Anda di halaman 1dari 47

PENGUKURAN KINERJA PADA ORGANISASI

SEKTOR PUBLIK

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Viona Dwita 201850001


Thalita Kurnia Dewi 201850494
Oscar Adlin 201850558
Tauhid Fajar Ismail 201850609
Jason Handoko 202052001

TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT


JAKARTA
2022
BAB 19.
Tinjauan Atas Psap Yang Terkait Dengan Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas, & Catatan Atas Laporan
Keuangan.
PEDAHULUAN

Pada tanggal 13 Juni 2005 pemerintah menetapkan PP Nomor 24 Tahun 2005


tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang merupakan pelaksanaan dari
Pasal 32 ayat 2 UU Nomor 2005 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Ritonga,2010). Berdasarkan PP Nomor 24 Tahun 2005 di bagian Pernyataan
Stansarr Akuntansi Pemerintah(PSAP) Nomor 01 tentang Penyajian Laporan
Keuangan menyatakan bahka komponen komponen yang terdapat dalam suatu set
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Laporan realisasi anggaran
b. Neraca
c. Laporan arus kas
d. Catatan atas laporan keuangan

Lima tahun kemudian tepatnya pada 22 oktober 2010, KSAP menerbitkan SAP
Berbasis Akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor 24 tahun 2005 dinyatakan tidak
berlaku lagi. Namu demikian, SAP berbasis Akrual dikembangkan dan mengacu
dari SAO berbasis kas menuju akrual, dan bagi entitas pemerintag yang telah
menerapkan SAP berbasis kas menuju akrual akan melihat kesinambungannya.
Berdasarkan SAP BERBASIS AKRUAL, komponen-komponen laporan keuangan
pemerintah terdiri atas berikut:
a. Laporan realisasi anggaran
b. Laporan perubahan saldo anggaran lebih
c. Neraca
d. Laporan operasional
e. Laporan arus kas
f. Laporan perubahan ekuitas
g. Catatan atas laporan keuangan
Tujuan menerapkan akuntansi dan menyusun laporan keuangan organisasi
pemerintah, meliputi berikut ini:
1. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
aliran kas, saldo, neraca, dan kebutuhan sumber daya keuangan jangka
pendek unit pemerintah.
2. Memberikan informasi keuangan untuk menentukan dan memprediksi
kondisi ekonom suatu unit pemerintah dan perubahan perubahan yang
terjadi di dalamnya.
3. Memberikan informasi keuangan untuk memonitor kinerja. Kesesuaiannya
dengan peraturan perundang undangan , kontrak yang di sepakati dan
ketentuan lain yang disyaratkan
4. Memberikan informasi keuangan untuk perencanaan dan penganggaran ,
serta untuk emprediksi pengaruh akuisisi dan alokasi sumber daya terhadap
pencapaian tujuan operasional
5. Memberikan informasi guna mengevaluasi kinerja manajerial dan
organisasional.

Berdasarkan ujuan diatas dapat disimpulkan bahwa informasi yang berkualitas


dalam laporan keuangan pemerintah dapat meningkatkan akuntabilitas publik.

TINJAUAN ATAS PSAP NOMOR 02 : LAPORAN REALISASI


ANGGARAN BERBASIS KAS

Tujuan dari laporan laporan realisasi atau perhitungan anggaran adalah


mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah yang memenuhi karakteristik
kualitatif laporan keuangam. LRA ( LAPORAN REALISASI ANGGARAN)
adalah laporan yang menyajikan ikhtisar sumber,alokasi, dan pemakaian sumber
daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah, yang menggambrkan perandingan
antara realisasi dan anggaran dalam suatu periode tertentu, secara sederhana, LRA
merupakan sakah satu kompenen laporan keuangan pemerintah yang menyajikan
informasi tentang realisasi dan anggaran entitas pelaporan secara tersanding untuk
suatu periode tertentu.
Penyandingan antara anggaran dan realisasi menunjukan tingkat capaian target
target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan
perundang undangan .
Anggaran pemerintah daerah di tuangkan dalam bentuk APBD yang merupakan
pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah, meliputi rencana
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan selasam suatu periode tertentu.
Anggaran di ukur dengan satuan rupiah.
APBD terdiri dari anggara pendapatan, belanja,dan pembiayaan.
SAP BERBASIS AKRUAL membedakan pendekatan menjadi dua jenis:
- Pendapatan LRA: pendapatan yang di tunjukan untuk penyuun LRA
- Pendapatan LO: merupakan pendapatan yang di tujukan untuk penyusun
Laporan Operasional.

Perbedaan PENDAPATAN DAN PENDAPATAN LRA menurut SAP Berbasis


akrual:
Pendapatan adalah semua penerimaan kas umum daerah yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah
Pendapata LRA semua penerimaan kas umum daerah yang menambah saldo
anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah dan tidak perlu di bayar kembali oleh pemerintah.
Definisi belanja mengalami perunahan, sehingga belanja adalah semua oengeluaran
kas umum daerah yang mengurangi saldo anggaran lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan di peroleh pembayaran kembali oleh
pemerintah
Anggaran belanja yang dituangkan dalam perda APBD disebut sebagai
APROPRIASI, yaitu anggaran yang di setuji DPRD yang merupakan mandar yang
di berikan gubernur/bupati/walikota untuk melakukan pengeluaran pengeluaran
sesuai tujuan yang di tetapkan.
Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembalo dan
pengeluaran yang akan di terima kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun tahun anggran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama di maksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran
Berdasarkn APBD disiapkan peraturan kepala daerah rentang penjabaran APBD.
Anggran yang dialokasikan kepada setiap satuan kerja perangkat daerah SKPD
sebagai pengguna anggaran dituangkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran
(DPA). Anggaran pendaoatan SKPD pada DPA dsebut estimasi oendaoatan yang
dialokasikan anggran belanja oada SPA disebut allotment.
Demikian LRA SKPD membandingkan antara realisasi terhadao alokasi anggaran
dalam DPA SKPPD
Sedangkan LRA di tingkat pemerintah daerah realisasi anggaran di bandingkan
dengan estimasi pendapatan dan apropiasi yang terutang dalam APBD
Basis Akuntansi
Anggaran pemerintah disusun dengan basis kas.
Pemerintah Indonesia masih menggunakan basis kas, untuk anggaran maupun
akuntansi realisasi anggarannya. Dengan menggunakan basis kas, pendapatan
diakui pada saat diterima pada rekening kas umum negara/ kas umum daerah. Maka
pada saat uang diterima bendahara , jumlah tersebut belum diakui sebagai
pendapatan daerah pengakuannya baru di lakukan setelah uang tersebut disetor ke
rekening kas umum daerah.
Berdasarkan PSAP nomor 2, belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran dari
rekening kas umum negara/kas umum daerah. Khusus pengeluaran melalui
bendahara pengeluaran pengakuannya, terjadi pada saat pertanggung jawaban atas
pengeluaran tersebut disahkan ole unit yang menjalankan fungsi pembendaharaan.
Pembayaran langsung kepada pihak ketika atau vendor pengakuan belanjanya
dilakukan pada saat uang di keluarkan. Sedangkan untuk pembayaran dengan dana
kas kecil atau petty cash pada saat diterbitkannya SP2D untuk pemberian uang
persediaan kepada bendahara pengeluaran (SP2D UP) ataupun untuk penambahan
uang persedaan belum diakui sebagai belanja. Pengeluaran tersebut diakui sebagai
transuto yang belum membebani anggaran.
Pelaksanaan anggaran pembiayaan merupakan kewenangan bendahara umum
daerah. Pengakuan penerimaan pembiayaan ini sama dengan pengakuan
pendapatan sebagaimana diuraikan sebelumnya, sementara itu pengeluaran
pembiayaan diakui pada saat dikeluarkankas dari rekening kas umum negara/kas
umum daerah. Pengeluaran pembiayaan antara lain untuk pemberian pinjaman,
penyertaan modal, pembentukan dana cadangan. Pengakuannya langsung di akui
pada saat di terbitkannya SP2D LS sedangkan pembayarannya melalui uang
persediaan dilakukan setelah pertanggungjawabn atas pengeluaran ini diverivikasi
dan di setujui oleh SKPKD
Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan pengendalian
manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggaran mencatat dan menyajikan akun atau
perkiraan operasi dalam format yang sama dan sejajar dengan anggaran. Teknik ini
dapat membandingkan secara sistematis dan kontinu mengenai jumlah anggaran
dengan realisasinya (Ahyani, 2007). Tujuan utama teknik ini adalah menekankan
peran anggaran dalam siklus perencanaan, pengendalian, dan akuntabilitas
(Ritonga. 2010). Akuntansi anggaran diselenggaralkan pada saat anggaran
disahkan, anggaran dialokasikan, dan anggaran direalisasikan. Pengesahan
anggaran ditandai dengan terbiunya Perda APBD. Akuntansi diselenggarakan di
SKPD dan di BUD. Akuntansi di SKPD dimaksudkan untuk menghasilkan Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca.
Akuntansi di tingkat BUD terutama dimaksudkan untuk menghasilkan Laporan
Arus Kas, serta untuk entitas pelaporan yang menyelenggarakan laporan
konsolidasian menyusun Laporan Perubahan Saldo Arggaran Lebih. Akuntansi
anggaran untuk Perda APBD dilakukan di BUD, Pada saat Perda APBD disahkan,
BUD akan mencatat Estimasi Pendapatan-LRA dan Apropriasi Belanja, serta
meneatat Estimasi Penerimaan Pembiayaan dan Apropriasi Pengeluaran
Pembiayaan. Pada saat alokasi anggaran dituangkan dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA SKPD), berarti Satuan Kerja Perangkat Dacrah (SKPD)
mempunyai hak untuk menggunakan dana maksimal sebesar anggaran belanja
Akuntansi Pendapatan-LRA
Pada umumnya pendapatan adalah penambahan ekuitas dana lancar pemerintah
karena penerimaan yang berasal dari berbagai sumber (Asrori, 2010). Sementara
Ritonga (2010) mengartikan pendapatan dalam konteks keuangan daerah sebagai
semua penerimaan pada bendahara umum daerah atau bendahara penerimain yang
mnenambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah daerah. Kini definisi tersebut berubah karena pendapatan (LRA) tidak
lagi menambah ekuitas dana lancar melainkan menambah saldo anggaran lebih.
Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Pembukuan pendapatan harus dilaksanakan berdasarkan asas
bruto, yaitu membukukan penerimaan bruto, dan tidak diperboleikan mencarat
jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran) (Asrori, 2010).
Asas bruto dapat dikecualikan apabila besaran pengurang terhadap pendapatan-
LRA bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak dapat dianggarkan
terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai. Kini, tidak perlu lagi ada jurnal
pendamping (korolari) untuk mengakui pendapatan berupa aset tetap. karena
transaksi tersebur diakui melalui pendaparan-LO yang berbasis akrual. Apabila
terdapat pengembalian pendapatan maka harus dianalisis terlebih dahulu sifat
pengembalian tersebut. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang
(weurring) atas penerimaan pendapatan-LRA pada periode penerimaan maupun
pada periode sebelumnya dibukukan sebagai pengurang pendapatan-LRA. Koreksi
dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recturring) atas pencrimaan
pendapatan-LRA yang terjadi pada periode penerimaan pendapatan-LRA
dibukukan sebagai pengurang pendaparan-LRA pada periode yang sama. Koreksi
dan pengembalian yang sifatnya tidak berulang (non-recurring) atas penerimaan
pendaparan-LRA yang terjadi pada periode sebelumnya dibukukan sebagai
pengurang Saldo Anggaran Lebih pada periode ditemukannya koreksi dan
pengembalian tersebut.
Akuntansi Surplus / Defisit-LRA
Surplus-LRA Merupakan selisih lebih antara pendapatan LRA dan belanja selama
1 periode pelaporan. Defisit-LRA merupakan selisih kurang antara pendapatan
LRA dan belanja selama 1 periode pelaporan.
Akuntansi Pembiayaan
Financing merupakan setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan
maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
(Ritonga,2010)
Penerimaan pembiayaan merupakan semua penerimaan kas daerah yang berasal
dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, dll. Penerimaan
pembiayaan ini diakui pada saat diterima pada saat diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah dan pengukuran besarnya dilakukan berdasarkan asas bruto.
Terdapat 2 jurnal terhadap setiap penerimaan pembiayaan , jurnal pertama untuk
mengakui realisasi penerimaan anggaran, kedua adalah jurnal korolari (jurnal yang
dibuat untuk mengakui rekening-rekening neraca yang timbul akibat transaksi
rekening-rekening APBD) untuk mengakui akun neraca yang dipengaruhi transaksi
tersebut ,tetapi jurnal korolari ini tidak perlu dibuat pada SAP berbasi Akrual, ini
adalah contoh jurnal penerimaan jangka panjang

