Anda di halaman 1dari 5

Jawab :

1. Proses penyusunan APBD pada pemerintah daerah kabupaten/ kota diawali dengan
penetapan tujuan, target, dan kebijakan. Kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang
apa yang akan dicapai dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang akan
dilakukan, sangat krusial bagi kesuksesan anggaran. Di tahap ini proses distribusi sumber
daya mulai dilakukan. Pencapaian konsensus alokasi sumber daya menjadi pintu
pembuka bagi pelaksanaan anggaran. Proses panjang dari penentuan tujuan ke
pelaksanaan anggaran seringkali melewati tahap yang melelahkan, sehingga perhatian
terhadap tahap penilaian dan evaluasi sering diabaikan.Kondisi inilah yang tampaknya
sering terjadi.

Proses penyusunan APBD dimulai dengan pemerintah daerah menyampaikan kebijakan


umum APBD tahun anggaran berikutnya sejalan dengan rencana pemerintah daerah
sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan
Juni tahun berjalan. Selanjutnya DPRD membahas kebijakan umum APBD yang
diajukan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun
anggaran berikutnya. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan
DPRD, pemerintah daerah bersama DPRDmembahas Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara (PPAS) untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dengan peraturan daerah.

Setelah dokumen rancangan perda mengenai APBD tersusun, pemerintah daerah


mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan
Oktober.Pembahasan rancangan peraturan daerah tentang APBD antara pemerintah
daerah dengan DPRD dilakukan sesuai dengan undang-undang yang mengatur susunan
dan kedudukan DPRD.Dalam pembahasan perda RAPBD, DPRD dapat mengajukan usul
yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam rancangan
peraturan daerah tentang APBD.

Berdasarkan pasal 186 UU nomor 23 tahun 2014, rancangan perda kabupaten/ kota
tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan peraturan bupati/ walikota
dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) minggu disampaikan kepada gubernur untuk
dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh kepada bupati/ walikota paling lama 15 (lima
belas) hari terhitung sejak diterimanya rancangan perda kabupaten/ kota dan rancangan
peraturan bupati/ walikota tentang penjabaran APBD.

Pengambilan keputusan mengenai rancangan peraturan daerah tentang APBD dilakukan


oleh DPRD selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan
dilaksanakan.APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit prganisasi,
fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.Apabila DPRD tidak menyetujui rancangan
peraturan daerah yang diajukan pemerintah daerah, maka untuk membiayai keperluan
setiap bulan pemerintah daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya
sebesar angka APBD tahun anggaran sebelumnya.

Sumber :http://repository.unpas.ac.id/

2. Pelaksanaan APBD kota Bandar Lampung masih terdapat banyak kendala/ masalah
seperti kurangnya sosialisasi akan pajak dan retribusi, masih adanya tunggakan pajak,
kurang optimalnya petugas pengelola adminitrasi dan dalam belanja daerah pemerintah
kota masih terlalu fokus terhadap belanja pegawai sehingga anggaran untuk belanja yang
lain masih terlalu kecil pembagiannyaPelaksanaan APBD di kota Bandar Lampung
secara umum mengalami peningkatan baik dalam hal pendapatan daerah, belanja daerah
maupun pembiayaan daerah. Dalam hal pendapatan daerah, kota Bandar Lampung dari
tahun 2010-2014 rasio pendapatan daerah yang berasal dari PAD dan lain-lain.

Pendapatan daerah yang semakin meningkat, hal tersebut menunjukkan semakin


berkurangnya tingkat atau rasio ketergantungan pemerintah kota Bandar Lampung
terhadap dana perimbangan yang didapatkan dari pemerintahan pusat. Terutama PAD
yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan mempengaruhi hal tersebut dapat
tercapai ialah peningkatan standarisasi pelayanan dalam bentuk penyusunan peraturan
kepala daerah yang memuat Pedoman Operasional Standar (POS) pelayanan perpajakan,
retribusi dan perizinan yangbertujuan untuk meningkatkan iklim investasi yang kondusif
bagi para investor dalam menanamkan modalnya sehingga dapat meningkatkan PAD kota
Bandar Lampung. Pemerintahan kota Bandar Lampung juga secara konsisten melakukan
penyertaan modal (investasi). Penyertaan modal pemerintah kota Bandar Lampung
dilakukan agar dapat mendorong meningkatkan kapasitas/ skala usaha yang tentunya
akan meningkatkan aktivitas perekonomian di kota Bandar Lampung diataranya pada PD
Bank Pasar, PT. Bank Lampung danBPRS kota Bandar Lampung, serta PDAM Way
Rilau.

Pemerintah kota Bandar Lampung telah melakukan optimalisasi dalam PAD ataupun
lain-lain .Pendapatan yang sah pada TA.2010 s.d TA.2014 mengalami peningkatan
dimana pada TA.2010 PAD 9,04% menjadi 21,49% pada TA. 2014. Begitu pula, lain-lain
pendapatan yang sah pada TA. 2010 sebesar 20,88% menjadi sebesar 21,89% pada TA.
2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah kota Bandar Lampung telah
melakukan optimalisasi pendapatandaerah terutama pada PAD yang meningkat cukup
signifikan setiap tahunnya. Yang menjadikan semakin berkurangnya tingkat
ketergantungan terhadap dana berimbang yang dimana didapat dari pemerintahan pusat.
Namun dalam pelaksanaan belanja daerah kota Bandar Lampung masih sangat berfokus
pada belanja pegawai. Dimana pengeluaran untuk belanja pegawai sebesar 50,23% dan
didalam belanja tak langsung sebesar 95,67%. Pada TA. 2014 realisasi pungutan pajak
daerah turun menjadi 84,76% yang mana pada TA. 2010 sebesar 89,37%. Dengan
demikian, dapat kita lihat adanya kurang maksimalnya usaha pemerintah daerah untuk
meningkatkan jumlah pendapatan dari segi pajak daerah.

