Anda di halaman 1dari 9

NAMA : MARULIN ANDRIANI

NIM : B1C121263
KELAS :D
UAS : AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
EMAIL DOSEN : fitriaman0708@uho.ac.id.
SOAL

1. Gambarkan alur sistem pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.

2. Sebutkan dan Jelaskan unsur-unsur beserta kegunaan Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah bagi pihak eksternal dan internal!

3. Sebutkan dan Jelaskan syarat suatu aset digolongkan sebagai aset tetap !

4. Jelaskan mengenai manajemen aset di tingkat Pemerintah Daerah!

5. Dalam penerapannya sistem akrual mempunyai kosekuensi tersendiri. Sebutkan dan

jelaskan macam-macam kosekuensi tersebut !

6. Mengapa penyajian SAP (Standar Akuntansi Pemerintahan) perlu dikemas dalam suatu

aturan pemerintah? Bagaimana jika tidak demikian? Jelaskan jawaban anda!

7. Bagaimana ketentuan penggunaan pinjaman menurut Peraturan Pemerintah

No.54/2005 tentang Pinjaman Daerah ?

8. Pemerintah daerah diperbolehkan melakukan pinjaman daerah, sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Didalam peraturan pemerintah No 54/2005 pasal 7 dan pasal

12 tercantum ketentuan ketentuan. Sebutkan dan jelaskan apa saja ketentuan tersebut!
JAWABAN

1. Alur Sistem Pelaporan

2. unsur-unsur laporan keuangan

- Laporan Realisasi Anggaran


Menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang
dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran
dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung oleh
Laporan Realisasi Anggaran terdiri dari pendapatan-LRA, belanja, transfer, dan pembiayaan.
Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.Pendapatan - LRA adalah penerimaan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum
Daerah atau oleh entitas pemerintah lainnya yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam
periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu
dibayar kembali oleh pemerintah.Pendapatan (basis akrual) adalah hak pemerintah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
2.Belanja adalah semua pengeluaran oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.
3. Transfer adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
4.Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak berpengaruh pada
kekayaan bersih entitas yang perlu dibayar kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil
divestasi.
5. Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.

- Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.


Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

- Neraca.
Menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur yang dicakup oleh neraca terdiri dari aset,
kewajiban, dan ekuitas dana. Masing-masing unsur didefinisikan sebagai berikut :

1. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan
jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah
dan budaya.
2. Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yangpenyelesaiannya
mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
3. Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan
kewajiban pemerintah.

- Laporan Operasional.
Menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan
dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup secara langsung dalam Laporan
Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer, dan pos-pos luar biasa. Masing-masing
unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
2. Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
3. Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi hasil.
4. Pos Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena
kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan sering atau rutin
terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.

- Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.Unsur yang
dicakup dalam Laporan Arus Kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-
masing didefinisikan sebagai berikut:
1. Penerimaan kas adalah semua aliran kas yang masuk ke Bendahara Umum Negara/Daerah.
2. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari Bendahara Umum
Negara/Daerah.

- Laporan Perubahan Ekuitas.


Menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
- Catatan atas Laporan Keuangan.
Meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca,
dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang
diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara
wajar. Catatan atas Laporan Keuangan mengungkapkan/menyajikan/menyediakan hal-hal
sebagai berikut:
1. Mengungkapkan informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
2. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
3. Menyajikan ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
4. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting
lainnya;
5. Menyajikan rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar muka
laporan keuangan;
6. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan;
7. Menyediakan informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
3. Syarat suatu aset
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya
dapat diukur dengan handal. Pengakuan aset tetap sangat andal bila aset tetap telah diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya berpindah. Apabila
perolehan aset tetap belum didukung dengan bukti secara hukum dikarenakan masih adanya
suatu proses administrasi yang diharuskan, seperti pembelian tanah yang masih harus
diselesaikan proses jual beli (akta) dan

sertifikat kepemilikannya di instansi berwenang, maka aset tetap tersebut tetap diakui pada saat
pembelian atau pembayaran dan dicatat dalam CALK bahwa tanah tersebut belum bersertifikat
dan masih dalam pengurusan. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria
sebagai berikut:

1. berwujud;

2. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan;

3. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;

4. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas;

5. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan;

6. merupakan objek pemeliharaan atau memerlukan biaya/ongkos untuk

dipelihara; dan

7. nilai rupiah pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian

barang tersebut memenuhi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah

ditetapkan.

