Anda di halaman 1dari 21

NAMA : RESTI AYU PEBRIANTI

NIM : 01012111057
TUGAS APBN DAN PAJAK (ILMU EKONOMI MAKRO)

1.1 Apa itu APBN ?


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana
keuangan tahunan Pemerintah Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang
memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun
anggaran (1 Januari – 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan
pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-
Undang. Dijabarkan dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, yang dimaksud dengan APBN adalah :
 Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui
oleh DPR (Pasal 1, Ayat 7).
 Terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan
pembiayaan (Pasal 11, Ayat 2).
 Meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai
dengan tanggal 31 Desember (Pasal 4).
 Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang (Pasal 11 Ayat 1).
 Mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi (Pasal 3, Ayat 4).
Pengertian APBN menurut para ahli
1. John F. Due
Menurutnya APBN adalah suatu pernyataan mengenai perkiraan
pengeluaran dan penerimaan negara yang diharapkan akan terjadi dalam
suatu periode di masa depan atau yang akan datang, serta data dari
pengeluaran dan penerimaan yang benar-benar terjadi di masa lalu.
2. M. Suparmoko
Menurut M. Suparmoko, APBN adalah suatu daftar atau pernyataan
yang terinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang
diharapkan dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.
3. Nurjaman Arysad
Nurjaman Arsyad Menurut Nurjaman Arsyad, APBN adalah rencana
kerja pemerintah yang akan dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan
dalam angka-angka.

1.2 Fungsi APBN


APBN merupakan instrumen yang mengatur pengeluaran dan
pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan
pemerintahan dan pembangunan dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum.
APBN berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan
pengeluaran serta kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus
dimasukkan ke dalam APBN.
 Fungsi Pengawasan
Anggaran negara harus menjadi pedoman dalam menilai apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
 Fungsi Alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran
dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
 Fungsi Distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan
dan kepatutan.
 Fungsi Stabilisasi
Memiliki makna anggaran pemerintah menjadi alat kontrasepsi
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental
perekonomian.
 Fungsi Otorisasi
Menyiratkan bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja untuk tahun ini, dengan
demikian, pengeluaran atau pendapatan bertanggung jawab kepada
rakyat.Perencanaan fungsi, menyiratkan bahwa anggaran negara
dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan
untuk tahun ini.

1.3 Prinsip APBN


Prinsip penyusunan APBN Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip
penyusunan APBN ada tiga, yaitu: Intensifikasi penerimaan anggaran
dalam jumlah dan kecepatan penyetoran. Intensifikasi penagihan dan
pemungutan piutang negara.
Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan
penuntutan denda. Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip
penyusunan APBN adalah: Hemat, efisien, dan sesuai dengan
kebutuhan. Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau
kegiatan. Semaksimal mungkin menggunakan hasil produksi dalam
negeri dengan memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.
 Prinsip Anggaran Dinamis
Ada anggaran dinamis absolut dan anggaran dinamis relatif.
Anggaran bersifat dinamis absolut apabila Tabungan Pemerintah (TP)
dari tahun ke tahun terus meningkat. Anggaran bersifat dinamis relatif
apabila persentase kenaikan TP (DTP) terus meningkat atau
prosentase ketergantungan pembiayaan pembangunan dari pinjaman
luar negeri terus menurun.
 Prinsip Anggaran fungsional
Berarti bahwa bantuan atau pinjaman LN hanya berfungsi untuk
membiayai anggaran belanja pembangunan (pengeluaran
pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran belanja rutin.
Prinsip ini sesuai dengan azas “bantuan luar negeri hanya sebagai
pelengkap” dalam pembiayaan pembangunan. Artinya semakin
kecil sumbangan bantuan atau pinjaman luar negeri terhadap
pembiayaan anggaran pembangunan, maka makin besar
fungsionalitas anggaran.