Sedangkan pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran kas daerah


karena memberikan pinjaman kepada pihak ketiga, pembentukan dana-cadangan,
penyertaan modal pemerintah, dll. Pengeluaran ini diakui pada saat dikeluarkan dari
rekening Kas Umum Negara.
Isi Pasal 9 ayat 2 huruf I, k, l dan m UU nomor 1 tahun 2004 yang mengatur
wewenang bendahara umum daerah yang berisi:
1. Menempatkan uang daerah dan mengelola investasi
2. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama
pemerintah daerah
3. Melaksanaan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah
4. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah

Jadi semua transaksi yang berkaitan dengan pembiayaan tadi dicatat oleh bendahara
umum daerah.
Pembiayaan Neto merupakan selisih antara penerimaan pembiayaan setelah
dikurangi pengeluaran pembiayaan dalam periode tahun anggaran tertentu. Jadi ini
merupakan selisih atas penerimaan dan pengeluaran pembiayaan yang telah dicatat
tadi.
Akuntansi SilPA/SiKPA ( selisih lebih kurang pembiayaan anggaran)
Merupakan selisih antara realisasi penerimaan dan pengeluaran selama satu periode
pelaporan. SILPA/SIKPA ini mencatat penerimaan dan pengluaran pembiayaan
dalam satu periode pelaporan.
SILPA/SIKPA ini diperoleh dari penutupan akun surplus/defisit dan pembiayaan
neto tadi yang terjadi pada akhir tahun anggaran, untuk selanjutnya dipindahkan ke
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.
Transaksi Pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbentuk barang
Transaksi-transaksi ini harus dilaporkan didalam LRA dengan cara menaksir nilai
asset tersebut pada tanggal transaksinya. Perlunya dibuat dokumen pengesahaan
anggaran yang berfungsi untuk membuat jurnal untuk mencatat transaksi ini
karena transaksi ini harus dicatat sebagai pendapatan atau biaya. Transaksi ini harus
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk memberikan semua
informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan atau biaya ini yang
diterima ini.Penyajian untuk transaksi pendapatan,belanja,dan pembiayaan
berbentuk barang dan jasa ini hanya dilakukan pada SAP berbasis Kas Menuju
Akrual, sementara pada SAP berbasis Akrual sudah tidak berlaku lagi perlakuan
transasksi ini karena sudah ditampung pada Laporan operasional yang berbasis
akrual.
Transaksi dalam Mata Uang Asing
Penjabaran penyajian transaksi ini bergantung pada situasi sebagai berikut:
1. Penggunaan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi, setiap
transaksi mata uang asing yang dananya sudah tersedia harus menggunakan
kurs tengah bank sentral
2. Penggunaan kurs transaksi pada tanggal transaksi, maksudnya setiap
transaksi yang dananya belum tersedia akan dicatat dalam rupiah
berdasarkan kurs transaksi yang didapat dari rupiah yang digunakan untuk
memperoleh valuta asing tersebut.
3. Dalam hal tidak tersedianya dana dalam mata uang asing yang digunakan
untuk bertransaksi dan mata uang asing tersebut dibeli dengan mata uang
asing lainnya,maka:
a. Transaksi mata uang asing ke mata uang asing lainnya dijabarkan
menggunakan kurs transaksi
b. Transaksi dalam mata uang asing lainnya tersebut dicatat dalam rupiah
berdasarkan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi

TINJAUAN ATAS PSAP NOMOR 03: LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang memberikan informasi historis
mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan,
dan transitoris selama satu periode akuntansi.
Laporan arus kas diperlukan karena merupakan laporan pertanggungjawaban dari
unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum.
Tujuan dari penyusunan laporan arus kas adalah agar laporan tersebut dapat
disajikan mengenai perkembangan kas yang menjadi informasi keuangan tentang
sumber, penggunaan, dan perubahan kas selama satu periode akuntansi serta saldo
kas pada tanggal pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan. Laporan arus kas merupakan laporan yang menyajikan
informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas melalui kas umum
Negara/kas daerah selama satu periode tertentu.
Pada dasarnya aktivitas keuangan pemerintah sebagian besar merupakan
penerimaan dan pengeluaran kas Negara/ daerah dalam rangka pencapaian sasaran-
sasaran yang ditetapkan.
Arus kas masuk dapat berasal dari penerimaan tunai pendapatan, penjualan asset
tetap, pencairan dana cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
pinjaman bahkan penerimaan atas potongan pembayaran yang dilakukan
pemerintah (PFK).
Arus kas keluar misalnya pembayaran tunai belanja pegawai, belanja modal,
pembayaran cicilan hutang, pemberian pinjaman, pembentukan dana cadangan,
penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran kepada pihak ketiga (PFK) atas
pemotongan yang telah dilakukan.
Penerimaan dan pengeluaran kas dalam laporan arus kas disajikan berdasarkan
aktivitas-aktivitas keuangan pemerintahan. Penerimaan dan pengeluaran
dikelompokkan berdasarkan aktivitas tertentu, diantaranya terdiri atas aktivitas
operasi, aktivitas investasi, aktivitas pendanaan, dan aktivitas transitoris.
Apabila entitas pelaporan masih mebukukan penerimaan dan pengeluaran dalam
buku kas berdasarkan akun pelaksanaan anggaran maka laporan arus kas dapat
disajikan dengan mengacu pada akun-akun pelaksanaan anggaran. Akun tersebut
yaitu akun-akun yang terdapat pada LRA berupa:
- Pendapatan
- Belanja
- Transfer
- Pembiayaan
- Transaksi non-anggaran

Yang dalam format laporan arus kas dikelompokkan menjadi aktivitas operasi,
investasi asset non-keuangan, pembiayaan, dan non-anggaran.
Akan tetapi, ada transaksi keuangan pemerintah yang menimbulkan penerimaan
dan pengeluaran kas tetapi tidak dianggarkan. Artinya transaksi tersebut tidak
tercantum dalam laporan realisasi anggaran. Dalam konteks SAP berbasis akrual,
disebut dengan transaksi transitoris, yaitu arus kas yang mencerminkan penerimaan
dan pengeluaran kas bruto yang tidak memengaruhi pendapatan, beban, dan
pendanaan pemerintah. Transaksi ini sebenarnya merupakan penerimaan kas untuk
dan atas nama pihak lain yang harus diserahkan kepada pihak tersebut. Oleh karena
itu, transaksi ini disebut transaksi perhitungan pihak ketiga (PFK).
Laporan arus kas bermanfaat untuk berbagai kepentingan. Informasi arus masuk
dan keluar kas dalam laporan arus kas berguna untuk melihat transaksi kas di masa
lalu dan memprediksi arus kas di masa depan.
Dalam paragraph 5,6, dan 7 PSAP 03 mengungkapkan bahwa laporan arus kas
berguna :
1. Sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta berguna
untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya.
2. Sebagai alat pertanggung jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar
selama periode pelaporan.
3. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas
memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi perubahan kekayaan neto atau ekuitas suatu entitas pelaporan
dan struktur keuangan pemerintah ( termasuk likuiditas dan solvabilitas )

