B. Unsur APBN
Mengacu pada Pasal 23 Ayat 1 UUD 1945 (Perubahan), terdapat lima unsur dari APBN,
yaitu:
APBN sebagai pengelolaan keuangan negara
APBN ditetapkan setiap tahun dan berlaku satu tahun
APBN ditetapkan dengan undang-undang
APBN dilaksanakan secara terbuka dan bertanggungjawab
APBN ditujukan untuk kemakmuran rakyat
Sumber APBN adalah rakyat, sehingga keberadaannya harus dilakukan dalam sebuah
undang-undang.
Dalam penetapan dan pengesahan APBN dilakukan bersama-sama dengan DPR. DPR
merupakan lembaga yang mempresentasi rakyat (kedaulatan).
APBN merupakan suatu rangkaian dari perencanaan, pelaksanaan, dan realisasi.
Sehingga penetapannya dengan undang-undang.
C. Komponen APBN
APBN terdiri dari 3 komponen utama, yaitu pendapatan negara, belanja negara, dan
pembiayaan negara.
1. Pendapatan Negara
Pendapatan negara bisa didapat melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan
bukan pajak. Mari kita ulas mulai dari penerimaan negara melalui penerimaan
perpajakan terlebih dahulu. Penerimaan perpajakan untuk APBN bisa melalui
kepabean & cukai, penerimaan pajak, dan hibah. Selain melalui penerimaan
perpajakan, pendapatan negara juga didapatkan melalui penerimaan negara bukan
pajak.
2. Belanja Negara
Belanja negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
Kebutuhan penyelenggaraan negara.
Risiko bencana alam dan dampak krisi global.
Asumsi dasar makro ekonomi.
Kebijakan pembangunan.
Kondisi akan kebijakan lainnya.
3. Pembiayaan Negara
Pembiayaan negara terbagi menjadi 2 jenis pembiayaan, yakni pembiayaan dalam
negeri dan luar negeri. Pembiayaan dalam negeri meliputi pembiayaan perbankan
dalam negeri dan pembiayaan non perbankan dalam negeri (hasil pengelolaan aset,
pinjaman dalam negeri neto, kewajiban penjaminan, surat berharga negara neto, dan
dana investasi pemerintah). Sedangkan pembiayaan luar negeri meliputi penarikan
pinjaman luar negeri yang terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek,
penerusan pinjaman, dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang terdiri
atas jatuh tempo dan moratorium.
D. Fungsi APBN
Fungsi APBN selalu dikaitkan dengan tiga fungsi yaitu alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Tetapi di Indonesia, berdasarkan Pasal 3 Ayat 4 UU No 17 Tahun 2003, ditegaskan APBN
memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi otoritasi, bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun bersangkutan.
Fungsi perencanaan, bahwa anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi pengawasan, bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Fungsi alokasi, bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya. Efisiensi dan efektivitas perekonomian.
Fungsi distribusi, bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
Fungsi stabilisasi, bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
APBN 2020 sebagai instrumen kebijakan fiskal memainkan peranan strategis dalam
memastikan pencapaian target – target pembangunan yang telah ditetapkan Presiden Jokowi
menuju Indonesia Maju. Sebagai sebuah kebijakan fiskal, APBN 2020 diharapkan dapat
diimplementasikan secara kredibel, efektif efesien serta berkelanjutan, sehingga dapat menjadi
menjadi motor penggerak penjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi domestik.
Rancangan Undang-Undang (RUU) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Tahun 2020 telah resmi disahkan sebagai Undang-Undang (UU) oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) RI, di Gedung DPR RI Jakarta. Setelah disampaikan oleh Presiden pada 16 Agustus 2019,
RUU APBN Tahun 2020 telah dibahas secara intensif antara Pemerintah dan DPR. APBN tahun
2020 diharapkan dapat menjadi instrumen kebijakan pemerintah untuk mencapai visi menjadi
negara yang maju, mandiri, makmur, dan adil dengan tetap mewaspadai berbagai tantangan,
antara lain ketidakpastian global, perubahan demografi, dan transformasi ekonomi yang terjadi
secara masif.
