Anda di halaman 1dari 24

1

TINJAUAN ATAS LAPORAN OPERASIONAL DALAM RANGKA PENERAPAN


AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA PEKANBARU SENAPELAN

Muhammad Thufeil Ghifary


mt.ghifary@gmail.com
Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Terbuka

Abstrak
Presiden memiliki kewajiban dalam menyampaikan pertanggungjawaban atas segala aktivitas
pemerintahannya kepada rakyat mmelalui DPR. Pasal 30 UU No 17 tahun 2003 tentang keuangan
negara menjelaskan bahwa Presiden menyampaikan rancangan undang-undang tentang
pelaksanaan APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah diaudit oleh Badan
Pemeriksa Keuangan, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Laporan keuangan yang disusun meliputi Laporan Realisasi APBN, Neraca Laporan Arus Kas,
dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporang keuangan perusahaan
negara dan badan lainnya. Menurut pasal 32 ayat (1), bentuk dan isi laporan
pertanggungjawaban APBN/APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31. Laporan
keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran, laporan finansial dan Catatan
Atas Laporan Keuangan. Dalam laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Perubahan SAL. Laporan Finansial terdiri dari Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas. Penjelasan yang lebih lanjut
dan merinci atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial terdapat pada
Catatan Atas Laporan Keuangan. Hal ini tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010,
menjelaskan ketentuan lebih lanjut mengenai penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis
Akrual pada pemerintah pusat. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan
merupakan salah satu Intansi Pemerintah Pusat yang memiliki kewajiban menyusun Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat sehingga wajib mematuhan aturan terkait.
Kata-kata Kunci: laporan keuangan, laporan operasional, penyajian dan pengungkapan. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan

A. Pendahuluan
Pasal 51 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
mengharuskan Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah selaku Bendahara
Umum Negara/Daerah menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan
ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya, begitu juga
menteri/pimpinan lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah selaku Pengguna Anggaran
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas dana, termasuk
transaksi pendapatan dan belanja, yang berada dalam tanggung jawabnya. Akuntansi tersebut
digunakan untuk menyusun laporan keuangan Pemerintah Pusat sesuai dengan standar
akuntansi pemerintah (SAP). Peraturan mengenai SAP yang dijadikan acuan dalam
2

penyusunan laporan keuangan Pemerintah Pusat tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor
24 Tahun 2005.Organisasi yang ada saat ini memiliki dua sifat yaitu profit dan non-profit.
Organisasi profit berarti organsisasi yang bertujuan untuk mencari laba semaksimal mungkin
demi menaikkan kekayaan pemegang kepentingan sedangkan organisasi non-profit berarti
organisasi yang bertujuan utama bukan sekedar mencari laba saja tetapi untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 ayat 13 dan 14,
dinyatakan bahwa pendapatan negara adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai
penambah nilai kekayaan bersih, sedangkan belanja negara adalah kewajiban pemerintah pusat
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Berdasarkan definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa basis yang digunakan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 adalah
basis akrual. Ketentuan mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual dilaksanakan selambat-lambatnya dalam 5 (lima) tahun. Selama pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan
dan pengukuran berbasis kas sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 menegaskan bahwa ketentuan
mengenai pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat-lambatnya tahun 2008.
Pada saat pertanggungjawaban pelaksanaan APBN 2008, berdasarkan kesepakatan
antara Pemerintah dengan DPR pada tahun 2009, implementasi akuntansi berbasis akrual
ditunda hingga 2015 dan masih menggunakan penyusunan laporan keuangan berbasis cash to
acrual. Hasil kesepakatan Pemerintah dengan DPR, Pemerintah mengeluarkan PP Nomor 71
tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 2005.

B. Kerangka Teori

Menurut PSAK No. 1 (2015:2) Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya,
sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana),catatan dan laporan lain serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga
termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut,
3

misalnya,informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh


perubahan harga.
Pada kesimpulannya pengertian laporan keuangan adalah dokumen yang memberikan
informasi pencatatan dari segala transaksi yang berkaitan dengan uang, pembelian dan
penjualan serta kredit. Laporan keuangan juga berfungsi untuk mengetahui keadaan finansial
perusahaan, sehingga laporan yang dibuat dapat secara detail, tepat dan perhitungan yang baik.
Pada kesempatan kali ini penulis mengambil salah satu komponen laporan keuangan
yaitu Laporan Keuangan. Definisi dari laporan operasional adalah sebuah catatan keuangan
tentang sumber daya ekonomi dan pertambahan ekuitas.

C. Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan penelitian ini dibutuhkan data dan fakta yang akurat dan relevan
serta literatur yang sesuai dengan topik yang dibahas. Metode yang digunakan untuk
memperoleh data yang mendukung penulisan penelitian ini, yaitu:
1. Metode Studi Kepustakaan
Metode ini merupakan metode pengumpulan data dengan mengumpulkan dan
mempelajari sumber-sumber tertulis seperti buku, makalah, jurnal ilmiah, artikel ataupun
literatur tertulis lainnya yang terpercaya berkaitan dengan topik yang dibahas dalam laporan
ini. Melalui metode ini akan diperoleh data sekunder yang berkaitan dengan topik yang menjadi
pokok bahasan dalam laporan ini, sekaligus memperoleh dasar teori yang akan digunakan
dalam penyusunan laporan studi lapangan.
2. Metode Studi Lapangan
Metode ini akan dilakuan dalam dua bentuk, yaitu observasi dan wawancara. Observasi
dilakukan dengan cara mengamati kondisi di lapangan secara langsung, terutama pada hal-hal
yang berkaitan dengan topik yang menjadi bahasan. Sedangkan wawancara dilakukan dengan
cara mewawancarai pihak-pihak yang terkait langsung dengan topik yang dijadikan bahasan
guna memperoleh informasi lisan yang relevan dengan topik bahasan.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Landasan Teori
a. Defisinisi Laporan Operasional
Menurut PP Nomor 71 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Laporan Operasional
merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang menyajikan ikhtisar sumber
daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
4

pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu


periode pelaporan.
b. Komponen-Komponen Laporan Operasional
Menurut PSAP Nomor 12, laporan operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan,
beban, surplus/defisit dari operasi, pos luar biasa, untung/rugi penjualan aset, dan
surplus/defisit-bersih, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif.
Struktur laporan operasional sebagai berikut:
1). Pendapatan – LO
2). Beban
3). Pendapatan/beban non-operasional
4). Pos luar biasa
5). Surplus/defisit-LO
Dalam laporan operasional harus diidentifikasikan secara jelas informasi berikut:
1). Nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya
2). Cakupan entitas pelaporan
3). Periode yang dicakup
4). Mata uang pelaporan
5). Satuan angka yang digunakan.
c. Akuntansi Pendapatan – LO
1). Definisi
Menurut PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional, pendapatan- LO adalah hak
pemerintah pusat/ daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan. Hak pemerintah tersebut dapat diakui sebagai Pendapatan-LO
apabila telah timbul hak pemerintah untuk menagih atas suatu pendapatan atau telah
terdapat suatu realisasi pendapatan yang ditandai dengan adanya aliran masuk sumber daya
ekonomi.
Menurut jenis pendapatannya, pendapatan LO dibagi menjadi tiga jenis pendapatan yaitu
Pendapatan Perpajakan-LO, Pendapatan PNBP- LO serta Pendapatan Hibah-LO.
2). Pengakuan Pendapatan-LO.
Pengakuan pendapatan LO diatur sebagai berikut:
a). Pendapatan perpajakan-LO
Pendapatan Perpajakan-LO adalah hak pemerintah pusat yang berasal dari pendapatan
perpajakan yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Terdapat 3 metode yang digunakan
5

untuk memungut pajak, yaitu melalui self assessment, official assessment, dan
witholding tax system. Pengakuan Pendapatan Perpajakan-LO yang dipungut dengan
metode self assessment dan witholding tax system diakui pada saat realisasi kas
diterima di kas negara tanpa terlebih dahulu pemerintah menerbitkan surat ketetapan.
Pendapatan Perpajakan LO yang dipungut dengan metode official assessment diakui
pada saat timbulnya hak untuk menagih pendapatan dimaksud. Timbulnya hak menagih
adalah pada saat otoritas perpajakan telah menerbitkan surat ketetapan yang
mempunyai kekuatan hukum mengikat dan harus dibayar oleh wajib pajak sesuai
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku. Surat ketetapan tersebut menjadi
dokumen sumber untuk mencatat pendapatan perpajakan LO.
b). Pendapatan Negara Bukan Pajak-LO
Pendapatan PNBP-LO adalah hak pemerintah pusat yangn berasal dari pendapatan
PNBP yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Pada pemerintah pusat, PNBP-LO
antara lain:
- Pendapatan sumber daya alam,
- Pendapatan BLU,
- Pendapatan bagian pemerintah atas laba BUMN,
- PNBP lainnya.
Pengakuan PNBP-LO adalah pada saat terutangnya PNBP, yang menimbulkan hak
tagih pemerintah kepada wajib bayar atas pendapatan bukan pajak.
c). Pendapatan Hibah-LO
Pendapatan hibah dalam bentuk uang, diakui pada saat:
- Kas diterima di RKUN atau reksus
- Tanggal penarikan yang tercantum di dalam NoD
- Pengesahan oleh Kuasa BUN
Pendapatan hibah-LO dalam bentuk barang/jasa dan/atau surat berharga diakui dan
dicatat pada saat pengesahan oleh Kuasa BUN
3). Pengukuran Pendapatan-LO.
Pendapatan-LO diukur sebesar nilai bruto dan jumlah tersebut tidak boleh
dikompensasikan dengan beban-beban yang ada. Dalam hal besaran pengurang terhadap
pendapatan- LO bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan tidak
dapat di estimasi terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan
6

a). Pengukuran Pendapatan Perpajakan-LO


Pendapatan-LO perpajakan diukur dengan nilai nominal yaitu nilai aliran masuk yang
telah diterima oleh pemerintah untuk self assessment system dan withholding tax
system. Sementara itu untuk official assessment, pendapatan-LO perpajakan diukur
dengan nilai yang ditetapkan oleh pemerintah.
b). Pengukuran Pendapatan PNBP-LO
Pendapatan PNBP-LO diukur melalui beberapa cara, yaitu:
- Jumlah yang diterima dari wajib bayar atas pendapatan bukan pajak-LO yang diakui
berdasarkan aliran uang masuk yang diterima di Kas Umum Negara.
- Jumlah yang menjadi hak entitas atas pendapatan bukan pajak yang berasal dari
kontrak kerjasama dalam rangka perikatan.
- Tarif PNBP dengan menggunakan formula tertentu. PNBP ini diukur dengan
memasukkan variabel tertentu yang dimasukkan ke dalam formula yang tertera dalam
peraturan pemerintah tentang j enis dan tarif pendapatan bukan pajak.
c). Pengukuran Pendapatan Hibah-LO
Pendapatan hibah dalam bentuk kas dicatat sebesar nilai nominal hibah yang diterima.
Pendapatan hibah dalam bentuk barang./jasa/surat berhaga yang menyertakan nilai
hibah dicatat sebesar nilai barang/ jasa dan/atau surat berharga yang diterima
berdasarkan BAST. Pendapatan hibah dalam bentuk barang/jasa/surat berharga yang
tidak menyertakan nilai hibah, pengukuran dilakukan dengan berdasarkan menurut
biayanya; menurut harga pasar; menurut prakiraan/taksiran harga wajar berdasarkan
hasil penilaian.
d). Penyajian dan Pengungkapan
Entitas pemerintah menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan menurut sumber
pendapatan yaitu berupa pendapatan perpajakan, pendapatan bukan pajak dan
pendapatan hibah. Pendapatan-LO disajikan dalam mata uang rupiah, jika terdapat
realisasi dalam mata uang asing maka dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang
rupiah. Penjabaran mata uang asing menggunakan kurs Bank Sentral pada saat tanggal
transaksi. Pendapatan-LO selain disajikan pada Laporan Operasional. Rincian lebih
lanjut disajikan di dalam CALK.
d. Akuntansi Beban
1). Definisi.
Menurut PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional, beban adalah penurunan
manfaat ekonomis atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan
7

ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban.
Menurut PSAP Nomor 12, beban diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi. Jenis-
jenis beban yaitu:
a). Beban pegawai
b). Beban barang
c). Beban penyusutan aset tetap/ amortisasi
d). Beban bunga
e). Beban subsidi
f). Beban hibah
g). Beban bantuan sosial
h). Beban lain-lain
2). Pengakuan.
Beban diakui saat:
a). Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
b). Terdapat penurunan nilai aset sehubungan dengan penggunaan aset bersangkutan/
berlalunya waktu.
c). Terjadinya konsumsi aset. Yang dimaksud adalah pengeluaran kas kepada pihak lain
yang tidak didahului timbulnya kewajiban dan/ atau konsumsi aset nonkas dalam
kegiatan operasional pemerintah.
d). Timbulnya kewajiban yaitu saat terjadinya peralihan hak dari pihak lain kepada
pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari KUN. Timbulnya kewajiban antara lain
diakibatkan penerimaan manfaat ekonomi dari pihak lain yang belum dibayarkan atau
akibat perjanjian dengan pihak lain atau karna peraturan perundang-undangan.
3). Pengukuran.
a). Beban pegawai dicatat sebesar resume tagihan belanja pegawai dan/atau tagihan
kewajiban pembayaran belanja pegawai berdasarkan dokumen kepegawaian, daftar
gaji, peraturan perundang-undangan, dan dokumen lain yang menjadi dasar
pengeluaran negara kepada pegawai dimaksud yang telah disetujui KPA/ PPK.
b). Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan berdasarkan transaksi
mutasi keluar penggunaan persediaan, dan pada akhir tahun beban persediaan
dilakukan penyesuaian dalam hal berdasarkan hasil inventarisasi fisik terdapat
perhitungan perbedaan pencatatan persediaan.
c). Beban barang dan jasa dicatat sebesar resume tagihan belanja barang dan jasa,
tagihan kewajiban pembayaran belanja barang dan jasa oleh pihak ketiga yang telah
8

disetujui KPA/ PPK dan/atau perhitungan akuntansi belanja modal yang tidak
memenuhi kapitalisasi aset.
d). Beban pemeliharaan dicatat sebesar resume tagihan belanja pemeliharaan, tagihan
kewajiban pembayaran belanja pemeliharaan oleh pihak ketiga yang telah disetujui
KPA/PPK dan/atau pemakaian persediaan untuk pemeliharaan berdasarkan transaksi
mutasi keluar penggunaan persediaan untuk pemeliharaan.
e). Beban perjalanan dinas dicatat sebesar resume tagihan belanja perjalanan dinas
dan/atau tagihan kewajiban pembayaran belanja perjalanan dinas oleh pihak ketiga
yangtelah disetujui KPA/ PPK.
f). Beban penyusutan dan amortisasi dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas
perlakuan penyusutan masmgmasing jenis aset tetap dalam operasional dan tidak dalam
operasional (kecuali tanah) dan amortisasi aset tidak berwujud.
g). Beban penyisihan piutang tidak tertagih dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas
perlakuan penyisihan piutang tidak tertagih dengan memperhatikan masing-masing
kualitas piutang.
4). Penyajian dan Pengungkapan.
Menurut PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional, beban diklasifikasikan
menurut klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada prinsipnya mengelompokkan
berdasarkan jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk pemerintah pusat yaitu beban
pegawai, beban barang, beban penyusutan aset tetap/amortisasi, beban bunga, beban
subsidi, beban hibah, beban bantuan sosial, dan beban lain-lain. Penyajian pos-pos
akuntansi beban dapat dilihat di dalam Laporan Operasional.
e. Akuntansi Surplus/Defisit Kegiatan Non-Operasional.
Pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokkan tersendiri
dalam kegiatan non operasional. Termasuk dalam pendapatan/beban dari kegiatan non
operasional antara lain surplus/defisit penjualan aset non lancar, surplus/defisit
penyelesaian kewajiban jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non operasional
lainnya. Selisih lebih/kurang antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan
surplus/defisit dari kegiatan non operasional merupakan surplus/defisit sebelum pos luar
biasa.
f. Akuntansi Pos Luar Biasa.
Pos luar biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi
karena kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa, tidak diharapkan
sering atau rutin terjadi, dan berada di luar kendali atau pengaruh entitas bersangkutan.
9

pos luar biasa disajikan terpisah dari pos-pos lainnya dalam Laporan Operasional dan
disajikan sesudah surplus/defisit sebelum pos luar biasa.
2. Pembahasan
a. Tinjauan Atas Definisi Laporan Keuangan
Laporan Operasional adalah salah satu unsur laporan keuangan yang
menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan
penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Di dalam laporan
operasional terdapat perbandingan nilai pada periode berjalan dengan nilai pada
periode sebelumnya. Penyusunan Laporan Operasional merupakan salah satu bukti
penerapan kebijakan akuntansi berbasis akrual di lingkungan pemerintah. Definisi
yang tertuang di dalam CALK Kantor Pelayanan Pajak Pekanbaru Senapelan telah
sesuai dengan definisi menurut SAP yaitu pada PP Nomor 71 tahun 2010.
b. Tinjauan Atas Komponen Laporan Operasional
Komponen Laporan Operasionalantara lainnya adalah pendapatan-LO, beban,
surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO.
Komponen tersebut diambil dari CALK KPP Pratama Pekanbaru Senapelan. Di dalam
PSAP Nomor 12 juga dijelaskan bahwa laporan operasional menyajikan berbagai
unsur pendapatan, beban, surplus/defisit dari operasi, pos luar biasa, untung/rugi
penjualan aset, dan surplus/defisit-bersih, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar
secara komparatif. Struktur laporan operasional sebagai berikut
1). Pendapatan – LO,
2). Beban,
3). Pendapatan/beban non-operasional,
4). Pos luar biasa,
5). Surplus/defisit-LO.
c. Tinjauan Atas Akuntansi Pendapatan-LO
1). Definisi.
Pendapatan-LO adalah hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah
ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali. Definisi pendapatan-LO telah sesuai dengan PSAP Nomor 12.
2). Pengakuan.
10