Dalam mendapatkan perkiraan yang tepat terkait dengan realisasi arus kas, maka
arus kas dapat digunakan dalam analisis trend untuk memperkirakan arus kas di
masa yang akan datang.
Arus kas merupakan transaksi yang penting dalam pemerintahan. Arus kas masuk
dan keluar dianggap sebagai perkiraan/ prediksi atas transaksi yang belum terjadi.
Oleh karena itu laporan arus kas yang disusun dapat dijadikan untuk menilai
kecermatan taksiran yang sebelumnya sudah dibuat.
Laporan arus kas dikatakan sebagai pertanggungjawaban yang terkait dengan
fungsi yang menyajikannya. Laporan arus kas dibuat oleh unit yang memegang
fungsi perbendaharaan. Fungsi perbendaharaan yang dimaksud adalah bendahara
umum Negara/ bendahara umum daerah sehingga merupakan bentuk pertanggung
jawaban bendahara umum Negara/ bendahara umum daerah.
Informasi mengenai arus kas juga dapat dijadikan bahan evaluasi asset bersih atau
ekuitas. Peningkatan jumlah kas akan meningkatkan juga ekuitas. Kas di kas daerah
dan kas di bendahara pengeluaran dalam konteks pemda akan dapat dilihat dalam
rekening kelompok ekuitas yaitu SiLPA. Sementara itu, kas di bendahara
penerimaan juga dapat dilihat dalam kelompok ekuitas tetapi dengan nama akun
Pendapatan Ditangguhkan. Hal ini merupakan pencerminan konsep rekening yang
saling menyeimbangkan (self balancing account).
Bentuk dan Struktur Laporan Arus Kas
Bentuk dan struktur laporan arus kas merupakan kerangka atau acuan dalam
penyajian laporan arus kas. Bentuknya terdiri atas uraian berbagai aktivitas yang
disajikan secara stafel diurutkan dari atas ke bawah. Penyajian didahului dengan
arus kas masuk dan keluar berbagai aktivitas. Kemudian disajikan saldo awal dan
saldo akhir kas.
Struktur laporan arus kas terdiri atas arus masuk dan arus keluar kas berbagai
aktivitas. Dari arus masuk dan arus keluar setiap aktivitas akan diperoleh arus kas
bersih. Arus kas bersih / neto dari setiap aktivitas dijumlahkan sehingga diperoleh
angka yang menunjukkan kenaikkan atau penurunan kas. Jika arus penjumlahan
arus kas neto setiap aktivitas menunjukkan angka positif, maka ada kenaikan nilai
kas, dan begitu pula sebaliknya.
Saldo akhir yang dihasilkan dari penjumlahan kenaikan/ penurunan arus kas dengan
saldo akhir, harus sama jumlahnya dengan yang tercatat di neraca untuk masing-
masing akun yang berkaitan.
Aktivitas yang dijadikan dasar dalam penyajian laporan arus kas terdiri dari
aktivitas :
1. Aktivitas operasi
Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan
operasional pemerintah selama satu periode akuntansi.
2. Aktivitas investasi
Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan
dan pelepasan asset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk ke
dalam setara kas.
3. Aktivitas pendanaan
Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang berhubungan dengan
pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka panjang
yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi piutang
jangka panjang.
4. Aktivitas transitoris
Aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam
aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.

Aktivitas-aktivitas dalam penyajian laporan arus kas diuraikan lebih terperinci


sebagai berikut :
1. Aktivitas Operasi
Arus kas neto aktivitas operasi merupakan indicator yang menunjukkan
kemampuan operasi pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup
membiayai aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar.

Arus masuk kas dari aktivitas operasi dapat diperoleh dari :


1. Penerimaan perpajakan
2. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP)
3. Penerimaan hibah
4. Penerimaan bagian laba perusahaan negara / daerah dan investasi
lainnya; dan
5. Penerimaan lain-lain/ penerimaan dan pendapatan luar biasa; dan
6. Penerimaan transfer

Arus keluar kas untuk aktivitas operasi, umumnya digunakan untuk :


1. Pembayaran pegawai
2. Pembayaran barang
3. Bunga
4. Subsidi
5. Bantuan social
6. Hibah
7. Pembayaran lain-lain/ kejadian luar biasa; dan
8. Pembayaran transfer.

Jika suatu entitas pelaporan mempunyai surat berharga yang sifatnya sama
dengan : persediaan, yang dibeli untuk dijual, maka perolehan dan penjualan
surat berharga tersebut diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Jika entitas pelaporan mengotorisasikan dana untuk kegiatan suatu entitas
lain, yang peruntukannya belum jelas apakah sebagai modal kerja,
penyertaan modal, atau untuk membiayai aktivitas periode berjalan, maka
pemberian dana tersebut harus diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi.
Kejadian ini dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan.

2. Aktivitas Investasi
Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan dan
pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan sumber daya
ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung pelayanan
pemerintah kepada masyarakat di masa yang akan datang.
Arus masuk kas dari aktivitas investasi asset non keuangan terdiri atas :
1. Penjualan asset tetap
2. Penjualan asset lainnya
3. Pencairan dana cadangan
4. Penerimaan divestasi
5. Penjualan investasi dalam bentuk sekuritas

Arus keluar kas dari aktivitas investasi asset non-keuangan terdiri atas :
1. Perolehan asset tetap
2. Perolehan asset lainnya
3. Pembentukkan dana cadangan
4. Penyertaan modal pemerintah
5. Pembelian investasi dalam bentuk sekuritas
3. Aktivitas pendanaan

Arus kas dari aktivitas pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran


kas yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka
panjang
Arus kas masuk dari aktivitas pembiayaan antara lain:
1. Penerimaan utang luar negeri
2. Penerimaan dari utang obligasi
3. Penerimaan kembali pinjaman kepada pemerintah daerah
4. Penerimaan kembali pinjaman kepada perusahaan negara

Arus kas keluar dari aktivitas pembiayaan antara lain:


1. Pembayaran pokok utang luar negeri
2. Pembayaran pokok utang obligasi
3. Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada pemerintah daerah
4. Pengeluaran kas untuk dipinjamkan kepada perusahaan negara

4. Aktivitas transitoris

Arus kas dari aktivitas non anggaran mencerminkan penerimaan dan


pengeluaran kas bruto yang tidak mempengaruhi pendapatan, beban, dan
pendanaan pemerintah. Arus kas dari aktivitas transitoris antara lain
perhitungan fihak ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali uang
persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran, dan kiriman uang. PFK
menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari surat
perintah membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga misalnya
potongan Taspen dan Askes.
Penyajian laporan arus kas
Laporan arus kas mempunyai ciri khas dalam penyajiannya. Laporan ini hanya
disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. Hal ini diatur
dalam paragraf 13 PSAP 03 SAP berbasis akrual yang berbunyi sebagai
berikut.
“entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas
adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum “.
Selanjutnya Dalam paragraf 14 disebutkan: “unit organisasi yang mempunyai
fungsi perbendaharaan adalah unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan
umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/ daerah”.
Entitas pelaporan yang dimaksud mengacu pada kerangka konseptual paragraf
22. Laporan arus kas dapat disajikan dalam dua metode. Entitas pelaporan
dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi dengan cara berikut.
1. Metode langsung
Metode ini mengungkapkan pengelompokan utama penerimaan dan
pengeluaran kas bruto.
2. Metode tidak langsung
Dalam metode ini, surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi-
transaksi operasional non kas, penangguhan (deferral) atau pengakuan
(accrual) penerimaan kas atau pembayaran yang lalu atau akan datang, serta
unsur pendapatan dan belanja dalam bentuk kas yang di berkaitan dengan
aktivitas investasi aset non keuangan dan pembiayaan.

Entitas pelaporan pemerintah pusat atau daerah sebaiknya menggunakan


metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi.
Keuntungan penggunaan metode langsung adalah sebagai berikut.
1. Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas
dimasa yang akan datang.
2. Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan.
3. Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto dapat
langsung diperoleh dari catatan akuntansi.

Hubungan laporan arus kas dan neraca


Paragraf 59 PSAP 03 menyebutkan:
“Entitas pelapor mengungkapkan komponen kas dan setara kas dalam laporan arus
kas yang jumlahnya sama dengan pos terkait di neraca”.
Artinya, ada hubungan atau kesesuaian antara jumlah-jumlah yang ada dalam
laporan arus kas dan neraca.

TINJAUAN ATAS PSAP NOMOR 04: CALK

CALK merupakan bagian dari laporan keuangan pemerintah yang menyajikan


penjelasan secara naratif analisis atau daftar terperinci atas Nilai suatu pos yang
disajikan dalam laporan realisasi anggaran, laporan perubahan SAL, neraca,
laporan operasional, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas.
Tujuan penyajian CaLK adalah untuk meningkatkan transparansi dan pemahaman
yang lebih baik. CaLK disajikan secara sistematis
CaLK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut (salamun, 2007:107-108).
1. Menyajikan informasi tentang ekonomi makro, kebijakan fiskal atau
keuangan dan pencapaian target Perda APBD, berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
2. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja dalam satu tahun pelaporan, yang
dimuat dalam pencapaian kinerja keuangan adalah isi syair tentang realisasi
pencapaian target kinerja APBD menurut urusan pemerintah, berupa
gambaran realisasi pencapaian efektivitas dan efisiensi program dan
kegiatan, yang dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik ataupun diagram.
3. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan
kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya
4. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
BAB 20
Tinjauan Atas Psap Yang Terkait Dengan Akuntansi
Aset Tetap & Investasi
PENDAHULUAN