Kebijakan APBN akan diarahkan pada “akselerasi daya saing melalui inovasi dan
penguatan kualitas sumber daya manusia”, mengingat daya saing nasional sangat ditentukan oleh
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Selain itu, APBN tahun 2020 juga diupayakan dapat
menjadi instrumen kesejahteraan dan keadilan rakyat melalui dukungan pendanaan berbagai
program yang akan dilaksanakan.
Arah kebijakan APBN Tahun 2020 tercermin dari berbagai kebijakan di bidang
pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan infrastruktur. Tujuannya adalah agar SDM siap
berkompetisi dan beradaptasi dengan kemajuan industri dan teknologi, mengingat tantangan
ekonomi ke depan semakin kompleks dengan adanya Revolusi Industri 4.0. Berbagai program
yang akan dilaksanakan mencakup:
Bidang pendidikan, yang akan diarahkan untuk perluasan akses pendidikan/peningkatan
keterampilan dalam bentuk beasiswa/bantuan operasional untuk semua jenjang dari usia
dini sampai dewasa, peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, perbaikan sarana-
prasarana pendidikan, dukungan kegiatan penelitian, serta peningkatan kualitas perguruan
tinggi.
Bidang kesehatan, akan diarahkan untuk peningkatan akses dan layanan kesehatan, dalam
bentuk bantuan iuran bagi rakyat miskin dalam rangka jaminan kesehatan, perluasan
fokus daerah untuk percepatan penurunan stunting, pemberian imunisasi, dan bantuan ibu
melahirkan.
Bidang perlindungan sosial, akan diarahkan untuk mendukung percepatan penurunan
kemiskinan, dalam bentuk pemberian bantuan berbasis keluarga seperti Program
Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan pangan/kartu sembako, dukungan kepada desa
tertinggal melalui dana desa, dukungan kepada petani, nelayan, serta pengusaha kecil dan
mikro.
Bidang infrastruktur, akan diarahkan untuk peningkatan kapasitas produksi dan
mendukung konektivitas, dalam bentuk pembangunan/rehabilitasi jalan/jembatan,
bandara, irigasi, fasilitas air minum, termasuk jaringan telekomunikasi.
Pokok-Pokok Kebijakan dan Besaran APBN tahun 2020 adalah sebagai berikut:
Asumsi Dasar Ekonomi Makro tahun 2020
Pemerintah dan DPR menyepakati Asumsi Dasar Ekonomi Makro tahun 2020, dengan
memperhatikan beberapa hal, seperti: (1) kondisi dan perkembangan perekonomian dunia
terkini serta dampaknya terhadap perekonomian domestik, termasuk potensi dan risiko ke
depan; (2) kebijakan yang akan ditempuh Pemerintah, (3) kondisi goepolitik.
Kebijakan APBN tahun 2020
Dalam mendukung pencapaian prioritas pembangunan nasional dalam hal peningkatan
daya saing dan penguatan kualitas SDM, serta memperhatikan berbagai tantangan ke
depan, beberapa kebijakan strategis yang akan dilakukan pada tahun 2020, antara lain
mencakup:
Pemberian insentif perpajakan dalam rangka mendukung peningkatan sumber
daya manusia dan daya saing untuk kegiatan vokasi dan litbang, serta industri
padat karya.
Peningkatan kualitas SDM dan perlindungan sosial dalam bentuk penguatan
bantuan pendidikan dan peningkatan keterampilan melalui Kartu Indonesia Pintar
(KIP) Kuliah serta Kartu Pra Kerja dengan didukung pemenuhan kebutuhan
pangan melalui kartu sembako.
Pengembangan infrastruktur untuk memacu pertumbuhan ekonomi nasional
dalam jangka menengah dan panjang, serta penyerapan tenaga kerja dan
pengurangan pengangguran.
Penguatan transfer ke daerah dan dana desa untuk pemerataan pembangunan
hingga ke seluruh wilayah nusantara, termasuk dalam penyerapan tenaga kerja.
