DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ( APBN) merupakan rencana pengeluaran dan penerimaan
negara untuk tahun mendatang yang dihubungkan dengan rencana dan proyek jangka panjang. Dalam
Undang-undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan meliputi masa satu tahun.
Memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Prinsip penyusunan APBN : dari situs resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Kebudayaan terdapat beberapa prinsip dalam penyusunan APBN, yaitu:
1. Berdasarkan aspek pendapatan ,Terdapat tiga prinsip, yaitu:
a. Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.
b. Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
c. Penuntutan ganti rugi atas keraguan yang diderita negara dan penuntutan denda.
2. Berdasarkan aspek pengeluaran, terbagi menjadi tiga prinsip, yaitu:
a. Hemat, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan.
b. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana kegiatan Semaksimal mungkin.
c. Menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan memperhatikan potensi nasional.
3. Berdasarkan asas Terbagi menjadi 3 asas sebagai berikut:
a. asas kemandirian, berarti pembiayaan didasarkan pada kemampuan negara yang
dilengkapi dengan pinjaman luar negeri sebagai tambahan.
b. asas penajaman atau pendalaman prioritas dalam pembangunan berarti APBN harus
mendahulukan pembiayaan yang bermanfaat.
c. asas penghematan, menuntut APBN agar dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas.
1. proses pembicaraan dan proses penyampaian, Proses pembicaraan antara pemerintah dan
DPR berlangsung dari bulan Februari hingga Agustus.
2. proses penyampaian, pengkajian, dan pengesahan APBN dilakukan dari bulan Agustus
sampai Desember.
1. perancangan RAPBN (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) oleh pemerintah di
bulan Januari hingga Maret.
2. RAPBN kemudian diajukan dari pemerintah pusat kepada DPR di bulan April hingga Mei.
3. DPR baru meninjau rancangan tersebut dari bulan Juli sampai Agustus.
4. Putusan RAPBN menjadi APBN atau penggunaan APBN tahun sebelumnya dilakukan dari bulan
Agustus sampai Desember.
Pelaksanaan APBN diatur dalam Undang-Undang No. 45 Tahun 2013 tentang tata cara pelaksanaan
APBN agar APBN dapat berjalan dengan baik dan bertanggung jawab.
Dalam pelaksanaannya, terdapat pengawasan APBN yang bersifat internal maupun eksternal.
Pengawasan internal diterapkan oleh satuan pengawas dari kelompok yang diawasi. Sementara itu,
pengawasan eksternal dilakukan dengan pemeriksaan oleh BPH (Badan Pemeriksa Keuangan).
Perencanaan dan penyusunan APBD diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang
pengelolaan keuangan daerah.
1. dimulai dari susunan RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) yang
dilakukan oleh pemerintah daerah.
2. RAPBD diajukan kepada DPRD.
3. RAPBD baru dibahas oleh DPRD dan Tim Anggaran Eksekutif.
4. Terakhir, RAPBD yang sudah disetujui akan disahkan menjadi APBD dan dilaksanakan oleh
pemerintah.
1. Partisipasi masyarakat, berarti masyarakat harus terlibat dalam penyusunan APBD dengan
harapan APBD dapat disusun dengan tepat dan sesuai target.
2. Transparansi dan akuntabilitas, merujuk kepada APBD yang harus bersifat transparan dan
dapat diakses oleh masyarakat agar dapat menghindari penyelewengan RAPBD.
3. Disiplin anggaran, berarti pendapatan yang direncanakan dalam APBD harus bersifat rasional
dan memiliki batas anggaran belanja.
4. Efisiensi dan efektivitas, Efisiensi dan efektivitas merujuk pada penggunaan anggaran yang
harus optimal dan dapat meningkatkan pelayanan serta kesejahteraan masyarakat.
5. Taat asas dan hukum, berarti penyusunan APBD harus taat dan tidak bertentangan dengan
hukum yang berlaku.
