Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ADILLAH ABIR SYOFNITA

NO BP : 19101155110220
KELAS : AKUNTANSI 6
MATKUL : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PERTEMUAN 13

1. Jelaskan laporan keuangan apa saja yang terdapat dalam sektor pemerintahan?

Terdapat 7 komponen laporan keuangan pada sektor pemerintah, yaitu :


1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyediakan informasi mengenai anggaran dan realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas
pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan
mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan
terhadap anggaran karena menyediakan informasi-informasi yaitu informasi mengenai sumber,
alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi, Informasi mengenai realisasi anggaran secara
menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan
efektivitas  penggunaan anggaran.
Setiap komponen dalam LRA dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan
fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan
realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut atas angka-angka yang dianggap perlu
untuk dijelaskan. Namun dari segi struktur, LRA Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki struktur yang berbeda. Perbedaan ini lebih diakibatkan karena
adanya perbedaan sumber pendapatan pada pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Penyusunan dan penyajian LRA didasarkan pada akuntansi anggaran, akuntansi pendapatan-
LRA, akuntansi belanja, akuntansi surplus/ defisit, akuntansi pembiayaan dan akuntansi sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA), yang mana berdasar pada basis kas.

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih


Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos berikut, yaitu:
saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan saldo anggaran lebih, Sisa
Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan pembukuan
tahun sebelumnya, lain-lain dan Saldo anggaran lebih akhir untuk periode berjalan. Pos-pos tersebut
disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.
LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan
pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih lanjut dari
unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan atas Laporan Keuangan.  Struktur LP-SAL
baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki
perbedaan.

3. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban,
dan ekuitas  pada tanggal tertentu. Dalam neraca, setiap entitas mengklasifikasikan asetnya dalam
aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek
dan jangka panjang. Apabila suatu entitas memiliki aset/barang yang akan digunakan dalam
menjalankan kegiatan pemerintahan, dengan adanya klasifikasi terpisah antara aset lancar dan
nonlancar dalam neraca maka akan memberikan informasi  mengenai aset/barang yang akan
digunakan dalam periode akuntansi berikutnya (aset lancar) dan yang akan digunakan untuk
keperluan jangka panjang (aset nonlancar).
Konsekuensi dari penggunaan sistem berbasis akrual pada penyusunan neraca menyebabkan
setiap entitas pelaporan harus mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup
jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan
setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam
waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
Neraca setidaknya menyajikan pos-pos berikut: (1) kas dan setara kas; (2) investasi jangka
pendek; (3) piutang pajak dan bukan pajak; (4) persediaan; (5) investasi jangka panjang; (6) aset
tetap; (7) kewajiban jangka pendek; (8) kewajiban jangka panjang; dan (9) ekuitas.

4. Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit
operasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi pendapatan-LO dan
beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas pemerintahan. Berkaitan dengan kebutuhan
pengguna tersebut, Laporan Operasional menyediakan informasi sebagai berikut:
 Mengenai  besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk menjalankan
pelayanan;
 Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan kehematan perolehan dan penggunaan
sumber daya ekonomi;
 Yang berguna dalam memprediksi pendapatan-LO yang akan diterima untuk mendanai
kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan
laporan secara komparatif;
 Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan ekuitas (bila surplus
operasional).
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi berbasis akrual (full
accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam hubungannya
dengan laporan operasional, kegiatan operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis menurut
klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi/program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Laporan operasional yang dianalisis menurut suatu klasifikasi ekonomi, beban-beban
dikelompokkan menurut klasifikasi ekonomi (sebagai contoh beban penyusutan/amortisasi, beban
alat tulis kantor, beban transportasi, dan beban gaji dan tunjangan pegawai), dan tidak direalokasikan
pada berbagai fungsi dalam suatu entitas pelaporan. Metode ini sederhana untuk diaplikasikan dalam
kebanyakan entitas kecil karena tidak memerlukan alokasi beban operasional pada berbagai fungsi.
Namun jika laporan operasional yang dianalisis menurut klasifikasi fungsi, beban-beban
dikelompokkan menurut program atau yang dimaksudkannya. Penyajian laporan ini memberikan
informasi yang lebih relevan bagi pemakai dibandingkan dengan laporan menurut klasifikasi
ekonomi, walau dalam hal ini pengalokasian beban ke setiap fungsi adakalanya bersifat arbitrer dan
atas dasar pertimbangan tertentu.

