Anda di halaman 1dari 17

Akuntansi

Akuntansi adalah suatu seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisarun dalam cara yang
signifikan dan satuan mata uang, transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian yang paling tidak sebagian di
antaranya, memiliki sifat keuangan, dan selanjutnya menginterpretasikan hasilnya (Riahi-Belkaoui,
2011:50).. Pontoh (2013:1) menyatakan akuntansi adalah sebuah sistem informasi yang mengukur
aktivitas bisnis, pemrosesan data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya pada para
pengambil keputusan. Dapat Disimpulkan Akuntansi adalah suatu sistem informasi yang membuat dan
memberikan laporan kepada para pengguna informasi akuntansi

1393

Jurnal EMBA Vol.4 No.1 Maret 2016, Hal. 1392-1399

ISSN 2303-1174

E.P. Mentu, J.J. Sondakh. Penyajian Laporan Keuangan...

Akuntansi Pemerintahan Sujarweni (2015:18) menjelaskan bahwa Akuntansi pemerintahan adalah


akuntansi yang bersangkutan dengan bidang keuangan negara, dari anggaran sampai dengan
pelaksanaan dan pelaporannya, termasuk segala pengaruh yang ditimbulkannya. Akuntansi
Pemerintahan termasuk pula akuntansi lembaga-lembaga nonprofit atau institusional accounting,
mengkhususkan pada masalah pencatatan dan pelaporan transaksi dari unit-unit pemerintah dan
organisasi nonprofit lainnya, seperti: mesjid, lembaga amal, yayasan, rumah sakit, dan lembaga lembaga
pendidikan. Fungsi akuntansi pemerintah adalah menyediakan laporan akuntansi yang bermanfaat
mengenai aspek kepengurusan administrasi pemerintah, serta membantu manajemen dalam
melaksanakan pengawasan atas pengeluaran melalui anggaran, sesuai dengan ketentuan undang-
undang yang berlaku (Sadeli. 2015:6). Dapat disimpulkan Akuntansi pemerintahan mengkhususkan
dalam pencatatan dan pelaporan i transaksi-transaksi yang terjadi di badan pemerintah Akuntansi
pemerintah laporan akuntansi tentang aspek. kepengurusan dari administrasi kenangan Negara.

Standar Akuntansi Pemerintahan


PP No. 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat (3) tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, standar akuntansi
pemerintahan yang selanjutnya disingkat SAP. adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP merupakan
persyaratan dan DAN PENDIan keuangan disusun untuk dasar yang mempunyai kekuatan hukum dalam
upaya meningkatkan kualitas pelaporan keuangan pemerintah di Indonesia SAM RISET TEKNOLO TAS RA

Peranan Pelaporan Keuangan

Haradi, Restianto, & (2010:122) menjelaskan bahwa

menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan
oleh suatu

entitas pelaporan selama satu periode pelaporan. Suatu entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk

melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara

sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporun untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen.

transparansi, keseimbangan antargenerasi dan evaluasi kinerja.

Tujuan Pelaporan Keuangan Daerah

Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dijelaskan mengenai tujuan pelaporan keuangan
daerah sebagai berikut: 1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya keuangan,
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan
entitas

pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai: pelapo 4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana
entitas pelaporan mendanai seluruh kegiatannya dan

mencukupi kebutuhan kasaya

5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan berkaitan dengan
sumber

sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari
pungutan pajak dan pinjaman

6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan apakah mengalami
kenaikan

atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.

Penyajian Laporan Keuangan Menurut PP 71 Tahun 2010

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah pusat/daerah yang


menunjukkan ketaatan terhadap APBN/ABPD, Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber,
alokasi dan penggunaan sumber daya yang dikelola oleh pemerintah pusat atau daerah. Unsur-unsurnya
yaitu pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan.

1394
Jurnal EMBA Vol4 No.1 Maret 2016, Hal. 1392-1399

ISSN 2303-1174

E.P. Mentu., J.J. Sondakh. Penyajian Laporan Keuangan.

