DISUSUN OLEH :
Nur Aftita C30117047
1. PSAP 1
Tujuan PSAP 01 adalah mengatur penyajian laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose
financial statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan baik terhadap
anggaran, antarperiode, maupun antarentitas. Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan
keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk
lembaga legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk
mencapai tujuan tersebut, standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian laporan
keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan
keuangan disusun dengan menerapkan basis akrual. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-
transaksi spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar akuntansi pemerintahan lainnya.
Ruang Lingkup
Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun dan disajikan dengan basis akrual.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna. Yang dimaksud dengan pengguna adalah masyarakat, termasuk lembaga legislatif,
pemeriksa/pengawas, fihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman,
serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari
laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti laporan tahunan.
PSAP 01 berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
Basis Akuntansi
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis akrual.
Entitas pelaporan menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan dengan menggunakan
basis akrual baik dalam pengakuan pendapatan dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan
ekuitas.
Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi berbasis akrual, menyajikan Laporan Realisasi
Anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan tentang anggaran.
1. PSAP 2
Tujuan standar Laporan Realisasi Anggaran adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan
Realisasi Anggaran untuk pemerintah dalam rangka memenuhi tujuan akuntabilitas sebagaimana
ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas
pelaporan. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya menunjukkan tingkat ketercapaian target-target
yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ruang Lingkup
Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran yang disusun dan
disajikan dengan menggunakan anggaran berbasis kas.
Pernyataan Standar ini berlaku untuk setiap entitas pelaporan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah, yang memperoleh anggaran berdasarkan APBN/APBD, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
2. PSAP 3
Tujuan Pernyataan Standar Laporan Arus Kas adalah mengatur penyajian laporan arus kas yang
memberikan informasi historis mengenai perubahan kas dan setara kas suatu entitas pelaporan dengan
mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris selama satu
periode akuntansi.
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas
dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan.
Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
Ruang Lingkup
Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis
akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas sesuai dengan standar ini untuk setiap periode penyajian
laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok.
Pernyataan Standar ini berlaku untuk penyusunan laporan arus kas pemerintah pusat dan daerah, satuan
organisasi di lingkungan pemerintah pusat dan daerah, atau organisasi lainnya jika menurut peraturan
perundang-undangan atau menurut standar, satuan organisasi dimaksud wajib menyusun laporan arus kas,
kecuali perusahaan negara/daerah.
3. PSAP 4
Tujuan Pernyataan Standar Catatan atas Laporan Keuangan adalah mengatur penyajian dan pengungkapan
yang diperlukan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk meningkatkan transparansi Laporan
Keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik, atas informasi keuangan pemerintah.
Ruang Lingkup
Standar ini harus diterapkan pada:
1. Laporan Keuangan untuk tujuan umum untuk entitas pelaporan;
2. Laporan Keuangan yang diharapkan menjadi Laporan Keuangan untuk tujuan umum oleh entitas
yang bukan merupakan entitas pelaporan.
Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan
pengguna akan informasi akuntansi keuangan yang lazim. Yang dimaksud dengan pengguna adalah
masyarakat, legislatif, lembaga pengawas, pemeriksa, pihak yang memberi atau berperan dalam proses
donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan meliputi laporan keuangan yang
disajikan terpisah atau bagian dari laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya seperti
laporan tahunan.
Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk badan usaha milik
negara/daerah.
Suatu entitas yang bukan merupakan entitas pelaporan dapat menyajikan laporan keuangan untuk tujuan
umum. Bila hal ini diinginkan, maka standar ini harus diterapkan oleh entitas tersebut walaupun tidak
memenuhi kriteria satu entitas pelaporan sesuai dengan peraturan dan/atau standar akuntansi mengenai
entitas pelaporan pemerintah.
Ketentuan Umum
Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian
yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum.
Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara
luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Laporan
Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman di antara
pembacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari kesalahpahaman, atas sajian laporan keuangan harus
dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam
memahami Laporan Keuangan.
Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh persepsi dari pembaca laporan keuangan. Pembaca yang
terbiasa dengan orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami konsep
akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan sektor komersial cenderung melihat
laporan keuangan pemerintah seperti laporan keuangan perusahaan. Pembahasan umum dan referensi ke
pos-pos laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan.
Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang diterapkan akan dapat membantu
pembaca menghindari kesalahpahaman dalam memahami laporan keuangan.
