Anda di halaman 1dari 24

RBA dan Komponen Dokumennya

Setiap Unit Pelaksana Teknis Dinas/ Badan Daerah yang telah menerapkan BLUD setiap
tahunnya wajib untuk menyusun RBA. Dokumen RBA ini diajukan kepada Dinkes setiap awal
periode UPT/Badan Daerah.

Penyususnan RBA ini menmgacu pada renstra sedangan penyusunannya berdasarkan anggaran
berbasis kinerja, Standar satuan harga, dan kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan yang
diperkirakan akan diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah, hasil
kerjasama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya, APBD, dan sumber pendapatan BLUD
lainnya.

Anggaran berbasis kinerja merupakan analisis kegiatan yang berorientasi pada


pencapaian output  dengan penggunaan sumber daya secara efisien. Sedangkan, Standar satuan
harga merupakan harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu daerah. Namun,
apabila BLUD ini belum menyusun Standar satuan harga, maka BLUD menggunakan Standar
satuan harga yang ditetapkan oleh Keputusan Kepala Daerah. Kebutuhan belanja dan
kemampuan pendapatan sendiri merupakan pagu belanja yang dirinci menurut belanja operasi
dan belanja modal.

RBA ini meliputi:

1. Ringkasan pendapatan, belanja dan pembiayaan;


2. Rincian anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan;

Merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang dinyatakan dalam satuan
uang yang tercermin dari rencana pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

 Perkiraan harga;

Merupakan estimasi harga jual produk barang/atau jasa setelah memperhitungkan biaya per
satuan dan tingkat margin yang ditentukan seperti tercermin dari Tarif Layanan.

 Besaran persentase ambang batas; dan perkiraan maju atau forward estimate.


Besaran persentase ambang batas adalah besaran persentase perubahan anggaran bersumber dari
pendapatan operasional yang diperkenankan dan ditentukan dengan mempertimbangkan
fluktuasi kegiatan operasional BLUD. Sedangkan Perkiraan maju adalah perhitungan kebutuhan
dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang diperkenankan guna memastikan
kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan
anggaran tahun berikutnya

PERANAN DAN TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN BLUD

Peranan Laporan Keuangan BLUD

Sesuai dengan mandat pemerintah dalam Permendagri No. 79 Tahun 2018 tentang Badan
Layanan Umum Daerah, BLUD wajib untuk menyusun Laporan Keuangan. Laporan keuangan
disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh
transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Laporan
keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan
untuk melaksanakan kegiatan operasional BLUD, menilai kondisi keuangannya, mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaataan BLUD
terhadap peraturan perundang-undangan. BLUD sebagai suatu entitas pelaporan yang
menerapkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) mempunyai kewajiban untuk melaporkan
upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara
sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:

(a) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang


dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.

(b) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas pelaporan
dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan
masyarakat.

(c) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh
atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan
kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

(d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada periode
pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang
akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.

(e) Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya ekonomi yang
dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Tujuan laporan Keuangan BLUD

Pelaporan keuangan BLUD seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:

a) menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;

b) Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai


seluruh pengeluaran;

c) Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
d) Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya
dan mencukupi kebutuhan kasnya;

e) Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan
dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk
yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;

f) Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah


mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode
pelaporan.

Pengakuan Unsur-unsur Laporan Keuangan pada BLUD

ada Permendagri No.79 Tahun 2019 tentang Badan layanan Umum Daerah pasal 99 ayat 3
menyebutkan bahwa “Laporan Keuangan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
berdasarkan standar akuntansi pemerintahan. Laporan keuangan yang dimaksud ini adalah
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Catatan atas Laporan
Keuangan.