Setelah APBD selesai dirancang dan diresmikan, dimulailah pelaksanaan APBD. Pelaksana APBD
adalah pemerintah daerah yang menetapkan RASK (Rencana Anggaran Satuan Kerja) berdasarkan
APBD yang sudah disahkan menjadi DASK (Dokumen Anggaran Satuan Kerja). DASK kemudian
menjadi pedoman dasar pelaksanaan seluruh anggaran.
Siklus Penyusunan APBN
No Uraian Waktu
1. Arah Kebijakan dan Prioritas Januari
Pembangunan Nasional (Konsep Kebijakan
RAPBN)
2. Review Baseline Penyusunan dan Febuari-Maret
Penetapan
3. Penyampaian KEM dan PPKF ke DPR Mei
penetapan RKP
4. Penetapan Pagu Anggaran Juni
5. Penyampaian RUU APBN dari nota Agustus
keuangan
6. Penetapan RUU APBN di DPR Oktober
7. Penetapan Perpres rincian APBN November
8. Pentepan DIPA Desember
9. Pelaksanaan Anggaran. Mulai 1 Januari
Siklus Penyusunan APBD
No Uraian Waktu1
1. Penyusunan RKPD Akhir Mei
2. Penyampaian KUA dan PPAS oleh ketua Minggu 1 Bulan Juni
TAPD kepada kepala Daerah
3. Penyampaian KUA oleh kepala Daerah Pertengahan Bulan Juni
kepada DPRD
4. KUA dan PPAS disepakati Oleh kepala Akhir bulan Juli
Daerah dan DPR
5. Surat edaran kepala perihal pedoman Awal bulan Agustus
RKA-SKPD Daerah
6. Penyusunan dan pembahasan RKA-SKPD Awal Agustus sampai
dan RKA-PPKD serta penyusunan dengan akhir September.
rancangan APBD
7. Penyampaian Rancangan APBD kepada Minggu pertama bulan
DPRD oktober
8. Pengambilan persetujuan bersama DPRD Paling lama 1 bulan
dan kepala daerah sebelum tahun anggaran
bersangkutan
9. Hasil evaluasi rancangan APBD 15 hari kerja (bulan
desember)
10 Penetapan perda APBD dan perkada Paling lambat akhir
penjabaran APBD sesuai dengan hasil desember (31 desember)
Evaluasi.
Kebijakan fiskal atau yang biasa juga disebut kebijakan anggaran adalah suatu kebijakan
ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal pemasukan dan pengeluaran pendapatan negara
dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara.
Melalui APBN Tahun 2020 yang telah ditetapkan oleh DPR RI pada Rapat Paripurna tanggal 24
September 2019, kebijakan fiskal/kebijakan anggaran akan diarahkan untuk mendukung akselerasi daya
saing melalui inovasi dan penguatan kualitas sumber daya manusia. Berbagai kebijakan di bidang
pendidikan dan kesehatan akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar siap
berkompetisi dan beradaptasi dengan kemajuan industri dan teknologi. Di sisi lain, Pemerintah akan
melanjutkan pembangunan infrastruktur yang semakin merata, mengalokasikan sumber daya ekonomi
dengan lebih efisien dan efektif, serta mendorong birokrasi yang efektif, melayani, dan bebas korupsi.
Dalam rangka memberikan edukasi kepada masyarakat agar dapat mengawal setiap rupiah yang
ada di dalam APBN, sudah semestinya publik mendapatkan informasi yang jelas dan mudah dimengerti
atas berbagai kebijakan yang akan dijalankan Pemerintah melalui APBN. Dengan demikian, rasa
memiliki yang tinggi terhadap APBN akan tertanam pada masyarakat sehingga menjadi bagian dari
Pemerintah dalam mengawasi setiap rupiah yang dibelanjakan, sehingga dapat dirasakan manfaatnya
secara maksimal oleh seluruh rakyat Indonesia.
Dalam rangka mendukung peningkatan sumber daya manusia dan daya saing, yaitu :
Peningkatan penerimaan Kepabeanan dan Cukai melalui penguatan pengawasan dan instrumen
tarif.