1.4 Struktur APBN


 Belanja Negara
Besar kecilnya belanja negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yakni: Kebutuhan penyelenggaraan negara. Risiko bencana alam dan
dampak krisi global. Asumsi dasar makro ekonomi. Kebijakan
pembangunan. Kondisi akan kebijakan lainnya. Belanja pemerintah
pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan pemerintah pusat, baik yang dilaksanakan di pusat
maupun di daerah.
 Pembiayaan Negara
Besaran pembiayaan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni
asumsi dasar makro ekonomi, kebijakan pembiayaan, kondisi dan
kebijakan lainnya.Pembiayaan negara terbagi menjadi 2 jenis
pembiayaan, yakni pembiayaan dalam negeri dan luar negeri.
Pembiayaan dalam negeri meliputi pembiayaan perbankan dalam
negeri dan pembiayaan non perbankan dalam negeri (hasil
pengelolaan aset, pinjaman dalam negeri neto, kewajiban penjaminan,
surat berharga negara neto, dan dana investasi pemerintah).
 Pendapatan Pajak
Pendapatan Pajak Dalam Negeri terdiri dari Pendapatan pajak
penghasilan (PPh), Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan
pajak penjualan atas barang mewah, Pendapatan pajak bumi dan
bangunan, Pendapatan cukai, Pendapatan pajak lainnya. Selanjutnya
Pendapatan Pajak Internasional pendapatan bea masuk dan
pendapatan bea keluar.
 Pendapatan Negara
Pendapatan negara didapat melalui penerimaan perpajakan dan
penerimaan bukan pajak. Penerimaan perpajakan untuk APBN
biasanya melalui kepabean dan cukai, penerimaan pajak, dan hibah.
Pajak menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari APBN.
Pasalnya pajak memiliki kontribusi besar dalam pembentukan APBN
tiap tahunnya. Penerimaan pajak terbilang paling besar ketimbang
komponen-komponen lainnya yang ada dalam APBN. Selain melalui
penerimaan perpajakan, pendapatan negara juga didapat melalui
penerimaan negara bukan pajak dan lainnya. Pendapatan tersebut
antara lain adalah Pendapatan Badan Layanan Umum
(BLU),Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA),Pendapatan dari
kekayaan negara dan hibah yang didapat. Besaran pendapatan negara
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro
ekonomi
Kebijakan pendapatan negara
Kebijakan pembangunan ekonomi
Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum
Kondisi dan kebijakan lainnya
 Penyusunan APBN
Proses penyusunan dan penetapan APBN dapat dikelompokkan
dalam dua tahap, yaitu: (1) pembicaraan pendahuluan antara
pemerintah dan DPR, dari bulan Februari sampai dengan pertengahan
bulan Agustus (2) Pengajuan pembahasan dan penetapan APBN, dari
pertengahan bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Berikut
ini diuraikan secara singkat kedua tahapan dalam proses penyusunan
APBN tersebut. Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan
DPR. Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara
pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal
pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan
rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi penentuan
asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran.
Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN. Tahapan ini dimulai
dengan Pidato Presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara
Menteri Keuangan dengan Panitia Anggaran.

1.5 Dasar Hukum APBN


Undang-Undang Dasar 1945 merupakan dasar hukum yang paling tinggi
dalam struktur perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu
pengaturan mengenai keuangan negara selalu didasarkan pada undang-
undang ini, khususnya dalam bab VIII Undang-Undang Dasar 1945
Amendemen IV pasal 23 mengatur tentang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN). Bunyi pasal 23:
Ayat (1): Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-
undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ayat (2): Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja
negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan
Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah. ayat (3): “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
menyetujui rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang
diusulkan oleh Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara tahun yang lalu”.