Untuk menyusun laporan keuangan ini, BLUD wajib mencatat berbagai transaksi keuangan dan
pelaksanaan anggaran yang dilakukannya selama periode akuntansinya. Lalu, bagamainakah
pengakuan untuk tiap unsur-unsur laporan keuangan BLUD?. karena BLUD menerapkan Standar
Akuntansi Pemerintahan, maka untuk pengakuan unsur-unsur laporan keuangannya pun akan
mengikuti standar ini.

Berikut pengakuan unsur laporan keuangan berdasarkan Standar akuntansi Pemerintah.

PENGAKUAN ASET

Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Sejalan dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka
diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari
entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi.

Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari pajak, bea masuk,
cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil pemanfaatan kekayaan negara, transfer,
dan setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil pinjaman. Proses pemungutan
setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan melibatkan banyak pihak atau instansi.

Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas oleh pemerintah untuk mendapatkan
pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang lebih rinci, termasuk pengaturan mengenai
batasan waktu sejak uang diterima sampai penyetorannya ke Rekening Kas Umum
Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran telah terjadi dan manfaat ekonominya
dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah setelah periode akuntansi berjalan.

PENGAKUAN KEWAJIBAN

Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi akan
dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan perubahan atas
kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Sejalan
dengan penerapan basis akrual, kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada
saat kewajiban timbul.

PENGAKUAN PENDAPATAN

Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk
sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.

PENGAKUAN BEBAN DAN BELANJA

Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya
penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Sedangkan Belanja diakui berdasarkan terjadinya
pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus
pengeluaran melalui bendahara pengeluaran pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan

SYARAT DAN MASA JABATAN DEWAN PENGAWAS BLUD

Dewan Pengawas BLUD adalah satuan fungsional yang bertugas melakukan permbinaan dan
pengawasan serta pengendalian internal terhadap pengelolaan BLUD yang dilakukan oleh
pejabat pengelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dewan Pengawas
sendiri dibentuk dengan keputusan Kepala Daerah. Dewan pengawas dapat teridiri dari 3 orang
ataupun 5 orang dewan pengawas. Jumlah dewan pengawas ini di sesuaikan dengan kondisi
BLUD

Anggota Dewan Pengawas

Anggota Dewan Pengawas yang berjumlah 3 (tiga) orang dapat terdiri dari unsur-unsur:

 1 (satu) orang pejabat Dinas Kesehatan yang membidangi Puskesmas;


 1 (satu) orang pejabat Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah;
 1 (satu) orang tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD Puskesmas.

Anggota Dewan Pengawas yang berjumlah 5 (lima) orang dapat terdiri dari unsur-unsur:

1. 2 (dua) orang pejabat Dinas Kesehatan yang membidangi Puskesmas,


2. 2 (dua) orang pejabat Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah,
3. 1 (satu) orang tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD Puskesmas.

1. Tenaga ahli dapat berasal dari tenaga profesional atau perguruan tinggi yang memahami
tugas fungsi, kegiatan dan layanan BLUD Puskesmas.
2. Anggota Dewan Pengawas dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas pada 3
(tiga) BLUD.
3. Pengangkatan anggota Dewan Pengawas dilakukan setelah pengangkatan Pejabat
Pengelola.
4. Syarat untuk dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas, yaitu:

a) Sehat jasmani dan rohani;

b) Memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman, jujur, perilaku yang baik, dan
dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan BLUD;

c) Memahami penyelenggaraan pemerintahan daerah;

d) Memiliki pengetahuan yang memadai tugas dan fungsi;

e) Menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya;

f) Berijazah paling rendah S-1;

g) Berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun;

h) Tidak pernah menjadi anggota Direksi, Dewan Pengawas, atau Komisaris yang dinyatakan

i) Tidak sedang menjalani sanksi pidana; dan

j) Tidak sedang menjadi pengurus partai politik, calon kepala daerah atau calon wakil kepala
daerah, dan/atau calon anggota legislatif.