5. Laporan Arus Kas


Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis
akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas untuk setiap periode penyajian laporan keuangan
sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan
menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum
atau unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan
umum negara/daerah. Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan setara
kas pada tanggal pelaporan.
Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang,
serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya.
Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama
periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan lainnya, laporan arus kas
memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan
kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk
likuiditas dan solvabilitas)
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna
laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah.
Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris.

6. Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos Ekuitas awal atau
ekuitas tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan dan koreksi-koreksi yang
langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang
disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya:
 Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya;
 Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-
unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang dijelaskan pada Catatan atas Laporan
Keuangan. Struktur Laporan Perubahan Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

7. Catatan atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci dan analisis atas nilai
suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk
pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar
Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk
penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen
lainnya.
Agar informasi dalam laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan digunakan oleh
pengguna dalam melakukan evaluasi dan menilai pertanggungjawaban keuangan negara diperlukan
Catatan Atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan memberikan informasi kualitatif
dan mengungkapkan kebijakan serta menjelaskan kinerja pemerintah dalam tahapan pengelolaan
keuangan negara. Selain itu, dalam Catatan atas Laporan Keuangan memberikan penjelasan atas
segala informasi yang ada dalam laporan keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna
oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah, sehingga masyarakat dapat lebih
berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan neagra yang dilaporkan secara lebih pragmatis.
2. Apa saja standar yang mengatur laporan keuangan sektor pemerintahan?

1. Standar Akuntansi Pemerintah / SAP (PP No.71 Tahun 2010)


SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah. Disusun oleh KSAP dan berlaku bagi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah. Sebelumnya menggunakan PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan. Standar Akuntansi Pemerintahan tersebut menggunakan basis kas untuk pengakuan
transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban,
dan ekuitas dana. Kemudian diganti menjadi PP No.71 Tahun 2010, dimana lingkup pengaturan
Peraturan Pemerintah ini meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.
Laporan keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk
memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun
pemeriksa laporan keuangan pemerintah, dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Hal ini
sejalan dengan salah satu prinsip akuntansi yaitu bahwa biaya yang dikeluarkan sebanding dengan
manfaat yang diperoleh.

2. Standar akuntansi pemerintahan di dunia mengacu pada IPSAS. SAP menggunakan IPSAS
sebagai referensi utama dalam penyusunan Standar. IPSAS disusun berdasarkan IFRS dengan
pendekatan:
 Standar khusus IPSAS jikga tidak ada IFRS yang mengatur
 Modifikasi jika terdapat perbedaan konsep antara pengaturan pada sektor public dan privat
 Modifikasi hanya dilakukan dengan menyesuaikan istilah yang lebih tepat untuk sektor
public

3. Carilah contoh dari masing-masing laporan keuangan pemerintahan salah satu daerah atau provinsi

Judul : Laporan Keuangan BPKP Provinsi Riau 2019


Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Riau Tahun 2019 ini telah disusun dan disajikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
dan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat dalam pemerintahan. Laporan
keuangan ini meliputi:
1. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya, yang mencakup unsur-unsur Pendapatan-LRA dan Belanja sampai dengan 31
Desember 2019. Realisasi Pendapatan Negara sampai dengan 31 Desember 2019 adalah berupa
Pendapatan Negara Bukan Pajak sebesar Rp106.696.490,00. Dalam TA 2019 Perwakilan BPKP
Provinsi Riau tidak membuat estimasi pendapatan. Realisasi Belanja Negara sampai dengan 31
Desember 2019 adalah sebesar Rp30.992.262.267,00 atau mencapai 97,29 persen dari alokasi
anggaran sebesar Rp31.854.635.000,00.
2. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas per
31 Desember 2019 dan 2018. Nilai Aset per 31 Desember 2019 dicatat dan disajikan sebesar
Rp79.637.325.858,00 yang terdiri atas Aset Lancar sebesar Rp183.735.950,00, Aset Tetap (netto
setelah akumulasi penyusutan) sebesar Rp79.390.747.408,00 dan Aset Lainnya (netto setelah
akumulasi amortisasi) sebesar Rp62.842.500,00 Nilai Kewajiban dan Ekuitas masing-masing
sebesar Rp57.772.577,00 dan Rp79.579.553.281,00.
3. Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO, beban, surplus/(defisit)
dari kegiatan operasional, surplus/(defisit) dari kegiatan non-operasional, dan surplus/defisit-LO,
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Surplus/(Defisit) sampai dengan 31 Desember
2019 sebesar minus Rp31.102.426.727,00. Jumlah tersebut terdiri atas:
 Surplus/(Defisit) dari Kegiatan Operasional sampai dengan 31 Desember 2019 sebesar minus
Rp31.155.891.647,00 yang merupakan selisih antara Pendapatan Operasional sebesar
Rp52.428.000,00 dikurangi dengan Beban Operasional sebesar minus Rp31.208.319.647,00.
 Surplus/(Defisit) dari Kegiatan Non Operasional sebesar Rp53.464.920,00 yang terdiri dari
Surplus/(Defisit) Pelepasan Aset Non Lancar sebesar Rp45.150.890,00, Surplus/(Defisit)
Pendapatan dari Kegiatan Non Operasional Lainnya sebesar Rp17.560.475,00 dan
Surplus/(Defisit) Beban dari Kegiatan Non Operasional Lainnya sebesar Rp9.246.445,00.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun
pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas pada tanggal 1 Januari 2019 adalah
sebesar Rp79.134.827.104,00 dikurangi Surplus/(Defisit)-LO sebesar minus
Rp31.102.426.727,00. Koreksi yang Menambah/Mengurangi Ekuitas selama tahun 2019 sebesar
Rp653.113.123,00 dan Transaksi Antar Entitas selama tahun 2019 sebesar Rp30.894.039.781,
sehingga Ekuitas Perwakilan BPKP Provinsi Riau pada tanggal 31 Desember 2019 adalah
sebesar Rp79.579.553.281,00.

5. Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK
adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang
wajar atas laporan keuangan. Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran untuk periode yang
berakhir sampai dengan 31 Desember 2019 disusun dan disajikan berdasarkan basis kas.
Sedangkan Neraca, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk periode sampai
dengan 31 Desember 2019 disusun dan disajikan dengan basis akrual.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah lembaga pemerintah non
kementerian, yang dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983, kemudian
diperbarui dengan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, sebagaimana
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014. Sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan,
BPKP merupakan aparat pengawasan intern pemerintah yang berada dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Tugas BPKP adalah menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan
negara/daerah dan pembangunan nasional.
Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Perwakilan BPKP Provinsi Riau per 31 Desember 2019 ini merupakan laporan yang
mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh Perwakilan BPKP Provinsi Riau. Laporan
keuangan ini dihasilkan melalui Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yaitu serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan dan pengikhtisaran sampai
dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Perwakilan BPKP Provinsi Riau.

Basis Akuntansi
Perwakilan BPKP Provinsi Riau menerapkan basis akrual dalam penyusunan dan penyajian Neraca,
Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas serta basis kas untuk penyusunan dan penyajian
Laporan Realisasi Anggaran. Hal ini sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Dasar Pengukuran
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan setiap pos dalam
laporan keuangan. Dasar pengukuran yang diterapkan Perwakilan BPKP Provinsi Riau dalam
penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan adalah dengan menggunakan nilai perolehan historis.
Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari
imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber
daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Pengukuran
pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi yang menggunakan mata uang
asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata uang rupiah.

4. Apa saja perbedaan antara laporan keuangan sektor pemerintahan dengan laporan keuangan sektor
swasta menurut saudara?
Perbedaan antara laporan keuangan sektor pemerintahan dengan laporan keuangan sektor swasta
yaitu fokus laporan keuangan pada sektor pemerintah adalah masalah finansial dan politik sedangkan
pada sektor swasta fokusnya pada finansial saja. Kemudian kinerja pada sektor pemerintah diukur secara
finansial dan non-finansial sementara pada sektor swasta diukur secara finansial saja, karena sektor
swasta lebih berfokus untuk mendapatkan laba sebanyak-banyaknya. Selanjutnya, pada sektor
pemerintah pertanggungjawabannya kepada parlemen dan masyarakat luas sedangkan pada sektor
swasta pertanggungjawabannya kepada pemegang saham dan kreditur. Setelah itu, pada lingkup laporan
keuangan, sektor pemerintah berfokus pada bagian organisasi sementara pada sektor swasta berfokus
pada organisasi secara keseluruhan. Kemudian, sektor pemerintah berorientasi jangka panjang, dapat
melihat ke masa depan secara detail karena terkait dengan politik dan negara sedangkan pada sektor
swasta, tidak dapat melihat ke masa depan secara detail karena dibatasi oleh ketidakpastian pasar.
Selanjutnya, aturan pelaporan pada sektor pemerintahan ditentukan oleh departemen keuangan
sementara pada sektor swasta aturan pelaporan ditentukan oleh undang-undang standar akuntansi, pasar
modal dan praktik akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai