Anda di halaman 1dari 7

Nama

: 150610110088 150610110099

1) Nadia Shafarina 2) Dery Luvitasari

3) Rahma Yulianingsih 150610110100 4) Ayu Sekar Putri 150610110104

5) Mentari Raisa Saleh 150610110108 Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran Internasional

RESUME LINGKUNGAN EKONOMI GLOBAL


Pasar merupakan tempat dimana seseorang atau suatu organisasi memiliki permintaan, kemudian permintaan tersebut bertemu dengan penawaran dari produsen. Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan pemasaran barang dan .jasa berkembang menuju kegiatan ekspor dan impor antar negara. Pengaruh informasi dan teknologi yang semakin maju merupakan salah satu faktor penyebab dari kemudahannya pemasaran global. Tentu saja perusahaan harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Sistem perekonomian di dunia terbagi menjadi 4, yaitu : kapitalisme, sosialisme, kapitalisme yang direncakan secara terpusat dan sosialisme yang direncanakan secara terpusat. Sistem kapitalisme meletakkan individu dan perusahaan sebagai pengolah sumber daya dan peran pemerintah hanya meningkatkan persaingan antar perusahaan dan menjamin keamanan konsumen. Sistem sosialisme yang direncanakan secara terpusat memiliki ciri bahwa pemerintah adalah pemegang pasar. Segala hal yang akan di produksi direncanakan oleh pemerintah. Sistem kapitalis direncanakan secara terpusat dimana instruksi pengalokasian sumber daya itu digunakan untuk lingkungan kepemilikan pribadi. Yang terakhir, sosialisme, dimana peraturan alokasi pasar akan diizinkan keseluruhan dalam lingkungan kepemilikan negara

Setiap negara memiliki kemudahan tersendiri untuk barang impor disaat akan masuk ke dalam negaranya. Hal ini ditentukan oleh peraturan tariff, bank, perdagangan, hak milik dan penstablil-an harga di negara tersebut. Menurut Bank Dunia, perkembangan negara di dunia terbagi menjadi 4. Yang pertama adalah negara dengan pendapat tinggi (PDB > $9.656), kedua adalah negara dengan pendapatan menengah keatas (PDB $3.126 hingga $9.656), ketiga adalah negara dengan pendapatan menengah kebawah (PDB $786 hingga $ 3.126) dan yang terakhir adalah negara dengan pendapatan rendah (PDB < $ 786). Indikator perkembangan suatu negara dapat menggunakan produk. Efek dari kegiatan pemasaran internasional terdapat beberapa. Disaat bertransaksi, disesuaikan dengan kesepakatan. Mata uang apa yang akan digunakan oleh kedua belah negara. Nilai mata uang tersebut sangat berpengaruh. Diperlukanlah kebijakan fiscal dan moneter untuk membuat nilai mata uang suatu negara tetap stabil dan dapat memberikan keuntungan yang besar bagi suatu negara. Harga jual barang yang di ekspor akan meningkat juga mata uang negara pengekspor pun meningkat.