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan kenaikan atau penuruan Saldo Anggaran Lebih
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan perubahan saldo anggaran lebih
menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya dengan pos-pos sebagai berikut:

I. Saldo Anggaran Lebih awal: 2 Penggunaan Saldo Anggaran Lebih

3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran tahun berjalan,

4 Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun sebelumnya:

5. Dan lain-lain;

6. Saldo Anggaran Lebih Akhir:

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas

pada tanggal tertentu. Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan non
lancar

serta kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang dalam neraca. Setiap entitas
pelaporan menggungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang
diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 bulan setalah tanggal pelaporan. Laporan Arus
Kas menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kis

selama satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus masuk dan
keluar kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Laporan
Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya
yang dikelola olch pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan
sekurang kurangnya pos-pos:

1. Ekuitas awal: 2. Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;

3. Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak
kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreaksi kesalahan mendasar.

misalnya: a Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode-sebelumnya;
b. Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap

4. Ekuitas akhir.

Disamping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan rincian lebih lanjut dari unsur-unsur yang terdapat
dalam Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan as Laporan Keuangan

Penelitian Terdahulu

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan matatif atau rincian dari angka yang tertera dalam
Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL. Laporan Operasional. Laporan Perubahan Ekuitas.
Neraca, dan Laporan Arus Kan, Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang
kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan
yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar

2. TELAAH PUSTAKA

2.1 Definisi Organisasi Nirlaba

Entitas Nirlaba memperoleh sumber daya dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan sumber daya yang diberikan (IAI,
2011:45.1). Pahala Nainggolan (2005:1) menyatakan bahwa organisasi nirlaba didirikan bukan untuk
mencari laba semata walaupun dalam perjalanannya membutuhkan dana.

Nordiawan (2006:1) menggambarkan organisasi sektor publik (nirlaba) sebagai berikut.

Organisasi sektor publik merupakan sebuah entitas ekonomi yang memiliki keunikan tersendiri. Disebut
sebagai entitas ekonomi karena memiliki sumber daya ekonomi yang tidak kecil, bahkan bisa dikatakan
sangat besar. Organisasi sektor publik juga melakukan transaksi ekonomi dan keuangan. Tetapi, berbeda
dengan entitas ekonomi yang lain, khususnya perusahaan

komersial yang mencari laba, sumber daya ekonomi organisasi sektor publik

tidak untuk tujuan mencari laba (nirlaba). Organisasi nirlaba didefinisikan oleh Bastian (2007a:3) sebagai
berikut. Organisasi yang menggunakan dana masyarakat, seperti: Organisasi Pemerintah Pusat,
Organisasi Pemerintah Daerah, Organisasi Partai Politik dan Lembaga Swadaya Masyarakat, Organisasi
Yayasan, Organisasi Pendidikan dan Kesehatan (puskesmas, rumah sakit, dan sekolah), Organisasi
Tempat Peribadatan (masjid, gereja, vihara, kuil).

2.2 Karakteristik Organisasi Nirlaba


IAI (2011:45.2) mengemukakan suatu entitas dapat dikelompokan

sebagai entitas nirlaba bila memenuhi, kriteria sebagai berikut. 1. Sumber daya entitas nirlaba berasal
dari para pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali atau manfaat ekonomi
yang sebanding dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

2. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba. dan jika entitas nirlaba
menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada para pendiri atau pemilik entitas nirlaba
tersebut. 3.

Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam
entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak
mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran
entitas nirlaba.

Nordiawan (2006:2) menambahkan karakteristik umum sebuah organisasi nirlaba adalah sebagai
berikut.

Dijalankan tidak untuk mencari keuntungan finansial.

Dimiliki secara kolektif oleh publik.

Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang dapat diperjualbelikan.

Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun operasi didasarkan pada konsensus.

Karakteristik yang membedakan organisasi nirlaba dengan organisasi bisnis pada umumnya tercantum
dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.4 di dalam (Harry I. Wolk dll, 2013:239)
yang meliputi.
a.

b.

C.

d.

1. Receipts of significant amounts of resources from resource providers who do not except receive
either repayment or economic benefits proportionate to the resource provided.

2. Operating purposes that are other than to provide goods or

services at a profit or profit equivalent, and 3. Absence of defined ownership interests that can be sold,
transferred, or redeemed, or that convey entitlement to a share of a residual distribution of resources in
the event of liquidation of the organization.