Salah satu hal paling krusial dalam pelaporan keuangan pemerintah atau daerah
adalah tidak kunjung jelasnya masalah assetysangat banyak asset asset Negara
terutama yang didaerah yang tidak jelas kepemilikannya.
Masalah pengelolaan asset juga berkaitan dengan investasi yang dilakukan oleh
pemerintah. Dikatakan dalam PSAP bahwa investasi adalah asset yang dimaksud
untuk memperoleh manfaat baik ekonomi mauoun social sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat.
Investasi yang juga merupakan langkah awal kegiatan produksi yang pada
hakikatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.
Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pembangunan
ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya
pembangunan dan pertumbuhan ekonomi.
Oleh karenanya dalam upaya mebumbuhkan perekonomian setiap Negara
senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Maka
investasipun perlu mendaoatkan perhatian yang serius terkait dengan kinerja dan
kebermanfaatannya.
Pemerintah pusat menyusun LKPP yang merupakan konsolidasian LKKL dan
laporan keuangan bendahara umum Negara (LK BUN). Berdasarkan UU nomor 17
tahun 2003 tentang keuangan Negara pasal 30. BPK bertugas memeriksa LKPP
yang paling tidak terdiri atas neraca, laporan relisasi anggaran, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan SAP berbasis accrual, laporan
keuangan tersebut ditambah dengan laporan perubahan saldo anggaran lebih,
laporan operasional, dan laporan perubahan ekuitas.
AKUNTANSI ASET TETAP

Aset tetap, dalam perusahaan, merupakan aset yang menjadi hak milik
organisasi/perusahaan yang dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan
menghasilkan barang dan jasa organisasi perusahaan (Hendriksen dan Breda,
1992). Peran aset retap sangat besar dalam organisasi atau perusahaan ditinjau dari
segi fungsinya, jumlah dana yang diinvestasikan, pengelolaannya, maupun
pengawasannya,
Aset tetap merupakan salah satu pos di neraca di samping aset lancar, investasi
jangka panjang, dana cadangan. dan aset lainnya. Aset tetap mempunyai peranan
yang sangat penting karena mempunyai nilai yang cukup signifikan bila
dibandingkan dengan komponen neraca lainnya. Pengertian aset tetap dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) adalah aset berwujud yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam
kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Dengan batasan
pengertian tersebut, maka pemerintah harus mencarat suatu aset terap yang
dinmilikinya meskipun aset tetap tersebut digunakan oleh pihak lain. Pemerintah
juga harus mencatat hak atas tanah sebagai aset tetap.
Aset tetap diakui pada saat menfaat ekonomi mmasa depan dapat diperoleh dan
nilainya dapat diukur dengan andal. Sesuai dengan klasifikasi aset tetap, suatu aset
dapat diakui sebagai aset tetap apabila berwujud dan memenuhi kriteria:
1. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal:
3. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;
4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Menurut Kieso dan Weygandt (2001) pada hakikatnya terdapat sedikitnya tiga
masalah utama yang kemungkinan terjadi dalam akuntansi aset tetap, meliputi:
perolehan (acquitition). pemakaian (utilization), dan penarikan (penghapusan) dari
peredaran karena masa manfaat berakhir. Pada perolehan aset yang menjadi pokok
permasalahannya adalah dengan cara bagaimana aset diperoleh perusahaan atau
organisasi schingga menjadi miliknya. Proses perolehan dimaksud meliputi proses
sejak pembelian, pengangkutan, pemasangan yang Simpai dengan aset tersebut siap
dipakai dalam kegiatan perusahaan.
Aset tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar.
Nilai wajar adalah nilai tukar aset tetap dengan kondisi yang sejenis di pasaran pada
saat penilaian. Aser tetap yang berasal dari hibah, yang tidak diketahui harga
perolehannya, pemerintah dapat menggunakan nilai wajar pada saar perolehan.
Komponen biaya yang dapat dimasukkan sebagai biaya perolehan suatu aset tetap
terdiri atas:
1. harga beli:
2. bea impor;
3. biaya persiapan tempat;
2. biaya pengiriman awal (initial deliver) dan biaya simpan dan bongkar muat
(handling cost)
3. biaya pemacangan (instalation cost);
4. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur; serta
5. biaya konsuruksi (biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya
tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan,
tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi
berkenaan dengan pembangunan aset retap tersebut).

Sedangkan yang tidak termasuk komponen biaya aset retap adalah sebagai berikut.
1. Biaya administrasi dan biaya umum lainnya sepanjang biaya tersehut tidak dapat
diatribusikan secara langsung pada biaya perolehan aset atau membawa aset ke
kondisi kerjanya.
2. Biaya permulaan (start-up cosi) dan pra-produksi serupa kecuali biaya tersebut
perlu untuk membawa aset ke kondisi kerjanya. Di samping perolehan aser tetap,
penggunaan aset tetap untuk menunjang kegiatan organisasi atau perusahaan
merupakan hal penting yang perlu dikaji secara benar. Dalam penggunaan aset,
menurut Belkaoui (1993) sedikitnya ada tiga persoalan pokok, meliputi.
expenditures yaitu pengeluaran untuk aset itu sendiri; depreciation yaitu harga
pokok dari ast tetap itu sebagai akibat penggunaannya dalam kegiatan produksi;
revalstation atau kembali atau revisi taksiran umur. penilaian Mathews dan Perera
(1996) mengelompokkan aset tetap menjadi beberapa jenis, adalah sebagai berikut.
1. Aset tetap dilihat dari sudut substansinya yang dapat dibagi menjadi aser
berwujud dan aset takberwujud.
2. Aset tetap yang disusutkan atmu tidak disusutkan
3.Aset: tetap berdasarkan jenisnya, meliputi: lahan (tanah), gedung dan bangunan,
mesin. kendaraan, perabot, inventaris atau peralatan, prasarana, dan aset tetap
lainnya.
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat
disusutkan depreciable assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai
penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat
aset retap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional. Selain
tanah dan konstruksi dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai
dengan sifat dan karakteristik aset tersebut. Penyesuaian nilai aset tetap dilakukan
dengan berbagai metode yang sistematis sesuai dengan masa manfaat. Metode
penyusutan yang digunakan harus dapat menggarmbarkan. manfaat ekonomis atau
kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir ke pemerintah. Merode
penyusutan yang dapat diterapkan sesuai dengan PSAP 07 adalah:
1. merode garis lurus (straight line method): atau
2. metode saldo menurun ganda (double decliring methud); atau
3. metode unit produksi (2nit of production method).

Selain disajikan pada lembar muka neraca, aset tetap juga harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). Pengungkapan ini sangat penting sebagai
penjelasan tentang hal-hal penting yang tercantum dalam neraca. Tujuan
pengungkapan ini adalah untuk meminimalisasi kesalahan persepsi bagi pembaca
laporan keuangan. Dalam CalK harus diungkapkan untuk masing-masing jenis aset
tetap, sebagai berikut.
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat.
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan dan perubahan nilai jika ada,
dan mutasi aset tetap lainnya.
3. Informasi penyusutan, meliputi: nilai penyusuran, merode penyusutan yang
digunakan, masa manfaat atau tarif penyusuran yang digunakan, serta nilai
tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.

Selain itu, dalam Cal K juga harus diungkapkan:


1. eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap;
2. kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset tetap:
4. jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi;
5. jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.

TINJAUAN AKUNTANSI ASET TETAP

SAP yang membahas tentang masalah ini adalah PSAP nomor 7 tetapi PSAP ini
masih belum mengatur secara terperinci, hal ini seperti belum adanya standar
untuk menyelesaikan beberapa permasalahan khusus terutama berkaitan dengan
asset tetap seperti, pembelian secara kredit jangka panjang perolehan dengan
temuan, perlakuan akuntansi atas asset yang dilimpahkan, perlakuan asset atas
pulau” dan daerah wisata.
Terdapat pembahasan yagn tidak konsisten dengan pembahasan pada PSAP
sebelumnya seperti pembahasan tentang asset tetap tak berwujud dan asset tetap
lainnya. Dalam PSAP nomor 1 tentang “Penyajian Laporan Keuangan”, kedua
asset tersebut termasuk dari jenis” asset tetap sehingga seharusnya dibahas dalam
PSAP Nomor 7
Kekurangan PSAP nomor 7:
1. Klasifikasi asset, PSAP no 7 paragraph 7 belum menjelaskan perlakuan
akutansi asset tetap tak berwujud, hal ini penting karena dilihat dari sudut
substansi secara teoritis dan praktis tentunya pemerintah memiliki asset
tidak berwujud, sebagaimana halnya pada sector privat
2. Kalimat “diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan” pada
paragraph15, perlu ditambah penjelasannya sehinggak maknanya lebih
sesuai dengan penjelasan pada paragraph17 agar tidak terjadi kesalahan
penafsiran
3. Pengukuran berikutnya terhadap pengakuan awal pada paragraph52, kata
“memungkinkan penilaian kembali” perlu dijelaskan lebih lanjur karena
dapat menimbulkan salah pengertian.

AKUNTANSI INVESTASI

PSAP Nomor 6 mendefinisikan investasi sebagai asset yang dimaksud untuk


memperoleh manfaat ekonomi, seperti bunga, dividen, dan royalty, atau manfaat
social, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
Maksud dari manfaat social adalah manfaat yang tidak dapat diukur secara langsung
dengan satuan uang, namun berpengaruh pada peningkatan pelayanan pemerintah
pada masyarakat luas maupun golongan masyarakat tertentu. Hal ini yang
membedakan dengan investasi pada private sector, di mana tujuan utamanya adalah
untuk mendapatkan monetary benefits. Contohnya adalah dana bergulir, dimana
manfaat sosialnya lebih menonjol dibandingkan manfaat ekonominya. Adapun
proses investasi pemerintah dapat ditunjukkan pada gambar berikut.

Investasi yang dilakukan pemerintah dapat berupa pemanfaatan surplus anggaran


untuk mendapatkan pendapatan dalam jangka panjang dan pemanfaatan dana
menganggur untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.
Investasi jangka pendek dilakukan pada pasar uang, sedangkan investasi jangka
panjang dilakukan pada pasar modal.
Investasi pemerintah biasanya dilakukan dalam bentuk:
- Deposito
- Sertifikat Bank Indonesia
- Surat utang
- Obligasi BUMN/BUMD
- Penyertaan pada BUMN/BUMD
- Atau penyertaan pada badan usaha lainnya.

Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih
dari 12 (dua belas) bulan.
Menurut sifat kepemilikannya investasi jangka panjang dibedakan menjadi :
- Investasi non-permanen
Investasi jangka panjang yang tidak dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan.
- Investasi permanen
Investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan atau tidak direncanakan untuk dijual kembali.

Maksud dari berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki


secara terus-menerus, tanpa ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik
kembali investasi tersebut.
Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang
berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki
terus-menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali
investasi tersebut.
Investasi non-permanen yang dilakukan contohnya:
1. Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki oleh pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo.
2. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga.
3. Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat
seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat.
4. Investasi non-permanen lainnya yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk
dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang
dimaksudkan untuk penyehatan atau penyelamatan perekonomian.

Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang.
Karakteristik investasi jangka pendek:
1. Dapat segera diperjual-belikan atau dicairkan.
2. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya
pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas.
3. Beresiko rendah

Suatu pengeluaran kas atau asset dapat diakui sebagai investasi apabila memenuhi
salah satu kriteria berikut:
1. Kemungkinan manfaat ekonomik dan manfaat sosial atau jasa potensial di
masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut dapat diperoleh
pemerintah.
2. Nilai perolehan atau nilai wajar investasi dapat diukur secara memadai
(reliable)

Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas atau asset memenuhi


kroteria pengakuan investasi yang pertama, entitas perlu mengkaji tingkat
kepastian mengalirnya manfaat ekonomis dan manfaat sosial atau jasa
potensial di masa yang akan datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
pada saat pengakuan yang pertama kali.

TINJAUAN AKUNTANSI ASET TETAP

SAP yang membahas tentang masalah ini adalah PSAP nomor 7 tetapi PSAP ini
masih belum mengatur secara terperinci, hal ini seperti belum adanya standar
untuk menyelesaikan beberapa permasalahan khusus terutama berkaitan dengan
asset tetap seperti, pembelian secara kredit jangka panjang perolehan dengan
temuan, perlakuan akuntansi atas asset yang dilimpahkan, perlakuan asset atas
pulau” dan daerah wisata.
Terdapat pembahasan yagn tidak konsisten dengan pembahasan pada PSAP
sebelumnya seperti pembahasan tentang asset tetap tak berwujud dan asset tetap
lainnya. Dalam PSAP nomor 1 tentang “Penyajian Laporan Keuangan”, kedua
asset tersebut termasuk dari jenis” asset tetap sehingga seharusnya dibahas dalam
PSAP Nomor 7
Kekurangan PSAP nomor 7:
1. Klasifikasi asset, PSAP no 7 paragraph 7 belum menjelaskan perlakuan
akutansi asset tetap tak berwujud, hal ini penting karena dilihat dari sudut
substansi secara teoritis dan praktis tentunya pemerintah memiliki asset
tidak berwujud, sebagaimana halnya pada sector privat
2. Kalimat “diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan” pada
paragraph15, perlu ditambah penjelasannya sehinggak maknanya lebih
sesuai dengan penjelasan pada paragraph17 agar tidak terjadi kesalahan
penafsiran
3. Pengukuran berikutnya terhadap pengakuan awal pada paragraph52, kata
“memungkinkan penilaian kembali” perlu dijelaskan lebih lanjur karena
dapat menimbulkan salah pengertian.
BAB 22.
“ TINJAUAN ATAS PP NOMOR 71 TAHUN 2010 & PSAP
YANG TERKAIT DENGAN LAPORAN OPERASIONAL “
PENDAHULUAN

Sistem akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan dan menyediakan


informasi sekaligus laporan pertanggungjawaban yang lebih berkualitas disbanding
basis kas. Penerapan akuntansi berbasis akrual dalam organisasi sektor publik
bukan merupakan kesepakatan umum dan tidak ada tantangan dalam
pelaksanaanya.
Beberapa pemikir akuntansi dan administrasi public menyatakan
ketidaksetujuannya terhadap penerapan akuntansi akrual dalam organisasi sector
public, dan beberapa yang lain mendukung. Pihakk yang mengkritik memberikan
beberapa kritik yang cangkupannya meliputi dari masalah teknik seperti penilaian
aser, sampai ke pertanyaan yang lebih luas terkait dengan perbedaan kebutuhan
akuntansi antara sector public dengan setor swasta serta perbedaan akuntanbilitas
yang dihadapi oleh kedua organisasi tersebut.
Kritik - kritik tersebut mengarah kepada masalah sejauh mana akuntansi akrual
dapat memberikan manfaat kepada organisasi sektor publik, sebagaimana pada
organisasi sektor swasta.
1. Perbedaan tujuan dan karakteristik lingkungan organisasi menjadi alasan
utama keraguan atas manfaat dari akuntansi akrual di sektor publik.

Akuntansi akrual pada organisasi swasta dutujukan untuk mendukung tujuan


organisasi untuk mencari profit dengan menandingkan informasi pendapatan dan
beban secara akurat.
Sementara organisasi sector public tidak mencari laba
Perbedaan tujuan utama organisasi ini tentunya berdampak kepada penyajian
informasi dan pelaporan keuangan yang berbeda pula. Sebagaimana dijelaskan oleh
Mardiasmo dan Mahmudi nahwa penerapan basis akrual dalam akuntansi sector
public pada dasarnya adalah untuk menentukan COST OF SERVICE dan
CHARGING FOR SERVICE, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk menhasilkan pelayanan public serta menentukan harga pelayanan
yang dibebankan kepada public.
2. Konsep dan aplikasinya di lapangan, dikatakan bahwa manfaat penerapan
akuntansi akrual yaitu lebih akuntabel, asset lebih terkelola, dan dapat
meningkatkan efisiensi , masih belum jelas terbukti.
3. Penganggaran bebasis accrual, hal ini merupakan persyaratan paling berat
untuk menerapkan basis akrual, oleh karena itu untuk dapat menetapkan basis
akrual dengan berhasil tidak dpat dilakukan secara radikal akan tetapi
dilakukan secara gradual/bertahap

PP NOMOR 71 TAHUN 2010 : APAKAH MERUPAKAN JAWABAN ATAS


TUNTUTAN AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL?

Dalam rangka peningkatan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah dan


untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang lebih baik, serta memfasilitasi
manajemen keuangan yang lebih transparan dan akuntabel, maka perlu penerapan
akuntansi berbasis akrual yang merupakan BEST PRACTICE di dunia
internasional.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari para pemangku kepentingan, baik para
pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah.
Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya
pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi.
Akuntansi berbasis akrual di anggap memiliki sejumlah manfaat untuk organisasi
sector public. Para pendukung penerapan ini meyakini bahwa akrual mengakui
beban ketika transaksi tersebut terjadi, dianggap menyediakan gambaran
operasional pemerintah secara lebih transparam.
Ahyani (2007:35) mengungkapkan bahwa penerapakan basis akrual memberikan
hasil yang lebih baik dan memberikan keuntungan sbb:
- Memberikan ketelitian dalam penyajian laporan keuangan pemerintah daerah da
memungkinkan untuk melakukan penilaian secara lengkap terhadap kinerja
pemerintah
- Lebih akurat dalam melaporkan nilai asset, kewajiban, maupun pembiayaan
pemerintah
- Memungkinkan dilakukan cut off secara lebih sempurna dan menginformasikan
nilai nilai ekonomis yang terkandung dalam suatu periode tertentu
- Meningkatkan transparansi dalam pengelolaan keuangan pemerintah dalam rangka
akuntabilitas public.

UU NOMOR 17 TAHUN 2003 tentang keuangan Negara mengamanatkan untuk


menyelenggarakan pengakuan pendapatan dan belanja mengguakan basis akrual
selambat lambatnya 5 tahun setelah UU terseut ditetapkan.
Sehingga untuk menjawab tuntutan tersebut pemerintah menerikan SAP
Berbasis Akrual yang di tetapkan dengan PP Nomor 71 tahun 2010.
Basis Akuntansi Di Indonesia: Perspektif Sejarah Dan Hukum
Dwi Ratna (2010:7) menuliskan bahwa menurut PBB ciri ciri system akuntansi
pemerintah anatara lai:
1. System akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan
peraturam perundang undangan yang berlaku pada suatu Negara
2. Siste, akuntansi pememrintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel
dan auditable
3. System akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi keuangan yang
di perlukan untuk penyusunan rencana atau program dan evaluasi pelaksanaan
secara fisik dan keuangan.

