemerintah daerah dan masyarakat.

Penjadwalan ulang pencapaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran
berjalan diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD. Pendanaan keadaan darurat diformulasikan
terlebih dahulu dalam RKA-SKPD, kecuali untuk kebutuhan tanggap darurat bencana. Dalam hal
keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan pengeluaran
tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.

Anda mungkin juga menyukai