Kebijakan akuntansi di KPP Pratama Pekanbaru Senapelan yang dijelaskan di


dalam CALK, pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan
dan /atau Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk sumber daya ekonomi.
Menurut PSAP Nomor 12, pendapatan-LO diakui pada saat pendapatan diperoleh
dan pendapatan direalisasi. Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu dengan membukukan pendapatan bruto, dan tidak mencatat
jumlah nettonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Akuntansi
pendapatan-LO pada KPP Pratama Pekanbaru Senapelan telah menggunakan azas
bruto dalam pelaksanaannya. Secara khusus pengakuan pendapatan-LO pada
Badan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan adalah sebagai berikut:
a). Pendapatan jasa pelatihan diakui setelah pelatihan selesai dilaksanakan.
b). Pendapatan sewa gedung diakui secara proporsional antara nilai dan periode
waktu sewa.
c). Pendapatan denda diakui pada saat dikeluarkannya surat keputusan denda atau
dokumen lain yang dipersamakan.
3). Pengukuran.
Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan
memasukkan setiap pos dalam laporan keuangan. Dasar pengukuran yang
diterapkan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan adalah dengan menggunakan nilai
perolehan historis. Pengukuran yang diterapkan pada Kantor Pelayanan Pajak
Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan PSAP Nomor 12.
4). Penyajian dan Pengungkapan.
KPP Pratama Pekanbaru Senapelan dalam penyajian dan penyusunan laporan
terutama dalam hal pendapatan sudah menggunakan basis akrual dan juga basis
kas. Penyusunan basis akrual yaitu proses pencatatan transaksi saat transaksi itu
dilakukan meskipun belum menerima atau mengeluarkan uang dan penyusunan
basis kas yaitu pencatatan yang dilakukan saat menerima atau mengeluarkan kas.
Laporan Operasional merupakan salah satu penerapan basis akrual dalam
penyusunan dan penyajian laporan. Menurut PSAP Nomor 12 tentang Laporan
Operasional, pendapatan disajikan menurut klasifikasi sumber pendapatan.
Klasifikasi menurut sumber pendapatan untuk pemerintah pusat dikelompokkan
berdasarkan jenis pendapatan, yaitu pendapatan perpajakan, pendapatan bukan
pajak, dan pendapatan hibah. Untuk rinciannya adalah sebagai berikut:
11

a). Pendapatan Perpajakan


Jumlah realisasi pendapatan perpajakan untuk periode yang berakhir 31 Desember 2017
yaitu sebesar Rp 940.651.370.919, mengalami penurunan sebesar 17,56% dari total
realisasi tahun 2016 yaitu sebesar Rp 1.141.090.757.469 dengan selisih Rp
200.439.386.550. Rincian dari total realisasi pendapatan perpajakan akhir periode 31
Desember 2017 adalah sebagai berikut:
- Pendapatan Pajak Penghasilan
Total realisasi PPH untuk periode yang berakhir 31 Desember 2017 adalah sebesar
Rp 451.208.817.684, jumlah tersebut mengalami penurunan dari total realisasi tahun
2016 yaitu Rp 682.768.472.061. Pendapatan PPH terdiri atas penerimaan dari PPH
Minyak Bumi, PPH Gas Bumi, PPH Pasal 21, PPH pasal 22, PPH pasal 22 Impor,
PPH pasal 23, PPH Pasal 25/29 Orang Pribadi, PPH pasal 25/29 Badan, PPH Final,
dan PPH Non Migas Lainnya.
- Pendapatan PPN dan PPNBM
Total realisasi PPN dan PPnBM untuk periode yang berakhir 31 Desember 2017
adalah sebesar Rp 429.586.633.523, jumlah tersebut mengalami peningkatan dari
total realisasi tahun 2016 yaitu sebesar Rp 373.214.617.202. Pendapatan PPN dan
PPnBM terdiri atas PPN Dalam Negeri, PPN Impor, PPN Lainnya, PPnBM Dalam
Negeri, PPnBM Impor, dan PPnBM Lainnya.
- Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan
Total realisasi PBB untuk periode yang berakhir 31 Desember 2017 adalah sebesar
Rp 9.788.911.539, jumlah tersebut mengalami peningkatan dari total realisasi tahun
2016 yaitu sebesar Rp 6.014.947.181. Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan terdiri
atas PBB Perkebunan, PBB Kehutanan, dan PBB Pertambangan Minyak Bumi dan
Gas Bumi.
- Pendapatan Pajak Lainnya
Total realisasi Pajak Lainnya untuk periode yang berakhir 31 Desember 2017 adalah
sebesar Rp 50.067.008.173, jumlah tersebut mengalami penurunan dari total realisasi
tahun 2016 yaitu sebesar Rp 79.092.721.025. Pendapatan Pajak Lainnya terdiri atas
Bea Materai, Penjualan Benda Materai, Pajak Tidak Langsung Lainnya, Bunga
Penagihan PPH, Bunga Penagihan PPN, dan Bunga Penagihan PPnBM.
12

Tabel D.1
Realisasi Pendapatan Operasional Perpajakan Per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016

No Uraian 31 Des 2017 31 Des 2016 Kenaikan/Penurunan

1 Pendapatan Pajak 451.208.817.684 682.768.472.061 (231.559.654.377)


Penghasilan
2 Pendapatan PPN dan 429.586.633.523 373.214.617.202 56.372.016.321
PPnBM
3 Pendapatan Pajak 9.788.911.539 6.014.947.181 3.773.964.358
Bumi dan Bangunan
4 Pendapatan Pajak 50.067.008.173 79.092.721.025 29.025.712.852
Lainnya
Jumlah 940.651.370.919 1.141.090.757.469

Sumber: Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.