Praktik akuntansi di Indonesia mengalami beberapa perkembangan


tergantung dari perubahan aturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia.
Praktif akuntansi pemerintah yang pertama diterapkan di Indonesia adlah oada
masa reforasi yang menghasilkan 2 UU yang menjadi tonggak diterapkannya
otonomi daerah yaitu UU NOMOR 22 TAHUN 1999 tentang pemerintah daerah
dan UU NOMOR 25 TAHUN 1999 tentang perimbangan keuangan pemerintah
pusat dan daerah.
Kedua undang undang tersebut melahirkan PP NOMOR 105 TAHUN 2000
tetang pengelolaan dan pertanggungjawban keuangan daerah dan aturan
penjabatnya, yaitu Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang pedoman
pengurusan, pertanggungjawban dan pengawasan keuangan daerah, serta tata cara
penyusunan APBD, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah, serta penyusunan
perhitungan APBD.
Pada tahun 2003 terbit UU NOMOR 17 TAHUN 2003 tentang keuangan
Negara yang memberikan arah terhadap pengembangan system pengelolaan
keuangan nefara. Termasuk di dalamnya system akuntansi pemerintah. Pemerintah
menetapkan PP NOMOR 24 TAHUN 2005 tentang standar akuntansi pemerintah.
STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH tersebt menggunakan basis kas menuju
akrual, yaitu basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan
pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban dan ekuitas dana.
PP nomor 24 tahun 2005 perlu diganti sehingga pemerintah menetapkan PP
NOMOR 71 TH 2010 yang memuat SAP berbasis akrual sebagai pengganti dari PP
nomor 24 tahun 2005
Lingkup pengaturan PP nomor 71 tahun 2010 meliputi SAP berbasis akrual
dan SAP berbasis kas menuju akrual. SAP berbasis akrual terdapat pada lampiran I
dan berlaku sejak tanggal ditetapkan yaitu 2010 dan dapat segera diterapkan oleh
setiap entitas.
Pasal 70 ayat 2 UU nomor 1 tahun 2004 secara jelas meerapkan bahwa
akuntansi berbasis akrual sudah diterapkan selambat lambantnya tahun
anggaran2008. Berarti sehausnya mulai anggaran 2008 hany SAP berbasis akrual
yang di berlaku dan di praktikan. Jika ada ketentuan di bawahnya menyebutkan
berbeda dan meleihi tahun yang telah ditetapkan, maka hal ini dapat melanggar
terhadap ketentuan UU, dan seharusnya di nyatakan BATAL DEMI HUKUM. Hal
inilah yang menurut penulis bahwa PPnomor 71 tahun 2010 melanggar aturan
atasnya. Namun dari sudut pandang praktik akuntansi keterlambatan ini dapat
dipahami. Dan merupakan langkah yang tepat.
Penerapan akuntansi pemerintah berbasis akrual secara penuh
mensyaratkan adanya penerapan penganggaran erbasis akrual juga. Sementara PP
NOMOR 71 TH 2010 tidak mengatur pelaksanaan anggaran secara akrual.
Sehingga sebenarnya penerapan PP nomor 71 Tahun 2003 dan pasal 70 ayat 2 UU
NOMOR 1 TAHUN 2004, yaitu menerapkan akuntansi berbasis akrual. Olehkarena
itu jika memang revisi terhadap UU di atasnya di anggap mendesak, maka harus
segera dilakukan agar pelaksanaan peraturan pemerintah tersebut memiliki
ligistimasi hokum.
Due Process Pp Nomor 71 Tahun 2004
due process / proses baku penyusunan, dalam konteks penyusunan standar berarti
sebuah lembaga pembuat regulasi mencoba melibatkan semua pihak yang
dipengaruhi oleh regulasi tersebut, sehingga dapat menjaga legistimasi dari sebuah
proses penyusunan regulasi.
DUE PROCESS dalam penyusunan standar akuntansi dikembangan pertama kali
oleh FASB (financial accounting standards board) dimana pada lembaga lembaga
regulasi akuntansi di Amerika sebelumnya yaitu CAP dan APB , tidak menjadikan
due process ini sebagai bagian penting dalam penyusunan dan penetapan standar
akuntansi.
CAP tidak melakukan due process ini dengan alasan supaya tidak dipengauhi oleh
pihak lain namun akibatnya akseptabilitas regulasi yang di hasilkan menjadi rendah
sehingga dapat berakibat dibubarkannya lembaga tsb.
FASB menyadari pentingnya due process dalam penyusunan sebuah regulasi
termasuk penyusunan standar akuntansi, apalagi dalam lingkungan demokratis
yang telah menjadi tradisi dalam kehidupan social dan bernegara di amerika serikat.
Faktor yang menyebabkan FASB sukses bertahan sampai dengan saat ini adalah
metode operasi lembaga pembuat regulasi dengan memasukan prisip prinsip due
process, yang lebih mengutamakan untuk mempertahankan eksistensi politiknya
dibandingkan dengankeputusan sebenarnya yang telah dibuat.
Apabila dalam penyusunan standar akuntansi sector bisnis perlu melakukan due
process sebagai bentuk dan cara untuk mengaomodasi pengaruh politik dan
ekonomi dalam penysuunan standar akuntansi, maka due process dalam
penyusunan standar akuntansi pemerintah mutlak harus di lakukan. Hal ini
dilakukan karena dalam organisasi pemerintahan, memiliki domain public yang
luas sehingga aspek hokum dan nuansa politiknya lebih besar dibandingkan di
dalam organisasi sector bsnis.
Proses penyiapan SAP Berbasis Akrual dilakukan melalui proseudr yang meliputi
tahap tahap kegiatan (due process) yang dilakukan dalam penyusunan pernyataan
standar akuntansi pemerintah (PSAP) oleh KSAP.
Standar akuntansi pemerintah disusun oleh KSAP yang independen dan diterapkan
dengan peraturan pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari
BPK.
Due process meliputi tahapan sebagai berikut:
1.identifikasi topik untuk di kembangkan menjadi standart
Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik-topik akuntansi dan
pelaporan keuangan yang memerlukan pengaturan dalam bentuk pernyataan
standar akuntansi pemerintahan.
2.Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di Dalam KSAP
KSAP dapat membentuk pokja yang bertugas membahas topik-topik yang telah
disetujui. Keanggotaan pokja ini berasal dari berbagai instansi yang kompeten di
bidangnya.
3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja
Untuk pembahasan suatu topik, pokja melakukan riset terbatas terhadap literatur-
literatur, standar akuntansi yang berlaku di berbagai negara, praktik-praktik
akuntansi yang schat (best practices), peraturan-peraturan dan sumber-sumber
lainnya yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas.
4. Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja
Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan lainnya, pokja menyusun draf SAP. Draf
yang telah selesai disusun selanjutnya dibahas oleh pokja.
5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja
Draf yang telah disusun oleh pokja dibahas oleh anggota komite kerja. Pembahasan
diutamakan pada substansi dan implikasi penerapan standar. Dengan pendekatan
ini diharapkan draf tersebut menjadi standar akuntansi yang berkualitas.
Pembahasan ini tidak menutup kemungkinan terjadi perubalhan-perubahan dari
draf awal yang diusulkan oleh Pokja. Pada tahap ini, Komite Kerja juga melakukan
diskusi dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk menyamakan persepsi.
6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan
Komite kerja berkonsultasi dengan komite konsultatif untuk pengambilan
keputusan peluncuran draf publikasian SAI.
7. Peluncuran Draf SAP (Exposure Draft)
KSAP melakukan peluncuran draf SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada
stakcholders. antara lain masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa, dan instansi
terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan.
8. Dengar Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) dan Dengar
Pendapat Publik (Public Hearings) Dengar pendapat dilakukan dua tahap yaitu
dengar pendapat publik terbatas dan dengar pendapat publik. Dengar pendapat
publik terbatas dilakukan dengan mengundang pihak-pihak dari kalangan
akademisi, praktisi, pemerhati akuntansi pemerintahan, dan masyarakat yang
berkepentingan terhadap SAP unruk memperoleh tanggapan dan masukan dalam
rangka penyempurnaan draf publikasian. Dengar pendapat publik merupakan
proses dengar pendapat dengan masyarakat yang berkepentingan terhadap SAP.
Tahapan ini dimaksudkan untuk meminta tanggapan masyarakat terhadap draf
SAP.
9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf SAP
KSAP melakukan pembahasan atas tanggapan atau masukan yang diperoleh dari
dengar pendapar terbatas, dengar pendapat publik dan masukan lainnya dari
berbagai pihak untuk menyempurnakan draf SAP
10. Finalisasi Standar
Dalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan pertimbangan dari BPK.
Di samping itu, tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan substansi,
konsistensi, koherensi maupun bahasa. Finalisasi setiap PSAP ditandai dengan
penandatanganan draf PSAP oleh seluruh anggota KSAP.
SAP Berbasis Akrual telah disusun dengan melalui tahapan proses penyiapan (due
process) sebagaimana tersebut di atas. Dalam menyusun SAP Berbasis Akraal,
KSAP menggunakan materi dan rujukan yang dikeluarkan oleh:
a. Pemerintah Indonesia, berupa Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang SAP;
b. International Federation of Accountants;
c. International Accounting Standards Committeel International Accounting
Standards Board:
d. international Monetary Fund;
e. lkatan Akuntan Indonesia;
f. Financial Accounting Standards Board USA;
g. Governmental Accounting Standards Board USA;
h. Federal Accounting Standards Advisory Board-USA;
i. organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan
keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan SAP Berbasis Akrual sebagai


berikut:
a. SAP Berbasis Akrual dikembangkan dari SAP PP Nomor 24 Tahun 2005
dengan mengacu pada Internatonal Public Sector Accounting Standards
(IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku.
b. SAP Berbasis Akrual adalah SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 yang telah
dikembangkan sesuai dengan basis akrual.
c. Laporan Operasional-yang dalam SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 disebut
dengan nama Laporan Kinerja Keuangan dan bersifat opsional-dalam SAP
Berbasis Alkrual menjadi salah satu PSAP tintuk pelaporan atas pendapatan
dari sumber daya ekonomi yang diperoleh dan beban untuk kegiatan
pelayanan pemerintahan.
d. Kerangka konseptual dalam SAP PP Nomor 24 Tahun 2005 dimodifikasi
dan diperbarui