4. PSAP 5
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi persediaan yang dianggap
perlu disajikan dalam laporan keuangan.
Ruang Lingkup
Pernyataan Standar ini diterapkan dalam penyajian seluruh persediaan dalam laporan keuangan untuk
tujuan umum. Standar ini diterapkan untuk seluruh entitas pemerintah pusat dan daerah tidak termasuk
perusahaan negara/daerah.
Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
1. Persediaan bahan baku dan perlengkapan yang dimiliki proyek swakelola dan dibebankan ke suatu
akun konstruksi dalam pengerjaan; dan
2. Instrumen keuangan.
Umum
Persediaan merupakan aset yang berupa:
1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional
pemerintah;
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam proses produksi;
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat;
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat dalam rangka kegiatan
pemerintahan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya
barang habis pakai seperti alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa,
dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
Dalam hal pemerintah memproduksi sendiri, persediaan juga meliputi bahan yang digunakan dalam proses
produksi seperti bahan baku pembuatan alat-alat pertanian.
Barang hasil proses produksi yang belum selesai dicatat sebagai persediaan, contohnya alat-alat pertanian
setengah jadi.
Persediaan dapat terdiri dari:
1. Barang konsumsi;
2. Amunisi;
3. Bahan untuk pemeliharaan;
4. Suku cadang;
5. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
6. Pita cukai dan leges;
7. Bahan baku;
8. Barang dalam proses/setengah jadi;
9. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
10. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan strategis seperti cadangan energi
(misalnya minyak) atau untuk tujuan berjaga-jaga seperti cadangan pangan (misalnya beras), barang-
barang dimaksud diakui sebagai persediaan.
Persediaan hewan dan tanaman untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat sebagaimana dimaksud di
atas, misalnya sapi, kuda, ikan, benih padi dan bibit tanaman.
Persediaan dalam kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengakuan
Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal, (b) pada saat diterima atau hak
kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya berpindah.
Pada akhir periode akuntansi catatan persediaan disesuaikan dengan hasil inventarisasi fisik.
Pengukuran
Persediaan disajikan sebesar:
1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
2. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi/ rampasan.
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya penanganan dan biaya
lainnya yang secara langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan harga, rabat, dan
lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan:
1. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang
2. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacam-
macam jenis.
Barang persediaan yang memiliki nilai nominal yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai
dengan biaya perolehan terakhir.
Harga pokok produksi persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan persediaan yang diproduksi
dan biaya tidak langsung yang dialokasikan secara sistematis.
Persediaan hewan dan tanaman yang dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan nilai wajar.
Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian kewajiban antar pihak yang
memahami dan berkeinginan melakukan transaksi wajar (arm length transaction).
Beban Persediaan
Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of goods).
Penghitungan beban persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan Operasional.
Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung
berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit sesuai metode penilaian yang
digunakan.
Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran pemakaian persediaan dihitung
berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau
perolehan persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit sesuai dengan
metode penilaian yang digunakan.
Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
2. Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang digunakan dalam
pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang
yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam
proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat; dan
3. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
5. PSAP 6
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk investasi dan
pengungkapan informasi penting lainnya yang harus disajikan dalam laporan keuangan.
Ruang Lingkup
Pernyataan Standar ini harus diterapkan dalam penyajian seluruh investasi pemerintah dalam laporan
keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan laporan keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
Pernyataan Standar ini mengatur perlakuan akuntansi investasi pemerintah pusat dan daerah baik investasi
jangka pendek maupun investasi jangka panjang yang meliputi saat pengakuan, klasifikasi, pengukuran
dan metode penilaian investasi, serta pengungkapannya pada laporan keuangan.
Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
1. Penempatan uang yang termasuk dalam lingkup setara kas;
2. Investasi dalam perusahaan asosiasi;
3. Kerjasama operasi; dan
4. Investasi dalam properti.
Bentuk Investasi
Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk memperoleh pendapatan dalam jangka
panjang atau memanfaatkan dana yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka
manajemen kas.
Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan sertifikat atau dokumen lain yang serupa.
Hakikat suatu investasi dapat berupa pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka panjang,
serta instrumen ekuitas.
Klasifikasi Investasi
Investasi pemerintah diklasifikasikan menjadi dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka
panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang
merupakan kelompok aset nonlancar.
Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
2. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual
investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;
3. Berisiko rendah.
Dengan memperhatikan kriteria tersebut pada paragraf 10, maka pembelian surat-surat berharga yang
berisiko tinggi bagi pemerintah, karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga, tidak
termasuk dalam investasi jangka pendek. Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi
jangka pendek antara lain adalah:
1. Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya
pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;
2. Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan kelembagaan yang baik
dengan pihak lain, misalnya pembelian surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik
dalam negeri maupun luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau
3. Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka
pendek.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri atas:
1. Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara
otomatis (revolving deposits);
2. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh pemerintah pusat maupun
daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu permanen dan nonpermanen.
Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan, sedangkan Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan.
Pengertian berkelanjutan adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat
untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak berkelanjutan adalah
kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak
dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk
diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka
panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan. Investasi permanen dapat berupa:
1. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan badan
usaha lainnya yang bukan milik negara;
2. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan pendapatan atau
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain dapat berupa:
1. Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai
dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah;
2. Penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga;
3. Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja
secara bergulir kepada kelompok masyarakat;
4. Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki pemerintah
secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk
penyehatan/penyelamatan perekonomian.
Penyertaan modal pemerintah dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non
surat berharga yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan
perseroan.
Investasi permanen lainnya merupakan bentuk investasi yang tidak bisa dimasukkan ke penyertaan modal,
surat obligasi jangka panjang yang dibeli oleh pemerintah, dan penanaman modal dalam proyek
pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak ketiga, misalnya investasi dalam properti yang tidak
tercakup dalam pernyataan ini.
Akuntansi untuk investasi pemerintah dalam properti dan kerjasama operasi akan diatur dalam standar
akuntansi tersendiri.
6. PSAP 7
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap meliputi
pengakuan, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan
penurunan nilai tercatat (carrying value) aset tetap.
Ruang Lingkup
Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit pemerintah yang menyajikan laporan keuangan
untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, penilaian,
penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.
Pernyataan Standar ini tidak diterapkan untuk:
1. Hutan dan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (regenerative natural resources); dan
2. Kuasa pertambangan, eksplorasi dan penggalian mineral, minyak, gas alam, dan sumber daya
alam serupa yang tidak dapat diperbaharui (non-regenerative natural resources).
Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk mengembangkan atau
memelihara aktivitas atau aset yang tercakup dalam kedua hal di atas dan dapat dipisahkan dari aktivitas
atau aset tersebut.
Umum
Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah, dan karenanya signifikan dalam
penyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap pemerintah adalah:
1. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh entitas lainnya, misalnya
instansi pemerintah lainnya, universitas, dan kontraktor;
2. Hak atas tanah.
Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk dikonsumsi dalam operasi
pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan (supplies).
7. PSAP 8
Tujuan Pernyataan Standar Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah mengatur perlakuan akuntansi untuk
konstruksi dalam pengerjaan.
Pernyataan Standar ini memberikan panduan untuk:
1. identifikasi pekerjaan yang dapat diklasifikasikan sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan;
2. penetapan besarnya biaya yang dikapitalisasi dan disajikan di neraca;
3. penetapan basis pengakuan dan pengungkapan biaya konstruksi.
Ruang Lingkup
Suatu entitas akuntansi yang melaksanakan pembangunan aset tetap untuk dipakai dalam penyelenggaraan
kegiatan pemerintahan dan/atau masyarakat dalam suatu jangka waktu tertentu, baik pelaksanaan
pembangunannya dilakukan secara swakelola atau oleh pihak ketiga, wajib menerapkan standar ini.
Sifat aktivitas yang dilaksanakan untuk konstruksi pada umumnya berjangka panjang sehingga tanggal
mulai pelaksanaan aktivitas dan tanggal selesainya aktivitas tersebut biasanya jatuh pada periode akuntansi
yang berlainan.
Masalah utama akuntansi untuk Konstruksi Dalam Pengerjaan adalah jumlah biaya yang diakui sebagai
aset tetap yang harus dicatat sampai dengan konstruksi tersebut selesai dikerjakan.
Definisi
Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam PSAP 08:
Aset
Aset Tetap
Konstruksi Dalam Pengerjaan
Kontrak Konstruksi
Kontraktor
Uang Muka Kerja
Klaim
Pemberi Kerja
Retensi
Termin
Kontrak Konstruksi
Kontrak konstruksi dapat berkaitan dengan perolehan sejumlah aset yang berhubungan erat atau saling
tergantung satu sama lain dalam hal rancangan, teknologi, fungsi atau tujuan, dan penggunaan utama.