Dalam ruang lingkup PSAK No. 45 (2012 :1), dikatakan bahwa sebuah

organisasi nirlaba harus memenuhi karakteristik sebagai berikut : a. Sumber daya entitas nirlaba berasal
dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan kembali atau manfaat ekonomi yang sebanding
dengan jumlah sumber daya yang diberikan.

b. Menghasilkan barang dan/atau jasa tanpa bertujuan memupuk laba, dan jika
entitas nirlaba menghasilkan laba, maka jumlahnya tidak dibagikan kepada

pendiri atau pemilik entitas nirlaba tersebut. c. Tidak ada kepemilikan seperti umumnya pada entitas
nirlaba bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam entitas nirlaba tidak dapat dijual, dialihkan, atau
ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya
entitas nirlaba pada saat likuidasi atau pembubaran entitas nirlaba.

Dari penjelasan diatas secara umum yang dikatakan organisasi nirlaba yaitu organisasi yang tidak
mempunyai motif untuk mencari keuntungan. Inilah yang membedakan organisasi bisnis lainnya. Selain
perbedaan, terdapat persamaan karakteristik dengan organisasi bisnis lainnya yaitu salah satunya
merupakan bagian yang integral dari sistem perekonomian yang sama dan memanfaatkan sumber daya
serupa dalam rangka mencapai tujuan. 2.3 Klasifikasi Organisasi Nirlaba

Rosenbaum (1996:15) sebagaimana dibahasakan oleh Nordiawan (2006:4) mengemukakan klasifikasi


organisasi berdasarkan sumber dana yaitu:

Komersial, yaitu organisasi yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya Pemerintahan,
yaitu organisasi yang dibiayai oleh masyarakat b.

a.

lewat pajak dan retribusi Organisasi Nirlaba, yaitu organisasi yang dibiayai oleh C.

masyarakat lewat donasi atau sumbangan

Pengkategorian lain menurut Priyono (1996:30) di dalam

Nordiawan (2006:4)tentang organisasi nirlaba di Indonesia membaginya menjadi empat golongan besar
sebagai berikut.
1. Lembaga keagamaan termasuk lembaga yang bergerak dibidang keagamaan seperti Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah. 2. Organisasi kesejahteraan sosial seperti BKKBN (Badan

Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Nasional). Organisasi kemasyarakatan termasuk dalam golongan ini
adalah organisasi sosial yang berdasarkan profesi seperti 3.

Organisasi Keluarga Berencana Indonesia. 4. Lembaga swadaya masyarakat mencakup yayasan-yayasan


amal dan filantropis, asosiasi kepentingan khusus.

Bastian (2007b-216) menyatakan bahwa menilik dari apa yang timbul pada organisasi keagamaan,
organisasi pada lembaga peribadatan dapat dikategorikan ke dalam organisasi nirlaba. Hal ini
disebabkan oleh gerak dan orientasi organisasi pada organisasi keagamaan seirama dengan organisasi
yang berjenis nirlaba. Kebanyakan organisasi nirlaba

menggunakan beberapa parameter tunggal

sebagai keberhasilannya, seperti jumlah sumbangan dana yang diperoleh, pertumbuhan jumlah
anggota, jumlah pengunjung, jumlah orang yang dilayani, dan biaya overhead yang mampu
diminimalisasikannya.

ukuran

Akuntansi Keuangan Organisasi Nirlaba

2.1.
2.2.1. Standar Akuntansi Keuangan Organisasi Nirlaba Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45
merupakan standar khusus untuk organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba sangat berbeda
dengan organisasi bisnis yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara
organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas
operasionalnya. Organisasi memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan penyumbang
lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi yang bersangkutan.

Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam organisasi nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang
atau bahkan tidak pernah terjadi dalam organisasi bisnis, conrohnya penerimaan sumbangan. Pada
beberapa bentuk organisasi nirlaba meskipun tidak ada kepemilikan, organisasi tersebut mencukupi
modalnya dari hutang dan mendanai kegiatan operasionalnya dari pendapatan atas jasa yang diberikan
kepada publik. Akibatnya pengukuran jumlah, saat dan kepastian aliran pemasukan kas menjadi ukuran
kinerja yang penting bagi para pengguna laporan keuangan organisasi tersebut, seperti kreditur dan
pemasok dana lainnya. Berikut ini adalah pengertian- pengertian menurut Pemyataan Standar Akuntansi
Keuangan Nomor 45:

a. Tujuan Laporan Keuangan Organisasi Nirlaba IAI (2011:Pr.06) menyatakan bahwa tujuan utama dari
pembuatan laporan keuangan adalah "... menyediakan informasi yang relevan untuk memenuhi
kepentingan para pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan pembayaran kembali, anggota,
kreditur, dan pihak lain yang menyediakan sumber daya bagi entitas nirlaba." Secara lebih rinci
dijelaskan pula bahwa tujuan laporan keuangan entitas nirlaba, termasuk catatan atas laporan
keuangan, adalah untuk menyajikan informasi mengenai:

1. jumlah dan sifat aset, liabilitas, dan aset neto entitas nirlaba; 2. pengaruh transaksi, dan peristiwa lain
yang mengubah nilai dan sifat asset neto:

3. jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam satu periode dan hubungan antar
keduanya;

4. cara entitas nirlaba mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi
pinjaman, dan faktor lain yang berpengaruh pada likuiditasnya;

5. usaha jasa entitas nirlaba.


Pihak pengguna laporan keuangan organisasi nirlaba memiliki kepentingan bersama dalam rangka
menilai

1. Jasa yang diberikan oleh organisasi nirlaba dan kemampuannya untuk terus memberikan jasa
tersebut.

7/25

2. Cara manajer melaksanakan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja mereka.

b. Unsur-Unsur Laporan Keuangan Nirlaba Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan No. 45 meliputi:

1. Laporan Posisi Keuangan Tujuan posisi keuangan adalah untuk menyediakan informasi mengenai
asset, kewajiban serta asset bersih dan informasi mengenai hubungan diantara unsur-unsur tersebut
pada waktu tertentu. Informasi dalam laporan posisi keuangan yang digunakan bersama.
pengungkapan, dan informasi dalam laporan keuangan lainnya. dapat membantu para penyumbang,
anggota organisasi, kreditor dan pihak-pihak lain untuk menilai :

a. Kemampuan organisasi untuk memberikan jasa berkelanjutan

b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi

kewajibannya dan kebutuhan pendanaan eksternal. 2. Laporan Aktivitas Tujuan utama laporan aktivitas
adalah meyediakan informasi

mengenai: a. Pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat asset bersih.
b. Bagaimana penggunaan sumber daya dalam pelaksanaan berbagai program atau jasa, informasi
dalam laporan aktivitas, yang digunakan bersama dengan pengungkapan informasi dalam laporan
keuangan lainnya, dapat membantu para penyumbang, anggota organisasi, kreditor dan pihak pihak lain
untuk a) mengevaluasi kinerja dalam suatu periode, b) menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan
organisasi dan memberikan jasa serta c)

3. Laporan Arus Kas Tujuan utama laporan arus kas adalah menyajikan informasi

mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Laporan arus kas disajikan sesuai PSAK
No.2 tentang laporan arus kas dengan tambahan berikut ini: a) aktivitas pendanaan, b) pengungkapan
informasi mengenai aktivitas investasi dan pendanaan non kas, sumbangan berupa bangunan atau asset
investasi.

4. Catatan atas Laporan Keuangan Catatan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan

laporan di atas yang bertujuan memberikan informasi tambahan tentang perkiraan-perkiraan yang
diyatakan dalam laporan keuangan.

Pengertian Pengelolaan Keuangan Pendidikan 4. Intepretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 35

a. Pengertian ISAK 35

ISAK 35 yang diterbitkan oleh DSAK IAI merupakan interpretasi dari PSAK 1: penyajian laporan keuangan
paragraf 05 yang memberikan contoh bagaimana entitas berorientasi nonlaba membuat penyesuaian
baik: penyesuaian deskripsi yang digunakan untuk pos-pos tertentu dalam laporan keuangan, dan
penyesuain deskripsi yang digunakan untuk laporan keuangan itu sendiri.

Pada September 2018, DSAK IAI telah mengesahkan ISAK 35 dan berlaku efektif untuk periode tahun
buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2020. ISAK 35 membahas tentang penyajian
laporan keuangan entitas nonlaba. ISAK 35 merupakan pengganti dari PSAK 45 yanag membahas
mengenai pelaporan keuangan entitas nonlaba.
b. Ruang Lingkup Objek ISAK 35

Ruang Lingkup Objek ISAK 35 yaitu:

1) Entitas Berorientasi nonlaba terlepas dari apapun bentuk

hukumnya.