2.1 APBN di Indonesia


Asumsi dasar Ekonomi Makro
Prospek perekonomian nasional tahun 2021 diperkirakan membaik
sejalan dengan proyeksi pemulihan perekonomian global dan dampak
dukungan fiskal terhadap percepatan pemulihan ekonomi termasuk
dukungan pengendalian pandemi. Namun demikian, kerangka ekonomi
makro tahun 2021 disusun dengan risiko ketidakpastian yang tinggi,
sehingga terdapat kemungkinan terjadinya divergensi proyeksi ekonomi
global di tahun 2020 dan 2021. Proyeksi Asumsi Dasar Ekonomi Makro
tahun 2021 adalah sebagai berikut :
No Asumsi Makro RAPBN APBN
1 Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,5-5,5 5,0
2 Laju Inflasi (%) 3,0 3,0
3 Nilai Tukar Rupiah 14.600 14.600
4 Tingkat Suku Bunga 7,29 7,29
5 Harga Minyak Mentah Indonesia 45 45
6 Lifting Minyak Bumi 705 705
7 Lifting Gas Bumi 1.007 1.007
Mengacu pada kerangka ekonomi makro tahun 2021, Pemerintah
menyusun strategi kebijakan fiskal yang ditujukan untuk pemulihan
ekonomi dan penguatan reformasi agar bersifat inklusif dalam
meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat secara adil dan merata
dengan target tahun 2021 diperkirakan sebagai berikut: (1) Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) pada kisaran 7,7-9,1 persen; (2) tingkat
kemiskinan pada kisaran 9,2-9,7 persen; (3) tingkat ketimpangan (rasio
gini) pada kisaran 0,377-0,379; (4) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
diharapkan mencapai 72,78-72,95; dan (5) melalui kebijakan fiskal 2021
juga diharapkan dapat mencapai indikator pembangunan tahun 2021
dengan target Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN)
mencapai kisaran 102-104.
Pokok-pokok APBN 2021
 Pendapatan Negara
Dari sisi kebijakan pendapatan negara, Pemerintah berupaya untuk
melakukan optimalisasi penerimaan negara melalui perluasan basis
pajak sekaligus mendorong percepatan pemulihan ekonomi nasional
melalui pemberian insentif sejalan dengan upaya reformasi di bidang
perpajakan dan PNBP.
Target pendapatan negara pada APBN 2021 mencapai Rp1.743,6
triliun yang terdiri atas:
 Penerimaan perpajakan ditargetkan mencapai Rp1.444,5 triliun.
- Penerimaan Pajak, diproyeksikan akan mencapai Rp1.229,6 triliun
atau tumbuh optimal sekitar 2,6 persen dari target Perpres Nomor 72
Tahun 2020, dengan fokus memberikan dukungan insentif secara
selektif dan terukur untuk percepatan pemulihan ekonomi serta
melanjutkan reformasi pajak.
- Kepabeanan dan Cukai ditargetkan sebesar Rp215,0 triliun atau
meningkat sebesar 4,5 persen dari target Perpres Nomor 72 Tahun
2020, yang disertai dengan dukungan percepatan pemulihan dan
transformasi ekonomi serta penguatan pengawasan yang terintergrasi.
 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) diproyeksikan sebesar
Rp298,2 triliun, yang didukung oleh prospek meningkatnya
harga komoditas utama dunia terutama minyak bumi serta
optimalisasi penerimaan dari pelayanan PNBP
Kementerian/Lembaga dan BLU sejalan dengan membaiknya
aktivitas masyarakat.
 Penerimaan Hibah diperkirakan mencapai Rp0,9 triliun antara
lain ditujukan untuk program-program pengembangan desa dan
perkotaan termasuk penyediaan air bersih dan penanganan
perubahan iklim.
 Belanja Negara
Belanja negara pada APBN 2021 diproyeksikan mencapai Rp2.750,0
triliun atau 15,6 persen terhadap PDB, yang diarahkan untuk
mendukung pemulihan ekonomi dan prioritas pembangunan di bidang
kesehatan, pendidikan, teknologi informasi dan komunikasi,
infrastruktur, ketahanan pangan, pariwisata, dan perlindungan sosial.
 Anggaran Kesehatan direncanakan sebesar Rp169,7 triliun atau
setara 6,2 persen terhadap belanja negara, dengan kebijakan
diarahkan antara lain untuk: (1) peningkatan dan pemerataan
dari sisi supply, serta dukungan untuk pengadaan vaksin; (2)
penguatan program promotif dan preventif, serta akselerasi
penurunan stunting; (3) perbaikan mutu layanan, efektivitas dan
validitas data program jaminan kesehatan nasional (JKN); serta
(4) penguatan pencegahan, deteksi, dan respon penyakit, serta
sistem kesehatan terintegrasi.
 Anggaran Pendidikan sebesar Rp550,0 triliun atau 20 persen
terhadap belanja negara, yang difokuskan untuk meningkatkan
