Nim: 1810313120003
Menurut PP No.24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dijelaskan secara
rinci bahwa Sistem Akuntansi Permintahan (SAP) merupakan berbagai prosedur manual maupun
yang sudah terkomputerisasi mulai dari kegiatan pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
Berdasarkan Abdul Halim dalam bukunya yang berjudul Akuntansi Keuangan Daerah tahun
2004 yang diterbitkan oleh Salemba Empat menjelaskan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah (SAPD) merupakan suatu sistem akuntansi yang di dalamnya terdapat proses pencatatan,
penggolongan, penafsiran, peringkasan transaksi atau kejadian keuangan dan laporan keuangan
dalam wujud melaksanakan APBD, yang dilakukan dalam berbagai prinsip akuntansi yang sudah
Berdasarkan Pengertian Sistem Akutansi Daerah di atas, maka bisa disimpulkan bahwa
sistem akuntansi daerah merupakan suatu serangkaian prosedur yang dimulai dari proses
aplikasi komputer.
Perubahan mendasar saat era reformasi pada pengelolaan keuangan daerah adalah adanya
tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang lebih besar pada pengelolaan anggaran. Paradigma
pengelolaan keuangan daerah ini menuntut lebih besarnya akuntabilitas adanya transparansi
dalam pengelolaan keuangan daerah ini maka diperlukan alat untuk mengelolannya yaitu
akuntansi.
penyelesaian kegiatan/proyek pemerintah bisa tepat pada waktunya dan didalam batas anggaran
yang tersedia, atau dengan kata lain telah mencapai tujuan dan sasaran seperti yang direncanakan
sebelumnya.
Jika menyimpang dari rencana tapi memberi dampak menguntungkan bagi pihak
tujuan dan sasaran pengelolaan keuangan daerah. Perencanaan yang baik didukung oleh
informasi yang memadai dan baik pula, maka dapat disimpulkan Sistem Akuntansi Pemerintah
berbagai informasi terkait keuangan secara cermat, dalam waktu dan format yang
tepat, dan berguna untuk berbagai pihak yang bertanggung jawab dan memang
berkaitan langsung dengan operasi unit pemerintah. Selain itu, tujuan akuntabilitas ini
akan mewajibkan pada tiap pegawai ataupun badan pengelola keuangan negara untuk
secara konsisten sesuai dengan standar serta praktek akuntansi yang mampu diterima
secara umum.
Penyedia Informasi Anggaran dan Keuangan: Sistem akuntansi ini juga berfungsi
untuk menyediakan berbagai informasi yang akurat dan juga tepat waktu terkait
anggaran dan kegiatan keuangan K/L/PD, yang selanjutnya akan berguna sebagai
dasar pengukuran performa guna menentukan tingkat ketaatan pada pihak otorisasi
anggaran dan demi tujuan akuntabilitas. Selain itu, sistem akuntansi ini dapat
dijadikan sebagai media untuk menyediakan informasi yang valid tentang kondisi
Dengan informasi keuangan yang tersedia pada sistem akuntansi pemerintah, institusi atau
Sistem akuntasi pemerintahan dapat berfungsi untuk menjaga aset K/L/PD melalui
akurat dan tepat waktu mengenai anggaran dan kegiatan keuangan K/L/PD, yang
Diberlakukannya sistem akuntansi keuangan daerah telah diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintah, PP Nomor 58 Tahun 2005
tentang bentuk Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri nomor 13 Tahun 2006.
Berbagai output yang akan digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan tersebut
adalah:
b) Laporan Neraca.
Dalam sistem akuntansi keuangan daerah, terdapat tiga metode pencatatan, yaitu Single
entry, Double entry dan Triple entry. Saat ini, metode pencatatan single entry sudah makin
ditinggalkan walaupun ada beberapa area Pemda yang masih menggunakannya. Hal terserbut
terjadi karena metode single entry memiliki beberapa kelemahan seperti tidak mampu
mencerminkan performa secara riil dan tidak mampu memberikan informasi yang lebih
komprehensif. Oleh karena itu, metode double entry diciptakan untuk menutup sela kelemahan
a. Single Entry.
Dari sekian banyaknya sistem pencatatan buku, salah satunya adalah pencatatan buku
tunggal atau single entry. Pencatatan transaksi ekonomi yang dilakukan dalam sistem ini
hanya dilakukan sebanyak satu kali saja. Transaksi tersebut akan mengakibatkan adanya
pemasukan kas yang akan diinput dalam kolom penerimaan, sedangkan pengurangan kas
akan diinput dalam kolom pengeluaran. Beberapa kelebihan yang ada pada sistem single
entry ini adalah lebih mudah dipahami dan juga lebih sederhana. Namun, sistem ini
masih kurang bagus untuk disajikan dalam bentuk laporan karena Anda akan kesulitan
b. Double Entry.