2) Diterapkan juga oleh entitas yang menerapkan SAK ETAP 3) ISAK 35 hanya mengatur mengenai
penyajian Laporan keuangan, Sehingga ketentuan akuntansi lain yang dilakukan oleh entitas nonlaba
tersebut mengacu kepada SAK atau SAKETAP masing-masing yang relevan

Interpretasi ini dapat diterapkan juga oleh entitas berorientasi nonlaba yang menggunakan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) (DSAK IAI, 2020: 35.1)

c. Permasalahan ISAK 35 1) Interpretasi ini membahas bagaimana entitas berorientasi nonlaba

membuat penyesuaian: a) Deskripsi yang digunakan untuk beberapa pos dalam

laporan keuangan dan

b) Deskripsi yang digunakan dalam laporan keuangan itu sendiri

36
2) Penyajian laporan keuangan entitas berorientasi nonlaba disusun dengan memperhatikan
persyaratan, struktur laporan dan persyaratan minimal yang diatur dalam PSAK 1. (par 09) 3) Entitas
berorientasi nonlaba dapat membuat penyesuaian deskripsi

yang digunakan untuk beberapa pos dalam laporan keuangan.

Misal: pembatasan sumber daya (par 10)

4) Entitas berorientasi nonlaba dapat membuat penyesuaian deskripsi

yang digunakan atas laporan keuangan. Misal Judul laporan

perubahan aset neto untuk mencerminkan fungsi yang lebih sesuai dengan isi laporan keuangan. (par
11)

5) Entitas berorientasi nonlaba tetap mempertimbangkan seluruh fakta dan keadaan dalam menyajikan
laporan keuangan termasuk catatan atas LK, sehingga tidak mempengaruhi kualitas informasi yang
disajikan dalam LK. (DSAK IAL, 2020: 35.2).

d.

e.

Interpretasi 1) IAS 1 par 5 mengizinkan EBNL menyesuaian deskripsi yang. digunakan untuk beberapa
pos yang terdapat dalam LK dan LK

sendiri. PSAK I tidak memberikan penjelasan dan contoh lebih

penyesuaian tersebut.
2) Interpretasi dilengkapi contoh ilustrasi Laporan Posisi Keuangan,

Laporang Penghasilan Komprehensif, Laporan Perubahan Aset Neto

dan Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan.

3) Contoh dalam interpretasi tidak ditujukan untuk mengilustrasikan seluruh aspek dari SAK atau
mencakup bentuk yang sesuai untuk EBNL. Contoh dapat berbeda dari kondisi yang terdapat pada EBNL
(DSAK IAI, 2020: 35.4).

Ilustrasi Laporan Keuangan ISAK 35

1) Laporan Posisi Keuangan

a) Menyajian pos penghasilan komprehensif pada bagian aset neto

tanpa pembatasan

b) Menyajikan pos penghasilan komprehensif lain secara tersendiri

2) Laporan Penghasilan Komprehensif

a) Kolom tunggal

b) Menyajikan informasi sesuai dengan klasifikasi aset neto


37

3) Laporan Perubahan Aset Neto

4) Laporan Arus kas

5) Catatan atas Laporan Keuangan (DSAK IAI, 2020: 35.5). B. Kajian Penelitian Yang Relevan

Sebelum melakukan penelitian perlu kiranya mengamati penelitian terdahulu, hal ini dilakukan untuk
menjaga keberhasilan sebuah penelitian yang akan diteliti, dan bukan hanya itu, penelitian sebelumnya
juga memiliki manfaat untuk penelitian selanjutnya sebagai landasan awal melakukan penelitian.

Penelitian yang mengangkat masalah ISAK 35 terkait organisasi nonlaba merupakan tema baru dalam
penelitian. Dikarenakan pencabutan PSAK 45 dan diganti dengan ISAK 35. Ada beberapa penelitian yang
membahas tentang ISAK 35 yang telah melakukan penelitian pada subjek organisasi nonlaba adalah:
Nofi lastifa, Muslimin dan Sri Nelva Susanti.

Penelitian yang dilakukan oleh saudari Nofi lastifa, dan saudara Muslimin yang berjudul Penerapan ISAK
No. 35 Pada Organisasi Keagamaan Mesjid Al-Mabrur Sukolilo Surabaya. Yang mana dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa Mesjid Al mabrur Surabaya masih belum menerapkan laporan keuangan

Anda mungkin juga menyukai