Masa Jabatan Dewan Pengawas

1. Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dan dapat
diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya apabila belum berusia paling
tinggi 60 (enam puluh) tahun.
2. Dalam hal batas usia anggota Dewan Pengawas sudah berusia paling tinggi 60 (enam
puluh) tahun, Dewan Pengawas dari unsur tenaga ahli dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan berikutnya.
3. Anggota Dewan Pengawas diberhentikan oleh Bupati/Walikota karena:

a. Meninggal dunia;
b. Masa jabatan berakhir;

c. Diberhentikan sewaktu-waktu

4. Anggota Dewan Pengawas diberhentikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c,
karena:

a. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik;

b. Tidak melaksanaan ketentuan peraturan perundang- undangan;

c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan BLUD Puskesmas;

d. Dinyatakan bersalah dalam putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap;

e. Mengundurkan diri;

f. Terlibat dalam tindakan kecurangan yang mengakibatkan kerugian pada BLUD Puskesmas,
negara dan/atau daerah. dalam tindakan BLUD yang merugikan

Penyesuaian pada BLUD

BLUD sebagai entitas Akuntansi dan Pelaporan wajib menerapkan standar akuntansi yakni
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan wajib menyusun Laporan Keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawabannya. Pada akhir periode akuntansi baik di pemerintahan maupun BLUD,
sebelum disusunnya laporan keuangan, juga perlu melakukan penyesuian terlebih dahulu.
Penyesuian ini kemudian dicacat sebagai jurnal penyesuaian.

Jurnal penyesuaian adalah jurnal yang dibuat dalam proses pencatatan perubahan saldo pada
akun untuk menyesuaikannya dengan jumlah yang sebenarnya pada akhir periode. Jurnal
penyesuaian dibuat pada akhir periode setelah penyusunan neraca saldo, namun sebelum
penyusunan kertas kerja (worksheet).
Penyesuaian ini dilakukan untuk akun-akun tertentu yang perlu dilakukan penyesuaian yang
dilakukan pada akhir periode akuntansi. Beberapa akun yang perlu dilakukan penyesuaian adalah
Bahan Pakai Habis, Piutang, Utang, Persediaan, dsb. Fungsi jurnal penyesuaian secara umum
adalah menetapkan saldo catatan akun buku besar pada akhir periode dan menghitung
pendapatan dan beban yang sebenarnya selama periode yang bersangkutan.

Konsep penyesuian pada pemerintah daerah sendiri tidak jauh beda dengan konsep penyesuian
pada sektor bisnis. Hanya saja yang membedakan antara keduanya adalah cara menentukan
taksiran piutang tak tertagih yang mana perusahaan ditaksir oleh pihak internalnya sedangkan
pada pemerintahan penaksiran piutang tak tertagih dilakukan oleh lembaga khusus yang
menangani utang-piutang pemerintah daerah.

Untuk penyesuaian persediaan, antara prusahaan dan pemerintahan juga tidak terdapat
perbedaan. Penyesuaian persediaan yang dilakukan adalah menghitung nilai persediaan akhir
yang masih tersisa baik boleh dengan pendekatan perhitungan fisik maupun perpetual. Begitu
pula dengan konsep penyesuian pada akun-akun lainnya. Secara konsep tidak terdapat perbedaan
berarti antara perusahaan dan pemerintah daerah. Perbedaan antara keduanya biasanya hanya
terletak pada cara/metode menghitungnya saja. Seperti contoh pada pemerintahan daerah untuk
metode menghitung persediaan yang diakui karena berkaitan dengan pajak adalah metode
FIFO (First In First Out) dan Metode rata-rata (Average).

Berikut merupakan beberapa akun yang perlu dilakukan penyesuian pada akhir periode akuntansi
pada BLUD.

