Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara ”


 

DISUSUN OLEH:

LALA LATIFAH

NIM:041161187

UNIVERSITAS TERBUKA

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

ILMU ADMINISTRASI NEGARA

2020.2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keuangan Negara meliputi seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan semua hak dan kewajiban Negara. Dan seluruh rangkaian kegiatan ini memiliki
akibat-akibat keuangan sehingga memerlukan adanya suatu perencanaan keuangan yang
cermat (budgeting atau penganggaran).
Anggaran ini memiliki fungsi diantaranya sebagai pedoman dalam mengelola Negara
dalam periode tertentu, sebagai alat pengawasan dan pengendalian masyarakat terhadap
kebijakan yang telah dipilih oleh pemerintah dan sebagai alat pengawasan masyarakat
terhadap kemampuan pemerintah dalam melaksanakan kebijakan yang telah dipilih.
APBN ini merupakan perwujudan dari pengelolaan keuangan Negara secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggung jawab sehingga penyelenggara Negara (Pemerintah) setiap tahun mengajukan
Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN untuk dibahas bersama DPR.
Karena merupakan bagian dari keuangan Negara, maka dalam kegiatan pengelolaan,
penatausahaan dan pertanggungjawaban belanja telah diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa Pengertian Anggaran Negara?
1.2.2 Apa saja fungsi Anggaran Negara?
1.2.3 Apa Pengertian APBN?
1.2.4 Bagaimana Perumusan dan fungsi APBN?
1.2.5 Mengapa Perlunya transparansi dalam Pengelolaan APBN?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Pengertian dari Anggaran Negara
1.3.2 Untuk Mengetahui Fungsi Anggaran Negara
1.3.3 Untuk Mengetahui Pengertian dari APBN
1.3.4 Untuk Mengetahui Perumusan dan Fungsi APBN
1.3.5 Untuk Mengetahui Transparansi dalam Pengelolaan APBN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Keuangan Negara meliputi seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan


pengelolaan semua hak dan kewajiban Negara. Dan seluruh rangkaian kegiatan ini memiliki
akibat-akibat keuangan sehingga memerlukan adanya suatu perencanaan keuangan yang
cermat (budgeting atau penganggaran).
Anggaran negara adalah hasil dari suatu perencanaan yang berupa daftar mengenai
bermacam-macam kegiatan terpadu, baik menyangkut penerimaannya maupun
pengeluarannya yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu. Negara
Indonesia menetapkan anggaran negaranya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang setelah mendapatkan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pendapatan APBN paling banyak disumbang dari penerimaan pajak yang didominasi oleh
sumber-sumber antara lain pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang atau pajak
penjualan barang mewah, pajak bumi dan bangunan, penerimaan cukai dll. Dari tahun ke
tahun penerimaan/pendapatan negara dari pajak terus meningkat.
Transparansi keuangan pertama kali disebut dalam UndangUndang 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara (UU17/2003). Dalam penjelasan UU 17/2003 disebutkan bahwa
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Anggaran Negara


