Anda di halaman 1dari 3

Sejarah Singkat Berdirinya Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio

Kelas 1 Medan

Pada tanggal 29 Maret 1978 s/d 15 Maret 1983, kabinet pemerintahan Presiden Soeharto
dan Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono membentuk Kabinet Pembangunan III.
Kabinet ini diumumkan secara langsung pada 29 Maret 1978 dan kemudian dilantik secara
langsung pada 31 Maret 1978. Pada periode ini Menteri Perhubungan membawahi 5
Direktorat Jenderal yaitu Direktorat Jenderal Hubungan Darat, Direktorat Jenderal Hubungan
Laut, Direktorat Jenderal Hubungan Udara, Direktorat Jenderal Pariwisata, dan Diretorat
Jenderal Pos Telekomunikasi. Pada tanggal 19 Maret 1983 s/d 22 Maret 1988, kabinet
Pemerintahan Presiden Soeharto dan Umar Wirahadikusumah membentuk Kabinet
Pembangunan IV. Pada periode ini Menteri Perhubungan dibagi menjadi 2 (dua) Departemen
dimana pada saat itu Departemen Perhubungan mempunyai Direktorat Perhubungan Darat,
Direktorat Perhubunga Laut, Direktorat Perhubungan Udara dan mempunyai Kaperwahub
dan Kanwil-Kanwil dan Direktorat Jenderal Pariwisata dan Direktorat Jenderal Pos
Telekomunikasi digabung menjadi satu menjadi Departemen Pariwisata, Pos, dan
Telekomunikasi (Depparpostel) dimana Menterinya dipimpin oleh Letjen Achmad Tahir, dan
Perwakilan di daerah di pimpin oleh Kepala Kantor Wilayah Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi Sumatera Utara dan Aceh yang membawahi Kepala Bagian Tata Usaha,
Kepala Bidang Pariwisata, Kepala Bidang Pos dan Telekomunikasi dan Kepala Bidang
Pengendalian Frekuensi. Kepala Bidang Frekuensi Radio merupakan perpanjangan tangan
Direktorat Jenderal Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi di daerah untuk melakukan tugas
Pengawasan dan Pengendalian Frekuensi Radio di daerah.
Pada tanggal 23 Maret 1988 s/d 17 Maret 1993, kabinet Pemerintahan Presiden Soeharto
dan Wakil Presiden Sudharmono membentuk Kabinet Pembangunan V, pada periode ini
Menteri Pawisata, Pos dan Telekomunikasi dipimpin oleh Soesilo Soedarman. Dan pada masa
Pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Try Sutrisno dibentuk Kabinet
Pembangunan VI dimana Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi dijabat oleh Joop Ave
yang dibentuk pada tanggal 17 Maret 1993 dan diselesaikan pada tanggal 14 Mei 1998. Pada
tanggal 16 Maret 1998 s/d 21 Mei 1998 kabinet pemerintahan Indonesia membentuk Kabinet
Pembangunan VII di masa Pemerintahan Presiden Soeharto dan Wakil Presiden Baharuddin
Jusuf Habibie yang masa jabatannya paling singkat. Masa bakti kabinet ini seharusnya
berakhir pada tahun 2003, namun karena terjadi demonstrasi mahasiswa dan kerusuhan
massal 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang berujung pada
pengunduran diri Soeharto dari jabatannya pada tanggal 21 Mei 1998 dan diangkatnya B.J.
Habibie sebagai pejabat presiden dalam situasi darurat, mengakibatkan kabinet ini menjadi
demisioner. Sebagai penggantinya, pemerintahan Indonesia dilanjutkan oleh Kabinet
Reformasi Pembangunan. Pada tahun 1998, Departemen Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi dibubarkan dimana Pariwisata menjadi dibawah Menteri Pariwisata, Seni,
dan Budaya dan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi kembali ke Departemen
Perhubungan. Pada tahun 1998, Era Reformasi Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
membentuk Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT)
untuk melakukan tugas Pengawasan dan Pengendalian Penggunaan Spekrum Frekuensi
Radio sebagai reinkarnasi dari Bidang Pengendalian Frekuensi Radio pada masa Kantor
Wilayah Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi.
Pada tanggal 23 Mei 1998 s/d tanggal 20 Oktober 1999, kabinet pemerintahan Presiden
ke-3 Republik Indonesia BJ Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet
ini terdiri dari sejumlah Menteri Koordinator, sejumlah Menteri Pimpinan Departemen,
sejumlah Menteri Negara, Sekretaris Negara, dan Jaksa Agung. Pada tanggal 26 Oktober
1999 s/d 09 Agustus 2001, kabinet pemerintahan Indonesia yang dipimpin Presiden
Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Sukarnoputri membentuk Kabinet
Persatuan Indonesia. Ketika Abdurrahman Wahid menjadi Presiden RI pada tahun 1999,
Departemen Penerangan dan Departemen Sosial dibubarkan. Dalam penjelasan yang
diberikan secara terbuka pada sidang paripurna DPR, pada pertengahan November 1999,
Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa pembubaran itu dilakukan semata-mata untuk
efisiensi dan perampingan kabinet pemerintahan, sekaligus dalam rangka implementasi