KEADAAN PEREKONOMIAN SELANDIA BARU Perekonomian negara Selandia Baru bertumpu pada perdagangan hasil laut sejak abad ke-19, ketika bangsa Eropa membuat koloni di pulau itu. Kebanyakan dari infrastruktur negara dikembangkan dengan menggunakan modal dari luar negeri. Barang-barang impor dan pinjaman luar negeri dibayar dari hasil ekspor daging dan mentega beku. Pada awal tahun 1970-an Selandia Baru mengalami kemerosotan perekonomian yang sangat drastis, keadaan ini disebabkan oleh kenaikan harga minyak yang berakibat pada berkurangnya permintaan dunia terhadap barang-barang primer Selandia Baru dan tersendatnya akses Selandia Baru ke dalam pasar Inggris setelah terbentuknya Uni Eropa. Beberapa faktor lain seperti krisis minyak juga turut mempengaruhi kelangsungan perekonomian Selandia Baru, yang selama beberapa periode sebelum tahun 1973 sempat mencapai tingkat kehidupan standar seperti Australia dan Eropa barat. Akan tetapi seluruh pencapaian tersebut kemudian tersendat berlarut-larut dalam krisis ekonomi. Di saat standar hidup Selandia tertinggal dibelakang Australia dan Eropa Barat, negara ini kemudian pada tahun 1982 dalam survey yang dilakukan oleh Bank Dunia, berada pada tingkat pendapatan per-kapita terendah diseluruh negara-negara berkembang. Pada petengahan tahun 1980-an pemerintah berinisiatif membuat program untuk melakukan perubahan struktur ekonomi untuk dapat bersaing di dalam pasar bebas, akan tetapi perubahan ini tidak seluruhnya berhasil dalam upaya pemerintah Selandia Baru untuk mengubah keadaan perekonomian menjadi lebih baik. Dalam kenyataannya, beberapa sektor ekonomi tidak dapat bersaing dengan negara lain yang tenaga kerjanya memiliki tingkat pendapatan yang lebih rendah. Industri kendaraan bermotor dihapuskan, sementara itu banyak industri pakaian dan sepatu yang memindahkan daerah operasional mereka ke negara yang tenaga kerjanya lebih murah. Perubahan ini juga berakibat pada kehidupan sosial yang memicu meningkatnya tingkat pengangguran di negara ini. Sejak tahun 1984, pemerintah Selandia Baru berhasil melakukan restrukturisasi makroekonomi utama, yang kemudian merubah negara ini dari negara yang sangat proteksionis menjadi negara dengan ekonomi liberalis. Perubahan-perubahan ini dikenal

sebagai Rogernomics dan Ruthanasia, yang berasal dari nama dua menteri keuangannya Roger Douglas dan Ruth Richardson. Pertanian dan perkebunan sangatlah penting dalam kegiatan perekonomian Selandia Baru, akan tetapi kegiatan agrikultur ini tidak mendapat subsidi dari pemerintah karena perubahan sistem dan peraturan perekonomian pada tahun 1980-an. Selain itu, ikan dan hasil laut lainnya merupakan salah satu hasil ekspor Selandia Baru meskipun hasil dari sektor ini tidak terlalu mempengaruhi perkembangan perekonomian negara. Hal yang paling penting dalam kegiatan perekonomian dan merupakan pemberi kontribusi paling besar bagi

berkembangnya perekonomian Selandia Baru adalah bidang layanan jasa, layanan jasa ini sangat berperan dalam peningkatan GDP dan pengurangan tingkat pengangguran di negara ini. Layanan jasa ini mencakup bidang pariwisata, transportasi, pendidikan, kesehatan, konsultan bisnis, dan juga dalam bidang perbankan. Pariwisata merupakan salah satu komponen penting dalam bidang pelayanan jasa ini, 10 persen dari pekerjaan yang ada di Selandia Baru ialah di bidang industri pariwisata. Wol pernah menjadi ekspor pertanian utama Selandia Baru pada akhir abad ke-19. Bahkan pada dasawarsa 1960-an, ia memasok lebih dari sepertiga total perolehan ekspor, tetapi sejak saat itu harganya terus menurun dibandingkan komoditas-komoditas lainnya dan wol tidak lagi menguntungkan bagi banyak petani. Sebaliknya, hasil peternakan dan susu meningkat, dengan banyaknya sapi perah bertambah menjadi dua kali lipat antara tahun 1990 sampai 2007, menjadi penyumbang terbesar ekspor Selandia Baru. Sejak tahun itu sampai bulan Juni 2009, hasil susu mencapai 21 persen (US$ 9,1 miliar) dari total ekspor, dan perusahaan terbesar di negara ini, Fonterra, memegang kendali hampir sepertiga perdagangan susu internasional. Ekspor pertanian lainnya pada tahun 2009 adalah daging sebesar 13,2 persen, wol sebesar 6,3 persen, buah-buahan sebesar 3,5 persen dan perikanan sebesar 3,3 persen. Industri anggur Selandia Baru telah mengikuti tren serupa susu, banyaknya kebun anggur bertambah menjadi dua kali lipat pada periode yang sama, mengambil alih ekspor wol untuk kali pertama pada tahun 2007.