kualitas SDM, kemampuan adaptasi teknologi, dan peningkatan
produktivitas melalui pengetahuan ekonomi di era industri 4.0.
Pemerintah akan melakukan reformasi pendidikan, melalui
transformasi kepemimpinan kepala sekolah, transformasi
pendidikan dan pelatihan guru, mengajar sesuai tingkat
kemampuan siswa, standar penilaian global, serta kemitraan
daerah dan masyarakat sipil. Selain itu, juga dilakukan
penguatan program vokasi dan kartu prakerja, penguatan
penyelenggaraan PAUD, peningkatan efektivitas penyaluran
bantuan pendidikan (BOS, PIP, dan LPDP), percepatan
peningkatan kualitas sarpras pendidikan terutama untuk daerah
3T, serta penajaman KIP Kuliah dan pendanaan pendidikan
tinggi.
 Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dengan anggaran Rp29,6 triliun (termasuk TKDD) difokuskan
untuk: (1) mengakselerasi transformasi digital untuk
penyelenggaraan pemerintahan; (2) mewujudkan pelayanan
publik yang efisien dan cepat, seperti di bidang pendidikan,
kesehatan, dan pemerintahan; (3) mengonsolidasi dan
mengoptimasi infrastruktur dan layanan bersama; serta (4)
mewujudkan inklusi masyarakat di wilayah prioritas
pembangunan dan mendorong kesetaraan dengan penyediaan
akses internet pada sekitar 12.377 lokasi layanan publik.
 Pembangunan Infrastruktur dianggarkan sekitar Rp413,8 triliun,
yang diarahkan untuk: (1) penguatan infrastruktur digital dan
mendorong efisiensi logistik dan konektivitas; (2) infrastruktur
padat karya yang mendukung kawasan industri dan pariwisata;
serta (3) pembangunan sarana kesehatan masyarakat dan
penyediaan kebutuhan dasar untuk penguatan sistem kesehatan
nasional; dan (4) penyelesaian kegiatan prioritas 2020 yang
tertunda.
 Anggaran Ketahanan Pangan dianggarkan sekitar Rp104,2
triliun, yang diarahkan untuk: (1) mendorong produksi
komoditas pangan dengan membangun sarpras dan penggunaan
teknologi; (2) revitalisasi sistem pangan nasional dengan
memperkuat korporasi petani/nelayan dan distribusi pangan;
serta (3) pengembangan food estate untuk meningkatkan
produktivitas pangan.
 Perlindungan Sosial di tahun 2021 dianggarkan Rp421,7 triliun
yang diarahkan untuk percepatan pemulihan sosial dan
mendukung reformasi sistem perlindungan sosial secara
bertahap. Langkah perlindungan sosial dilakukan melalui: (1)
melanjutkan program perlindungan sosial (perlinsos) untuk
akselerasi pemulihan (antara lain Kartu Sembako, PKH, Bansos
Tunai selama 6 bulan, dan Kartu Pra kerja); (2) mendorong
program perlindungan sosial yang komprehensif berbasis siklus
hidup dan antisipasi aging population; (3) penyempurnaan Data
Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) dan perbaikan
mekanisme penyaluran program perlindungan sosial, serta
penguatan monitoring dan evaluasi.
 Pembangunan Pariwisata tahun 2021 dianggarkan sekitar
Rp15,7 triliun, diarahkan untuk: (1) pemulihan pariwisata,
dengan pengembangan destinasi pada 5 fokus kawasan (Danau
Toba, Borobudur, Mandalika, Labuan Bajo, dan Likupang); (2)
pengembangan aspek 3A (atraksi, aksesibilitas, dan amenitas)
serta peningkatan pada 2P (promosi dan partisipasi pelaku usaha
swasta); (3) pendekatan storynomics tourism yang
mengedepankan narasi, konten kreatif, living culture, dan
kekuatan budaya; serta (4) pemanfaatan skema KPBU dalam
membangun pusat-pusat hiburan, seperti theme park yang akan
menyerap banyak wisatawan.
 Pemerintah tetap akan melanjutkan program Pemulihan
Ekonomi Nasional (PEN) 2021 dengan fokus kepada dukungan
penanganan kesehatan, perlindungan sosial, sektoral
Kementerian/Lembaga dan Pemda, UMKM, pembiayaan
korporasi, dan insentif usaha.
Transfer ke daerah dan dana desa
TKDD diproyeksikan mencapai Rp795,5 triliun atau meningkat 4,1
persen dibandingkan alokasi dalam Perpres Nomor 72 Tahun 2020, yang
diarahkan untuk peningkatan quality control anggaran TKDD dan
mendorong pemerintah daerah dalam pemulihan ekonomi, serta
meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan dalam rangka
mendukung pemulihan dan penguatan ekonomi nasional, dengan fokus
kebijakan sebagai berikut.
 mendukung upaya pemulihan ekonomi sejalan dengan program
prioritas nasional antara lain melalui pembangunan aksesibilitas