3.1.1 Pengertian Anggaran Negara
Anggaran negara adalah hasil dari suatu perencanaan yang berupa daftar mengenai
bermacam-macam kegiatan terpadu, baik menyangkut penerimaannya maupun
pengeluarannya yang dinyatakan dalam satuan uang dalam jangka waktu tertentu. Negara
Indonesia menetapkan anggaran negaranya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang setelah mendapatkan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Anggaran negara merupakan salah satu alat politik fiskal untuk mempengaruhi arah
dan percepatan pendapatan nasional. Adapun mengenai anggaran yang akan digunakan
tergantung pada keadaan ekonomi yang dihadapi. Dalam keadaan ekonomi yang normal
dipergunakan anggaran negara yang seimbang, kemudian dalam keadaan ekonomi yang
deflasi biasanya dipergunakan anggaran negara yang defisit dan sebaliknya dalam keadaan
ekonomi yang inflasi dipergunakan anggaran negara yang surplus.
Umumnya anggaran negara dapat diklasifikasikan atas 2 kategori:
A. Anggaran Berimbang (Balanced Budgeting)
Anggaran berimbang disusun sedemikian rupa sehingga setiap pengeluaran
pemerintah dapat dibiayai oleh penerimaan dari sektor pajak atau sejenisnya, yaitu
suatu kondisi dimana penerimaan pemerintah sama dengan pengeluaran pemerintah.
B. Anggaran Tidak Seimbang (Unbalanced Budgeting)
Anggaran tidak seimbang terdiri dari anggaran surplus dan anggaran defisit.
Anggaran surplus yaitu pengeluaran lebih kecil dari penerimaan sedangkan anggaran
defisit yaitu pengeluaran lebih besar dari penerimaan. Anggaran belanja yang tidak
seimbang biasanya akan mempunyai pengaruh yang berlipat ganda terhadap
pendapatan nasional.
3.2 Fungsi Anggaran Negara
Anggaran yang dimiliki oleh suatu negara mengandung tiga fungsi fiskal utama yaitu:
1) Fungsi Alokasi
Pemerintah mengadakan alokasi terhadap sumber-sumber dana untuk
mengadakan barang-barang kebutuhan perseorangan dan sarana yang dibutuhkan
untuk kepentingan umum. Semuanya itu diarahkan agar terjadi keseimbangan antara
uang beredar dan barang serta jasa dalam masyarakat.
2) Fungsi Distribusi
Pemerintah melakukan penyeimbangan, menyesuaikan pembagian pendapatan
dan mensejahterahkan masyarakat.
3) Fungsi Stabilitas
Pemerintah meningkatkan kesempatan kerja serta stabilitas harga barang-
barang kebutuhan masyarakat dan menjamin selalu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang mantap.
3.3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
3.3.1 Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintah negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Dalam
menyusun suatu anggaran harus berkaitan antara dana-dana yang akan dikeluarkan dan
tujuan yang akan dicapai. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berisikan
daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara
dalam satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember). Namun ada juga yang dimulai dari 1
April dan berakhir pada 31 Maret tahun berikutnya. Pola Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) dan realisasinya adalah untuk melaksanakan tugas sehari-hari (rutin) dalam
rangka pelaksanaan kegiatan dibidang pemerintahan
3.3.2 Perumusan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) diajukan oleh presiden
dalam bentuk rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Setelah
melalui pembahasan, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menetapkan undang-undang tentang
Anggaran Pendapatan dan Belanja negara (APBN) selambat-lambatnya dua bulan sebelum
tahun anggaran dilaksanakan. Berdasarkan perkembangannya jika ditengah-tengah tahun
anggaran yang berjalan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat
mengalami perubahan. Pada kondisi tersebut pemerintah harus mengajukan kembali
Rancangan Undang-Undang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
untuk mendapatkan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR) kembali. Perubahan
yang akan dilakukan paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan
Anggaran DPR. Khusus untuk kejadian yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya seperti
bencana alam, pemerintah dapat melakukan perubahan anggaran yang belum tersedia.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dibedakan menjadi anggaran rutin
dan anggaran pembangunan. Suatu anggaran rutin yang terdiri dari:

a. Anggaran penerimaan rutin (dalam negeri)


