Anda di halaman 1dari 3

NAMA: LALA LATIFAH

NIM: 041161187

1. Dalam otonomi daerah, pimpinan daerah memegang peran sangat srategis dalam
mengelola dan memajukan daerah yang dipimpinnya. Perencanaan strategis sangat
vital, karena disanalah akan terlihat dengan jelas peran kepala daerah dalam
mengoordinasikan semua unit kerjanya. Seagaimana dijelaskan dalam pasal 156 ayat
(1) Undang-Undang No. 32 tahun 2004, Kepala Daerah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah. Untuk itulah, perlu kecakapan yang tinggi bagi
pimpinan daerah agar pengelolaan dan terutama alokasi dari keuangan daerah
dilakukan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan
daerah.
2. Analisis pendapatan daerah berikut ini memberikan gambaran kondisi pendapatan
daerah yang bersedia dalam APBD. Pendapatan daerah pendapatan asli Daerah
(PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah. PAD mencakup: 1) Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Terpisahkan dan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah; 2) Dana Perimbangan yang mencakup
Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus; Serta 3)
Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah termasuk Hibah, Pendapatan Bagi
Hasil Pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, Dana Penyesuaian, dan
Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya.
Kinerja pendapatan daerah dapat diukur dengan indikator derajat kemandirian
keuangan daerah (desentralisasi fiskal). Indikator ini dihitung dari rasio Pendapatan
Asli Daerah terhadap total Pendapatan Daerah. Dengan melihat kemandirian
keuangan daerah ini tidak akan diketahui apa pun yang terjadi, daya perpajakan
lokal suatu daerah, dan tidak ada kemampuan PAD dalam pendanaan daerah yang
dianggarkan untuk memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.
Derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Rejang Lebong dalam kurun waktu tahun
2011-2015 tergolong masih rendah, terlihat dari perwakilan PAD terhadap total
pendapatan daerah hanya sekitar 4,42% -7,52%. Kondisi ini menunjukkan bahwa
tingkat ketergantungan Kabupaten Rejang Lebong terhadap dana transfer dari
pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi Bengkulusangat tinggi.

3. Badan pemeriksaan keuangan (BPK) semakin serius menyikapi laporan keuangan


pemerintah daerah (LKPD) yang terus menerus amburadul. Pelaporan ada dua LKPD
yang telah dilaporkan BPK ke aparat penegak hokum, yakni Pemda Bengkulu dan
NAMA: LALA LATIFAH
NIM: 041161187

Pemda Purwakarta. Sedang LKPD Pemda DKI Jakarta tengah dilakukan pemeriksaan
secara intensif oleh tim investigasi BPK.

Hal ini dilakukan setelah BPK menemukan sejumlah kejanggalan dan


penyimpangan di dalam LKPD kedua pemda tersebut yang menjurus ke tindak pidana
korupsi. Demikian disampaikan oleh Anggota V BPK Hasan Bisri kepada sejumlah
wartawan dalam acara Media Workshop di Jakarta. (Kompas: Rabu, 14 September
2007).

Sementara untuk Bengkulu, BPK menemukan dana bagi hasil yang tidak
masuk kepada kas daerah. “Keduanya sudah di sampaikan ke KPK. Sekarang sedang
diproses. Tunggu saja tindak lanjut KPK. Untuk lainnya, masih dalam proses
pemeriksaan lebih lanjut, termasuk LKPD Jakarta.

Anggota BPK yang membidangi pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab


keuangan daerah dan kekayaan daerah untuk wilayah Sumatera dan Jawa ini bahwa
tindakan pelaporan itu sekaligus sebagai shock therapy bagi pemda-pemda lainnya
agar memperbaiki LKPD nya jika tidak, sudah ada contohnya. Mudah-mudahan
langkah kami ini manjur. Wajar jika BPK mengingatkan seperti itu. Pasalnya, selama
ini LKPD yang telah diperiksa BPK selalu amburadul. Kedua LKPD di atas adalah
contoh kecil. Terakhir, dalam laporan hasil pemeriksaan BPK Semester I Tahun
Anggaran 2007, dari 480 entitas daerah yang ada, hanya 362 entitas daerah yang
sudah menyerahkan LKPD. Semuanya sudah diperiksa oleh BPK, sementara sisanya
belum menyerahkan LKPD. Semuanya sudah diperiksa oleh BPK, sementara sisanya
belum menyerahkan. Hasil pemeriksaan BPK ini dilakukan pada periode 4 Januari
hingga 30 Juni 2007.

Dari 362 LKPD yang diperiksa, hanya tiga LKPD yang mendapat penilaian BPK
‘Wajar Tanpa Pengecualian’. Ketiga pemda tersebut adalah Surabaya, Sambas, dan
Pontianak. Kemudian penilaian ‘Wajar Dengan Pengecualian’ diberikan kepada
sebanyak 282 LKPD. Opini ‘Tidak Wajar’ kepada 19 LKPD, dan ‘Tidak Menyatakan
Pendapat’ (disclaimer) kepada 58 LKPD.

Pemeriksaan keuangan atas LKPD menunjukkan adanya kelemahan sistem


pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
NAMA: LALA LATIFAH
NIM: 041161187

undangan. Pembautannya sejauh ini ketidakpatuhan pada misi mengeluarkan uang


tanpa anggaran, karena APBD belum disetujui. Lalu postur pengadaan barang tidak
mengikuti aturan, juga ketidaktertiban administrasi masih ada. Jadim kalau bicara
laporan keuanganm lebih banyak pada pendapatan dan belanja dicatat serta
dilaporkan.

Dalam hasil pemeriksaan LKPD tersebut, BPK mengungkapkan 4.912 temuan


pemeriksaan yang mesti mendapat perhatian dari DPRD dan Pemda setempat.

Kelemahan lainnya di dalam penyusunan LKPD, salah satunya soal pengabaian tata
kelola anggarannya dengan baik sehingga LKPD tidak dibuat dengan benar. Padahal,
LKPD itu sendiri terdiri atas laporan anggaran (LRA),neraca, laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan (CaLK). LKPD ini biasanya dilampiri ikhtisar laporan
keuangan perusahaan daerah badan lainnya.

Sumber:

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
media.neliti.com/media/publications/43294-ID-pengelolaan-keuangan-daerah-di-era-
otonomi-daerah.pdf&ved=2ahUKEwizqoyl--
DsAhVwILcAHYYNBCEQFjAEegQIARAB&usg=AOvVaw1qukQ11R9X6JUDyB
RKOvq6

https://www.rejanglebongkab.go.id/pengelolaan-keuangan-daerah/

BMP ADMINISTRASI KEUANGAN ADPU4333/MODUL5

Anda mungkin juga menyukai