dan konektivitas sentra pertumbuhan ekonomi serta dukungan
insentif untuk menarik investasi, perbaikan sistem pelayanan
investasi, dan dukungan terhadap UMKM;
 mensinergikan anggaran TKDD dan belanja K/L dalam
pembangunan SDM (terutama sektor pendidikan dan kesehatan);
 mendorong belanja infrastruktur daerah melalui creative financing
untuk mendukung pencapaian target RPJMN;
 redesain pengelolaan TKDD (DTU dan DTK) dengan
mengedepankan penganggaran dan pelaksanaan berbasis kinerja
dan peningkatan akuntabilitas;
 meningkatkan kinerja TKDD dan melakukan reformasi APBD
melalui implementasi Standar Harga Satuan Regional (SHSR) dan
penyempurnaan Bagan Akun Standar (BAS).
Defisit APBN tahun 2021
Defisit anggaran direncanakan sebesar Rp1.006,4 triliun atau setara
5,7 persen dari PDB, menurun dibandingkan defisit anggaran dalam
Perpres Nomor 72 Tahun 2020 sebesar Rp1.039,2 triliun atau sekitar
6,34 persen dari PDB. Defisit ini sejalan dengan upaya melanjutkan
penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional,
ketika potensi sisi penerimaan belum sepenuhnya pulih. Dengan
demikian, diharapkan momentum pertumbuhan ekonomi dapat dijaga,
serta menghindari opportunity loss dalam mendorong pencapaian
target pembangunan nasional. Besaran defisit tersebut juga telah
mempertimbangkan kebijakan fiskal konsolidatif secara bertahap
kembali menuju batasan maksimal 3,0 persen PDB di tahun 2023,
sejalan dengan kebijakan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun
2020 tentang Penetapan Perppu Nomor 1 Tahun 2020. Dalam
memenuhi defisit anggaran tersebut juga dilakukan kebijakan
pembiayaan anggaran yang hati-hati dan terukur, dengan tetap
menjaga keberlanjutan fiskal.
PAJAK
Apa itu Pajak?
Kata ‘pajak’ berasal dari bahasa latin ‘taxo’ yang memiliki arti iuran
wajib yang dibayarkan oleh rakyat untuk kepentingan pemerintah dan
kepentingan masyarakat itu sendiri. Menurut Undang-Undang Nomor
28 tahun 2007 Pasal 1 Nomor 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan orang pribadi atau
badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut
pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan merupakan arti
dari Wajib Pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
Pasal 1 Nomor 2. Pajak menjadi salah satu sarana dalam pemerataan
pendapatan sumber dana pembangunan negara atau pendapatan warga
negara.
Ciri-ciri Pajak
 Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara
Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak.
Namun hal tersebut hanya berlaku untuk warga negara yang sudah
memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Yaitu warga negara
yang memiliki penghasilan melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP). PTKP yang berlaku saat ini adalah Rp54 juta
setahun atau Rp4,5 juta per bulan. Itu artinya, jika Anda memiliki
pendapatan lebih dari Rp4,5 juta sebulan akan kena pajak.
Sementara bila Anda adalah seorang pengusaha atau wirausaha
dengan omzet, tarif PPh Final 0,5% berlaku dari total peredaran
bruto (omzet) sampai dengan Rp4,8 miliar dalam satu tahun pajak
(berdasarkan PP 23 Tahun 2018).
 Pajak Bersifat Memaksa untuk Setiap Warga Negara
Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif, maka
wajib untuk membayar pajak. Dalam undang-undang pajak sudah
dijelaskan, jika seseorang dengan sengaja tidak membayar pajak
yang seharusnya dibayarkan, maka ada ancaman sanksi
administratif maupun hukuman secara pidana.
 Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung
Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat
manfaat parkir, maka harus membayar sejumlah uang, yaitu
retribusi parkir, namun pajak tidak seperti itu. Pajak merupakan
salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara. Jadi ketika
membayar pajak dalam jumlah tertentu, Anda tidak langsung
menerima manfaat pajak yang dibayar. Yang akan Anda dapatkan,
misalnya berupa perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas
kesehatan gratis bagi keluarga, beasiswa pendidikan bagi anak
Anda, dan lainnya.
 Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa
undang-undang yang mengatur tentang mekanisme perhitungan,
pembayaran, dan pelaporan pajak.