b. Anggaran belanja (pengeluaran) rutin
Sedangkan untuk melaksanakan tugas pembangunan (non rutin) disusun anggaran
pembangunan yang terdiri dari:
a. Anggaran penerimaan pembangunan
b. Anggaran belanja (pengeluaran) pembangunan
3.4 Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki enam fungsi dalam
rangka membentuk struktur perekonomian negara antara lain:
1. Fungsi Otoritas
Bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan belanja negara pada tahun yang bersangkutan,
dengan demikian pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan
kepada rakyat.
2. Fungsi Perencanaan
Bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk mendukung pembelanjaan tersebut. Misalnya telah direncanakan atau
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan, maka pemerintah dapat
mengambil tindakan untuk persiapan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan
lancar.
3. Fungsi Pengawasan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus menjadi pedoman
untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi Alokasi
Bahwa suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus
diarahkan untuk mengurangi penggangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi Distribusi
Bahwa kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi Stabilitas
Bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) menjadi alat untuk
memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
3.5 APA PERLUNYA TRANSPARANSI KEUANGAN?
Dapat dipastikan banyak orang yang bertanya mengapa keuangan yang dikelola suatu
lembaga publik harus transparan atau terbuka untuk diketahui warganya? Ada beberapa
penjelasan yang dapat menerangkan mengapa transparansi keuangan lembaga publik sangat
penting: Pertama, untuk meningkatkan kepercayaan (trust). Pemerintah yang terbuka
menyampaikan informasi keuangan kepada publik lebih dipercaya dibanding pemerintah
yang relatif tertutup. Medina and Rufín (2015) menjelakan bahwa “transparency does have
both a direct effect on trust and an indirect effect that is mediated by satisfaction.”
Pemerintah yang tertutup dengan informasi keuangan dapat dinilai warga memiliki setumpuk
rahasia penyelewengan keuangan. Pemerintah menutup informasi keuangan dapat diduga
kurang berkompeten dalam mengelola dan melaporkan keuangan. Umumnya. pemerintah
yang tertutup tidak dapat menjelaskan mengapa kinerja pembangunan mereka buruk dan
tidak berhasil.
Kedua, untuk meningkatkan pengawasan masyarakat (controlling). Untuk
mengefektifkan pelaksanaan pembangunan warga perlu disertkan dalam pengawasan, dan
pengawasan masyarkat ini akan efektif bila warga masyarakat mendapat informasi tentang
pembiayaan program/kegiatan. Warga menjadi “watch dog” di tingkat lapangan bila
perangkat pemerintah tidak ada disana. Pemerintah mempunyai keterbatasan dalam
melakukan mengawasan program dan kegiatan, dan untuk itu membutuhkan dukungan warga
masyarakat. Warga masyarkat dapat menilai dan memberikan masukan untuk berbagai
kekurangan atau kelalaian pelaksanaan program/kegiatan di bila pemerintah transparan dalam
penyampaian informasi keuangan program/kegiatan. Ketiga, bahwa warga berhak untuk
mendapatkan informasi dan hak untuk mengetahui (right to inform and right to know). Pasal
14 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia menyatakan “setiap
orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi yang diperlukan untuk
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya”. Hak-hak warga negara menjadi
perhatian dan ukuran kualitas demokrasi di setiap negara. Warga mempunyai hak untuk
mendapatkan informasi dan mengetahui kebijakan, program, dan kegiatan pemerintah yang
secara langsung atau tidak langsung berdampak pada kehidupan warga dan masyarakat.
Keuangan yang dialokasi pemerintah juga harus diinformasikan secara terbuka (transparan)
agar warga dapat menilai kecukupan atau kekurangan untuk membiayai kebijakan, program,
dan kegiatan.
3.6 TRANSPARANSI DALAM REGULASI
Transparansi keuangan pertama kali disebut dalam UndangUndang 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara (UU17/2003). Dalam penjelasan UU 17/2003 disebutkan bahwa
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.
Kebutuhan transparansi keuangan pertama kali disebut dalam Undang-Undang 17