Kebijakan :
Penyesuaian tarif Cukai Hasil Tembakau dan pemberantasan pita cukai ilegal
Ekstensifikasi barang kena cukai baru (a.l. kantong plastik)
Penerapan fleksibilitas earmarking pada pungutan cukai
Melanjutkan program pemberantasan penyelundupan dan penertiban barang kena cukai ilegal
Melanjutkan kebijakan penertiban importir, eksportir dan cukai berisiko tinggi
Penyempurnaan implementasi Sistem Kepatuhan Pengguna Jasa (SKPJ)
Pengembangan/perluasan fasilitas kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) untuk industri
kecil dan menengah (IKM)
PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)
Peranan PNBP sektor Nonmigas terus diperkuat disertai peningkatan layanan kepada masyarakat.
Pengelolaan dan Pemanfaatan SDA yang Optimal, Efektif dan Efisien
Penyempurnaan regulasi dan kontrak
Efisiensi kegiatan
Peningkatan kepatuhan dan intensifikasi pengawasan
Anggaran Pendidikan
Diarahkan untuk perluasan akses pendidikan, peningkatan skill SDM, dan keberlanjutan
pendanaan pendidikan.
Kebijakannya yaitu :
Perluasan akses pendidikan dari usia dini sampai dengan pendidikan tinggi
Melanjutkan bantuan pendidikan melalui
KIP dan BOS - KIP Kuliah (perluasan/penyempurnaan bidik misi)
Melanjutkan percepatan dan peningkatan kualitas sarpras pendidikan (melalui Kemen PUPR
dan DAK Fisik)
Meningkatkan kualitas dan keterampilan SDM
Pendidikan vokasi --> penguasaan skill, entrepreneurship dan ICT sesuai kebutuhan
industri
Kartu Pra kerja
Mendukung keberlanjutan pendanaan terkait pendidikan melalui investasi Pemerintah :
Dana Abadi Pendidikan
Dana Abadi Penelitian
Dana Abadi Perguruan Tinggi
Dana Abadi Kebudayaan
Kartu Indonesia Pintar Kuliah, kartu ini mendukung kelanjutan pendidikan pada
masyarakat miskin ke jenjang yang lebih tinggi. Kartu ini diarahkan untuk perluasan akses
pendidikan, peningkatan skill SDM, dan keberlanjutan pendanaan pendidikan. KIP Kuliah
ditujukan untuk memberikan kesempatan yang lebih luas bagi lulusan SMA tidak mampu
untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi.
Kartu Sembako, mendukung penguatan perlindungan masyarakat miskin akan akses
pangan. Tujuannya antara lain yaitu, mengurangi beban pengeluaran keluarga miskin dalam
memenuhi kebutuhan pangan, meningkatkan ketepatan sasaran, memberikan pilihan dan
kendali dalam memenuhi kebutuhan pangan , memberikan akses keluarga miskin terhadap
bahan pokok dengan kandungan gizi yang diperlukan, sehingga akan memiliki pengaruh
terhadap penurunan stunting.
Kartu Pra Kerja, merupakan kartu yang diberikan kepada pencari kerja atau pekerja untuk
mendapatkan layanan pelatihan vokasi (skilling dan re-skilling) dan/atau sertifikasi
kompetensi kerja. Kartu ini untuk peningkatan produktivitas bagi pencari kerja.
Pengembangan destinasi wisata Danau Toba, Borobudur, Labuan Bajo, Mandalika, dan Likupang
dengan sinergi lintas K/L dan Pemda.
Mendukung penurunan defisit neraca transaksi berjalan baik dalam jangka panjang maupun
pendek.
Pemanfaatan hasil investasi dana abadi antara lain untuk pemajuan kebudayaan nasional dan
peningkatan kualitas perguruan tinggi, melalui :
Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang
telah diajukan, merupakan perwujudan dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2020
yang dijabarkan dalam Kebijakan Umum APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang
telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dengan DPRD.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi Jawa Barat dan Gubernur Jawa Barat telah menetapkan
Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Jawa Barat tahun anggaran 2020.