Manfaat Pajak
 Manfaat pajak untuk negara
Berikut ini adalah beberapa manfaat pajak untuk negara yaitu:
 Pajak digunakan untuk pengeluaran negara yang bersifat self-
liquiditing, misalnya untuk pengeluaran proyek produktif.
 Pajak juga digunakan untuk pengeluaran reproduktif seperti
pengeluaran yang akan memberikan keuntungan dalam segi
ekonomi bagi masyarakat. misalnya seperti pertanian dan
lain-lain.
 Pajak digunakan untuk pengeluaran yang bersifat self-
liquiditing dan tidak produktif seperti pembangunan untuk
sebuah monumen bersejarah dan lain-lain.
 Pajak digunakan untuk pengeluaran yang bersifat tidak
produktif seperti digunakan untuk pembangunan anak yatim
Manfaat Pajak untuk Masyarakat
 Manfaat pajak untuk masyarakat yaitu:

 Pajak digunakan untuk membangun infrastruktur seperti
rumah sakit, jalanan, sekolah, dan fasilitas umum lainnya.
 Pajak digunakan untuk memberi subsidi bahan bakar minyak
dan juga subsidi pangan.
 Pajak digunakan untuk menyediakan pelayanan transportasi
umum.
 Pajak digunakan untuk pelaksanaan hal-hal demokrasi,
contohnya seperti pemilu dan pertahanan negara.
 Manfaat Pajak untuk Masyarakat
Manfaat pajak untuk masyarakat yaitu:
 Pajak digunakan untuk membangun infrastruktur seperti
rumah sakit, jalanan, sekolah, dan fasilitas umum lainnya.
 Pajak digunakan untuk memberi subsidi bahan bakar minyak
dan juga subsidi pangan.
 Pajak digunakan untuk menyediakan pelayanan transportasi
umum.
 Pajak digunakan untuk pelaksanaan hal-hal demokrasi,
contohnya seperti pemilu.
 Pengalokasian Dana Pajak
Adapun beberapa rincian pengalokasian dana pajak yang dilansir
dari Kementerian Keuangan Republik Indonesia pada tahun 2018
yaitu;
 Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan publik lewat
implementasi e-government yang terintegrasi dengan 623 IP.
 Meningkatkan akuntabilitas kinerja birokrasi dengan
mengimplementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintahan di 581 Ip.
 Mengelola jumlah Pegawai Negeri Sipil mulai dari
perekrutannya hingga pembayaran upah.
 Modernisasi command center Komando Pertahanan Udara
Nasional
 Mengembangkan fasilitas matra laut melalui pembangunan
pos-pos pengamanan perbatasan.
 Membangun jalur kereta api sepanjang 639 kilometer.
 Membangun LRT atau Light Rail Transit sepanjang 23
kilometer.
 Membangun jalan baru sepanjang 832 kilometer.
 Membangun 92 unit embung baru dan juga 15 bendungan
baru.
 Membangun 15.373 meter jembatan baru
 Membangun 17 pelabuhan laut.
 Membangun 8 bandara baru.
 Menyediakan 70% satelit yang multifungsi.
Fungsi Pajak
 Fungsi Anggaran atau budgeter
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin
negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya.
Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan
pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni
penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama
diharapkan dari sektor pajak.
 Fungsi Mengatur atau Regulasi
Selain fungsi anggaran, pajak juga memiliki fungsi regulasi, fungsi
yang mengatur pertumbuhan ekonomi. Dengan kebijakan dari
pemerintah, dana dari pajak digunakan untuk membantu
perekonomian negara. Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan
ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur,
pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik
dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam
fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi
dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi
untuk produk luar negeri. Dengan demikian, masyarakat tidak
khawatir lagi dengan kompetisi harga dengan produk-produk luar
negeri.
 Fungsi Pemerataan atau Distribusi
Pajak juga digunakan oleh negara untuk pemerataan kesejahteraan
melalui bantuan dana, jaminan kesehatan dan fasilitas umum.
Pajak juga bisa digunakan untuk membiayai kepentingan umum