SAP Berbasis Akrual versi PP Nomor 71 Tahun 2010


Sebelum membahas mengenai konsep akrual menurur PP Nomor 71 Tahun 2010,
terlebih dahulu me-review ulang definisi basis akrual mcihurut beberapa literatur
akuntansi. Pengertian basis akrual menurut PSAK (IAI, 2004) adalah mengakui
pengaruh transaksi dan peristiwa lain pada saat kejadian (dan bukan pada saat kas
atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta
dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Berdasarkan
pengertian tersebut, laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan
penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa
depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima di masa
depan. dalam basis akrual menjadi dasar pencatatan transaksi adalah adanya hak
dan kewajiban tanpa melihat anal sudah diterima atau dibayar melalui transaksi kas
atau tidak (Boothe, 2007). Berdasarkan uraian di atas, apabila SAP menggunakan
basis akrual, maka pendapatan belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas
diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau pada saat kejadian atau
kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar (Ritonea 2010). Selanjutnya,
bagaimana konsep akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 20102 Pengertian basis
akrual dapat diketahui dari Pasal 1 poin 8 yang menyatakan: yang "SAP Berbasis
Akraul adilah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas
dalam pelapar finansial berbasis akrual. serta mengakui pendapatan. belanja, dam
pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anvnaran berdasarkan basis yang
ditetapkan dalam APBNIAPBD."
Pengertian SAP Berbasis Akrual di atas memunculkan beberapa kritik dan
pertanyaan, sebagai berikut.
1. SAP yang terdapat dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 dinamai dengan "SAP
Berbasis Akrual", namun menurut pengertian di atas SAP tersebut
mengindikasikan adanya penerapan dua basis yang berbeda (kas dan akrual)
dalam dua pelaporan yang berbeda (pelaporan finansial dan pelaporan
pelaksanaan anggaran). Lalu, apakah benar bahwa antara judul dengan
isinya tidak konsisten? Dikatakan "tidak kosisten" jika basis akuntansi yang
digunakan benar-benai berbeda pada kedua pelaporan tersebut, dan
sebaliknya, dikatakan "konsisten" jika kedua pelaporan tersebut sama sama
menggunakan basis akrual.
2. Apabila dicermati lebih detail lagi, SAP tersebut hanya menyatakan dengan
tegas bahwa basis akrual diterapkan pada pelaporan finansial, sementara
pelaporan pelaksanaan anggaran menggunakan basis akuntänsi sesuai
dengan basis yang ditetapkan dalat APBN/APBD. Kenyataannya,
APBN/APBD masih menggunakan basis kas, serta hany ada PSAP yang
mengatur penyusunan Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas, yaitu
pada PSAP Nomor 02. Jadi, terbukti bahwa SAP Berbasis Akrual mengakui
adanya dua basis akuntansi yang berbeda dalam penyusunan pelaporan
keuangannya. Hai menunjukkan bahwa SAP tersebut tidak sesuai jika
disebut dengan SAP Berbasis Akrual Lalu basis akuntansi apa yang
sebenarnya digunakan? Secara teoretis, basis akuntansi yang digunakan
bukanlah basis akrual penuh, melainkan mengarah pada basis akuntansi
modifikasian, yaitu tepatnya basis akrual modifikasian. Sebagaimana
dijelaskan oleh Halim dan Kusufi (2012), bahwa basis akrual modifikasian
mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi
rertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transalsi
(Halim dan Kusufi, 2012). Pencatatan setiap transaksi selalu terkait dengan
akun-akun yang menggunakan basis akrual, yang berkaitan dengan kas
maupun tidak. Namun, hanya transaksi yang terbatas pada pelaksanaan
anggaran yang dicatat menggunakan basis kas.
3. Apa konsekuensi dari diterapkannya basis akrual (modifikasian) menurut
SAP Berbasis Akrual tersebut? Konsekuensi dari diterapkannya SAP
tersebut dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang hukum
dan sudut pandang praktik akuntansi. Dari sudut pandang praktik akuntansi,
nienurut pengertian di atas, bahwa pendapatan diakui dengan dua basis
akuntansi yang berbeda, Pendapatan berbasis akrual dicatat pada pelaporan
finansial, sedangkan pendapatan berbasis kas dicatat pada pelaporan
pelaksanäan anggaran. Untuk membedakannya pendapatan untuk pelaporan
finansial diistilahkan dengan "pendapatan-LO" dan pendapatan untuk
pelaporan pelaksanaan anggaran diistilahkan dengan "pendapatan-LRA".
Kedua istilah tersebut sebenarnya yang menjadi masalah, baik secara
teoretis dalam akuntansi maupun secara hukum. Dalam literatur teori
akuntassi saat ini, hanya mengenal jenis pendapatan dalam dua istilah
dengan karakteristik yang berbeda yaitu, revente dan gain. Tentu saja,
pendapatan- LO dan pendapatan-LRA tidak sama dengan reenue dan gain.
Penjelasan lebih lanjut terkait kedua istilah ini akan penulis jelaskan pada
sesi berikutnya. Hal yang sama juga terkait dengan istilah "belanja" dan
"beban". Istilah "belanja" sering kali dikaitkan dengan pengeluaran
(expenditure) dalam penganggaran, sementara istilah "beban atau expense"
sering kali digunakan dalam akuntansi keuangan. Secara teoretis, menurut
penulis, penggunaan istilah "belanja" dan "beban" sudah tepat jika dikaitkan
dengan basis akuntansi yang diterapkan pada kedua pelaporan tersebut.

Kritik dan pertanyaan terkait SAP Berbasis Akrual:


Basis akuntansi yang digunakan, Batas waktu penerapan SAP berbasis Akrual
sudah tidak sesuai dengan amanat undang undang terutama U nomor 1 tahun 2004,
begitu juga dengan basis akutansi yang digunakanm basis SAP ini lebih mengarah
kepada basis akrual modifikasian sehingga tidak sesuai dengan yang diamanatkan
dalam UU nomor 17 tahub 2003 dan pasal 70 ayat 2 UU nomor 1 tahun 2004 yang
mengamanatkan untuk melaksanakan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan
belanja berbasis akrual, bukan akrual modifikasian.

LAPORAN OPERASIONAL VERSUS LAPORAN REALISASI


ANGGARAN
Perbedaan laporan operasional dengan laporan realisasi anggaran:
1. Terdapat penambahan PSAB baru (PSAP nomor 12 tentang penyajian
laporan Operasional), Laporan Operasional yang dalam SAP PP Nomor 24
tahun 2005 disebut dengan nama Laporan Kinerja Keuangan dan bersifat
opsional
2. Tidak perlu dibuatnya Laporan Realisasi Anggaran, dengan adanya laporan
operasional makan laporan realisasi anggaran tidak lagi memiliki
keterkaitan dengan Neraca. Pelaporan operasional bertujuan memberikan
informasi tentang kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dengan
pendapatn-LO, beban, dan surpls/defisit operasional dari suatu entitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, sedangkan
Laporan Realisasi Anggaran bertujuan memberikan informasi realisasi dan
anggaran entitas pelaporan.
3. Laporan realisasi anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah
pusat / daerah yang menunjukan ketaatan terhadap APBN/APBD.
4. Perbedaan manfaat dan informasi, Laporan Operasional menyediakan
informasi yang mencerminkan seluruh kegiatan operasional keuangan
entitas pelaporan yang berguna bagi penggunanya untuk mengevaluasi
pendapatan LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas
pemerintah
5. Informasi Laporan Operasional adalah:
a. Besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan
b. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi efektivitas, serta
kehematan perolehan dan penggunana sumber daya ekonomi

Informasi Realisasi Anggaran adalah:


a. Menyediakan informasi mengenai sumber, alukasim dan penggunaan
sumbver daya ekonomi
b. Mnyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh
yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi
dan efektivitas penggunaan anggaran.

Peranan Laporan Operasional


Informasi yang disajikan oleh Laporan Operasional, meliputi:
a. Informasi beban akrual, informasi ini dapat digunakan untuk menghitung biaya per
program atau kegiatan pelayanan. Beban yang ada didalam Laporan ini dapat
dikelompokan menjadi biaya pegawai, material, dan overhead untuk melakukan
perhitungan biaya setiap program atau kegiatan.
b. LO berperan dalam penilaian kinerja yang digunakan untuk mengukur hasil dari
kegiatan yang hendak dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan
kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan
c. LO memberikan informasi untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintahdalam periode mendatang dengan menyajikan
laporan secara komparatif.

Struktur Laporan Operasional


Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos sebagai berikut:
a. Pendapatan LO dari kegiatan operasional, yaitu hak pemerintah yang diakui sebagai
peambah ekuitas periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali
b. Beban atas kegiatan operasional, yaitu penurunan manfaat ekonomi/potensi jasa
dalam periode pelaporan yang dapat menurunkan ekuitas berupa
pengeluaran/konsumsi asset atas timbulnya kewajiban
c. Surplus/defisit dari kegiatan non-operasional, yaitu selsih antara pendapatan dan
beban non-operasional yang siifatnya tidak rutin termasuk dari surplus/defisit dari
penjualan asset nonlancar dan penyelesaian kewajiban jangka panjang
d. Pos Luar biasa, yaitu pendapatan atau beban yang bukan merupakan operasi biasa
yang tidak diharapkan sering/rutin terjadi, diluar kendali atau pengaruh entitas yang
bersangkutan
e. Surplus/defisit –LO, yaitu selisih lebih/kurang antara pendapatan dan beban selama
satu periode pelaporan

Konsepsi Akrual dan Keterkaitan Antarlaporan


Konsepsi akrual pada Laporan Operasional terlihat pada transaksi pendapatan-LO
dan beban dalam bentuk barang/jasa. Pada PSAP Nomor 12 paragraph 7 disebutkan
bahwa Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus
akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Keterkaitan antar laporan keuangan dan dalam kedua
pelaporan, yaitu pelaporan pelaksanaan anggran dan pelaporan finansial, sebagai
gambar berikut:
Akuntansi Pendapatan-LO versus Pendapatan-LRA
Dengan diterapkannya dua basis akuntansi yang berbeda pada dua jenis pelaporan
yang berbeda, yaitu pelaporan pelaksanaan anggaran berbasis kas dan pelaporan
finansial berbasis akrual. Akibatnya, terdapat dua macam pendapatan, yaitu:
- Pendapatan – LO berbasis akrual
- Pendapatan – LRA berbasis kas

Menurut PSAP Nomor 01, Pendapatan-LO didefinisikan sebagai hak pemerintah


pusat/ daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan rekening kas umum negara/ daerah
yang menambah saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan, yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah.
Berdasarkan penjelasan tersebut, jelas bahwa pendapatan-LO merupakan semua
hak pemerintah, yang berupa kas/ non-kas/ selain kas yang dapat mendambah
ekuitas. Hal ini berarti pengertian pendapatan-LO lebih luas dari pada pendapatan-
LRA yang hanya berupa penerimaan kas saja, serta keterkaitannya dengan laporan
keuangan yang berbeda.
Pendapatan-LO akan mempengaruhi ekuitas yang ada di neraca melalui laporan
perubahan ekuitas. Sedangkan, pendapatan-LRA akan mempengaruhi SAL pada
laporan peruabahan SAL. Rangkuman perbedaan dan persamaan pendapatan-LO
dan pendapatan-LRA
PENDAPATAN-LO PENDAPATAN-LRA
Perbedaan
Pengakuan • Pada saat
timbulnya hak Pada saat kas diterima
• Pada saat
pendapatan
direalisasi
Pengelompokan Berdasarkan sumber Berdasarkan jenis
pendapatan pendapatan
Persamaan
Pencatatan Asas bruto Asas bruto

Pendapatan-LO diklasifikasi menurut sumber pendapatan.


Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat dikelompokkan
berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan, pendapatan bukan
pajak, dan pendapatan hibah.
Sedangkan klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah daerah
dikelompokkan menurut asal dan jenis pendapatan, yaitu pendapatan asli daerah,
pendapatan transfer, dan pendapat lain-lain yang sah.
Apabila ditinjau lebih kritis lagi terhadap definisi kedua pendapatan, yaitu untuk
pengakuan dan keterkaitan antarlaporan yang dipengaruhi oleh keduanya, maka
akan timbul masalah dalam teknik pencatatannya. Masalah yang muncul terkait
dengan pencatatan pendapatan-LRA yang berbasis kas yaitu pada saat terjadi
transaksi penerimaan kas dari suatu jenis pendapatan tertentu, maka akun
pendapatan-LRA tersebut tidak dapat dicatat dalam kas.
Hal ini dikarenakan akun kas merupakan merupakan akun neraca dan antara LRA
dan neraca tidak ada keterkaitan. Akun kas (sisi debit/D) akan dicatat bersamaan
dengan akun pendapatan-LO (sisi kredit/K). dengan demikian, hal ini menunjukkan
bahwa pencatatan dengan system double entry tidak dapat mengakomodasi
kebutuhan pencatatan dalam SAP Berbasis Akrual.
Maka dari itu, harus ada solusi untuk mencatat akun pendapatan-LRA khususnya,
semua akun pada pelaporan realisasi anggaran pada umumnya.
Terdapat dua cara yang dapat penulis tawarkan untuk menjawab permasalahan
terkait pencatatan transaksi (penjurnalan).
Solusi yang pertama, adalah dengan menerapkan sistem pencatatan triple entry.
Dijelaskan oleh Halim dan Kusufi (2012) bahwa sistem triple entry adalah
pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan double entry,
ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran.
Alternatif solusi yang lain, adalah hanya melakukan pencatatan pada akuntansi
untuk pelaporan finansial yang berbasis akrual, sedangkan untuk pelaporan realisasi
anggaran tidak dilakukan pencatatan seperti halnya penjurnalan, melainkan
langsung dicatat pada buku besarnya, schingga pada akhir periode langsung muncul
berupa laporan keuangan, yaitu LRA.
Namun, menurut penulis, metode ini mengandung kelemahan, yaitu kronologis
transaksi selama periode tertentu tidak dapat disajikan secara sistematis dan jika
terjadi kesalahan akan sulit untuk ditelusuri. Oleh karena itu, penulis berpendapat
bahwa pencatatan dengan menggunakan sistem pencatatan triple entry lebih
memungkinkan untuk dilaksanakan dan lebih baik dibandingkan dengan solusi
yang kedua.
Meskipun demikian, sistem pencatatan triple entry tidak lazim diajarkan dan
dijalankan dalam praktik akuntansi pada umumnya. Pengajaran akuntansi dan
praktiknya di lapangan terbiasa dan hanya memahami sistem pencatatan double
entry dengan lima macam laporan keuangan. Sementara, pada SAP dikenalkan
dengan tujuh macam laporan keuangan dengan SIstem pencatatan triple entry. Hal
ini menunjukkan perbedaan paling mendasar antara akuntansi bisnis dengan
akuntansi sektor publik, dan membuktikan bahwa konsep dan aplikasi akuntansi
sektor bisnis tidak dapat disamakan dengan yang ada di dalam akuntansi sektor
publik.
Perbedaan tujuan dan karakteristik lingkungan organisasi sektor bisnis dan sektor
publik tentu akan menghasilkan sistem akuntansi yang berbeda pula. Jadi,
perbedaan praktik akuntansi tersebut bukanlah hal yang keliru dan "aneh", tetapi
memang sebuah " kewajaran.
Akuntansi Belanja versus Beban
Sama halnya dengan pendapatan, pencrapan dua basis akuntansi tersebut juga
berdampak pada penggunaan istilah "belanja" untuk LRA dan "beban" untuk LO.
Menurut PSAP Nomor 01, beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah yang
mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa beban merupakan semua transaksi yang
dapat menurunkan manfaat ekonomi atau potensi jasa, baik yang berupa kas
maupun non/selain kas, yang berpengaruh terhadap penurunan ekuitas. Hal ini
berarti cakupan beban iebih luas daripada belanja yang hanya berupa pengeluaran
kas saja, serta keterkaitannya dengan laporan keuangan yang berbeda, sama halnya
pada pendapatan.
Perbedaan kedua jenis pendapatan tersebut dapat diringkas dalam table berikut ini:
Beban Belanja
Perbedaan
Pengakuan • Pada saat timbulnya Pada saat kas keluar
kewajiban
• Pada saat terjadi
konsumsi asset
• Terjadinya penurunan
manfaat ekonomi atau
potensi jasa
Pengelompokkan Menurut klasifikasi Menurut klasifikasi
ekonomi (jenis belanja),
organisasi, dan fungsi

Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, dan
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Beban yang diakui pada
saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari Kas Umum Negara/Daerah. Contohnya,
adalah tagihan rekening listrik dan telepon.
Beban yang diakui pada saat terjadinya konsumsi aset adalah saat pengeluaran kas
kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi
aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.
Terakhir, beban diakui pada saat terjadi penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa adalah pada saat terjadi penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan
aset bersangkutan/berlalunya waktu. Contohnya, adalah penyusutan atau
amortisasi. Sedangkan, Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Khusus pengeluaran yang melalui bendahara, pengeluarannya akan diakui/
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Klasifikasi beban:
Beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada
prinsipnya mengelompokkan berdasarkan jenis beban.
• Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban pegawai, beban
barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial,
beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan beban lain-lain.
• Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah terdiri atas beban
pegawai, beban barang, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban
bantuan sosial, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban transfer, dan
beban tak terduga.

Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat


dikelompokkan menjadi metode garis lurus (straight line method), metode saldo
menurun ganda (double declining balance method), dan metode unit produksi (unit
of production method).
Klasifikasi belanja:
Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi,
dan fungsi.
Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang didasarkan pada jenis
belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas, yaitu belanja operasi, belanja modal,
dan belanja lain- lain/tak terduga.
• Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah., bantuan sosial, dan
belanja lain-lain.
• Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah meliputi belanja pegawai,
belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan
belanja tidak terduga.

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari pemerintah


pusat/daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja operasi antara lain
meliputi belanja pegawai, belanja barang, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.
Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan asset tetap dan asset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan,
asset tak berwujud.
Belanja lain-lain/tak terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana
alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan
dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/ daerah.
Sama halnya dengan pendapatan, pencatatan beban dan belanja juga menemui
kendala yang sama, yaitu pencatatannya. Transaksi yang terkait dengan beban akan
dicatat dengan menggunakan double entry dan disaat yang sama pencatatan belanja
dilakukan pada buku anggaran oleh fungsi akuntansi pada unit kerja pemerintah.
Akuntansi surplus/defisit-LRA versus surplus/defisit-LO
Surplus/ defisit-LO adalah selisih antara pendapatan LO dan beban selama satu
periode pelaporan setelah diperhitungkan surplus/ defisit dari kegiatan non
operasional dan pos luar biasa. Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu
dikelompokkan tersendiri dalam kegiatan non operasional. Termasuk dalam
pendapatan atau beban dari kegiatan non operasional antara lain surplus/defisit
penjualan aset non lancar, surplus/defisit penyelesaian kewajiban jangka panjang,
dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya. Selisih lebih/kurang
antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan surplus/defisit dari kegiatan non
operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar biasa, yang setelah
ditambah/dikurangi dengan pos luar biasa akan menjadi surplus/defisit LO.
Surplus/defisit LRA adalah selisih lebih/kurang antara pendapatan LRA dan belanja
selama satu periode pelaporan. Surplus/defisit LRA akan mempengaruhi
SiLPA/SiKPA yang nantinya akan dipindahkan ke laporan perubahan SAL sebagai
penambah atau pengurang SAL
Akuntansi pembiayaan versus kegiatan operasional dan pos luar biasa
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali atau pengeluaran
yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun
tahun anggaran berikutnya yang dalam penganggaran pemerintah terutama
dimaksudkan kan untuk menutupi defisit atau memanfaatkan surplus anggaran.
Transaksi dalam mata uang asing
Redaksi yang menggunakan mata uang asing dikonversikan terlebih dahulu dan
dinyatakan dalam mata uang Rupiah titik perlakuan akuntansi untuk transaksi mata
uang asing dapat dibagi menjadi dua yaitu transaksi yang tersedia dana dalam mata
uang asing dan tidak tersedia dana dalam mata uang asing.
Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing untuk menjadi 3 perlakuan
sebagai berikut
1. Mata uang asing dibeli dengan rupiah dicatat berdasarkan kurs transaksi
2. Mata uang asing dibeli dengan mata uang asing lainnya dicatat dengan
menggunakan kurs transaksi
3. Transaksi dalam mata uang asing lain ya dicatat dalam rupiah berdasarkan
kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi

Transaksi dalam bentuk barang dan jasa


Transaksi pendapatan LO dan beban dalam bentuk barang/ jasa yang harus
dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal Transaksi dan diungkapkan
dalam CaLK sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai
bentuk dari pendapatan dan beban.

Anda mungkin juga menyukai