Penguatan dana abadi di bidang pendidikan untuk meningkatkan SDM, pemajuan
kebudayaan nasional, pengembangan riset nasional, serta peningkatan kualitas
perguruan tinggi nasional untuk menuju world class university.
b. Belanja Negara
Belanja Negara dalam APBN tahun 2020 direncanakan mencapai
Rp2.540,4 triliun, meningkat Rp11,6 triliun dari usulan Pemerintah dalam
RAPBN tahun 2020. Jumlah tersebut terdiri dari Belanja Pemerintah Pusat
sebesar Rp1.683,5 triliun (66,3 persen) dan Transfer ke Daerah dan Dana Desa
(TKDD) sebesar Rp856,9 triliun (33,7 persen). Peningkatan besaran belanja
negara akan diikuti oleh peningkatan kualitas belanja, tidak hanya dalam aspek
efisiensi, namun juga fokus pada program-program yang memiliki multiplier
effect untuk meningkatkan daya saing nasional dan mendukung perekonomian,
dengan memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Alokasi Belanja Pemerintah Pusat sebesar Rp1.683,5 triliun akan
dialokasikan melalui Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp909,6 triliun dan
Belanja Non K/L sebesar Rp773,9 triliun. Belanja Pemerintah Pusat tersebut akan
difokuskan pada beberapa hal strategis, yang mencakup:
Peningkatan kualitas SDM, yang ditujukan untuk menciptakan generasi
inovator yang kreatif dan sehat secara jasmani-rohani, baik dalam bidang
pendidikan maupun kesehatan. Dalam bidang pendidikan akan dilakukan
perluasan akses pendidikan khususnya pendidikan tinggi, peningkatan
skill entrepreneurship, penguasaan ICT, serta dukungan kegiatan
penelitian. Sementara itu, dalam bidang kesehatan akan dilanjutkan
percepatan pengurangan stunting, penguatan promotif preventif, serta
perbaikan program Jaminan Kesehatan Nasional sebagai komitmen
Pemerintah dalam memberikan layanan kesehatan yang berkualitas dalam
jangka panjang.
Penguatan program perlindungan sosial dan pengurangan ketimpangan,
sebagai wujud nyata kehadiran negara dalam melindungi masyarakat
khususnya kelompok masyarakat pendapatan menengah ke bawah dari
risiko sosial dan ekonomi.
Akselerasi pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan kapasitas
produksi dan daya saing investasi dan ekspor.
Perbaikan birokrasi yang efisien, melayani, dan bebas korupsi, melalui
upaya peningkatan produktivitas, integritas dan pelayanan publik, serta
birokrasi yang berbasis kemajuan ICT.
Antisipasi ketidakpastian, yang antara lain mencakup mitigasi risiko
bencana dan penguatan fiskal buffer untuk fleksibilitas dan sustainabilitas.
Komitmen Pemerintah untuk mempercepat pembangunan di daerah
ditunjukkan dengan alokasi anggaran TKDD yang mencapai Rp856,9 triliun,
terdiri atas transfer ke daerah sebesar Rp784,9 triliun dan Dana Desa sebesar
Rp72,0 triliun. Alokasi anggaran tersebut diarahkan untuk mendukung perbaikan
kualitas layanan dasar publik, akselerasi daya saing dan mendorong belanja
produktif yang dapat meningkatkan aset daerah.
Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) tahun 2020 terus ditingkatkan
mencapai Rp427,1 triliun untuk mendukung program pembangunan pemerintah
daerah, termasuk di dalamnya bantuan pendanaan kelurahan, bantuan pendanaan
penyetaraan penghasilan tetap kepala desa/perangkat desa, dan bantuan
pendanaan untuk penggajian pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja (P3K).
Alokasi Dana Transfer Khusus (DTK) juga meningkat cukup signifikan dalam
APBN tahun 2020 mencapai Rp202,5 triliun, selaras dengan kebutuhan daerah
untuk mempercepat pemerataan pembangunan serta mencapai target prioritas
nasional, termasuk untuk perluasan cakupan bidang Dana Alokasi Khusus (DAK)
Fisik, yaitu bidang sosial dan transportasi laut.