Anda di halaman 1dari 10

Nama: Lazmi Agnia

Nim: 1810313120003

Matkul: Akuntansi Pemerintahan (Tugas1)

“AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH”

1. Pengertian Akuntansi Pemerintah Daerah.

Menurut PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dijelaskan secara

rinci bahwa Sistem Akuntansi Permintahan (SAP) merupakan berbagai prosedur manual maupun

yang sudah terkomputerisasi mulai dari kegiatan pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran

dan pelaporan posisi keuangan serta operasional pemerintah.

Berdasarkan Abdul Halim dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan Daerah tahun

2004 yang diterbitkan oleh Salemba Empat menjelaskan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah

Daerah (SAPD) merupakan suatu sistem akuntansi yang di dalamnya terdapat proses pencatatan,

penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan dan laporan keuangan

dalam wujud melaksanakan APBD, yang dilakukan dalam berbagai prinsip akuntansi yang sudah

diterima secara umum.

Berdasarkan Pengertian Sistem Akutansi Daerah di atas, maka bisa disimpulkan bahwa

sistem akuntansi daerah merupakan suatu serangkaian prosedur yang dimulai dari proses

pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, hingga laporan keuangan dalam hal


pertanggungjawaban pelaksana APBD yang bisa dilakukan secara manual atau memanfaatkan

aplikasi komputer.

2. Penerapan SAPD dalam Menunjang Efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

Perubahan mendasar saat era reformasi pada pengelolaan keuangan daerah adalah adanya

tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar pada pengelolaan anggaran. Paradigma

pengelolaan keuangan daerah ini menuntut lebih besarnya akuntabilitas adanya transparansi

dalam pengelolaan keuangan daerah ini maka diperlukan alat untuk mengelolannya yaitu

akuntansi.

Pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangannya dikatakan mencapai efektivitas apabila

penyelesaian kegiatan/proyek pemerintah bisa tepat pada waktunya dan didalam batas anggaran

yang tersedia, atau dengan kata lain telah mencapai tujuan dan sasaran seperti yang direncanakan

sebelumnya.

Jadi dapat disimpulkan efektivitas keuangan daerah adalah:

 Penyelesaian kegiatan tepat waktu

 Penyelesaian kegiatan sesuai batas anggaran tersedia

 Pencapaian tujuan dan sasaran sesuai dengan rencana

Jika menyimpang dari rencana tapi memberi dampak menguntungkan bagi pihak

penerima sasaran manfaat maka bisa disebut juga efektif.


Informasi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi pemerintah daerah ini akan digunakan untuk

pengambilan keputusan-keputusan, tindakan- tindakan dan kebijakan-kebijakan untuk mencapai

tujuan dan sasaran pengelolaan keuangan daerah. Perencanaan yang baik didukung oleh

informasi yang memadai dan baik pula, maka dapat disimpulkan Sistem Akuntansi Pemerintah

Daerah dapat menunjang efektivitas Pengelolaan Keuangan Daerah.

3. Tujuan Akuntansi Keuangan Daerah.

Sistem akuntansi keuangan daerah dibentuk dengan beberapa tujuan Yaitu:

 Akuntabilitas: merupakan sistem akuntansi pemerintah yang bisa memberikan

berbagai informasi terkait keuangan secara cermat, dalam waktu dan format yang

tepat, dan berguna untuk berbagai pihak yang bertanggung jawab dan memang

berkaitan langsung dengan operasi unit pemerintah. Selain itu, tujuan akuntabilitas ini

akan mewajibkan pada tiap pegawai ataupun badan pengelola keuangan negara untuk

harus mampu memberikan tanggung jawab dan perhitungan terhadap laporan

keuangan yang telah dibuatnya.

 Manajerial: Akuntansi daerah akan mampu memberikan beragam informasi

keuangan yang dibutuhkan untuk perencanaan penganggaran, pelaksanaan,

pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan dan pengambilan

keputusan, serta penilaian performa pemerintah.

 Pengawasan: Akuntansi daerah harus mampu menyelenggarakan pemeriksaan oleh

para aparat pengawasan fungsional secara efisien dan juga efektif.


 Menjaga Aset: Sistem akuntansi ini dapat digunakan untuk menjaga aset K/L/PD

melalui metode pencatatan, pemrosesan dan pelaporan keuangan yang dilakukan

secara konsisten sesuai dengan standar serta praktek akuntansi yang mampu diterima

secara umum.