1. Pendapatan Yang Masih Harus Diterima


2. Belanja Dibayar Di Muka
3. Penyisihan Piutang
4. Penghapusan Piutang
5. Pendapatan Diterima Di Muka
6. Belanja Yang Masih Harus Dibayar
7. Stock Opname Persediaan
8. Penambahan Persediaan atas Hibah
9. Penyusutan Aset
10. Penghapusan Aset
11. Penambahan Aset dari Hibah
12. Ekstra Komptabel
13. Intra Komptabel
14. Koreksi Antar Beban
15. Koreksi Kas Bendahara Penerimaan

Satuan Pengawas Internal (SPI) dalam kerangka BLUD –RSUD

SPI dibentuk oleh direktur dan bertanggungjawab dan berkedudukan langsung kepada pimpinan
dalam pengawasan dan pengendalian internal terhadap kinerja pelayanan, keuangan dan
pengaruh lingkungan sosial dalam penyelenggaraan bisnis yang sehat. Pembentukan SPI harus
mempertimbangkan:

1. Kesimbangan manfaat dan beban,


2. Kompleksitas manajemen, dan
3. Volume dan/atau jangkauan layanan.

Tugas SPI antara lain:

1. Pengamanan kekayaan
2. Menciptakan akurasi sistem informasi keuangan
3. Menciptakan efisiensi dan produktifitas
4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam menjalankan praktik bisnis yang
sehat.

Selain tugas diatas, SPI juga dapat berperan serta untuk membangun suatu sistem dalam RSUD-
BLUD ketika RSUD-BLUD tersebut belum memiliki sistem yang baik. Dengan berbagai peran
ini, SPI harus menjadi bagian rumah sakit yang mampu memberikan manfaat dan meningkatkan
kinerja RSUD seluruh keseluruhan.

Implementasi SPI RSUD-BLUD

1. Pembentukan SPI.
2. Penyusunan Rencana Kegiatan Pemeriksaan Tahunan (RKPT).
3. Penyusunan Langkah-langkah Persiapan Pemeriksaan Internal.

Pembentukan SPI

Dalam melaksanakan tugasnya SPi harus memahami bagian rumah sakit yang merupakan Cost
Center atau Revenue center.

 Mengesahkan Internal Audit Center


 Menyusun Internal Audit Guide (Panduan Audit Internal)
 Rekruitment

Penyusunan Rencana Kegiatan Pemeriksaan Tahunan (RKPT)

SPI harus menyusun rencana kerja mereka selama satu tahun. Rencana ini menggambarkan
seluruh aktivitas yang akan dilaksanakan SPI sebagai tugasnya sebagai pihak yang mengawasi
kegiatan internal.

RKPT ini berisi:

 Tujuan pemeriksaan
 Jadwal oemeriksaan
 Penetapan Staf Pemeriksaan
 Anggaran biaya
 Laporan kegiatan SPI

Pelaksana SPI di RSU dapat mengecek wilayah-wilayah strategis yang cukup beresiko seperti
bagian Farmasi, rawat jalan dan IGD.

Penyusunan Langkah-langkah Persiapan Pemeriksaan Internal

Pemeriksaan internal yang dilakukan oleh SPI rumah sakit dilakukan dengan menerapkan proses
audit pada umumnya. Melaksanakan asersi audit yaitu:

ASERSI

 Existence (Keberadaan )
 Competence (Kelengkapan)
 RO Right and Obligation (Hak & Kewajiban)
 Valuation (Penilaian)
 Presentation (Penyajian)
 Disclosure (Pengungkapan)
 Cut off (Accuracy)

Persyaratan Program Audit:

1. Merupakan dokumentasi program audit bagi SPI dalam mengumpulkan, menganalisis,


menginterprestasikan & mendokumentasikan informasi selama pelaksanaan audit
termasuk catatan untuk audit yg akan dating.
2. Menyatakan tujuan audit
3. Menetapkan luas, tingkat & metodologi audit.
 