tahun 2003 tentang Keuangan Negara (UU17/2003). Dalam UU 17/2003 tersebut
transparansi ditetapkan sebagai salah satu asas bahwa pertanggungjawaban keuangan negara
merupakan keniscayaan. Pemerintah wajib transparan dalam pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan negara. Penyampain laporan keuangan kepada publik
merupakan wujud ”transparansi” dan ”akuntabilitas” pengelolaan keuangan negara.
Selanjutnya ditetapkan bahwa dalam rangka transparansi dan akuntabilitas disusun Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) (UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara). Definisi
transparansi didapatkan dalam Peraturan Pemerintah yang mengatur Standar Akuntansi
Pemerintahan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahunm 2004 (PP24/2004) yang telah
diganti melalui PP71/2010. Dalam kedua peraturan ini ditemukan batasan ”transparansi”:
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka
dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang undangan.
Definisi ini menegaskan bahwa transparansi keuangan merupakan wujud keterbukaan
informasi keuangan kepada publik. Makna yang terkandung bahwa pemerintah sebagai badan
publik harus menyediakan informasi kepada publik. Pertanyaan berikut muncul tentang
alasan ”mengapa pemerintah harus transparan kepada warga/masayarakat?” Regulasi
menjelaskan beberapa alasan yang mengharuskan badan publik transparan dalam hal
informasi kepada warga masyarakat.
Alasan-alasan ini diatur dalam Pasal 3 UU 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik (KIP).
a) menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan publik,
program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik, serta alasan
pengambilan suatu keputusan publik;
b) mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik;
c) meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan
pengelolaan Badan Publik yang baik;
d) mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang transparan, efektif dan
efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan;
e) mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak;
f) mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa; dan/atau
g) meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan Publik untuk
menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.
1. Sumber-sumber penerimaan negara, pada dasarnya dapat kita golongkan sebagai berikut:
a. Pajak
Ialah pembayaran iuran oleh rakyat kedapa negara yang dapat dipaksa tanpa balas
jasa yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam struktur penerimaan negara
perpajakan masih merupakan primadona dan komponen terbesar dalam negeri untuk
menopang pembiayaan operasional pemerintahan dan pembangunan.
b. Retribusi
Adalah suatu pungutan yang dilakukan oleh pemerintah kepada seseorang (dan atau
badan hukum)yang telah menikmati jasa (dan barang) pemerintah.
c. Keuntungan dari perusahaan-perusahaan negara.
Penerimaan yang berasal dari sumber ini merupakan penerimaan-penerimaan
pemerintah dari keuntungan dalam penjualan barang-barang dan jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan negara. Perusahaan negara ini dapat berbentuk persero,
perum, dan perjan. Dapa didirikan oleh pemerintah pusat atau permintah daerah.
d. Denda-denda dan perampasan yang dilakukan oleh pemerintah.
Merupakan pungutanpaksaan terhadap seseorang yang melanggar peraturan yang
dibuat oleh pemerintah sebagai badan hukum publik.
e. Sumbangan masyarakat.
Biasanya untuk jasa-jasa yang didirikan oleh pemerintah, seperti pembayaran biaya-
biaya perizinan (lisensi).
f. Percetakan uang kertas.
Pemerintah juga mempunyai kekuasaan untuk mencetak uang kertas sendiri atau
meminta kepada Bank Sentral untuk memberikan pinjaman kepada pemerintah
walaupun tanpa suatu deking.
g. Hasil dari undian negara.
Dengan undian negara, pemerintah akan dapat menambah penerimaan, yaitu
perbedaan antara jumlah penerimaan dari lembaran surat undian yang dapat dijual
dengan semua pengeluarannya, termasuk hadiah yang diberikan kepada pemenang
undian tersebut.
h. Pinjaman.
Pinjaman ini dapat berasal dari luar negeri maupun dalam negeri.
i. Hadiah.
