Anda di halaman 1dari 4

1. Bagaimanakah penyusunan APBD dilakukan?

2. Bagaimanakah proses penatausahaan keuangan daerah di Indonesia serta


jelaskan permasalahan yang sering terjadi.
3. Jelaskan pembinaan pengelolaan keuangan daerah bersifat umum dan teknis
yang dilakukan di daerah kabupaten/kota serta bentuk-bentuk pengawasan
keuangan daerah?
4. Bagaimanakah permasalahan yang sering terjadi dalam mekanisme
pengawasan?

Tanggapan

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan


tahunan pemerintah daerah yang dibahasa dan disetujui bersama oleh Pemerintah
Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang ditetapkan dengan Perda.
Kepala Daerah wajib mengajukan PERDA tentang APBD kepada DPRD untuk
memperoleh persetujuan bersama. Rancangan PERDA APBD yang diajukan
merupakan perwujudan dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang
dijabarkan dalam Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS) yang telah disepakati oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD.
RKPD disusun berdasarkan rencana kerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD)
dalam jangka satu tahun anggaran. RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Rancangan KUA dan PPAS disusun oleh kepala daerah dibantu oleh TAPD yang
dipimpin oleh sekretarias daerah. Kemudian rancangan KUA dan PPAS
disampaikan oleh kepala daerah kepada DPRD untuk dibahas dalam pendahuluan
RAPBD. Selanjutnya, KUA dan PPAS yang telah disepakati dituangkan dalam nota
kesepakatan.

Berdasarkan nota kesepakatan, TAPD membuat surat edaran kepala daerah tentang
penyusunan Rencana Kerja Anggaran Organisasi Perangkat Daerah (RKA-OPD)
sebagai acuan OPD dalam menyusun RKA-OPD.

RKA-OPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk setiap program


kegiatan, serta rencana pembiayaan untuk tahun yang direncanakan. Rencana
pembiayaan meliputi perincian objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta
perkiraan maju untuk tahun berikutnya.
2. Dalam Penatausahaan keuangan daerah, kepala daerah menetapkan :

 Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat penyediaan dana


(SPD)
 Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat perintah membayar
(SPM)
 Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan surat pertanggungjawaban
(SPJ)
 Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat perintah pencaiaran
dana (SP2D)
 Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran
 Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bansos, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan,
belanja tak terduga, dan pengeluaran pembiayaan pada SKPKD
 Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu
OPD
 Pejabat lainnya dalam rangka pelaksanaan APBD.

Tugas - tugas Panatausahaan dilakukan oleh bendahara penerimaan dan bendahara


pengeluaran dengan mengacu pada Sistem Akuntasi Pemerintah Daerah. Proses
pelaksanaan dan penatausahaan dilakukan dengan memperhitungkan kinerja yang
sudah ditetap dalam APBD dan harus sejalan dengan indikator kinerja yang sudah
disepakati dalam dokumen APBD. hal itu agar anggaran yang direncanakan bisa
sejalan sebagaiman mestinya dan dapat meminimalisir kesalahan dalam
pelaksanaan dan penatausahaan keuangan daerah.

Kegiatan Penatausahaan keuangan meliputi Pengendalian terhadap pelaksanaan


APBD yaitu melalui Penatausahaan Penerimaan dan penatausahaan pengeluaran.

Bendahara penerimaan mencatat transaksi pada buku penerimaan, penyetoran serta


buku register surat tanda setoran (STS). Kemudian alur penatausahaan pengeluaran
berlangsung melalui pengajuan surat permintaan pembayaran (SPP), Uang
Persediaan (UP), Ganti Uang (GU), Tambah Uang (TU) dan Langsung (LS) dari
bendahara pengeluaran kepada pejabat penatausahaan keuangan (PPK) Perangkat
Daerah yang bertugas melakukan validasi yang diajukan serta menyusun Surat
Perintah Membayar (SPM) yang sudah disahkan oleh Kepala OPD selaku
Pengguna Anggaran (PA)

Bendahara penerimaan dan pengeluaran menyusun laporan pertanggung jawaban


administatif dan fungsional setiap bulan

Permasalahan permasalahan dalam yang sering terjadi dalam penatausahaan yaitu:


 Proses Penatausahaan yang tidak sesuai urutan prosedur dan bukti-bukti
pengeluaran yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku
 Sering terjadi pada OPD Sisa Uang Persediaan dan Tambahan Uang
Persediaan yang belum disetorkan kembali ke Rekening Kas Daerah.
 SDM dalam Penatausahaan Keuangan pada Perangkat Daerah belum
memahami Sistem Akuntansi Pemerintah berbasis akrual.
 Pengelolaan bukti pendukung yang kurang memadai dalam menyusun SPJ
 Penatausahaan asset daerah yang masih terpisah dengan penatausahaan
keuangan daerah.
 Adanya kesalahan-kesalahan dalam proses pencatatan dalam buku kas umum

3. Maksudnya adalah Pembinaan pengelolaan keuangan pemerintah kabupaten/kota


dikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil pemerintah pusat. Pembinaan umum
dan teknis dilakukan dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan,
penelitian dan pengembangan terkait kebijakan otonomi daerah. Sementara DPRD
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.
Pengawasan yang dilakukan DPRD dilakukan untuk menjamin capaian sasaran
yang telah ditetapkan dalam Perda APBD.

Bentuk – bentuk pengawasan keuangan daerah:

 Pengendalian Internal
Kepala daerah mengatur dan menyelenggaran sistem pengedalian
dilingkungan pemerintahannya dalam rangka meningkatkan kinerja,
transparansi dan akuntabilitas melalui Bawasda atau Inspektorat daerah yang
merupakan bagian dari organisasi pemerintah daerah.

 Pengendalian Eksternal
Yaitu pengawasan yang dilakukan oleh suatu unit pengawasan yang berasal
dari luar lingkungan organisasi eksekutif. Artinya dalam pengawasan
eksternal antara pengawas dan pihak yang diawasi tidak memiliki hubungan
kedinasan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan pengawasan yang
meliputi pemeriksaan pengelolaan keuangan dan pertanggungjawaban
keuangan daerah.

4. Masih belum berjalannya Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) serta


lambatnya tindaklanjut dari hasil temuan audit internal maupun eksternal. Hal itu
berkaitan langsung terhadap efisiensi dan efektivitas pengawasan pengelolaan
keuangan daerah. Selain itu masih adanya kelemahan baik secara kelembagaan
pengawasan dan sistem pengawasannya.

 Dari sisi lembaga pengawasan internal daerah seperti inspektorat daerah dan
Bawasda tidak memiliki kemandirian karena lembaga tersebut masih
diselenggarakan oleh aparatur pemerintahan tanpa adanya unsur yang
berasal dari lembaga eksternal.
 Kualitas dan kuantitas SDM pelaksana pengawasan internal kebanyakan
bukan dari latar belakang akuntan, hanya sebagaian kecil yang memiliki
latar belakang pendidikan akuntansi pemerintahan.
 Dari sistem pengawasan yaitu tidak adanya partisipasi masyarakat dalam
pengawasan perencanaan pemerintah daerah kab/kota, sebagaimana
pengawasan pada pemerintahan desa oleh masyarakat secara langsung.
 Belum maksimalnya penetapan aturan sistem satuan harga yang dapat
dijadikan pedoman dalam perencanaan pengadaan barang dan jasa dan
program kegiatan pembangunan, sehingga pemeriksaan terhadap kewajaran
laporan keuangan hanya terfokus pada kesesuaian antara perencanaan dan
hasil capaian. Ketika seharusnya kesesuian satuan harga dapat menjadi
indikator bagi kewajaran penggunaan anggaran.
 Kurangnya koodinasi antara lembaga pengawasan internal dan lembaga
eksternal.
 Belum adanya sistem pengawasan berbasis teknologi.

Referensi

- Hanif N & Enceng.2022. Materi Pokok Administrasi Pemerintahan Daerah.


Edisi ke-4. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka. 2022
- Rahman & Enceng. 2017. Materi Pokok Administrasi Keuangan. Edisi ke-3.
Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.2020

Anda mungkin juga menyukai