Kriteria audit

1. Standar Prosedur Operasional


2. Anggaran & Target
3. Kualitas Pencapaian

Temuan Audit yang biasanya ditemukan SPI diantaranya:

1. Tindakan yang seharusnya dilakukan tetapi tidak dilakukan misalnya intensitas


penagihan piutang.
2. tindakan yang dilarang dan tercela misalnya pembelian BHP melebihi jumlah kebutuhan

Temuan audit yang dapat dilaporkan apabila memenuhi kriteria:

1. cukup signifikan
2. didukung fakta (bukan opini) dengan bukti memadai, kompeten dan relevan
3. secara obyektif dibuat tanpa bias dan prasangka
4. relevan dengan masalah-masalah yang ada
5. cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukan tindak perbaikan.

Kontrak awal kinerja BLUD terletak pada dokumen Strandar Pelayanan Minimal (SPM) ,
sehingga apabila bagian SPI RSUD menanyakan apakah pekerjaan awal yang dapat dilakukan
dalam melaksanakan perannya sebagai pengawas internal, jawabannya adalah memastikan
seluruh dokumen SPM ini dijalankan dengan baik melalui Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang ada.
SPI dalam lingkup pelaksanaannya sebagai pengawas internal dapat dibagi menjadi dua level,
yakni level satu strategik dan level dua terkait manajemen.

LEVEL 1 : Strategik

Standar SPI dalam melaksananakan peran pengawasannya adalah “Strategik”, yaitu peran yang
memastikan seluruh proses yang dilakukan oleh pengelola berjalan sesuai dengan rencana
strategik yang telah disusun.

Salah satu yang paling mudah untuk dilakukan adalah membandingkan gap antara kondisi saat
ini dengan harapan kedepan, seperti gap antara akreditasi Madya dengan akreditasi Paripurna
pada RSUD BLUD. Inilah merupakan tugas SPI, dimana SPI ini lebih menganalisis gap dan
menganalisis kondisi yang tidak sinkron antara seluruh dokumen strategis rumah sakit yang telah
disusun dengan kondisi saat ini. Dengan demikian, SPI juga dapat memastikan apakah seluruh
tujuan yang telah disusun untuk kedepannya oleh RSUD telah dijalankan dengan baik oleh
seluruh petugas pelaksana BLUD.

Level 2 : Manajemen

Untuk melaksanakan seluruh kegiatan operasionalnya, BLUD maupun RSUD BLUD telah
menyusun berbagai dokumen termasuk didalamnya dokumen Rencana Bisnis dan Anggaran
(Renstra) yang berisi rencana BLUD selama lima tahun kedepan, dokumen SPM, Dokumen Tata
Kelola, dokumen Rencana Bisinis dan Anggaran (RBA) yang disusun tiap tahunnya untuk
menampilkan rencana jangka pendek BLUD dan dokumen lainnya. Untuk pelaksanaan teknis
operasional, BLUD dapat menurunkan berbagai dokumen tersebut ke dalam dokumen lainnya
seperti SOP.

Peran SPI dalam pengawasan manajemen BLUD khusunya RSUD adalah sebagai pihak yang
mengawasi dan memastikan seluruh SOP telah berjalan. Untuk memastikan hal tersebut, SPI
RSUD-BLUD dapat membandingkan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh seluruh pegawai
rumah sakit telah berjalan sesuai dengan SOP yang telah disusu. Dengan demikian, SPI ini dapat
memastikan pelaksanaan SOP dengan baik di dalam RSUD-BLUD dan dapat pula memastikan
seluruh tata kelola yang telah disusun dan dijalankan telah berjalan dengan baik, sehingga
rencana-rencana yang telah disusun sebelumnya dapat tercapai.

Laporan Keuangan BLUD

Pada Pasal 99 ayat 3, Permendagri No. 79 tahun 2018 tentang BLUD BLUD wajib menyusun
laporan keuangan yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), laporan perubahan SAL,
Neraca, laporan Operasional (LO), Laporan Arus Kas (LAK), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
dan Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

Laporan keuangan BLUD disusun berdasarkan standar akuntansi pemerintahan (SAP), sehingga
laporan keuangan BLUD dan pemerintah adalah sama. Pada SAP sendiri pemerintahan wajib
menyusun laporan keuangan yang terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports),
laporan finansial, dan CaLK. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari LRA dan Laporan
Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari Neraca, LO, LPE, dan LAK.