Sumber dana jenis ini dapat terjadi antara pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah, dari swasta kepada pemerintah dan dapat pula terjadi dari pemerintah suatu
negara kepada negara lain.
j. Hibah.
Adalah semua penerimaan negara yang berasal dari sumbangan swasta dalam negeri,
sumbangan swasta, dan pemerintah luar negeri.
2. Sumber-sumber pendapatan negara Indonesia berdasarkan pada data APBN 2020 (riliun
rupiah):
i. Penerimaan Perpajakan (1.865,7 T), Tax Ratio (11,6%) PDB
 Insentif Pajak
 Super Deduction
Super Deduction untuk R&D: pengurangan pendapatan kantor paling banyak
300% dari biaya aktivitas R&D activities yang dilakukan di Indonesia.
Super Deduction untuk Pelatihan Vokasional: pengurangan pendapatan kantor
paling banyak 200% dari total biaya aktivitas vokasional.
Investment Allowance untuk inddustri padat karya: pengeluaran pendapat
bersih sebesar 60% dari total investasi untuk industri padat karya.
 Insentif PPh
 Super deduction untuk kegiatan vokasi & litbang
 Mini tax holiday untuk investasi <Rp500 M.
 Investment allowance untuk industri padat karya.
 PPh DTP antara lain sektor panas bumi, PPh SBN Valas, dan Penghapusan
Piutang PDAM 2020.
 Insentif PPN
 Insentif PPN bagi impor dan penyerahan barang strategis → mesin dan
peralatan pabrik.
 PPN tidak dipungut atas impor dan penyerahan jasa dan alat angkut tertentu
(a.l. kapal laut, pesawat udara dan kereta api)
ii. Penerimaan Negara Bukan Pajak (367,0 T), PNBP lainnya (100,9 T), Pendapatan
SDA ( 160,4 T), Pendapatan BLU (56,7 T), Pendapatan dari KN Dipisahkan (49,0
T).
Langkah Kebijakan PNBP
 Pengelolaan dan Pemanfaatan SDA yang Optimal, Efektif dan Efisien.
Penyempurnaan regulasi dan kontrak, efisieni kegiatan, peningkatan
kepatuhandan intensifikasi pengawasan.
 Peningkatan Pelayanan dan Penyesuaian Tarif
Mempertimbangkan daya beli dan pengembangan dunia usaha, optimalisasi
pengelolaan Barang Milik Negara (BMN).
 Peningkatan Efisiensi BUMN dan Kinerja BLU
Mempertimbangkan cashflow BUMN dan kemampuan keuangan BUMN,
pelayanan BLU yang lebih profesional.
 Penyempurnaan Tata Kelola
Implementasi UU PNBP dan penyempurnaan regulasi pelaksanaan UU PNPB,
perluasan penggunaan teknologi informasi dalam rangka pelaksanaan dan
peningkatan pelayanan.
iii. Penerimaan Hibah (0,5 T)
3. Belanja pemerintah pusat (Triliun Rupiah)
Belanja pemerintah pusat naik Rp 13,5 T dari RAPBN 2020. Terdiri dari kenaikan
belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Rp 25 T dan penurunan belanja Non-K/L Rp 11,5
T. Belanja K/L (909,6 T) belanja non K/L (773,9 T).
Langkah Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat:
 Peningkatan kualitas SDM
KIP Kuliah (Mendukung kelanjutan pendidikan masyarakat miskin ke jenjang
yang lebih tinggi), Kartu Pra Kerja (Untuk peningkatan produktifitas bagi
pencari kerja), Keberlanjutan penyediaan layanan kesehatan (kenaikan besaran
bantuan iuran).
 Penguatan Perlindungan Sosial
Peningkatan akses pangan (kartu sembako).
 Pembangunan Infrastruktur
Pemerataan pembangunan antar wilayah, percepatan pengembangan lima
destinasi wisata super prioritas.
a. Anggaran pendidikan
APBN 2020 : 508,1 T (20% dari belanja APBN), pusat 172,2 T, transfer ke
daerah 306,9 T, pembiayaan 29,0 T
b. Anggaran kesehatan
APBN 2020 : 132,2 T (5 % dari belanja APBN), pusat 97,2 T, transfer ke
daerah 34,9 T
c. Anggaran Infrastruktur
APBN 2020 423,3 T, melalui belanja pusat 191,2 T, melalui transfer ke daerah
200,3 T, melalui pembiayaan.
Transfer ke daerah dan dana desa (Triliun Rupiah)
Pada APBN 2020 di alokasikan transfer ke daerah dan dana desa (TKDD)
mencapai Rp 856,9 T.
Langkah kebijakan transfer ke daerah:
a. Dana bagi hasil 117,6 T
b. Dana alokasi khusus fisik 72,2 T
c. Dana insentif daerah 15 T
d. Dana alokasi umum 427,1 T
e. Dana alokasi khusus non fisik 130,3 T
f. Dana otsus, dan dana keistimewaan di DIY.
Langkah kebijakan dana desa :
 Menyempurnakan kebijakan pengalokasian, dengan:
Penyesuaian bobo alokasi dasar (AD) dan alokasi formula (AF) dengan
memerhatikan pemerataan dan keadilan ; pemberian alokasi afirmasi (AA)
kepada desa tertinggal dan desa sangat tertinggal dengan jumlah penduduk
miskin tinggi; pemberian alokasi kinerja (AK) kepada desa-desa kinerja
terbaik;
 Meningkatkan porsi penggunaan dana desa terutama untuk pemberdayaan
masyarakat dan potensi ekonomi desa