Selama periode TA.2010 sampai dengan TA. 2014, pemerintahan kota Bandar Lampung
konsisten dalam mengalokasikan dan anggaran dalam pembiayaan pengeluaran untuk
melakukanpenyertaan modal (investasi). Dengan sisa lebih perhitungan APBD tahun
sebelumnya (SILPA) yang fluktuatif dari tahun ketahun, namun pada TA.2014
mengalami penurunan terhadap realisasi SILPA yakni pada TA.2013 sebesar Rp.
90.097.476.655,79 dan pad TA. 2014 turun menjadi sebesar Rp.35.954.566.767,82 dan
yang mengakibatkan pada jumlah pembiayaan netto kota Bandar Lampung menjadi
defisit sebesar Rp. 15.520.663.432,18. Namun pemerintahan kota Bandar Lampung tetap
melakukan penyertaan modal (investasi) sebesar Rp.17.992.740.000,00. Hal tersebut
menggambarkan pemerintah kota Bandar Lampung memang sengaja mendefisitkan
jumlah pembiayaan netto dan tetap konsisten melakukan penyertaan modal (investasi).

Sumber: LKPJ AMJ Walikota Bandar Lampung Tahun 2010-2015 dan Nota Keuangan
dan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010, Kebijakan
Desentralisasi Fiskal

3. Mekanisme pengawasan terhadap keuangan daerah dapat dilakukan oleh badan pengawas
internal dan badan pengawas eksternal. Pengawasan keuangan daerah oleh pihak internal
dilaksanakan oleh inspektorat wilayah provinsi dan inspektorat wilayah kabupaten atau
kotamadya.Pihak intern bertugas melakukan koordinasi rencana pemeriksaan dan juga
pengumpulan dan penelaahan informasi umum mengenai obyek yang diperiksa dan
penyusunan program kerja pemeriksaan (PKP). Dalam pelaksanaan pemeriksaan terbagi
atas tiga bagian yaitu pertama melakukan pertemuan awal dimana tim pemeriksa bertemu
dengan kepala daerah atau instansi yang akan diperiksa untuk menyampaikan tujuan dan
maksud pemeriksaan. Kemudian, tim pemeriksa melaksanakan tugas pemeriksaan pada
obyek yang akan diperiksa sesuai dengan program kerja pemeriksaan. Terakhir,
timpemeriksa melakukan pertemuan akhir dimana tim pemeriksa menyampaikan pokok-
pokok hasil pemeriksaan kepada kepala daerah atau yang mewakili dan pimpinan instansi
yang terkait.

Sedangkan, mekanisme pengawasan yang dilakukan oleh pihak eksternal yang dalam hal
ini dilakukan oleh BPK yaitu dibagi dalam tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan dan
pelaporanhasil pemeriksaan.Dalam melaksanakan pemeriksaan, BPK juga dapat
mempertimbangkan informasi dari pemerintah, bank sentral dan juga
masyarakat.Implikasi dari pelaksanaan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan
daerah adalah pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan rencana kerja pemerintah
daerah dan menghindari adanya penyelewengan dalam pengelolaan keuangan daerah.

Pengawasan keuangan daerah yang dilakukan oleh pihak intern dan ekstern memiliki
mekanisme pemeriksaan yang terlalu panjang sehingga memerlukan waktu pemeriksaan
yang lama.Hal ini berakibat pada konsistensi hasil pemeriksaan sehingga memerlukan
koreksi ulang oleh pihak atau badan yang telah melakukan pemeriksaan sebelumnya.Oleh
karena itu, pemerintah seharusnya merumuskan mekanisme pengawasan yang lebih
efektif dan efisien sehingga hasil yang diperoleh lebih mencerminkan keadaan yang
sebenarnya.

Bagaimanakah faktanya di lapangan.

Masih terdapat berbagai masalah dalam pelaksanaan otonomi daerah, khususnya


pengelolaan keuangan daerah disebabkan karena adanya kelemahan peraturan
perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah. Peraturan perundang-
undangan tentang pengelolaan keuangan daerah, khususnya di bidang penganggaran,
banyak yang belum dijabarkan baik ke dalam peraturan daerah (perda) maupun peraturan
gubernur/ bupati/ walikota.Masing-masing daerah dalam menerbitkan peraturan daerah
memiliki standar produktivitas yang berbeda.

Permasalahan juga timbul karena ketidak konsistenan dalam rumusan peraturan


perundang-undangan kebijakan, khususnya di bidang perencanaan anggaran.Sistem
perencanaan anggaranmodel lama masih digabung dengan sistem baru, sehingga
mengakibatkan kerancuan dalam menetapkan arah kebijakan anggaran.

Produktivitas perumusan perda hanya untuk perda-perda yang berorientasi untuk


meningkatkan PAD. Rendahnya kualitas SDM dan lemahnya koordinasi serta melibatkan
stakeholders dalam perumusan kebijakan anggaran mengakibatkan pengelolaan keuangan
daerah tidak sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Pengawasan Penggunaan Keuangan Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi daerah.


http://journal.uniera.ac.id/pdf_repository/juniera37-
2H2k109TEEwy0L8aVquQHmh7z.pdf

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah: Kajian Struktur Perundang-undangan,


Pembentukan dan Penerapannya. 2004.
http://www.bpkp.go.id/puslitbangwas/konten/577/Keuangan-Daerah
Pengawasan Keuangan Daerah dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah Ditinjau dari
Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45404/2/Chapter%20III-V.pdf

Anda mungkin juga menyukai