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya
keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan
antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. . Unsur yang dicakup secara
langsung oleh Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan
pembiayaan.

2. Laporan Perubahan SAL (LP SAL)

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo
Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
3. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset, kewajiban, dan
ekuitas.

4. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa.

5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

6. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu. Unsur yang dicakup dalam Laporan
Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas.

7. Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera
dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga
mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan
informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar.
Tugas Pejabat Pengelola BLUD

alam pelaksanaan operasional BLUD tentuya membutuhkan berbagai sumber daya. Salah
satunya adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia (SDM) pada BLUD terdiri atas:

1. Pejabat Pengelola

Pejabat pengelola ini bertanggungjawab atas kinerja umum operasional, pelaksanaan kebijakan
fleksibilitas dan keuangan BLUD dalam pemberian layanan.

2. Pegawai

Berperan sebagai penyelenggara kegiatan untuk mendukung kinerja BLUD.

Pejabat pengelola dan pegawai pada BLUD ini berasal dari Pegawai negeri sipil (PNS) dan/atau
Pegawai Pemerintahan dengan pejanjian Kerja (PPPK/P3K) yang diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pejabat pengelola dan pegawai BLU dapat pula berasal dari
profesional lainnya yang statusnya dapat sebagai pekerja tetap atau kontrak.

Pejabat Pengelola ini terdiri atas:

1. Pemimpin BLUD

Befungsi sebangai penanggungjawab umum operasional dan keuangan. Tugas pemimpin BLUD
antara lain:

 Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi


seluruh aktivitas dalam BLUD agar berjalan lebih efisien dan produktif;
 Merumuskan penetapan kebijakan teknis BLUD serta kewajiban lainnya sesuai dengan
kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala daerah;
 Menyusun renstra;
 Menyiapkan RBA;
 Mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis kepada Kepala Daerah sesuai
dengan ketentuan;
 Menetapkan pejabat lainnya sesuai dengan kebutuhan BLUD selain pejabat yang telah
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
 Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan BLUD yang dilakukan oleh pejabat keuangan
dan pejabat teknis, mengendalikan tugas pengawasan internal, serta menyampaikan dan
mempertanggungjawabkan kinerja operasional serta keuangan BLUD kepada Kepala
Daerah; dan
 Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah sesuai dengan kewenangannya.

1. Pejabat Keuangan BLUD

Berfungsi sebagai penanggungjawab keuangan BLUD. Tugasnya antara lain:

 Merumuskan kebijakan terkait pengelolaan keuangan;


 Mengkoordinasikan penyusunan RBA;
 Menyiapkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA);
 Melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
 Menyelenggarakan pengelolaan kas;
 Melakukan pengelolaan utang, piutang dan investasi;
 Menyusun kebijakan pengelolaan Barang Milik Daerah yang berada dibawah
penguasaannya;
 Menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan;
 Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan; dan
 Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau pemimpin sesuai dengan
kewenangannya.

1. Pejabat Teknis BLUD


Berfungsi sebagai penanggungjawab teknis operasional dan pelayanan bidangnya. Tugas dari
pejabat teknis sendiri diantara:

 Menyusun perencanaan kegiatan teknis operasional dan pelayanan di bidangnya;


 Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan pelayanan sesuai dengan Rencana Bisnis
dan Anggaran (RBA);
 Memimpin dan mengendalikan kegiatan teknis operasional dan pelayanan di bisangnya;
dan
 Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepada daerah dan/atau pemimpin BLUD sesuai
dengan kewenangannnya.