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Jadi anggaran pendapatan dan belanja Negara dalam suatu pemerintahan merupakan
salah satu structural yang berperan sebagai tulang punggung dalam menopang kehidupan
Negara baik itu dalam hal kemakmuran, kesejahteraan,bahkan berlangsungnya perkembangan
suatu Negara untuk mencapai sebuah kemajuan. Selain itu persoalan APBN sangatlah penting
tatkala Negara tersebut sedang mengalami kondisi dimana pengeluaran jauh lebih banyak
daripada pemasukannya.
Pendapatan APBN paling banyak disumbang dari penerimaan pajak yang didominasi
oleh sumber-sumber antara lain pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai barang atau pajak
penjualan barang mewah, pajak bumi dan bangunan, penerimaan cukai dll. Dari tahun ke
tahun penerimaan/pendapatan negara dari pajak terus meningkat.
Pemerintah yang terbuka menyampaikan informasi keuangan kepada publik lebih
dipercaya dibanding pemerintah yang relatif tertutup.
Transparansi keuangan pertama kali disebut dalam UndangUndang 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara (UU17/2003). Dalam penjelasan UU 17/2003 disebutkan bahwa
Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah
yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi
pemerintah yang telah diterima secara umum.
4.2 Saran
Namun, masih banyak persoalan-persoalan menyangkut APBN, mulai dari
penyusunan anggaran sampai pelaksanaan anggaran yang sering kali lebih besar pengeluaran
dari pendapat dan mengalami deficit anggaran yang menyebabkan Indonesia masih memilih
jalan keluar untuk menutupi deficit tersebut dengan cara meminjam dana ke lembaga-
lembaga keuangan dunia dan Negara-negara maju di dunia.
Dengan adanya APBN yang tersusun secara terperinci, seharusnya negara indonesia
bisa mengatasi berbagai persoalan yang ada dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
meminimalisasi berbagai dampak buruk dari semua masalah yang timbul di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

BMP ADMINISTRASI KEUANGAN ADPU4333


https://www.kemenkeu.go.id/apbn2020
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/
publications/217576-makna-transparansi-dalam-pengelolaan-
keu.pdf&ved=2ahUKEwjSi7rPyontAhXFdH0KHRsaBM0QFjABegQIChAF&usg=AOvVaw
1Sl3oHANk7FQwU3y-d_ap0
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/
publications/217576-makna-transparansi-dalam-pengelolaan-
keu.pdf&ved=2ahUKEwjg0N2B24TtAhVrlEsFHRLvDlQQFjABegQIBxAF&usg=AOvVaw
1Sl3oHANk7FQwU3y-d_ap0&cshid=1605451196845

Anda mungkin juga menyukai