sehingga bisa menciptakan banyak lapangan pekerjaan baru yang
di mana akan berakhir dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat.
 Fungsi stabilisasi
Selain tiga fungsi di atas, pajak memiliki fungsi sebagai stabilisasi.
Stabilisasi yang dimaksud adalah untuk menstabilkan
perekonomian negara. Salah satunya adalah masalah inflasi atau
deflasi. Untuk mengurangi inflasi, pemerintah akan mengeluarkan
kebijakan untuk mengurangi peredaran uang.
Jenis-jenis Pajak
Pajak berdasarkan sistem pemungutan:
1. Pajak tidak langsung
Pajak tidak langsung atau yang disebut dengan indirect tax adalah pajak
yang hanya diberikan untuk Wajib Pajak jika melakukan perbuatan
tertentu. Pajak tidak langsung tidak bisa dipungut secara berkala, pajak
ini hanya bisa dipungut hanya jika sesuatu perbuatan atau peristiwa
terjadi. Misalnya, Pajak Pertambahan Nilai atau PPN yang dipungut
ketika sedang berbelanja di supermarket atau makan di restoran. Selain
itu ada juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Ekspor dan
Pajak Bea Masuk.
2. Pajak langsung
Pajak langsung atau biasa disebut dengan direct tax adalah pajak yang
bebannya ditanggung oleh Wajib pajak dan tidak bisa dialihkan untuk
orang lain. Hal ini karena hak dan kewajiban pajak melekat pada si
Wajib Pajak, maka dari itu pajak ini tidak bisa dialihkan. Pajak langsung
bisa dibayarkan secara berkala berdasarkan Surat Ketetapan Pajak yang
dikeluarkan oleh Kantor Pajak. Beberapa contoh pajak langsung adalah
Pajak Penghasilan, Pajak Bumi dan Bangunan dan Pajak Kendaraan
Bermotor.
Pajak berdasarkan sifat:
1. Pajak subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang dikenakan berdasarkan keadaan atau
kondisi si Wajib pajak. Pajak ini bersifat individu, jadi besar kecilnya
jumlah pajak yang harus dibayarkan bergantung pada kemampuan
individu Wajib Pajak. Umumnya, setiap individu yang tinggal di
Indonesia memiliki kewajiban untuk membayar pajak jenis ini. Untuk
Warga Negara Asing yang tinggal di Indonesia juga dikenakan Wajib
Pajak apabila memiliki hubungan secara ekonomi dengan Negara
Indonesia. Contoh dari pajak subjektif adalah Pajak Penghasilan dan
Pajak Kekayaan.
2. Pajak Objektif
Pajak subjektif adalah pajak yang hanya memperhatikan kondisi
objeknya saja dalam pengenaannya. Pajak subjektif tidak
memperhatikan kondisi dari Wajib Pajak itu sendiri. Ada beberapa
golongan yang terkena pajak objektif yaitu WNI yang mempunyai atau
menggunakan alat-alat yang dikenai pajak, pajak yang dikenakan atas
kepemilikan barang mewah dan juga pemakaian barang mewah, WNI
yang melakukan pemindahan hartanya dari Indonesia ke negara lain.
Beberapa contoh pajak subjektif adalah Pajak Impor, Bea Masuk, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, Bea Materai, Pajak Kendaraan Bermotor
dan Pajak Pertambahan Nilai.
Pajak berdasarkan instansi pemungut pajak
1. Pajak negara
Pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Pajak
negara juga disebut sebagai pajak pusat. Dalam hal ini yaitu Dirjen Bea
Cukai, Direktorat Jenderal Pajak dan juga Kantor Inspeksi Pajak berada
di bawah naungan Kementerian Keuangan.
Beberapa contoh dari pajak pusat yaitu: Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi
dan Bangunan, Bea perolehan Hak terhadap Tanah dan Bangunan, Pajak
Migas, Bea Materai, Bea Masuk dan juga Bea cukai.
2. Pajak daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak
daerah juga bisa disebut dengan pajak lokal. Pajak lokal hanya terbatas
untuk rakyat di daerah tersebut dan pemungutan dilakukan oleh Pemda
Tingkat I dan II. Beberapa contoh pajak daerah adalah Pajak Kendaraan
Bermotor, Pajak Hotel dan Restoran, Pajak Hiburan dan Tontonan,
Pajak Radio dan Reklame, Pajak Penerangan Jalan, dan Bea Balik Nama
Kendaraan bermotor.

Anda mungkin juga menyukai