Pejabat pengelola ini diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah. Pemimpin BLUD sendiri
bertanggungjawab kepada kepala daerah atas seluruh aktivitas atau kegiatan bisnis pada BLUD,
sedangkan pejabat keuangan dan pejabat teknis bertanggungjawab kepada pemimpin BLUD.
Pemimpin BLUD dalam melaksankan tugas dan tanggungjawabnya dalam BLUD bertindak
selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)/ Kuasa pengguna Barang (KPB). apabila pemimpin
BLUD tidak berasal dari PNS, maka pejabat keuangan yang berasal dari PNSlah yang kemudian
ditunjuk sebagai KPA/KPB termasuk bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran.

Konsep Remunerasi

Terdapat 3 konsep remunerasi yang biasa disebut dengan 3P, yaitu:

1. Position

Position atau posisi yaitu pemberian remunerasi berdasarkan posisi jabatan yang ditempati.
Dengan kata lain, remunerasi yang diberikan nilainya sama untuk setiap jabatan yang setingkat.

2. People

People atau orang adalah pemberian remunerasi kepada orang yang memiliki keahlian atau
pendidikan khusus yang sesuai dengan pekerjaannya.
3. Performance

Performance atau kinerja adalah pemberian remunerasi yang diberikan kepada karyawan
berdasarkan kualitas kinerjanya. Artinya tunjangan ini hanya diberikan kepada karyawan yang
memiliki kinerja tinggi (berkualitas) atau sesuai harapan yang telah ditetapkan. Prinsip dasar
yang penting untuk diketahui dalam penyusunan remunerasi, yaitu:

 Adil dan Proporsional

Adil yang dimaksud tidak berarti bahwa setiap karyawan menerima upah atau gaji yang sama,
namun juga harus mempertimbangkan dua sisi, yaitu kondisi perusahaan dan kebutuhan pekerja.
Di sisi perusahaan. Adil dan proporsional  berkaitan  dengan  kondisi  keuangan  perusahaan  dan
kecenderungan pasar di masa mendatang apakah prospeknya bagus atau trend-nya menurun,
sedangkan di sisi pekerja, adil adalah tercukupinya pendapatan  yang  dapat  memenuhi 
kebutuhan  pekerja  maupun keluarganya.  Asas  adil  sangat  penting  karena  didapat  dalam 
rangka mewujudkan  terciptanya  suasana  yang  harmonis,  motivasi  kerja, semangat, disiplin,
dan stabilitas perusahaan.

 Layak dan Wajar

Batasan pengertian layak dan wajar itu relative. Bisa saja di sisi pekerja mengatakan bahwa
remunerasi yang didapat belum memenuhi kebutuhan pekerja dan keluarganya, sedangkan pihak
pengusaha sudah memastikan bahwa  apa  yang  telah  diberikan  sudah  memenuhi 
kesejahteraan. Parameter  yang  digunaan  untuk  menetapkan  remunerasi  karyawan  di
perusahaan, yaitu ketentuan normatif yang ditetapkan melalui peraturan perundang-undangan.

 Tepat

Sebuah sistem pemberian remunerasi kepada pekerja berdasarkan kinerja karyawan. Hasil kerja
karyawan dievaluasi dan dinilai  dengan mengacu pada  parameter  yang  telah  ditetapkan. 
Hasil  penilaian  tersebut menentukan  berapa  seharusnya  remunerasi  yang  tepat  untuk 
diterima karyawan tersebut.
 Kompetitif

Dapat  bersaing  dengan  perusahaan  lain  seperti  perusahaan  yang menghasilkan produk
sejenis atau lokasi perusahaan yang berdekatan agar tidak terjadi saling cemburu di antara
sesama pekerja.

 Transparan

Adanya  keterbukaan  dalam  penetapan  remunerasi.  Dalam  menetapkan syarat kenaikaan


remunerasi harus diketahui dan mudah dipahami oleh karyawan.