sepenuhnya UU No. 22/1999 tentang otonomi daerah. Selain itu juga pada tahun tersebut,
Lembaga Sensor Film yang tadinya dikelola oleh Departemen Penerangan dialihkan ke
lingkungan Departemen Pendidikan, yang nantinya setahun kemudian dialihkan kembali ke
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Abdurrahman Wahid pun membentuk Badan Informasi Komunikasi Nasional (BIKN)
sebagai lembaga pengganti Departemen Penerangan (Keppres 153 tahun 1999), dengan
Keapal BIKN setara Eseleon 1a. Dengan ditetapkannya Keputusan Presiden tersebut, seluruh
aset dan personil eks Dep. Penerangan Tingkat Pusat dialihkan kepada Badan Informasi dan
Komunikasi Nasional, kecuali aset dan personil Direktorat Televisi, TVRI Stasiun Pusat
Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Televisi Jakarta, Direktorat Radio, Stasiun Raido
Republik Indonesia Nasional Jakarta, Balai Pendidikan dan Pelatihan Radio Jakarta, Balai
Elekronika dan Laboratorium Radio Jakarta, dan Maintenance Center Jakarta. Dalam rangka
pelaksanaan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, eks instansi
vertikal Dep. Penerangan termasuk seluruh aset dan personilnya dialihkan menjadi
Perangkat/Dinas Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota, kecuali TVRI Stasiun Daerah, TVRI
Stasiun Produksi, TVRI Sektro dan Satuan Transmisi, Stasiun Radio RI Regional I dan II,
Multimedia Training Center Yogyakarta, serta Maintenance Center Medan dan Ujung
Pandang.
Pada tanggal 10 Agustus 2001 s/d 20 Oktober 2004, kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri dan Wakil Presiden Hamzah Haz membentuk
Kabinet Gotong Royong. Kabinet ini diumumkan pada 9 Agustus 2001. Pada masa
kepemimpinan Presiden Magawati, dibentuk Kementerian Negara Komunikasi dan Informasi
pada tahun 2001. Saat itu yang ditunjuk sebagai Menteri Negara adalah Syamsul Mu’arif.
Selain itu juga dibentukalah Lembaga Informasi Nasional (LIN). LIN mempunyai tugas
melaksanakan tugas pemerintahan dibidang pelayanan informasi nasional. Selain itu, saat itu
wewenang Kominfo dalam hal konten penyiaran dialihkan ke lembaga independen baru
bernama Komisi Penyiaran Indonesia yang didirikan melalui UU No. 32 tahun 2002 tentang
Penyiaran. Berdasarkan UU tersebut juga, status TVRI serta RRI diubah menjadi Lembaga
Penyiaran Publik yang bersifat independen, netral, tidak komersial dan melayani masyarakat.
Kantor Berita Antara diubah juga menjadi Perusahaan Umum (Perum).
Pada tanggal 21 Oktober 2004 s/d 20 Oktober 2009, kabinet pemerintahan Indonesia
pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla
membentuk Kabinet Indonesia Bersatu I. Ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menjabat pertama kali sebagia Presiden, ia menggabungkan Kementerian Negara Komunikasi
dan Informasi, Lembaga Informasi Nasional, dan Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi yang berasal dari Departemen Perhubungan dan ditambahkannya Direktorat
Jenderal baru yaitu Direktorat Jenderal Aplikasi Telematika. Lembaga Informasi Nasional
dipecahnya menjadi dua yaitu Dijen Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi dan
Badan Informasi Publik. Hasil seluruh penggabungan ini bernama Departemen Komunikasi
dan Informatika (Depkominfo). Pada tahun 2008 juga dibentuk mitra baru Kominfo yaitu
Komisi Informasi yang dibentuk berdasarkan UU No. 14 tahun 2008 mengenai Keterbukaan
Informasi Publik. Undang-undang baru untuk Internet yaitu UU No. 11 tahun 2008 mengenai
Informasi dan Transaksi Elektronik dan amanah untuk penyehatan PT. Pos Indonesia melalui
UU No. 38 tahun 2009 tentang Pos juga mewarnai Depkominfo tahun-tahun ini.
Pada tahun 2009 ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memimpin kabinet
Indonesia Bersatu II, Depkominfo diubah menjadi Kementerian Komunikasi dan Infomartika,
dengan dipecahnya Ditjen Pos dan Telekomunikasi menjadi Ditjen Penyelenggaraan Pos dan
Informatika serta Ditjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika. Ditjen Aplikasi
Telematika berubah nama menjadi Ditjen Aplikasi Informatika. Sedangkan Ditjen Sarana
Komunikasi dan Diseminasi dan Badan Informasi Publik dilebur kembali menjadi Direktorat
Jenderal Informasi Komunikasi Publik. Struktur ini masih berlaku sampai saat ini.
Pada awal tahun 2018, Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau balai Monitor Spektrum
Frekuensi Radio Kelas II Medan berubah menjadi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
Kelas I Medan sebagai perpanjangan tangan Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
telah berubah menjadi Direkorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika
sampai sekarang.

Anda mungkin juga menyukai