4. Manajemen aset
Manajemen Aset Daerah adalah melaksanakan pengelolaan aset/ Barang Milik Daerah
(BMD) berdasarkan prinsip dasar-dasar manajemen aset terhadap aset/BMD dengan mengikuti
landasan kebijakan yang diatur berdasarkan Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keppres,
Kepmen,dan Surat Keputusan lainnya yang berhubungan dengan pengaturan/ pengelolaan
aset daerah.

5. - Perubahan Pendekatan Pengakuan Pendapatan dan Beban:

Kosekuensi: Dalam sistem akrual, pendapatan dan beban diakui saat terjadi, bukan saat uang
diterima atau dibayar. Hal ini dapat mengubah pola pengakuan pendapatan dan beban dari
metode kas yang mungkin lebih umum di sistem akrual menjadi metode accrual yang berfokus
pada periode waktu tertentu.

- Penyusutan Aset Tetap:

Kosekuensi: Sistem akrual memerlukan pengakuan penyusutan aset tetap selama masa
manfaatnya, bukan hanya pada saat aset tersebut dibeli. Ini berarti bahwa biaya penyusutan akan
terdistribusi selama beberapa periode, mencerminkan penggunaan nilai aset tersebut sepanjang
waktu.

- Pengakuan Utang dan Piutang:

Kosekuensi: Utang dan piutang diakui saat terjadi, bahkan jika pembayaran atau penerimaan
uang tunai dilakukan di periode yang berbeda. Hal ini memberikan gambaran yang lebih akurat
tentang kewajiban dan hak pada suatu waktu tertentu.

- Pengakuan Pendapatan Tidak Terpenuhi:


Kosekuensi: Pendapatan diakui ketika diterima atau dapat diukur dengan keyakinan yang
memadai, bahkan jika uang tunai belum diterima. Ini memberikan gambaran yang lebih realistis
tentang kinerja keuangan entitas.

- Pengelolaan Kas dan Anggaran:


Kosekuensi: Penerapan sistem akrual dapat memerlukan manajemen kas yang lebih hati-hati
karena pendapatan dan beban diakui pada saat terjadi, terlepas dari kapan uang tunai benar-
benar diterima atau dibayar. Hal ini dapat memengaruhi perencanaan kas dan anggaran.

- Pelaporan Keuangan yang Lebih Kompleks:


Kosekuensi: Sistem akrual seringkali memerlukan proses pelaporan keuangan yang lebih
kompleks karena melibatkan sejumlah besar estimasi dan penyesuaian akuntansi. Namun,
kompleksitas ini dianggap sebagai suatu kebutuhan untuk memberikan gambaran yang lebih
akurat tentang posisi keuangan dan kinerja entitas.

- Peningkatan Akuntabilitas dan Transparansi:


Kosekuensi: Penerapan sistem akrual dapat meningkatkan akuntabilitas dan transparansi, karena
informasi keuangan mencerminkan transaksi dan peristiwa sesuai dengan waktu terjadinya.

6. - Ketertiban dan Konsistensi


Aturan pemerintah membantu menciptakan kerangka kerja yang terstruktur untuk
penyajian SAP, memastikan bahwa entitas pemerintahan di seluruh negara mengadopsi prinsip
dan praktik akuntansi yang seragam. Hal ini memungkinkan perbandingan data keuangan antar
entitas dan mempermudah analisis kinerja.

- Transparansi dan Akuntabilitas

Aturan pemerintah memastikan bahwa informasi keuangan yang dihasilkan sesuai


dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Dengan memiliki standar yang jelas, pemangku
kepentingan dapat memahami lebih baik bagaimana dana publik digunakan dan memonitor
kinerja entitas pemerintahan.