Target ekonomi pemerintah saat ini terpusat pada upaya untuk mendapatkan perjanjian perdagangan bebas dan pembangunan pengetahuan ekonomi. Di tahun 2004, pemerintah Selandia Baru mulai mendiskusikan perjanjian perdagangan bebas dengan China. Selain itu, tantangan yang dihadapi oleh Selandia Baru adalah defisit akun yang mencapai 8,2 % dari GDP, lambatnya perkembangan di sektor ekspor non-komoditas, dan perkembangan produktivitas buruh.

KERJASAMA INDONESIA - SELANDIA BARU Hubungan kerjasama Indonesia New Zealand dalam berbagai bidang khususnya bidang pertanian merupakan peluang yang besar untuk pengembangan akses pasar. New Zealand yang selama ini relatif kecil ternyata mampu menyerap ekspor Indonesia lebih besar. Dalam tahun 2001 ekspor Indonesia ke negara yang memiliki pendapatan per kapita US$ 13.000, meningkat cukup signifikan sebesar 44,7% jika dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk neraca perdagangan bilateral dalam 2001 mencapai volume sekitar NZ$ 977,3 juta atau lebih tinggi 20,39% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-14 mitra dagang New Zealand. Total nilai perdagangan dua negara selama 5 tahun terakhir naik 23,1%. Pada 2006, total perdagangannya mencapai US$ 653,7 yang terdiri dari US$ 320 juta ekspor Indonesia dan US$ 333,7 juta impor Indonesia dari New Zealand. Pada 2007 perdagangan Indonesia dengan New Zealand mengalami defisit. Ekspor Indonesia ke Selandia Baru US$ 320 juta lebih rendah dibandingkan impor dari negara itu US$ 333,7 juta. Nilai perdagangan kedua negara hingga bulan Mei 2008 mencapai US$1,7 miliar. Hubungan Indonesia dan New Zealand ke depan akan semakin produktif dan lebih baik lagi dengan adanya kesepakatan kerjasama. Khususnya dibidang pertanian pada saat ini Indonesia menginginkan adanya kerjasama dalam bentuk joint venture atau investasi langsung dibidang produk susu dan turunan. Untuk kedepannya diharapkan Indonesia bisa memenuhi kebutuhannya sendiri untuk produk susu daging tanpa harus bergantung dengan New Zealand. Dengan mitra kerjasama ini diharapkan kedua negara dapat memberikan solusi yang terbaik untuk kesepakatan kerjasama yang baik dalam bidang pertanian dan perdagangan ini. Sumber : http://pphp.deptan.go.id/

EKSPOR BUAH-BUAHAN TROPIS DARI INDONESIA Merdeka.com - Indonesia sudah banyak mengimpor sapi dan produk turunannya dari Selandia Baru. Sebagai gantinya, pemerintah akan mengekspor buah-buahan asli Indonesia ke negara yang terletak di Tenggara Australia itu. "Sudah memenuhi syarat keamanan pangan New Zealand. Tentu saja dia menikmati penjualan sapi ke kita. Tentu sudah seharusnya dia mengimpor produk pangan kita supaya balance," ujar Menteri Pertanian, Suswono, usai peluncuran Single Sign On (SSO) Karantina dan Layanan Elektronik (e-Service) Perijinan Terintegrasi dalam Indonesia National Single Window (INSW), Jakarta, Senin (18/11). Sebagai pembuka, pemerintah akan mengekspor manggis, selanjutnya akan menyusul Salak dan Mangga. Kemudahan ekspor sapi siap potong yang diberikan pemerintah, membuat selandia Baru kian meningkatkan kapasitas produksi sapinya. Diluar itu, Suswono mengatakan pemerintah berniat untuk membuka peternakan sapi potong di Selandia Baru. Mengingat, disana masih terdapat tanah lapang serta padang rumput yang luas. Sehingga wajar jika berat sapi siap potong di Selandia Baru rata-rata bisa mencapai 500 kilogram. "Kami ingin menambah populasi sapi betina produktif yang diekspor ke Indonesia. Kalau itu jalan dia juga diuntungkan. Kebutuhan pangan kita terhadap daging akan terus meningkat tentu volume dagingnya semakin banyak," jelasnya. Dia juga menyebut akan mendorong produsen susu dari Selandia Baru yang akan berinvestasi di Indonesia untuk juga membangun peternakan sapi di Tanah Air. "Jadi tidak hanya pabrik susunya tetapi justru di on farmnya," katanya

Anda mungkin juga menyukai