b). Pendapatan Negara Bukan Pajak-LO
Pendapatan negara bukan pajak terdiri atas:
- Pendapatan Sumber Daya Alam
Realisasi PNBP Sumber daya alam tahun 2017 dan 2016 adalah Rp 0 atau tidak ada
realisasi.
- Pendapatan Bagian Pemerintah Atas Laba
Realiasasi PNBP Bagian Pemerintah Atas Laba tahun anggaran 2017 dan 2016 adalah
Rp 0 atau tida ada realisasi.
- Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya
Realisasi PNBP Lainnya tahun 20187 adalah Rp 0 atau tidak ada realisasi, jumlah ini
mengalami penurunan dari realisasi tahun 2016 yaitu Rp 3.300.000.
13

Tabel D.2
Realisasi PNBP Per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016
Penaikan/
No Uraian 31 Des 2017 31 Des 2016
Penurunan
1 Pendapatan Sumber Daya Alam 0 0 0
2 Pendapatan Bagian Pemerintah Atas 0 0 0
Laba
3 PNBP Lainnya 0 3.300.000 (3.300.000)
Jumlah 0 3.300.000 (3.300.000)
Sumber:Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.
d. Tinjauan Atas Akuntansi Beban
1). Definisi.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode
pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi
aset atau timbulnya kewajiban. Definisi ini tercantum di dalam CALK KPP Pratama
Pekanbaru Senapelan dan sesuai dengan yang tertulis di dalam PSAP nomor 12
tentang Laporan Operasional.
2). Pengakuan.
Menurut PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional, beban diakui saat:
a). Timbulnya kewajiban. Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan
hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum
negara/daerah. Contohnya tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum
dibayar pemerintah.
b). Terjadinya konsumsi aset. Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset adalah
saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului timbulnya kewajiban
dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan operasional pemerintah.
c). Terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa. Terjadinya penurunan
manfaat ekonomis atau potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset.
Pengakuan beban pada KPP Pratama Pekanbaru Senapelan yaitu tercantum di dalam
CALK yakni beban diakui pada saat timbulnya kewajiban; terjadinya konsumsi aset;
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa. Disini ditunjukan bahwa
pengakuan yang diterapkan di KPP Pratama Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan
PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
14

3). Pengukuran
Diatur di dalam PMK Nomor 224/PMK.05/2016, setiap pengukuran masing masing
beban berbeda beda. Berikut pengukuran beban yang diatur di dalam PMK Nomor
224/PMK.05/2016:
a). Beban Pegawai dicatat sebesar resume tagihan belanja pegawai dan/atau tagihan
kewajiban pembayaran belanja pegawai berdasarkan dokumen kepegawaian, daftar
gaji , peraturan perundang-undangan, dan dokumen lain yang menjadi dasar
pengeluaran negara kepada pegawai dimaksud yang telah disetujui KPA/ PPK.
b). Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan berdasarkan transaksi
mutasi keluar penggunaan persediaan, dan pada akhir tahun beban persediaan
dilakukan penyesuaian dalam hal berdasarkan hasil inventarisasi fisik terdapat
perhitungan perbedaan pencatatan persediaan.
c). Beban barang dan jasa dicatat sebesar resume tagihan belanja barang dan jasa,
tagihan kewajiban pembayaran belanja barang dan jasa oleh pihak ketiga yang telah
disetujui KPA/ PPK dan/atau perhitungan akuntansi belanja modal yang tidak
memenuhi kapitalisasi aset.
d). Beban pemeliharaan dicatat sebesar resume tagihan belanja pemeliharaan, tagihan
kewajiban pembayaran belanja pemeliharaan oleh pihak ketiga yang telah disetujui
KPA/PPK dan/atau pemakaian persediaan untuk pemeliharaan berdasarkan transaksi
mutasi keluar penggunaan persediaan untuk pemeliharaan.
e). Beban perjalanan dinas dicatat sebesar resume tagihan belanja perjalanan dinas
dan/atau tagihan kewajiban pembayaran belanja perjalanan dinas oleh pihak ketiga
yang telah disetujui KPA/ PPK.
f). Beban penyusutan dan amortisasi dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas
perlakuan penyusutan masing-masing jenis aset tetap dalam operasional dan tidak
dalam operasional (kecuali tanah) dan amortisasi aset tidak berwujud.
g). Beban penyisihan piutang tidak tertagih dicatat sebesar perhitungan akuntansi atas
perlakuan penyisihan piutang tidak tertagih dengan memperhatikan masing-masing
kualitas piutang.
Pengukuran beban diatas telah diterapkan di dalam pengukuran beban pada KPP
Pratama Pekanbaru Senapelan.
4). Penyajian dan Pengungkapan.
Menurut PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional, beban diklasifikasikan
menggunakan klasifikasi ekonomi yaitu beban pegawai, beban barang, beban
15

penyusutan aset tetap/amortisasi, beban bunga, beban subsidi, beban hibah, beban
bantuan sosial, dan beban lain-lain. Namun terdapat tambahan pos beban pada laporan
operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan yaitu beban
persediaan, beban pemeliharaan, beban perjalanan dinas, beban barang untuk
diserahkan kepada masyarakat, beban penyisihan piutang tak tertagih, dan beban
transfer. Untuk beban barang untuk diserahkan kepada masyarakat, beban bunga,
beban subsidi, beban hibah, beban bansos dan beban transfer disajikan di dalam LO
namun tidak memiliki saldo dikarenakan tidak memiliki realisasi selama tahun 2016
dan 2017. Berikut rincian beban yang terdapat di dalam Laporan Operasional KPP
Pratama Pekanbaru Senapelan:
- Beban Pegawai
Total realisasi beban pegawai periode berakhir 31 Desember 2017 adalah sebesar
Rp 4.987.136.389. jumlah tersebut mengalami kenaikan dari total realisasi tahun
2016 yaitu sebesar Rp 4.870.718.761. beban pegawai terdiri atas beban gaji
pegawai, beban tunjangan-tunjangan, beban uang makan, beban uang lembur.