Pada prinsipnya, metode pencatatan double entry masih sama dengan metode
keuangan daerah. Rumus persamaan dasar tersebut adalah “belanja + aset = kewajiban
+ ekuitas + pendapatan”. Selain itu, pencatatan yang dilakukan dengan metode double
entry juga akan memanfaatkan basis kas modifikasi. Artinya, pencatatan akuntansi hanya
dilakukan pada pencatatan yang hanya berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran
kas, sedangkan pencatatan yang berasal dari luar penerimaan dan pengeluaran kas akan
c. Triple Entry.
Metode pencatatan Triple entry adalah metode yang dikembangkan dari Double
entry. Prinsipnya pun hampir sama dengan double entry yaitu adanya tambahan
pencatatan pada buku anggaran. Sederhananya, ketika pencatatan double entry sedang
dilakukan, maka metode triple entry akan melakukan pencatatan yang dilakukan oleh
7. Karakteristik SAPD.
SAPD memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan Sistem Akuntansi Pemerintah
a) Basis Kas, SAPD menggunakan basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
dan basis akrual untuk neraca. Dengan basis kas, pendapatan diakui dan dicatat pada
saat diterimanya kas oleh rekening Kas Daerah serta belanja diakui dan dicatat pada
saat dikeluarkannya kas dari Rekening Kas Daerah. Hal tersebut tentu saja sangat
terbatas, karena informasi yang dihasilkan hanya berupa kas yang terdiri dari
informasi kas masuk, kas keluar, dan saldo kas. Aset, Liability, dan Ekuitas Dana
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau kondisi
awalnya digunakan sebagai dasar pembukuan dengan alasan utama demi kemudahan
(double entry system) didasarkan atas persamaan dasar akuntansi, yaitu: Asset =
Liability + Equity. Setiap transaksi dibukukan dengan mendebit suatu perkiraan dan
mengkredit perkiraan yang lain. Double entry system tidak memungkinkan terjadinya
kesalahan pencatatan atau selisih kecuali ada faktor dari kesalahan manusia dan salah
Sistem akuntansi pemerintah daerah biasanya akan dilakukan oleh dua subsistem, yaitu:
Sistem Pemerintah Akuntansi Daerah akan menjadi tanggung jawab para Pejabat
Penatausahaan Keuangan Daerah (PPKD), yang memiliki tugas dalam hal mencatat
berbagai transaksi yang dilakukan di level pemerintahan daerah, seperti pendapatan dana
Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah akan menjadi tanggung jawab para
lingkungan satuan kerja harus dicatat dan dilaporkan pada Bendahara Umum Daerah
(BUD). Pencatatan atas berbagai transaksi yang ada di lingkungan satuan kerja tersebut
sangat harus dilakukan, di dalamnya meliputi pencatatan atas pendapatan, belanja, asset,
dan hal lainnya selain kas. Berbagai proses tersebut dilaksanakan oleh para Pejabat
Komponen laporan keuangan yang harus dibuat oleh SKPD menurut Peraturan
Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.
Pada umumnya, siklus akuntansi keuangan daerah masih sama dengan siklus akuntansi pada
umumnya, yang membedakan hanya pada tahapan atau alurnya saja. Pada sistem akuntansi
keuangan daerah, laporan perhitungan APBD dibuat jika penyusunan neraca saldo setelah
pengesuaian (NSSP) telah dilakukan. Namun, agar bisa lebih memudahkan pembuatan laporan,
maka setelah NSSP berhasil dibuat, maka akan ditutup dengan jurnal penutup agar selanjutnya
bisa langsung dibuatkan laporan arus kas, Perubahan Modal (R/K Pemda) dan Neraca. Berbagai
catatan transaksi yang terjadi di dalamnya tentu harus disertakan dengan berbagai dokumen dan
bukti transaksi yang sah agar nantinya bisa diinput ke dalam junal dan buku besar pembantu.
Selanjutnya, bukti transaksi tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu Bukti
Pengeluaran, Bukti Penerimaan Kas, dan Bukti Memorial yang kemudian akan diinput ke jurnal
umum. Tentunya setiap pencatatan transaksi harus disertakan dengan berbagai dokumen dan
bukti transaksi yang valid untuk kemudian bisa diinput ke dalam jurnal dan buku besar
pembantu. Bukti transaksi dibagin menjadi tiga bagian, yaitu Bukti Penerimaan Kas, Bukti
Pengeluaran Kas dan Bukti Memorial yang kemudian dimasukkan ke Jurnal Umum. Berdasarkan
Permendagri No. 12 tahun 2006, ada empat proses yang tersedia dalam sistem akuntansi
pemerintah daerah, yaitu akuntansi pengeluraran kas, selain kas, penerimaan kas, dan aset.
Seluruh proses pencatatan dan pelaporan keuangan serta hal lainnya yang berkaitan dengan