ANGGARAN PEMERINTAHAN
Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Akutansi Sektor Publik
Kelompok 4
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala.
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“ANGGARAN PEMERINTAHAN” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis
berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai
kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah
ini. Kepada dosen pengampu kami, Ibu Dr. Taufeni Taufik., S.E., M.Si., Ak., CA ,
dan juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai
hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN...............................................................................................................1
C. RUMUSAN MASALAH......................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN...............................................................................................3
C. SIKLUS APBN/D.................................................................................................5
D. PERENCANAAN APBN/D...............................................................................13
G. SUMBER APBN/D.............................................................................................16
BAB 3 PENUTUP......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
1
C. RUMUSAN MASALAH
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Meningkatkan lapangan kerja dengan adanya pembangunan proyek negara
dan investasi negara. Sehingga akan mampu membuka lapangan kerja yang
baru dan mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.
4
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 84 TAHUN 2022 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN
ANGGARAN 2023 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003
a. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan dengan peraturan
daerah. 2. Pedoman Penyusunan APBD adalah pokok kebijakan sebagai
petunjuk dan arah bagi pemerintahan daerah dalam penyusunan,
pembahasan dan penetapan APBD. 3. Pemerintah Daerah adalah kepala
daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
otonom. Pasal 2 (1) Ruang lingkup Pedoman Penyusunan APBD Tahun
Anggaran 2023, meliputi: a. sinkronisasi kebijakan Pemerintah Daerah
dengan kebijakan pemerintah pusat; b. prinsip penyusunan APBD; c.
kebijakan penyusunan APBD; d. teknis penyusunan APBD; dan e. hal
khusus lainnya. (2) Ruang lingkup Pedoman Penyusunan APBD Tahun
Anggaran 2023 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini. Pasal 3 (1) Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2023 berdasarkan
kebijakan umum anggaran dan prioritas serta plafon anggaran sementara
berupa target dan kinerja program, kegiatan dan sub kegiatan yang
tercantum dalam rencana kerja Pemerintah Daerah. (2) Penyusunan APBD
Tahun Anggaran 2023 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui sistem informasi pemerintahan daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. - 3 - Pasal 4 (1) APBD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) merupakan satu kesatuan yang terdiri atas
pendapatan, belanja dan pembiayaan. (2) APBD sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disusun berdasarkan klasifikasi, kodefikasi, dan nomenklatur
sesuai urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan dan sub
5
kegiatan yang diuraikan masing-masing ke dalam akun pendapatan, belanja
dan pembiayaan serta dijabarkan ke dalam kelompok, jenis, objek, rincian
objek, sub rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan yang diatur
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 5
Pemerintah Daerah dalam menyusun APBD Tahun Anggaran 2023
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, memprioritaskan alokasi anggaran
yang memadai untuk mendukung pemulihan ekonomi dan penanganan
pandemi Corona Virus Disease 2019 dan dampaknya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. SIKLUS APBN/D
1. Siklus APBN
Siklus adalah putaran waktu yang berisi rangkaian kegiatan secara
berulang dengan tetap dan teratur. Oleh karena itu, Siklus APBN dapat diartikan
sebagai rangkaian kegiatan yang berawal dari perencanaan dan penganggaran
sampai dengan pertanggungjawaban APBN yang berulang dengan tetap dan
teratur setiap tahun anggaran. Secara ringkas, penggambaran siklus APBN
disajikan pada gambar berikut
6
1. Perencanaan dan Penganggaran APBN
7
2. Penetapan/Persetujuan APBN
3. Pelaksanaan APBN
Jika tahapan kegiatan ke-1 dan ke-2 dilaksanakan pada APBN tahun
sebelumnya, kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari – 31
Desember pada tahun berjalan (APBN t). Dengan kata lain, pelaksanaan tahun
anggaran 2023 akan dilaksanakan mulai 1 Januari 2023 – 31 Desember
2023.Kegiatan pelaksanaan APBN dilakukan oleh pemerintah dalam hal ini
kementerian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan konsep Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) berdasarkan Keppres mengenai rincian APBN dan
menyampaikannya ke Kementerian Keuangan untuk disahkan. DIPA adalah alat
untuk melaksanakan APBN. Berdasarkan DIPA inilah para pengelola anggaran K/L
(Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, dan Pembantu Pengguna
Anggaran) melaksanakan berbagai macam kegiatan sesuai tugas dan fungsi
instansinya.
8
5. Pemeriksaan dan Pertanggungjawaban APBN
2. Siklus APBD
Menurut buku panduan tentang Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah
Daerah di Indonesia, yang diterbitkan oleh Yayasan Asia (the Asia Foundation) dari
Bank Pembangunan Asia (ADB) proses/siklus anggaran pemerintah daerah
berlangsung selama 2½ (dua setengah) tahun dengan urutan sebagai berikut:
a. Penyusunan dan Penetapan Anggaran (1 tahun sebelum tahun anggaran
berkenaan)
Tahapan penyusunan anggaran terdiri dari pengumpulan aspirasi
masyarakat melalui forum pertemuan komunitas Musyawarah Rencana
Pembangunan (Musrenbang), proses penyusunan kegiatan oleh satuan kerja
perangkat daerah (dinas, instansi) sampai dengan penyiapan draft usulan APBD
diserahkan oleh kepala daerah (pihak eksekutif) kepada DPRD (pihak legislatif)
untu dibahas dan disetujui bersama.