Tabel D.III
Realisasi Beban Pegawai per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016
NAIK
URAIAN TH 2017 TH 2016 (TURUN)
%
Beban Gaji Pokok PNS 3.435.695.430 3.271.047.890 5,03
Beban Pembulatan Gaji PNS 46.567 53.121 (12,34)
Beban Tunj. Suami/Istri PNS 214.887.030 201.958.910 6,40
Beban Tunj. Anak PNS 64.408.126 64.189.748 0,34
Beban Tunj. Struktural PNS 87.660.000 86.580.000 1,25
Beban Tunj. Fungsional PNS 75.505.000 56.420.000 33,83
Beban Tunj. PPh PNS 8.600.936 43.020.232 (80,01)
Beban Tunj. Beras PNS 182.136.300 177.510.860 2,61
Beban Uang Makan PNS 623.602.000 629.728.000 (0,97)
Beban Tunj. Umum PNS 134.265.000 140.300.000 (4,30)
Beban Lembur 160.330.000 199.910.000 (19,80)
Jumlah 4.987.136.389 4.870.718.761
2,39
Sumber: Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.
16

- Beban Persediaan
Total realiasasi beban persediaan periode berakhir 31 Desember 2017 adalah
sebesar Rp 807.781.667. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari total realisasi
tahun 2016 yaitu sebesar Rp 703.284.700. Beban persediaan terdiri atas beban
persediaan konsumsi, beban persediaan bahan baku, bahan persediaan lainnya.

Tabel D.IV
Realisasi Beban Persediaan Per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016
NAIK
URAIAN TH 2017 TH 2016 (TURU
N) %
Beban Persediaan Konsumsi 807.781.667 681.284.700 19
Beban Persediaan Bahan Baku - - 0
Beban Persediaan Lainnya - 22.000.000 -100
Jumlah 807.781.667 703.284.700 15
Sumber : Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.

- Beban Barang dan Jasa


Total realisasi beban barang dan jasa akhir periode 31 Desember 2017 adalah
sebesar Rp 2.705.538.599. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari total
realisasi tahun 2016 yaitu sebesar Rp 2.494.518.968. Beban barang dan jasa terdiri
atas beban keperluan perkantoran, beban pengiriman surat dinas pos pusat, beban
honor operasional satuan kerja, honor operasional lainnya, beban bahan, beban
bawang non operasional lainnya, beban langganan listrik, beban langganan
telepon, beban sewa, dan beban jasa profesi.
17

Tabel D.5
Realisasi Beban Barang dan Jasa Per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016
NAIK
URAIAN JENIS BEBAN TH 2017 TH 2016 (TURUN)
%
Beban Keperluan Perkantoran 1.000.555.190 1.000.698.685 (0,01)
Beban Pengiriman Surat Dinas Pos Pusat 300.574.661 154.418.740 94,65
Beban Honor Operasional Satuan Kerja 131.246.000 107.910.000 21,63
Beban Barang Operasional Lainnya 290.029.277 525.631.950 (44,82)
Beban Bahan 194.527.710 112.880.000 72,33
Beban Barang Non Operasional Lainnya 177.132.702 155.827.070 13,67
Beban Langganan Listrik 0 0 0,00
Beban Langganan Telepon 51.400.660 52.613.023 (2,30)
Beban Sewa 548.772.399 385.819.500 42,24
Beban Jasa Profesi 11.300.000 0 0,00
Jumlah 2.705.538.599 2.495.798.968 8,40
Sumber: Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.

- Beban Pemeliharaan
Total realisasi beban pemeliharan akhir periode 31 Desember 2017 adalah sebesar
Rp 210.653.296. Jumlah tersebut mengalami penurunan dari total realisasi tahun
2016 yaitu sebesar Rp 255.677.029. Beban pemeliharaan terdiri atas beban
pemeliharaan gedung dan bangunan, beban pemeliharaan peralatan dan mesin,
beban persediaan bahan untuk pemeliharaan.

Tabel D.VI
Realisasi Beban Pemeliharaan Per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016
NAIK
URAIAN TH 2017 TH 2016 (TURUN)
%
0
- -
Beban Pemeliharaan Gedung dan Bangunan
Beban Pemeliharaan Peralatan dan mesin 209.493.546,00 254.553.579,00 (17,70)

1.159.750,00 1.123.450,00 3,23


Beban Persediaan bahan untuk pemeliharaan

Jumlah 210.653.296,00 255.677.029,00 (17,61)

Sumber: Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.


18

- Beban Perjalanan Dinas


Total realisasi beban perjalanan dinas akhir periode 31 Desember 2017 adalah
sebesar 890.119.208. Jumlah tersebut mengalami penurunan dari total realisasi
pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp 1.000.803.403. Beban perjalanan dinas terdiri
atas beban perjalanan dinas biasa dan beban perjalanan dinas dalam kota.

Tabel D.V
Realisasi Beban Perjalanan Dinas Per 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016

NAIK
URAIAN JENIS BEBAN TH 2017 TH 2016 (TURUN) %

Beban Perjalanan Biasa 787.374.208 772.333.403 1,95


Beban Perjalanan Dinas Dalam Kota 102.745.000 228.470.000 (55,03)
Jumlah 890.119.208 1.000.803.403 (11,06)

Sumber: Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.


- Beban Barang Untuk Diserahkan Kepada Masyarakat
Total realisasi beban barang untuk diserahkan kepada masyarakat akhir periode
31 Desember 2017 adalah sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi. Jumlah tersebut
juga sama dengan total realisasi pada tahun 2016 yaitu Rp 0 atau tidak ada
realisasi. Beban barang untuk diserahkan kepada masyarakat terdiri atas beban
gedung dan bangunan untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda, beban
peralatan dan mesin untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda, dan beban
barang lainnya untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda.
- Beban Bunga
Total realisasi beban bunga untuk akhir periode 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2106 adalah sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi.
- Beban Subsidi
Total realisasi beban subsidi untuk akhir periode 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2106 adalah sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi.
- Beban Hibah
Total realisasi beban hibah untuk akhir periode 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2106 adalah sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi.
- Beban Bantuan Sosial
19

Total realisasi beban bantuan sosial untuk akhir periode 31 Desember 2017 dan
31 Desember 2106 adalah sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi.
- Beban Penyusutan dan Amortisasi
Total realisasi beban penyusutan dan amortisasi akhir periode 31 Desember 2017
adalah sebesar Rp 945.627.948. Jumlah tersebut mengalami penurunan dari total
realisasi tahun 2016 yaitu sebesar Rp 1.002.988.442. Pada KPP Pratama
Pekanbaru Senapelan total penyusutan adalah Rp 945.627.948 namun tidak
memiliki saldo pada beban amortisasi. Beban penyusutan terdiri atas beban
penyusutan peralatan dan mesin, beban penyusutan gedung dan bangunan, beban
penyusutan jalan, irigasi, dan jaringan, dan beban penyusutan aset tetap lainnya.
Dan untuk amortisasi terdiri atas beban amortisasi aset tak berwujud dan beban
amortisasi aset lain-lain.

Tabel D.VI
Realisasi Beban Penyusutan Dan Amortisasi Per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016

NAIK
URAIAN BEBAN PENYUSUTAN DAN AMORTISASI TH 2017 TH 2016
(TURUN) %

Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin 945.627.948 1.002.988.442 (1,09)


Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan - - -
Beban Penyusutan Jalan, Irigasi, Jaringan - - -
Jumlah Beban Penyusutan dan Amortisasi 945.627.948 1.002.988.442 (1,09)
Sumber : Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.

- Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Total realisasi beban penyisihan piutang tak tertagih akhir periode 31 Desember
2017 adalah sebesar Rp 10.367.324.873. Jumlah tersebut mengalami penurunan
dari total realisasi tahun 2016 yaitu sebesar Rp 37.769.226.188. Beban penyisihan
piutang tak tertagih terdiri atas beban penyisihan piutang PPH non migas, beban
penyisihan piutang PPN, beban penyisihan piutang PPnBM, beban penyisihan
piutang PBB dan BPHTB, beban penyisihan piutang Pajak Lainnya.
20

Tabel D.VII
Realisasi Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih Per 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016

NAIK
URAIAN JENIS BEBAN TH 2017 TH 2016
(TURUN) %

Beban Penyisihan Piutang PPh Non Migas 7.574.721.299 3.100.955.324 144,27


Beban Penyisihan Piutang PPN -181.153.021 10.915.743.795 (101,66)
Beban Penyisihan Piutang PPnBM -2 -11.143.512
Beban Penyisihan Piutang PBB dan BPHTB 0 -74.441.574 (122,12)
Beban Penyisihan Piutang Pajak Lainnya 2.973.756.597 23.838.112.155 (87,53)
Jumlah 10.367.324.873 37.769.226.188 (574,07)

Sumber : Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan Tahun 2017.

- Beban Transfer
Total realisasi beban transfer untuk akhir periode 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2106 adalah sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi.

e. Tinjauan Atas Akuntansi Surplus/Defisit Kegiatan Non-Operasional.


Berdasarkan PSAP Nomor 12, di dalam surplus/defisit dari kegiatan non
operasional, pendapatan dan beban yang sifatnya tidak rutin perlu dikelompokan
tersendiri dalam kegiatan non-operasional. Surplus/defisit dari kegiatan non-
operasional terdiri atas surplus/defisit pelepasan aset non lancar, surplus/defisit
penyelesaian kewajiban jangka panjang, dan surplus/defisit dari kegiatan non
operasional lainnya. Pos akuntansi surplus/defisit dari kegiatan non-operasional pada
KPP Pratama Pekanbaru Senapelan terlah tercantum dalam Laporan Operasional tahun
2017 dan telah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam PSAP Nomor 12. Realisasi
dari surplus/defisit pelepasan aset non lancar akhir periode 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016 adalah sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi. Realisasi surplus/defisit
penyelesaian kewajiban jangka panjang akhir periode 31 Desember 2017 dan 31
Desember 2016 adalah sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi. Realisasi dari
surplus/defisit dari kegiatan non operasional lainnya akhir periode 31 Desember 2017
adalah sebesar Rp 24.832.960. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari total realisasi
tahun 2016 yaitu sebesar (Rp 4.395.974). Berdasarkan data diatas maka diperoleh total
21

realisasi dari surplus/defisit dari kegiatan non operasional akhir periode 31 Desember
2017 adalah sebesar Rp 24.832.960. Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari total
realisasi tahun 2016 yaitu sebesar (Rp 4.395.974)
Tabel V.1
Rincian Kegiatan Non Operasional Per 31 Desember 2017 Dan 31 Desember 2016

NAIK (TURUN)
URAIAN TH 2017 TH 2016
%
Penerimaan kembali Belanja Pegawai Tahun Anggaran Yang Lalu 900.000 1.092 (82,317.58)
Penerimaan Kembali Belanja Barang Tahun Anggaran Yang Lalu 2.087.400 - -
Pendapatan Penyesuaian Nilai Persediaan 21.845.560 7.848.734 (178.33)
Beban Penyesuaian Nilai Persediaan 0 (12.245.800) (82,395.91)
Surplus (Defisit) dari Kegiatan Non Operasional 24.832.960 (4.395.974) (82,395.91)
Sumber : Laporan Operasional KPP Pratama pekanbaru Senapelan Tahun 2017.
Pada tabel diatas penerimaan kembali belanja barang tahun anggaran yang lalu dan
beban penyesuaian nihil persediaan merupakan unsur dari pos akuntansi surplus/defisit
kegiatan non operasional lainnya.

f. Tinjauan Atas Pos Luar Biasa.


Berdasarkan PSAP Nomor 12, Pos luar biasa disajikan terpisah dari pos-pos
lainnya dalam Laporan Operasional dan disajikan sesudah Surplus/Defisit dari
Kegiatan Non Operasional. Pos luar biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai
beberapa karakteristik yaitu kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal
tahun anggaran, tidak diharapkan terjadi berulang-ulang, dan kejadian diluar kendali
entitas pemerintah. Sifat dan jumlah rupiah diungkapkan pula dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Dalam CALK KPP Pratama Pekanbaru Senapelan menjelaskan
bahwa pos luar biasa terdiri dari pendapatan dan beban yang sifatnya tidak sering
terjadi, tidak dapat diramalkan dan berada diluar kendali entitas. Penjelasan pada
CALK KPP Pratama Pekanbaru Senapelan tersebut telah menunjukan kesesuaian
dengan penjelasan yang tertulis pada PSAP Nomor 12. Total realisasi pos luar biasa
pada akhir periode 31 Desember 2017 dan 31 Desember 2016 adalah sebesar Rp 0 atau
tidak ada realisasi, dikarenakan tidak adanya kejadian yang luar biasa terjadi pada tahun
2016 dan 2017. Pada CALK KPP Pratama Pekanbaru Senapelan terdapat pos
pendapatan luar biasa dan beban luar biasa. Namun pada laporan operasional tahun
22

2017 hanya terdapat pos beban operasional. Seharusnya sesuai dengan peraturan yang
berlaku tetap harus mencantumkan pos pendapatan luar biasa walaupun alokasi dan
realisasi anggarannya sebesar Rp 0 atau tidak ada realisasi. Pada KPP Pratama
Pekanbaru Senapelan juga tidak memiliki kegiatan terkait dengan pos luar biasa.