Kontrak seperti ini misalnya konstruksi jaringan irigasi.
Kontrak konstruksi dapat meliputi:
1. kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan perencanaan konstruksi aset,
seperti jasa arsitektur;
2. kontrak untuk perolehan atau konstruksi aset;
3. kontrak untuk perolehan jasa yang berhubungan langsung dengan pengawasan konstruksi aset
yang meliputi manajemen konstruksi dan value engineering;
4. kontrak untuk membongkar atau merestorasi aset dan restorasi lingkungan.
Penyatuan dan Segmentasi Kontrak Konstruksi
Ketentuan-ketentuan dalam standar ini diterapkan secara terpisah untuk setiap kontrak konstruksi. Namun,
dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan pernyataan ini pada suatu komponen kontrak
konstruksi tunggal yang dapat diidentifikasi secara terpisah atau suatu kelompok kontrak konstruksi secara
bersama agar mencerminkan hakikat suatu kontrak konstruksi atau kelompok kontrak konstruksi.
Jika suatu kontrak konstruksi mencakup sejumlah aset, konstruksi dari setiap aset diperlakukan sebagai
suatu kontrak konstruksi yang terpisah apabila semua syarat di bawah ini terpenuhi:
1. Proposal terpisah telah diajukan untuk setiap aset;
2. Setiap aset telah dinegosiasikan secara terpisah dan kontraktor serta pemberi kerja dapat menerima
atau menolak bagian kontrak yang berhubungan dengan masing-masing aset tersebut;
3. Biaya masing-masing aset dapat diidentifikasikan.
Suatu kontrak dapat berisi klausul yang memungkinkan konstruksi aset tambahan atas permintaan pemberi
kerja atau dapat diubah sehingga konstruksi aset tambahan dapat dimasukkan ke dalam kontrak tersebut.
Konstruksi tambahan diperlakukan sebagai suatu kontrak konstruksi terpisah jika:
1. aset tambahan tersebut berbeda secara signifikan dalam rancangan, teknologi, atau fungsi dengan
aset yang tercakup dalam kontrak semula; atau
2. harga aset tambahan tersebut ditetapkan tanpa memperhatikan harga kontrak semula.
8. PSAP 9
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi kewajiban meliputi saat
pengakuan, penentuan nilai tercatat, amortisasi, dan biaya pinjaman yang dibebankan terhadap kewajiban
tersebut.
Ruang Lingkup
Pernyataan Standar ini diterapkan untuk seluruh unit pemerintahan yang menyajikan laporan keuangan
untuk tujuan umum dan mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, pengukuran,
penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan.
Pernyataan Standar ini mengatur:
1. Akuntansi Kewajiban Pemerintah termasuk kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka
panjang yang ditimbulkan dari Utang Dalam Negeri dan Utang Luar Negeri.
2. Perlakuan akuntansi untuk transaksi pinjaman dalam mata uang asing.
3. Perlakuan akuntansi untuk transaksi yang timbul dari restrukturisasi pinjaman.
4. Perlakuan akuntansi untuk biaya yang timbul dari utang pemerintah.
Angka 1, 2, dan 3 di atas berlaku sepanjang belum ada pengaturan khusus dalam pernyataan tersendiri
mengenai hal-hal tersebut.
Pernyataan Standar ini tidak mengatur:
1. Akuntansi Kewajiban Diestimasi dan Kewajiban Kontinjensi.
2. Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
3. Transaksi dalam mata uang asing yang timbul atas transaksi selain dari transaksi pinjaman yang
didenominasi dalam suatu mata uang asing seperti pada paragraf 3(b).
Angka 1 dan 2 diatur dalam pernyataan standar tersendiri.
Umum
Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai kewajiban sampai saat ini yang
dalam penyelesaiannya mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang.
Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak
di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pendanaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang bekerja
pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi,
kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau kewajiban
dengan pemberi jasa lainnya.
Klasifikasi Kewajiban
Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang
diharapkan akan diselesaikan setelah tanggal pelaporan.
Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan bermanfaat untuk menilai likuiditas dan
solvabilitas suatu entitas pelaporan. Informasi tentang tanggal penyelesaian kewajiban seperti utang ke
pihak ketiga dan utang bunga juga bermanfaat untuk mengetahui kewajiban diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka pendek atau jangka panjang.
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan. Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai
kewajiban jangka panjang.