Dalam proses penyusunan anggaran yang memerlukan waktu beberapa
bulan, Tim Anggaran Eksekutif yang beranggotakan unsur-unsur dari Sekretariat
Daerah, BAPPEDA dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) mempunyai
fungsi dan peranan yang sangat penting.. Walaupun masyarakat dimintai
pendapatnya dalam proses penentuan prioritas program namun pada akhirnya
9
proses penyusunan program dilakukan secara tertutup di masing-masing satuan
kerja (SKPD).
Penetapan anggaran merupakan tahapan yang dimulai ketika pihak
eksekutif menyerahkan usulan anggaran kepada pihak legislatif. Pada umumnya
proses ini ditandai dengan pidato dari kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan
anggota DPRD. Selanjutnya DPRD akan melakukan pembahasan untuk beberapa
waktu.
Selama masa pembahasan akan terjadi diskusi antara pihak Panitia
Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif dimana pada kesempatan ini
pihak legislatif berkesempatan untuk menanyakan dasar-dasar kebijakan eksekutif
dalam membahas usulan anggaran tersebut.
D. PERENCANAAN APBN/D
10
Dalam penyusunan rancangan APBN dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Penyampaian Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal
Pemerintah Pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan
kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada Dewan Perwakilan
Rakyat selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan.
Pemerintah Pusat dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka
ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal yang diajukan oleh
Pemerintah Pusat dalam pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun
anggaran berikutnya.
Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,
Pemerintah Pusat bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan
umum dan prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian
negara/lembaga dalam penyusunan usulan anggaran.
11
3. Pengajuan Rancangan Undang-Undang tentang APBN dan Persetujuan
DPR
Pemerintah pusat mengajukan Rancangan Undang-undang tentang APBN
untuk tahun anggaran yang akan datang, disertai nota keuangan dan dokumen-
dokumen pendukungnya kepada DPR pada bulan Agustus tahun sebelumnya.
Pembahasan Rancangan Undang-undang tentang APBN tersebut dilakukan
sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPR.
DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan
dan pengeluaran dalam Rancangan Undang-undang tentang APBN sepanjang
perubahan Rancangan Undang-undang tentang APBN yang diusulkan oleh DPR
tersebut tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.
Pengambilan keputusan oleh Dewan mengenai Rancangan Undang-undang
tentang APBN dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui oleh DPR
tersebut terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan
jenis belanja.
Apabila DPR tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tentang APBN,
maka Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar
angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman
bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
12
3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi mengandung arti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara flan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
Sejak Orde Baru mulai membangun, APBN kita disusun atas 3 prinsip :
prinsip anggaran berimbang (balance budget), prinsip anggran dinamis dan prinsip
anggran fungsional. Masing-masing prinsip ini dapat diukur dengan cara
perhitungantertentu. Namun sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggran
berimbang dalam penyusunan APBN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
13
a. Anggaran dinamis absolut, yaitu peningkatan jumlah tabungan pemerintah
dari tahun ke tahun sehingga kemampuan menggalisumber dalam negeri
bagi pembiayaan pembangunan dapat tercapai.
b. Anggaran dinamis relatif, yaitu semakin kecilnya persentase
ketergantungan pembiayaan terhadap pinjaman luar negeri.
3. Prinsip fungsional, yaitu pinjaman luar negeri hanya untuk membiayai
pengeluaran pembangunan, bukan untuk membiayai pengeluaran rutin. Prinsip
ini sesuai dengan asas “bantuan Luar Negeri hanya sebagai pelengkap” dalam
pembiayaan pembangunan. Artinya semakin kecil sumbangan
bantuan/pinjaman Luar Negeri terhadap pembiayaan anggran pembangunan,
maka semakin besar fungsionalitas anggaran.
14
3) Mempedomani Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon
Anggrana Sementara (PPAS)
4) Tepat waktu, sesuai dengan tahapan dan jadwal yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan
5) Dilakukan secara tertib, efisisen, ekonomis, efektis, transparan, partisispatif
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan, kepatutan,
manfaat untuk masyarakat dan taat pada ektentuan peraturan perundang-
undangan
G. SUMBER APBN/D
1. Sumber APBN
Dibawah ini kelompok rincian penerimaan (pendapatan) dan kelompok
rincian pengeluaran (belanja) negara.
a. Sumber Penerimaan
Sumber penerimaan Pendapatan Negara adalah semua penerimaan
Negara yang berasal dari penerimaan perpajakan, penerimaan Negara bukan
pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar negeri.
1) Penerimaan Dalam Negeri
Penerimaan dalam negeri adalah semua penerimaan yang diterima
negara dalam bentuk Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Bukan
Pajak. Secara lebih rinci sebagai berikut :
15
Penerimaan perpajakan adalah semua penerimaan yang terdiri dari
pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional.
Penerimaan Pajak Dalam Negeri berasal dari Pajak penghasilan
(Migas dan Non Migas), Pajak pertambahan Nilai, Pajak Bumi dan
Bangunan, BPHTB ( Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan), Cukai dan Pajak lainnya. Sedangkan Pajak
Perdagangan Internasional berasal dari Bea masuk dan
Pajak/pungutan ekspor.
Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah semua penerimaan yang
diterima Negara dalam bentuk penerimaan dari sumber daya alam,
bagian pemerintah atas laba badan usaha milik Negara, dan
penerimaan Negara bukan pajak lainnya, yang
meliputi :Penerimaan SDA (Migas dan Non Migas), Bagian Laba
BUMN , dan PNBP lainnya.
2) Hibah
Penerimaan hibah adalah semua penerimaan Negara yang berasal
dari sumbangan swasta dalam negeri, dan sumbangan lembaga swasta dan
pemerintah luar negeri termasuk lembaga Internasional. Penerimaan
Hibah ini tidak perlu dikembalikan. Hibah meliputi pemberian untuk
proyek khusus dan untuk mendukung anggaran secara umum. Hibah
dalam bentuk peralatan, barang, dan bantuan teknis, misalnya biasanya
tidak dimasukkan dalam anggaran tetapi dicatat dalam item
memorandum.
16
Belanja pemerintah Pusat ini meliputi Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Belanja Modal, Pembayaran Bunga Utang, Subsidi, Belanja
Hibah, Bantuan Sosial dan Belanja Lain-lain.Dari keseluruhan anggaran
belanja pemerintah pusat, dialokasikan kepada sekitar 53
kementerian/lembaga. Dari sejumlah kementerian/lembaga tersebut,
prioritas pertama adalah Kementerian Pertahanan dan Keamanan, kedua
Pendidikan, ketiga Prasarana Wilayah, keempat Kepolisian, dan kelima
Kesehatan, sesuai dengan prioritas kebijakan pembangunan nasional.
2) Belanja Daerah
Belanja untuk daerah adalah semua pengeluaran Negara untuk
membiayai dana perimbangan, serta dana otonomi khusus dan dana
penyesuaian.
Dana perimbangan adalah semua pengeluaran Negara yang
dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang terdiri atas dana bagi
hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus, sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Dana bagi hasil (DBH) adalah bagian daerah atas penerimaan pajak
bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan
penerimaan sumber daya alam.
Dana alokasi umum (DAU) adalah semua pengeluaran Negara yang
dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah.
Dana alokasi khusus (DAK) adalah semua pengeluaran Negara yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan
khusus.
Dana otonomi khusus dan dana penyesuaian adalah dana yang
dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu
17
daerah, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 18
Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa
Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan Undang-
undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Provinsi Papua, serta untuk penyesuaian kekurangan dana alokasi
umum untuk beberapa daerah.
2. Sumber APBD
Dibawah ini kelompok rincian penerimaan (pendapatan) dan kelompok
rincian pengeluaran (belanja) negara.
a. Penerimaan Daerah
Penerimaan daerah dikelompokkan menjadi:
1) Pendapatan asli daerah, terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah,hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, seperti laba atas
penyertaan modal pada perusahaan BUMN dan perusahaan swasta
atau kelompok usaha masyarakat.
2) Pendapatan transfer, meliputi atas :
Transfer Pemerintah Pusat
Transfer antar daerah
3) Lain Pendapatan daerah yang sah, seperti hibah dan dana darurat
b. Pengeluaran daerah
Menurut jenisnya, belanja daerah diklasifikasi sebagai berikut:
1) Belanja operasi, terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa,
belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan social
2) Belanja modal, terdiri dari belanja tanah, benja peralatan dan mesin,
belanja bangunan dan gedung, belanja jalan, belanja irigasi dan jaringan,
belanja aset tetap lainnya.
3) Belanja tidak terduga, terdiri dari, belanja transfer, belanja bagi hasil,
belanja bantuan keuangan.
18
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anggaran adalah perencanaan yang rinci untuk masa depan yang dinyatakan
secara kuantitatif dan lebih spesifik memperlihatkan bagaimana sumber daya didapat
dan digunakan pada periode tertentu dengan mengidentifikasi tujuan dan tindakan
yang diperlukan untuk mencapainya. Anggaran bagi sebuah organisasi sektor publik
seperti pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting. Pentingnya anggaran
bagi organisasi sektor publik karena beberapa alasan yakni pertama anggaran
merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi,
menjamin kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kedua
anggaran diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tak
terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas. Ketiga
anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab
terhadap rakyat. Dalam hal ini anggaran merupakan instrumen pelaksanaan
akuntabilitas publik oleh lembaga-lembaga yang ada.
19
DAFTAR PUSTAKA
20