 Penyedia Informasi Anggaran dan Keuangan: Sistem akuntansi ini juga berfungsi

untuk menyediakan berbagai informasi yang akurat dan juga tepat waktu terkait

anggaran dan kegiatan keuangan K/L/PD, yang selanjutnya akan berguna sebagai

dasar pengukuran performa guna menentukan tingkat ketaatan pada pihak otorisasi

anggaran dan demi tujuan akuntabilitas. Selain itu, sistem akuntansi ini dapat

dijadikan sebagai media untuk menyediakan informasi yang valid tentang kondisi

keuangan K/L/PD secara keseluruhan, serta untuk perencanaan pengelolaan dan

pengendalian kegiatan dan keuangan K/L/PD secara efisien.

4. Fungsi Sistem Akuntansi Pemerintah.

Dengan informasi keuangan yang tersedia pada sistem akuntansi pemerintah, institusi atau

pegawai yang mengelola keuangan dapat menggunakan SAP berfungsi untuk:

 Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menjaga aset K/L/PD melalui

pencatatan, pemrosesan dan pelaporan keuangan yang konsisten sesuai dengan

standar dan praktek akuntansi yang diterima umum.

 Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi yang

akurat dan tepat waktu mengenai anggaran dan kegiatan keuangan K/L/PD, yang

berguna sebagai dasar pengukuran kinerja, untuk menentukan ketaatan terhadap

otorisasi anggaran dan untuk tujuan akuntabilitas.


 Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi yang

dapat dipercaya tentang posisi keuangan K/L/PD secara keseluruhan.

 Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menyediakan informasi

keuangan yang berguna untuk perencanaan pengelolaan dan pengendalian kegiatan

dan keuangan K/L/PD secara efisien.

5. Output dari Akuntansi Keuangan Daerah.

Diberlakukannya sistem akuntansi keuangan daerah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah

(PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintah, PP Nomor 58 Tahun 2005

tentang bentuk Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri nomor 13 Tahun 2006.

Berbagai output yang akan digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan tersebut

adalah:

a) Laporan Realisasi Anggaran.

b) Laporan Neraca.

c) Laporan Arus Kas.

d) Laporan Perubahan Ekuitas Dana.

e) Catatan atas Laporan Keuangan.

6. Metode Pencatatan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.

Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, terdapat tiga metode pencatatan, yaitu Single

entry, Double entry dan Triple entry. Saat ini, metode pencatatan single entry sudah makin

ditinggalkan walaupun ada beberapa area Pemda yang masih menggunakannya. Hal terserbut
terjadi karena metode single entry memiliki beberapa kelemahan seperti tidak mampu

mencerminkan performa secara riil dan tidak mampu memberikan informasi yang lebih

komprehensif. Oleh karena itu, metode double entry diciptakan untuk menutup sela kelemahan

dari metode single entry.

a. Single Entry.

Dari sekian banyaknya sistem pencatatan buku, salah satunya adalah pencatatan buku

tunggal atau single entry. Pencatatan transaksi ekonomi yang dilakukan dalam sistem ini

hanya dilakukan sebanyak satu kali saja. Transaksi tersebut akan mengakibatkan adanya

pemasukan kas yang akan diinput dalam kolom penerimaan, sedangkan pengurangan kas

akan diinput dalam kolom pengeluaran. Beberapa kelebihan yang ada pada sistem single

entry ini adalah lebih mudah dipahami dan juga lebih sederhana. Namun, sistem ini

masih kurang bagus untuk disajikan dalam bentuk laporan karena Anda akan kesulitan

dalam mencari kesalah pembukuan dan mengontrol keuangan.

b. Double Entry.

Pada prinsipnya, metode pencatatan double entry masih sama dengan metode

pencatatan debit-kredit pada prinsip dasar akuntansi umum. Namun, yang

membedakannya adalah rumus persamaan dasar akuntansi di ruang lingkup akuntansi

keuangan daerah. Rumus persamaan dasar tersebut adalah “belanja + aset = kewajiban

+ ekuitas + pendapatan”. Selain itu, pencatatan yang dilakukan dengan metode double

entry juga akan memanfaatkan basis kas modifikasi. Artinya, pencatatan akuntansi hanya

dilakukan pada pencatatan yang hanya berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran
kas, sedangkan pencatatan yang berasal dari luar penerimaan dan pengeluaran kas akan

diinput pada basis akrual.

c. Triple Entry.

Metode pencatatan Triple entry adalah metode yang dikembangkan dari Double

entry. Prinsipnya pun hampir sama dengan double entry yaitu adanya tambahan

pencatatan pada buku anggaran. Sederhananya, ketika pencatatan double entry sedang

dilakukan, maka metode triple entry akan melakukan pencatatan yang dilakukan oleh

para PPK SKPD dan SKPKD.