- Kepercayaan Publik

Kemasan SAP dalam aturan pemerintah membantu membangun kepercayaan publik


terhadap pengelolaan keuangan pemerintah. Ketika entitas pemerintah mengikuti standar yang
diakui dan diatur dengan baik, masyarakat akan lebih percaya bahwa dana publik dikelola
dengan baik dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang benar.
- Peningkatan Efisiensi dan Efektivitas
Standar yang jelas dan diatur dapat membantu entitas pemerintahan dalam merancang
dan melaksanakan sistem akuntansi yang efisien dan efektif. Hal ini dapat meningkatkan
kemampuan entitas untuk mengelola sumber daya keuangan dengan baik.

Jika penyajian SAP tidak diatur oleh aturan pemerintah, maka mungkin terjadi ketidakpastian,
perbedaan praktik akuntansi, dan ketidakkonsistenan dalam pelaporan keuangan entitas
pemerintahan.

7. - Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD):


Pemda (Pemerintah Daerah) perlu memperoleh persetujuan DPRD setempat sebelum
mengajukan permohonan pinjaman kepada pemerintah pusat atau lembaga keuangan lainnya.

- Batas Maksimal Pinjaman:


Peraturan ini menetapkan batas maksimal jumlah pinjaman yang dapat diterima oleh
pemerintah daerah. Batasan ini bertujuan untuk menghindari akumulasi utang yang berlebihan
dan memberikan perlindungan terhadap keuangan daerah.

- Keperluan Publik dan Produktivitas Ekonomi:


Pinjaman yang diterima harus digunakan untuk keperluan publik dan produktivitas ekonomi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah.

- Jaminan dan Anggaran Pembayaran Utang:


Pemerintah daerah diwajibkan menyediakan jaminan atas pinjaman yang diterima dan
menganggarkan pembayaran utang secara berkala sesuai dengan kesepakatan.

- Perjanjian Pinjaman:
Sebelum pencairan pinjaman, pemerintah daerah dan pemberi pinjaman harus membuat
perjanjian pinjaman yang memuat ketentuan-ketentuan seperti suku bunga, jangka waktu, cara
pembayaran, dan hal-hal lain yang relevan.

- Pengawasan dan Evaluasi:


Pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan memiliki kewenangan untuk melakukan
pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan pinjaman daerah guna memastikan
penggunaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

- Pelaporan:
Pemerintah daerah wajib menyampaikan laporan tentang penggunaan pinjaman secara berkala
kepada pemerintah pusat dan DPRD setempat. Laporan tersebut harus mencakup penggunaan
dana, kemajuan proyek, dan kondisi keuangan daerah.

- Pembentukan Dana Penyelamatan:


Untuk mengantisipasi risiko yang mungkin timbul, pemerintah daerah diwajibkan membentuk
dana penyelamatan (contingency fund) yang dapat digunakan dalam situasi darurat atau
ketidakpastian.

Peraturan Pemerintah No. 54 Tahun 2005 bertujuan untuk memberikan landasan hukum dan
pengaturan yang jelas terkait penggunaan pinjaman oleh pemerintah daerah. Tujuan utama dari
peraturan ini adalah menjaga keberlanjutan keuangan daerah.
8. Pasal 7 :

1. Pinjaman Jangka Pendek hanya dipergunakan untuk menutup kekurangan arus kas pada
tahun anggaran yang bersangkutan.

2. Pinjaman Jangka Menengah dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan umum yang
tidak menghasilkan penerimaan.

3. Pinjaman Jangka Panjang dipergunakan untuk membiayai Proyek investasi yang


menghasilkan penerimaan.

Pasal 12 :

Dalam hal Pemerintah Daerah akan melakukan pinjaman jangka menengah atau jangka
panjang, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi
75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.
b. rasio proyeksi kemampuan keuangan Daerah untuk mengembalikan pinjaman paling sedikit
2,5 (dua koma lima).
c. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang berasal dari Pemerintah.
d. mendapatkan persetujuan DPRD.

Anda mungkin juga menyukai