Dalam APBD provinsi Jawa Barat tahun anggaran 2020, anggaran pendapatan dan belanja daerahnya
berjumlah Rp 46.095.261.227.603,00, dengan rincian sebagai berikut :
Ketika dalam keadaan darurat, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum
tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, dan/atau disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. Keadaan darurat yang
dimaksud adalah keadaan yang memenuhi kriteria berikut :
Bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas Pemerintah Daerah dan tidak dapat
diprediksikan sebelumnya
Tidak diharapkan terjadi secara berulang
Berada di luar kendali dan pengaruh Pemerintah Daerah
Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang
disebabkan oleh keadaan darurat
Analisis Kebijakan Anggaran dalam APBD Kota Bogor
Dengan persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kota Bogor dan Walikota Bogor
telah menetapkan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tahun anggaran
2020.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2020 sebagai berikut :
Pendapatan : Rp 2.434.344.617.189,00
Pendapatan Daerah ini terdiri dari :
Pendapatan Asli Daerah sejumlah : Rp1.083.412.298.220,00
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Dana Perimbangan sejumlah : Rp1.054.615.992.000,00
Dana Bagi Hasil
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah sejumlah : Rp296.316.326.969,00
Hibah
Dana Bagi Hasil Pajak
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Belanja : Rp 2.604.493.955.763,00
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud yaitu terdiri dari :
Belanja Tidak Langsung sejumlah : Rp1.278.245.715.100,00
Belanja Tidak Langsung sebagaimana dimaksud diatas yaitu terdiri dari jenis belanja
sebagai berikut :
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan
Desa
Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung sejumlah : Rp1.326.248.240.663,00
Belanja Langsung sebagaimana yang dimaksud diatas terdiri dari jenis belanja sebagai
berikut :
Belanja Pegawai
Belanja Barang dan Jasa
Belanja Modal
Pembiayaan Daerah
Penerimaan Pembiayaan Daerah sejumlah : Rp345.805.535.434,00
Pembiayaan diatas terdiri dari jenis pembiayaan :
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran tahun anggaran sebelumnya
Penerimaan Pinjaman Daerah
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Penerimaan Piutang Daerah
Pengeluaran Pembiayaan Daerah sejumlah : Rp175.656.196.860,00
Pengeluaran yang dimaksud diatas terdiri dari jenis pembiayaan :
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
Pembayaran Pokok Utang
Lalu ketika dalam keadaan darurat, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang
belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Keadaan darurat yang dimaksud yaitu paling
sedikit memenuhi kriteria sebagai berikut :
bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas Pemerintah Daerah dan tidak dapat
diprediksikan sebelumnya
tidak diharapkan terjadi secara berulang
berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah daerah
memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang
disebabkan oleh keadaan darurat
Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya dapat menggunakan belanja tidak
terduga. Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara berikut ini :
menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target kinerja program dan kegiatan
lainnya dalam tahun anggaran berjalan
memanfaatkan uang kas yang tersedia dari selisih lebih realisasi pendapatan atau selisih lebih
realisasi penerimaan pembiayaan sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kriteria belanja untuk keperluan mendesak yaitu mencakup hal berikut ini :
program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang anggarannya belum tersedia dalam tahun
anggaran berjalan
keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda akan menimbulkan kerugian yang lebih besar
bagi pemerintah daerah dan masyarakat.
Penjadwalan ulang pencapaian target kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun
anggaran berjalan diformulasikan terlebih dahulu dalam DPPA-SKPD. Pendanaan keadaan darurat
diformulasikan terlebih dahulu dalam RKA-SKPD, kecuali untuk kebutuhan tanggap darurat bencana.
Dalam hal keadaan darurat terjadi setelah ditetapkannya Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, dan
pengeluaran tersebut disampaikan dalam laporan realisasi anggaran.