Kewajiban jangka pendek dapat dikategorikan dengan cara yang sama seperti aset lancar. Kewajiban
jangka pendek, seperti utang transfer pemerintah atau utang kepada pegawai merupakan suatu bagian yang
akan menyerap aset lancar dalam tahun pelaporan berikutnya.
9. PSAP 10
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah mengatur perlakuan akuntansi atas koreksi kesalahan akuntansi dan
pelaporan laporan keuangan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi, dan operasi
yang tidak dilanjutkan.
Ruang Lingkup
Dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan suatu entitas harus menerapkan Pernyataan Standar
ini untuk melaporkan pengaruh kesalahan, perubahan kebijakan akuntansi, perubahan estimasi akuntansi,
dan operasi yang tidak dilanjutkan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.
Pernyataan standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan yang mencakup
laporan keuangan semua entitas akuntansi, termasuk Badan Layanan Umum, yang berada di bawah
pemerintah pusat/daerah.
Definisi
Berikut ini adalah istilah-istilah yang digunakan dalam PSAP 10:
Kebijakan Akuntansi
Kesalahan
Koreksi
Operasi Tidak Dilanjutkan
Perubahan Estimasi
Pos
Koreksi Kesalahan
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau beberapa periode sebelumnya mungkin
baru ditemukan pada periode berjalan. Kesalahan mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian
bukti transaksi oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik, kesalahan penerapan standar dan
kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian.
10. PSAP 11
Tujuan Pernyataan Standar ini adalah untuk mengatur penyusunan laporan keuangan konsolidasian
pada unit-unit pemerintahan dalam rangka menyajikan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statements) demi meningkatkan kualitas dan kelengkapan laporan keuangan dimaksud.
Dalam standar ini, yang dimaksud dengan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan keuangan
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan termasuk lembaga
legislatif sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Ruang Lingkup
Laporan keuangan untuk tujuan umum dari unit pemerintahan yang ditetapkan sebagai entitas pelaporan
disajikan secara terkonsolidasi menurut Pernyataan Standar ini agar mencerminkan satu kesatuan entitas.
Laporan keuangan konsolidasian pada pemerintah pusat sebagai entitas pelaporan mencakup laporan
keuangan semua entitas pelaporan, termasuk laporan keuangan badan layanan umum.
Laporan keuangan konsolidasian pada kementerian/lembaga/pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan
mencakup laporan keuangan semua entitas akuntansi termasuk laporan keuangan Badan Layanan
Umum/Badan Layanan Umum Daerah.
PSAP 11 tidak mengatur:
1. Laporan keuangan konsolidasian perusahaan negara/ daerah;
2. Akuntansi untuk investasi dalam perusahaan asosiasi;
3. Akuntansi untuk investasi dalam usaha patungan (joint venture); dan
4. Laporan statistik gabungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Entitas Pelaporan
Suatu entitas pelaporan ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan, yang umumnya bercirikan:
1. Entitas tersebut dibiayai oleh APBN atau dibiayai oleh APBD atau mendapat pemisahan kekayaan
dari anggaran,
2. Entitas tersebut dibentuk dengan peraturan perundang-undangan,
3. Pimpinan entitas tersebut adalah pejabat pemerintah yang diangkat atau pejabat negara yang
ditunjuk atau yang dipilih oleh rakyat, dan
4. Entitas tersebut membuat pertanggungjawaban baik langsung maupun tidak langsung kepada
wakil rakyat sebagai pihak yang menyetujui anggaran.
Entitas Akuntansi
Entitas akuntansi menyelenggarakan akuntansi dan menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan
anggaran/barang yang dikelolanya yang ditujukan kepada entitas pelaporan.
11. PSAP 12
Tujuan PSAP 12 adalah menetapkan dasar-dasar penyajian Laporan Operasional untuk pemerintah dalam
rangka memenuhi tujuan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana ditetapkan oleh
peraturan perundang-undangan.
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang kegiatan operasional keuangan yang
tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan.
Ruang Lingkup
PSAP 12 diterapkan dalam penyajian Laporan Operasional. PSAP 12 berlaku untuk setiap entitas
pelaporan dan entitas akuntansi, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, dalam menyusun
laporan operasional yang menggambarkan pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dalam
suatu periode pelaporan tertentu, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.
Periode Laporan
Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam situasi tertentu, apabila
tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode
yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus mengungkapkan informasi sebagai berikut:
1. alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
2. fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan catatan-catatan terkait
tidak dapat diperbandingkan.