7. Karakteristik SAPD.

SAPD memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan Sistem Akuntansi Pemerintah

Pusat (SAPP), yaitu:

a) Basis Kas, SAPD menggunakan basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

dan basis akrual untuk neraca. Dengan basis kas, pendapatan diakui dan dicatat pada

saat diterimanya kas oleh rekening Kas Daerah serta belanja diakui dan dicatat pada

saat dikeluarkannya kas dari Rekening Kas Daerah. Hal tersebut tentu saja sangat

terbatas, karena informasi yang dihasilkan hanya berupa kas yang terdiri dari

informasi kas masuk, kas keluar, dan saldo kas. Aset, Liability, dan Ekuitas Dana

diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi

lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah.


b) Sistem Pembukuan Berpasangan (double entry system), Single entry pada

awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dengan alasan utama demi kemudahan

dan kepraktisan. Seiring dengan tingginya tuntutan perwujudan good public

governance, pengaplikasian double entry dipandang perlu untuk menghasilkan

laporan keuangan yang lengkap dan auditable. Sistem Pembukuan Berpasangan

(double entry system) didasarkan atas persamaan dasar akuntansi, yaitu: Asset =

Liability + Equity. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebit suatu perkiraan dan

mengkredit perkiraan yang lain. Double entry system tidak memungkinkan terjadinya

kesalahan pencatatan atau selisih kecuali ada faktor dari kesalahan manusia dan salah

klasifikasi akun (misalkan akun kas dimasukkan ke dalam sisi hutang).

8. Akuntansi Pemerintah Daerah di PPKD dan SKPD.

Sistem akuntansi pemerintah daerah biasanya akan dilakukan oleh dua subsistem, yaitu:

a) Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.

Sistem Pemerintah Akuntansi Daerah akan menjadi tanggung jawab para Pejabat

Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD), yang memiliki tugas dalam hal mencatat

berbagai transaksi yang dilakukan di level pemerintahan daerah, seperti pendapatan dana

perimbangan, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dll.

b) Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah.

Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah akan menjadi tanggung jawab para

Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD. Seluruh transaksi-transaksi yang ada di dalam

lingkungan satuan kerja harus dicatat dan dilaporkan pada Bendahara Umum Daerah
(BUD). Pencatatan atas berbagai transaksi yang ada di lingkungan satuan kerja tersebut

sangat harus dilakukan, di dalamnya meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, asset,

dan hal lainnya selain kas. Berbagai proses tersebut dilaksanakan oleh para Pejabat

Penatausahaan Keuangan (PPK) yang berdasarkan pada dokumen-dokumen sumber yang

sebelumnya telah diserahkan oleh bendahara.

Komponen laporan keuangan yang harus dibuat oleh SKPD menurut Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 terdiri dari:

Laporan Anggaran (Budgetary Reports): Laporan Realisasi Anggaran,

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Keuangan (Financial Reports): Neraca, Laporan Operasional,

Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan

Keuangan.

9. Penjelasan Singkat Siklus Akuntansi Keuangan Daerah.

Pada umumnya, siklus akuntansi keuangan daerah masih sama dengan siklus akuntansi pada

umumnya, yang membedakan hanya pada tahapan atau alurnya saja. Pada sistem akuntansi

keuangan daerah, laporan perhitungan APBD dibuat jika penyusunan neraca saldo setelah

pengesuaian (NSSP) telah dilakukan. Namun, agar bisa lebih memudahkan pembuatan laporan,

maka setelah NSSP berhasil dibuat, maka akan ditutup dengan jurnal penutup agar selanjutnya

bisa langsung dibuatkan laporan arus kas, Perubahan Modal (R/K Pemda) dan Neraca. Berbagai
catatan transaksi yang terjadi di dalamnya tentu harus disertakan dengan berbagai dokumen dan

bukti transaksi yang sah agar nantinya bisa diinput ke dalam junal dan buku besar pembantu.

Selanjutnya, bukti transaksi tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu Bukti

Pengeluaran, Bukti Penerimaan Kas, dan Bukti Memorial yang kemudian akan diinput ke jurnal

umum. Tentunya setiap pencatatan transaksi harus disertakan dengan berbagai dokumen dan

bukti transaksi yang valid untuk kemudian bisa diinput ke dalam jurnal dan buku besar

pembantu. Bukti transaksi dibagin menjadi tiga bagian, yaitu Bukti Penerimaan Kas, Bukti

Pengeluaran Kas dan Bukti Memorial yang kemudian dimasukkan ke Jurnal Umum. Berdasarkan

Permendagri No. 12 tahun 2006, ada empat proses yang tersedia dalam sistem akuntansi

pemerintah daerah, yaitu akuntansi pengeluraran kas, selain kas, penerimaan kas, dan aset.

Seluruh proses pencatatan dan pelaporan keuangan serta hal lainnya yang berkaitan dengan

akuntansi akan lebih mudah dikerjakan jika menggunakan software akuntasi.

Anda mungkin juga menyukai