Berdasarkan Permendagri No. 79 tahun 2018 Pasal 23 ayat 1, Pejabat Pengelola dan pegawai


BLUD diberikan remunerasi sesuai dengan tanggungjawab dan profesionalismenya. Remunerasi
merupakan imbalan kerja yang diberikan dalam komponen meliputi:

1. gaji yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tetap setiap bulan;
2. tunjangan tetap yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan pendapatan di
luar Gaji setiap bulan;
3. insentif yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan pendapatan di luar gaji;
4. bonus atas prestasi yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan pendapatan
di luar Gaji, Tunjangan Tetap dan Insentif, atas prestasi kerja BLUD yang dapat
diberikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran setelah BLUD memenuhi syarat
tertentu;
5. pesangon yaitu imbalan kerja berupa uang santunan purna jabatan sesuai kemampuan
keuangan BLUD; dan/atau
6. pensiun yaitu imbalan kerja berupa uang.

Pelaksanaan pemberian remunerasi juga diusulkan oleh pemimpin BLUD dengan


mempertimbangkan prinsip proporsionalitas, kesetaraan, kepatutan, kewajaran dan kinerja para
tenaga kerja di BLUD. Selain itu, kebijakan remunerasi juga memperhatikan indeks harga
daerah/wilayah. Usulan terkait remunerasi ini kemudian diatur dengan peraturan kepala daerah.

Indikator penilaian remunerasi dalam peraturan kepala daerah meliputi:


 Pengalaman dan masa kerja;
 Keterampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku;
 Risiko kerja;
 Tingkat kegawatdaruratan;
 Jabatan yang disandang; dan
 Hasil/capaian kinerja.

Khusus untuk pemimpin BLUD, selain indikator penilaian diatas terdapat beberapa
pertimbangan lain yang digunakan sebagai dasar penilaian pemberian remunerasi yaitu:

 ukuran dan jumlah aset yang dikelola, tingkat pelayanan serta produktivitas,
 pelayanan sejenis,
 kemampuan pendapatan dan
 kinerja operasional berdasarkan indikator keuangan, pelayanan, mutu dan manfaat bagi
masyarakat.

Berbagai pertimbangan dan indikator penilaian dalam pemberian remunerasi, maka remunerasi
yang diberikan untuk setiap tenaga kerja pada BLUD juga dapat berbeda. Kebijakan remunerasi
pada BLUD dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pejabat Pengelola

Pejabat pengelola menerima remunerasi meliputi:

1. Bersifat tetap berupa gaji;


2. Bersifat tambahan berupa tunjangan tetap, intensif, dan bonus atas prestasi; dan
3. Pesangon bagi Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja dan profesional lainnya atau
pensiun bagi pegawai negeri sipil.
4. Pegawai

Pegawai BLUD menerima remunerasi meliputi:

1. Bersifat tetap berupa gaji;


2. Bersifat tambahan berupa intensif dan bonus atas prestasi; dan
3. Pesangon bagi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja dan profesional lainnya atau
pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil.
4. Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis

Remunerasi pejabat keuangan dan pejabat teknis ditetapkan paling banyak sebesar 90%
(sembilan puluh persen) dari remunerasi pemimpin.

4. Dewan Pengawas dan sekretaris Dewan Pengawas

Dewan Pengawas memperoleh remunerasi dalam bentuk honorarium sebagai imbalan kerja
berupa uang, bersifat tetap dan diberikan setiap bulan. Honorarium dewan pengawasn ditetapkan
sebagai berikut:

1. honorarium ketua Dervan Pengawas paling banyak sebesar 40% (empat puluh persen)
dari gaji dan tunjangan pemimpin;
2. honorarium anggota Dewan Pengawas paling banyak sebesar 36% (tiga puluh enam
persen) dari gaji dan tunjangan pemimpin; dan
3. honorarium sekretaris Dewan Pengawas paling banyak sebesar15% (lima belas persen)
dari gaji dan tunjangan pemimpin.

Anda mungkin juga menyukai