E. Kesimpulan Dan Saran


1. Simpulan
Berdasarkan data dan fakta yang telah disajikan pada poin D serta pembahasan
mengenai kesesuaian penerapan kebijakan akuntansi berbasis akrual dalam hal ini adalah
laporan operasional pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekanbaru Senapelan yang telah
dijabarkan dalam poin D, maka penulis menarik kesimpulan tiap komponen sebagai berikut.
A). Definisi Laporan Operasional.
Dasar pengetahuan yaitu definisi laporan operasional yang diterapkan dalam KPP
Pratama Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan PSAP Nomor 12.

B). Komponen Laporan Operasional.


Penjelasan komponen-komponen yang terdapat dalam Laporan Operasional KPP
Pratama Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan apa yang diatur dalam PSAP Nomor
12.

C). Tinjauan Atas Akuntansi Pendapatan-LO.


a. Definisi.
Definisi dari pendapatan-LO yang tercantum dalam CALK KPP Pratama Pekanbaru
Senapelan telah sesuai dengan yang diatur dalam PSAP Nomor 12
b. Pengakuan.
Pengakuan pendapatan-LO pada PSAP Nomor 12 yaitu pendapatan-LO diakui pada saat
pendapatan diperoleh dan pendapatan direalisasi. Pengakuan pendapatan LO pada
CALK dan Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan
yang dijelaskan pada PSAP Nomor 12.
c. Pengukuran.
Menurut PSAP Nomor 12, Pendapatan-LO diukur sebesar nilai bruto dan jumlah
tersebut tidak boleh dikompensasikan dengan beban-beban yang ada. Pengukuran
pendapatan-LO atas pendapatan-LO pada CALK dan Laporan Operasional KPP Pratama
Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan aturan yang berlaku.
23

d. Penyajian dan Pengungkapan.


Berdasarkan PSAP Nomor 12 penyajian unsur-unsur pada laporan operasional harus
lengkap, dan entitas pemerintah menyajikan pendapatan-LO yang diklasifikasikan
menurut sumber pendapatan. Penyajian dan pengungkapan pendapatan-LO atas
pendapatan-LO pada CALK dan Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru
Senapelan telah sesuai dengan PSAP Nomor 12.

D). Tinjauan Atas Akuntansi Beban


a. Definisi.
Menurut PSAP Nomor 12, beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau
konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Definisi beban yang tercantum dalam CALK
KPP Pratama Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan yang tertulis pada PSAP Nomor
12.
b. Pengakuan.
Berdasarkan PSAP Nomor 12, beban diakui saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset dan terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa. Pengakuan
beban pada CALK dan Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan telah
sesuai dengan yang tertulis pada PSAP Nomor 12.
c. Pengukuran.
Berdasarkan PMK Nomor 224/PMK.05/2016 pengukuran pada setiap masing-masing
beban berbeda-beda namun didasarkan pada setiap nominal yang tercantum pada resume
tagihan masing-masing beban. Pengukuran beban pada CALK dan Laporan Operasional
KPP Pratama Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan apa yang diatur dalam PMK
Nomor 224/PMK.05/2016.
d. Penyajian dan Pengungkapan.
Berdasarkan PMK Nomor 224/PMK.05/2016 menjelaskan bahwa beban disajikan dalam
laporan operasional entitas akuntansi/ pelaporan . Penjelasan secara sistematis mengenai
rincian, analisis dan informasi lainnya yang bersifat material harus diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan sehingga menghasilkan informasi yang andal dan
relevan. Dan juga pada PSAP Nomor 12 tertulis bahwa penyajian unsur laporan
operasional disandingkan dengan jumlah realisasi periode sebelumnya. Penyajian dan
pengungkapan beban pada CALK dan Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru
Senapelan sebagian besar telah sesuai dengan apa yang diatur dalam PMK Nomor
24

224/PMK.05/2016 dan PSAP Nomor 12, namun ada beberapa pos akuntansi yang
seharusnya dicantumkan dalam Laporan Operasional yaitu nilai amortisasi dan
pendapatan beban luar biasa, walaupun tidak memiliki alokasi anggaran dan realisasi.

E). Tinjauan Atas Akuntansi Surplus/ Defisit Kegiatan Non Operasional


Penyajian pos akuntansi surplus/defisit dari kegiatan non operasional serta komponen-
komponennya pada Laporan Operasional KPP Pratama Pekanbaru Senapelan telah
sesuai dengan yang diatur dalam PSAP Nomor 12 tentang Laporan Operasional.

F). Tinjauan Atas Pos Luar Biasa


Penyajian pos luar biasa serta komponen-komponennya pada Laporan Operasional
KPP Pratama Pekanbaru Senapelan telah sesuai dengan yang diatur dalam PSAP
Nomor 12 tentang Laporan Operasional.
2. Saran
Berdasarkan tinjauan yang telah dibahas pada poin D oleh penulis, sedikit saran yang
mungkin dapat membantu KPP Pratama Pekanbaru Senapelan, yaitu untuk penyampaian
pos-pos akuntansi yang tidak memiliki saldo agar dapat dicantumkan juga kedalam Laporan
Operasional.

F. DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.05/2016 tentang Kebijakan Akuntansi


Pemerintah Pusat.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Sistem Akuntansi dan


Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 225/PMK.05/2016 tentang Penerapan Standar


Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Pusat.

PSAP Nomor 12, tentang Laporan Operasional

Anda mungkin juga menyukai